Kajian Pustaka………………………………………………………………………II
Pembahasan…………………………………………………………………………III
- Aktualisasi Pengembangan Moral Pancasila Dalam Masyarakat…………….…………….………
- Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila…………….…………….…………….…………………
- Merajut Multikulturalisme di Era Disrupsi 4.0…………….…………….…………….…………...
- Konservasi Moral Melalui Pembangunan Karakter Bangsa Berdasarkan Pancasila………………
Penutup………………………………………………………………………………IV
- Kesimpulan…………………………………….
- Saran……………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….V
Pendahuluan
- Latar Belakang
Memahami Aktualisasi Pengembangan Moral Pancasila Dalam Masyarakat.
Mengetahui Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila.
Memahami Merajut Multikulturalisme di Era Disrupsi 4.0.
Mengetahui Konservasi Moral Melalui Pembangunan Karakter Bangsa Berdasarkan Pancasila.
- Rumusan Masalah
Aktualisasi Pengembangan Moral Pancasila Dalam Masyarakat.
Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila.
Merajut Multikulturalisme di Era Disrupsi 4.0.
Konservasi Moral Melalui Pembangunan Karakter Bangsa Berdasarkan Pancasila.
- Tujuan
Memahami Aktualisasi Pengembangan Moral Pancasila Dalam Masyarakat.
Mengetahui Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila.
Memahami Merajut Multikulturalisme di Era Disrupsi 4.0.
Mengetahui Konservasi Moral Melalui Pembangunan Karakter Bangsa Berdasarkan Pancasila.
Kajian Pustaka
Hakikat pribadi kemanusiaan adalah hakikat abstrak manusia. Hakikat abstrak terdiri atas unsur-unsur yang
bersama-sama menjadikan halnya atau barangnya yang bersangkutan ada. Hakikat abstrak adalah hakikat dari
hal atau barang yang tunggal jenis, misalnya hakikat manusia, hakikat hewan, hakikat tumbuh-tumbuhan dan
hakikat benda mati. Bangsa Indonesia sebagai kesatuan orang Indonesia mempunyai hakikat abstrak manusia.
Hakikat abstrak manusia tersebut menyebabkan terpisah dari makhluk lain-lainnya dan berbeda dari makhluk
lain-lainnya (Notonegoro, 1980).
Pembahasan
Istilah "Pancasila" yang sekarang telah menjadi nama resmi dasar negara mempunyai proses perkembangan,
baik ditinjau dari segi sejarahnya, dari segi penulisan
maupun penggunaannya. Istilah Pancasila ini akan dibicarakan secara etimologis, historis, dan terminologis.
Seorang penyair dan penulis istana kerajaan Majapahit
(1296-1478 M), dalam buku Negarakertagama. Istilah Pancasila dalam perjalanan sejarah Indonesia berikutnya
menjadi populer di kalangan tokoh-tokoh pendiri negara Indonesia
(Indonesian founding fathers) setelah istilah tersebut pertama kali dilontarkan oleh Soekarno dalam sidang
BPUPKI ke-1 hari ke-3 tanggal 1 Juni 1945.
Muhammad Yamin menjelaskan, Soekarno mengambil alih istilah Pancasila tetap dengan memberikan padanya
inti dan makna baru. Lima sila dalam Pancasila menunjukan ide-ide fundamental tentang manusia dan seluruh
realitas, yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan bersumber pada watak dan kebudayaan
Indonesia dan melandasi berdirinya negara Indonesia.
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan bangsa Indonesia sejak dulu.
Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bersumber
pada masa yang akan datang. hal ini berarti bahwa semua aktifitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan
kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa sebelumnya.
causa materialis (asal muasal bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat kebiasaan,
kebudayaan dan dalam agama-agamanya sehingga pada hakikatnya nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur nilai
adat kebudayaan dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya orang yang percaya kepada Tuhan.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
Bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
3. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaa dalam permusyawaratan perwakilan
Bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam kehidupan masyarakat,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Bahwa bangsa Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil
terhadap sesama.
