Anda di halaman 1dari 7

PANCASILA ADALAH BUDAYA BANGSA

Nama : Rafi Ulil Ahsanal


NIM : 045103462
Daftar Isi
Pendahuluan…………………………………………………………………………I
- Latar Belakang…………………………………………………………………………………..
- Rumusan Masalah………………………………………………………………………………
- Tujuan…………………………………………………………………………………………..

Kajian Pustaka………………………………………………………………………II
Pembahasan…………………………………………………………………………III
- Eksistensi Pancasila dalam Reformasi………………………………………………………….
- Etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara………………………………………
- Membangun Peradaban Politik Berdasarkan pancasila……………………………………….
- Amandemen UUD 1945 Ke 5………………………………………………………………….

Penutup………………………………………………………………………………IV
- Kesimpulan……………………………………………………………………………..
- Saran…………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka……………………………………………………………………….V

Pendahuluan
- Latar Belakang
 Eksistensi Pancasila dalam Reformasi .
 Etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Membangun peradaban politik berdasarkan Pancasila.
 Amandemen UUD 1945 Ke 5.

- Rumusan Masalah
 Mengetahui eksistensi Pancasila dalam Reformasi.
 Memahami etika politik kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Mengetahui cara membangun peradaban politik berdasarkan pancasila.
 Memahami Amandemen UUD 1945 Ke 5.
- Tujuan
 Mengetahui dan memahami eksistensi Pancasila dalam Reformasi.
 Memahami dan mengetahui etika politik kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Mengetahui dan memahami cara membangun peradaban politik berdasarkan pancasila.
 Memahami dan mengetahui Amandemen UUD 1945 Ke 5.

Kajian Pustaka
Eksistensi Pancasila pada saat ini sedang benar-benar diuji, yang dimana sekarang banyak terjadi kasus-kasus
pelanggaran hukum di Negara Indonesia. Hal tersebut terjadi karena sudah lunturnya nilai-nilai Pancasila di
setiap pikiran warga Indonesia. Tidak seperti saat-saat masa awal kemerdekaan, dimana setiap warga negaranya
menjunjung rasa persatuan dan kesatuan yang berlandaskan sila-sila Pancasila.

Seringnya mengutamakan kepentingan pribadilah yang menyebabkan terjadinya kasus-kasus pelanggaran


hukum di Indoneseia diantara lain korupsi, kolusi, nepotisme, terorisme dan masih banyak lagi. Sifat individual
yang tinggi inilah yang menyebabkan orang tidak mau mengerti kepentingan umum, dan hanya ingin
meningkatkan taraf hidup pribadi dengan berbagai cara yang ada, termasuk merampas hak-hak yang dimiliki
masyarakat lain.

Pembahasan

1. Eksitensi Pancasila Dalam Reformasi


Eksistensi Pancasila pada saat ini sedang benar-benar diuji, yang dimana sekarang banyak terjadi kasus-kasus
pelanggaran hukum di Negara Indonesia. Hal tersebut terjadi karena sudah lunturnya nilai-nilai Pancasila di
setiap pikiran warga Indonesia. Tidak seperti saat-saat masa awal kemerdekaan, dimana setiap warga negaranya
menjunjung rasa persatuan dan kesatuan yang berlandaskan sila-sila Pancasila. Seringnya mengutamakan
kepentingan pribadilah yang menyebabkan terjadinya kasus-kasus pelanggaran hukum di Indoneseia diantara
lain korupsi, kolusi, nepotisme, terorisme dan masih banyak lagi.
Sifat individual yang tinggi inilah yang menyebabkan orang tidak mau mengerti kepentingan umum, dan
hanya ingin meningkatkan taraf hidup pribadi dengan berbagai cara yang ada, termasuk merampas hak-hak
yang dimiliki masyarakat lain.

Namun, kenyataannya pada saat ini reformasi telah diartikan salah oleh bangsa Indonesia. Banyak gerakan
yang mengatasnamakan gerakan reformasi, namun sesungguhnya gerakan tersebut sangat jauh dan tidak sesuai
dengan makna dari reformasi itu sendiri. Misalnya saja, saat masyarakat melakukan aksi demo anarkis yang
pada akhirnya berujung dengan rusaknya fasilitas umum, dan menyebabkan jatuhnya korban yang tak bersalah.
Dalam melangsungkan suatu gerakan reformasi, masyarakat seharusnya mengetahui serta paham tentang makna
dari sebuah reformasi, agar dalam melangsungkan gerakan reformasi tetap pantas dan sesuai dengan tujuan
reformasi yang sesungguhnya.

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mengatur pemerintahan Negara atau digunakan sebagai
dasar Negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Sebagai pedoman utama Negara yang fundamental,
Pancasila menjadi sumber dari UUD 1945 dan wajib dijadikan dasar dalam menetapkan garis-garis haluan
Negara dan kebijaksanaan pemerintah. Selain itu, Pancasila juga mempunyai fungsi dalam beberapa persoalan
yang terjadi pada bangsa ini, antara lain: menghadapi tantangan globalisasi, sebagai modernisasi, dan pasca
reformasi. Pemahaman tentang peran Pancasila dari berbagai prespektif tersebut diperlukan agar tumbuh rasa
kebangsaan benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dalam rangka menghadapi globalisasi.

