Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Rio Rahma Kurniawan

KELAS : XII MIPA 10

NO : 30

Pemberontakan APRA

APRA adalah milisi dan tentara swasta pro- Belanda yang didirikan pada masa Revolusi Nasional
Indonesia. Milisi ini didirikan oleh mantan Kapten DST KNIL Raymond Westerling Nama milisi ini
berasal dari bagian dari kitab ramalan Jawa Kuno Ramalan Jayabaya yang meramalkan
kedatangan seorang "Ratu Adil" yang merupakan keturunan Turki. Karena mempunyai warisan
darah campuran Turki, Westerling memandang dirinya sebagai sang "Ratu Adil" yang
diramalkan akan membebaskan rakyat Indonesia dari "tirani" .Westerling berusaha untuk
mempertahankan adanya negara-negara federal dalam Republik Indonesia Serikat melawan
kesatuan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Sukarno dan Hatta yang dianggapnya
didominasi oleh orang Jawa.

• Latarbelakang
Latar belakang pemberontakan ini karena adanya friksi dalam tubuh Angkatan Perang Republik
Indonesia Serika (APRIS). Westerling yang saat itu memimpin APRA yang menyatakan bahwa
bangsa Indonesia telah mengalami penjajahan Belanda dan Jepang, sehingga dibutuhkan
adanya kemakmuran seperti yang diramalkan Ramalan Jayabaya. Berkat APRIS, APRA gagal
dalam menculik semua menteri dan Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX serta
Pejabat Staf Angkatan Perang Kolonel TB.

• Kronologi
Nama Ratu Adil dalam gerakan APRA sudah lebih dulu disebut-sebut, karena memiliki sebuah
makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah. Ratu Adil menjadi ideologi di Jawa
Tengah dan Jawa Timur menitikberatkan akan datangnya juru selamat yang akan membawa
kesejahteraan pada suatu masa.

Karena Ratu Adil sangat diyakini oleh masyarakat, Kapten Westerling pun memanfaatkan nama
tersebut guna menarik dukungan dalam melancarkan rencananya. Pada 5 Januari 1950,
Westerling sudah mengirimkan surat ultimatum kepada RIS yang berisi tuntutan agar RIS
menghargai negara-negara bagian, terutama Pasundan. Bahkan pemerintah RIS juga diminta
untuk mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Surat ultimatum ini tidak hanya meresahkan
RIS saja, tetapi juga beberapa pihak Belanda. Guna mencegah tindakan Westerling, Moh. Hatta
mengeluarkan perintah untuk melakukan penangkapan terhadap Westerling. Jenderal Vreeden
pun bersama Menteri Pertahanan Belanda yang merasa resah dengan ultimatum ini kemudian
menyusun rencana untuk mengevakuasi pasukan RST tersebut.

• Tujuan APRA
1. Mempertahankan Negara RIS

Tujuan APRA yang utama adalah untuk mempertahankan negara RIS. Berbagai perundingan
yang dilakukan antara Indonesia dengan Belanda saat mediasi Australia, selalu menghasilkan
keputusan yang merugikan pihak Indonesia. Dengan begitu demi menjaga perdamaian antara
kedua negara, pemerintah Indonesia tetap menghimbau supaya seluruh pihak menerima
keputusan tersebut.

2. Mengganggu Proses Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia Oleh Belanda

Tujuan APRA yang lainnya adalah mengganggu proses pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda.
Salah satu pihak yang mengupayakan kegagalan kedaulatan Republik Indonesia yaitu panglima
tertinggi daritentara Belanda yaitu Letjen Buurman Van Vreeden. Pihaknya selalu menghalangi
proses diakuinya Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Namun, pada akhirnya kedaulatan Republik Indonesia diakui oleh Belanda tepatnya ditanggal
27 Desember 1949. Pada saatitu, Indonesia sudah menjadi negara yang berbentuk republik dan
telah lepas dari bentuk negara federal.
3.Mempertahankan Adanya Tentara APRA Sebagai Tentara Pasundan

Tujuan APRA yang berikutnya adalah mempertahankan adanya tentara APRA sebagai tentara di
Pasuruan. Sebenarnya ketika Indonesia merdeka, gerilyawan dan tentara tidak menyatu dalam
komando yang sama. Tidak sedikit daritokoh daerah yang berperan sebagai pemimpin yang
disegani walaupun tidak memiliki bekal kemiliteran. Perjuangan yang mereka lakukan untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.

• Upaya Penumpasan APRA


Pemerintahan Republik Indonesia Serikat pada waktu itu melakukan penumpasan pada APRA
dengan menggabungkan kesatuan kepolisian yang berada di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur
dan juga Tentara Nasional Indonesia. Westerling mengetahui hal itu langsung mempercepat
pelaksanaan kudetanya. Namun, kegagalan terjadi, hingga ia terpaksa melarikan diri ke
Belanda. Larinya Weterling ini kemudian membuat APRA berdiri sendiri tanpa adanya seorang
pemimpin yang kuat. Oleh karena itu, APRA resmi tidak kembali berfungsi pada Februari 1950.

Anda mungkin juga menyukai