Pancasila sebagai dasar negara dapat diartikan sebagai pondasi negara. Tanpa adanya pondasi yang kokoh,
suatu negara akan runtuh dan terpecah belah. Pancasila sebagai ideologi negara yaitu pedoman atau patokan kita
untuk hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila bersifat Universal atau dapat dikatakan bersifat obyektif dalam arti bahwa penelusuran kebenaran
tidak didasarkan oleh alasan rasa senang, setuju atau tidak setuju, melainkan karena alasan yang dapat diterima
oleh akal. Pancasila memiliki dan memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah sehingga dapat dipelajari
secara ilmiah.
Salah satu contoh pendekatan Pancasila dari sisi filsafat yang dapat diajukan adalah pendekatan etika, sebab
etika adalah cabang dari filsafat yang erat kaitannya dengan moral. Misal, ada ketentuan hukum yang
mewajibkan warga negara membayar pajak.
Kewajiban tersebut tidaklah kita terima begitu saja sebagai ketentuan yang ditetapkan oleh penguasa. Jika kita
membayar pajak itu dikarenakan hanya alasan mesti patuh atau terpaksa, maka dapatlah diperkirakan di antara
kita akan ada yang mengingkarinya.
Misalnya karena ada kebutuhan lainnya yang kita anggap sebagai lebih penting daripada membayar pajak.
Pancasila yang sekarang berlaku dalam sudut pandang dimensi ideal telah teruji dengan adanya prinsip-prinsip
umum universal yang pasti diterima di dunia. Pancasila oleh karena itu sebaiknya dijadikan prinsip-prinsip
mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan kapasitasnya sebagai dasar dan ideologi
negara.
Contoh persoalan penting lain misalnya pengujian secara ilmiah akademis mengenai kemampuan Pancasila
sebagai payung berdirinya Negara dan bangsa Indonesia, lebih-lebih jika ingin dikembangkan kea rah masa
depan yang penuh dengan tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan, sebab pada masyarakat Indonesia
dalam arti luas.
4. Nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan keseimbangan antara Hak dan Kewajiban Asasi Manusia
Pancasila menjamin hak asasi manusia melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Nilai-nilai Pancasila
dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu nilai ideal, nilai instrumental dan nilai praksis, Ketiga kategori nilai
Pancasila tersebut mengandung jaminan atas hak asasi manusia.
- Nilai Ideal yaitu merupakan unsur-unsur dasar dari Pancasila yang bersifat tetap. Bagian-bagian yang menjadi
nilai ideal dari Pancasila adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan.
- Nilai Instrumental yaitu suatu nilai yang bisa diukur dan dapat diubah, merupakan penjabaran dari nilai dasar
dalam bentuk UUD 1945 dan Tata Urutan Perundang-Undangan Negara menurut UU No.10 Tahun 2004
menjadi definisi singkat mengenai apa itu nilai instrumental.
- Nilai Praksis yaitu ilai instrumental Pancasila dalam menerapkan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari,
seperti kehidupan berbangsa, bermasyarakat, beragama, dan berbangsa. Sebagai tanggapan, perwujudan nilai-
nilai praktis Pancasila tersebut memiliki penjabaran dari nilai-nilai inti Pancasila.
Adapun visi pembelajaran Pancasila adalah terwujudnya kepribadiansivitas akademika yang bersumber pada
nilai-nilai Pancasila. Bertolak dari visi tersebut kemudian dijabarkan dalam misi pembelajaran Pancasila
bahwa :
Penutup
- Kesimpulan
Bangsa Indonesia mempunyai susunan kepribadian bertingkat, yaitu mempunyai hakikat kemanusiaan.
Hakikat pribadi kebangsaan dan hakikat konkret kebangsaan merupakan penjelmaan dari hakikat abstrak
manusia.
- Saran
Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Daftar Pustaka :
- BMP Pancasila MKDU4114 Hal 5.17
- BMP Pancasila MKDU4114 Hal 1.12 - 1.29
- BMP Pancasila MKDU4114 Hal 1.29 - 1.33
- BMP Pancasila MKDU4114 Hal 2.9 - 2.13
- BMP Pancasila MKDU4114 Hal 2.2 - 2.3