Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nadim

NIM : C0820033
Tugas Mata Kuliah Pancasila :
Carilah tentang bagaimana pandangan tokoh tentang ari Pancasila?
Jawab :
Pandangan tokoh tentang ari Pancasila
1. Prof. Dr. Drs. Raden Mas Tumenggung Notonagoro S.H. (10 December 1905 – 23
September 1981)

Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan
menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

Dia melihat tiga aspek fundamental dari Pancasila: Politik, sosial-budaya, dan agama.
Notonagoro juga melihat Pancasila seperti yang ada dalam hirarki piramida, dengan
masing-masing prinsip yang merupakan penyempurnaan dari yang sebelumnya,
hirarki ini memastikan bahwa Pancasila harus diambil secara keseluruhan. Sebagai
contoh, prinsip pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa), secara implisit kepercayaan
pada Tuhan Yang Maha Esa, lengkap dengan kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia serta demokrasi dipandu oleh hikmat kebijaksanaan dalam
kebulatan suara yang timbul dari permusyawaratan perwakilan dan penuh keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prof. Dr. Nurcholish Majdid (17 Maret 1939–29 Agustus 2005)


Pancasila adalah modal untuk mewujudkan demokrasi Indonesia, pancasila memberi
dasar dan prasyarat asasi bagi demokrasi dan tatanan politik Indonesia, pancasila
menyumbang beberapa hal penting. Menurut Nurcholish, adanya Pancasila dan UUD
1945 telah diterima oleh umat Muslim Indonesia. Sejauh ini, kedua pilar itu telah
mampu menjamin kebaikan konstitusional bagi keseluruhan bangsa. Pada
hakekatnya, Pancasila dan UUD 1945 diterima masyarakat Muslim karena dua
pertimbangan:….“Pertama, nilai-nilainya dibenarkan oleh ajaran agama Islam.
Kedua, fungsinya sebagai poin kesepakatan antar berbagai golongan untuk
mewujudkan kesatuan politik bersama.”

3. Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ (13 Juni1913–11 februari 1967)


Pemikiran Driyarkara tentang Pancasila sebelum 1965, soal kesatuan dikembalikan
pada hakekat manusia, sebagai yang sama dan saling bersaudara. Inilah yang menjadi
titik tolak uraiannya tentang Pancasila. Kontroversi agama di Indonesia, dijelaskan
dalam uraiannya tentang Pancasila dan Religi. Penjabaran sila-sila menurut
Driyarkara:
- Keadilan Sosial (sila 5)

Perikemanusiaan itu harus kujalani dalam bersama-sama menciptakan, memiliki, dan


menggunakan barang-barang dunia yang berguna sebagai syarat-syarat, alat-alat, dan
perlengkapan hidup. Penjelmaan Perikemanusiaan dalam sektor ini disebut Keadilan
Sosial.

- Demokrasi (sila 4)

Aku manusia niscaya memasyarakat; mengadakan kesatuan-karya. Agar kesatuan-


karya itu betul-betul merupakan pelaksanaan dari Perikemanusiaan, setiap anggota
harus dihormati dan diterima sebagai pribadi yang sama haknya. Cara melaksanakan
Perikemanusiaan dalam sektor ini (ialah pembentukan kesatuan-karya) kita sebut
Demokrasi. Cara ini harus dijalankan baik dalam masyarakat-kecil (kooperasi dan
sebagainya) mau pun dalam masyarakat besar.

- Kesatuan Indonesia (sila 3)

Perikemanusiaan harus juga kulakukan dalam hubunganku dengan kesatuan, yang


dengan proses lambat laun ditimbulkan oleh sejarah, keadaan tempat, keturunan,
kebudayaan, peradaban bersama, dan faktor yang lain. Kesatuan itu ikut serta
menentukan dan membentuk diriku sebagai manusia yang konkret dengan
perasaannya, semangatnya, pikirannya, dan sebagainya. Ada bersama pada
konkretnya berupa hidup dalam kesatuan itu. Jadi hidupku dalam kesatuan itu harus
merupakan pelaksanaan dari Perikemanusiaan. Kesatuan yang besar itu, tempat aku
pertama harus melaksanakan Perikemanusiaan, disebut Kebangsaan.

- Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila 2)

Aku manusia mengakui bahwa adaku itu merupakan ada-bersama-dengan-cinta-kasih


(liebendes Miteinandersein). Jadi, adaku harus aku jalankan sebagai cintakasih pula.
Cinta kasih dalam kesatuanku dengan sesama manusia, jika dipandang pada
umumnya, disebut Perikemanusiaan.

- Ketuhanan (sila 1)

Aku mengakui bahwa adaku itu ada bersama, serba terhubung, serba tersokong, serba
tergantung. Jadi adaku itu tidak sempurna, tidak atas kekuatan sendiri. Jadi aku
bukanlah sumber dari adaku. Semua hal yang ada dengan terbatas, justru karena
terbatasnya (sama dengan aku) tidak mungkin merupakan sumber adaku, tidak
mungkin memberi keterangan yang terakhir dari adaku. Yang dapat merupakan
sumber adaku pada akhirnya hanyalah Ada Yang Mutlak, Sang Maha- Ada. Sang
Maha-Ada itu bukanlah sesuatu, melainkan Pribadi yang Maha sempurna. Itulah
Tuhan Yang Maha Esa. Adaku yang berupa cinta kasih itu sebetulnya adalah cinta
kasih kepada Sang Maha-Cinta-Kasih, Sang Maha-Penyayang. Dalam pikiran ini aku
menemukan dasar dari adaku; jadi, dasar dari semua perbuatanku; jadi, dasar dari
pelaskanaan Perikemanusiaan, KeadilanSosial, dan lain-lain.

4. Prof. Dr. Kuntowijoyo (18 September 1943–22 Februari 2005)


Pencetus radikalisasi pancasila ini merasa resah karena pancasila hanya dijadikan
sebagai lip service bahkan dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkan
kekuasaan. Pancasila “tidak operasional”, sehingga bangsa Indonesia kehilangan
arah. Pancasila memang “jimat sakti”, namun jimat itu hanya disarungkan di
pinggang dan tak pernah digunakan untuk “berkelahi” terhadap korupsi, apalagi
dijadikan sebagai ideologi yang mengarahkan pembangunan nasional. Beberapa
tahapan radikalisasi diantaranya jadikan Pancasila benar-benar sebagai :

1). Ideologi negara

2). Salah satu sumber ilmu

3). Laksanakan Pancasila secara konsisten, koheren, dan koresponden

4). Jadikan Pancasila sebagai pelayan horizontal dan bukan vertikal

5). Jadikan Pancasila sebagai kriteria kritik kebijakan negara.

5. Menurut Ruslan Abdul Ghani


Menurut Ruslan Abdul Ghani, Pancasila diartikan sebagai sebuah filsafat negara yang
tercipta untuk menjadi ideologi kolektif demi kesejahteraan rakyat dan bangsa
Indonesia.

6. Menurut Menurut Ir. Soekarno


Arti pancasila menurut Ir. Soekarno adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-
menurun berabad-abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan
demikian, Pancasila bukan hanya sebagai falsafah negara, namun lebih luas lagi,
yaitu falsafah bagi bangsa Indonesia.

7. Menurut Muhammad Yamin


Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari kata 'panca' yang berarti lima dan
'sila' yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian, Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan
tentang tingkah laku yang penting dan baik.

Anda mungkin juga menyukai