Kebangsaan setidaknya memiliki dimensi pemahaman, cita-cita dan tindakan. Dalam tataran pengertian itu
berisi faham untuk mengutamakan kepentingan bangsa dan memberikan energi untuk menjaga kelangsungan
hidup, pada tataran cita-cita itu mendorong untuk berbuat secara efektif bagi kepentingan bangsa dan dunia
serta pada tataran tindakan itu mengarahkan pada perilaku yang sesuai dengan kepentingan dan kepribadian
bangsa.

2. Etika Politik Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Indonesia sebenarnya memiliki nilai-nilai tradisional yang juga ditanamkan sejak dahulu, seperti: nilai-nilai
budaya, agama, dan adat istiadat yang bermacam-macam bentuknya dari Sabang hingga Merauke. Nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya antara lain seperti: kejujuran, keteladanan, sportifitas, toleransi, tanggung jawab,
reputasi, disiplin, etos kerja, gotong royong, dan lain-lain. Nilai-nilai tersebut sangat dihormati dan dipatuhi
oleh segenap elemen masyarakat hingga saat ini dan juga diimplementasikan di dalam pemerintahan. Bahkan
mengenai etika politik dan pemerintahan yang diatur di dalam perundangan, secara khusus ada juga aturan yang
menegaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kepada publik, seorang pejabat negara harus siap mundur
dari jabatannya apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai, ataupun dianggap tidak mampu
memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara. 

Apa yang terjadi di Indonesia saat ini masih jauh jika dibandingkan dengan keadaan di negara Jepang.
Meskipun tidak dapat dibandingkan secara fair (apple to apple) karena kedua negara memiliki kondisi ekonomi,
sosial, politik, budaya, dan hukum (ekosospolbudhuk) yang sangat berbeda, namun jika menyoroti secara
khusus terkait etika politik dan pemerintahan di kalangan elite politisi dan pejabat negara di Indonesia, nilai-
nilai tradisional Indonesia yang tertanam yang telah disebutkan tadi tidak nampak terlihat pada diri mereka
seperti apa yang nampak terlihat pada kalangan politisi dan pejabat negara di Jepang. 
Seorang politisi maupun pejabat negara  yang terlibat dalam kasus hukum, hendaknya dengan berjiwa ksatria
dapat menghadapinya sesuai dengan nilai-nilai etika dan budaya yang tertanam di bangsa ini. Apalagi melihat
cita-cita bangsa Indonesia adalah menuju kepada negara hukum (rechtsstaat) dimana dalam prosesnya
penegakan hukum harus dilaksanakan secara tegas dan tidak tebang pilih demi mencapai kepastian hukum.
Setiap orang pada dasarnya memiliki hak yang sama di hadapan hukum (equality before the law) untuk
mendapatkan proses peradilan yang jujur dan terbuka (fair trial) serta imparsial, sehingga pada akhirnya tidak
berpotensi melakukan tindakan menghalangi proses hukum (obstruction of justice).  

Jika kita menyalakan televisi, ada sebuah kasus hukum yang terjadi akhir-akhir ini yang menjerat seorang
pejabat negara. Yang bersangkutan seharusnya mengikuti proses hukum yang berlaku, namun pada faktanya
dirinya tidak menunjukan sikap kepatuhan tersebut. Bahkan atas kasus hukum yang menimpa dirinya, banyak
kejadian-kejadian unik yang akhirnya menggagalkan proses hukum yang seharusnya bisa dilaksanakan lebih
cepat. Terdengar kabar di media massa bahwa kasus tersebut akan dibawa penasihat hukumnya kepada
Pengadilan HAM Internasional. Pernyataan tersebut membuat para ahli hukum bertanya-tanya, apalagi melihat
bahwa kasus hukum yang menimpa pejabat negara tersebut bukan merupakan kasus pelanggaran HAM (seperti
kejahatan atas kemanusiaan, genosida, kejahatan perang, dan agresi menurut Statuta Roma) tetapi merupakan
tuduhan atas tindak pidana korupsi yang sedang diproses oleh KPK. Tidak ada pengabaian atas due process of
law antara lain: yang bersangkutan dibela oleh penasihat hukum, diberi kesempatan mengajukan praperadilan,
mengajukan saksi fakta dan ahli dan hak untuk membela diri. Jika yang dipersoalkan adalah hak asasi manusia,
proses praperadilan sendiri pada dasarnya dilaksanakan dengan ruh penghormatan atas hak asasi manusia
terhadap tersangka/terdakwa, dengan lebih mempersoalkan proses penangkapan, penyidikan, dan penyelidikan
dan bukan bukti-bukti material perkara. Secara umum tuduhan atas kasus hukum ini tidak berdampak signifikan
secara internasional melainkan merupakan kasus dugaan tindak pidana korupsi yang bisa diselesaikan melalui
pengadilan tipikor di dalam negeri.

Masyarakat Indonesia tentunya dapat menilai melalui apa yang terpapar di media massa, apakah hukum
berjalan dengan sepatutnya ataukah masih berada di titik nadirnya. Hingga kini belum terdengar berita apakah
pejabat negara yang terlibat kasus hukum tersebut akan mengundurkan diri dari jabatannya sesuai dengan etika
politik dan pemerintahan sebagaimana mestinya. Melalui banyaknya tayangan yang menampilkan tingkah
akrobatik kalangan elite politisi dan pejabat negara Indonesia, masyarakat Indonesia dapat segera
menyimpulkan bahwa meskipun nilai-nilai tradisional Indonesia telah tertanam sejak dahulu namun budaya
kepatuhan serta jiwa sportifitas rupanya belum mendarah daging dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Jika kita melihat kepada apa yang terjadi pada negara Jepang, memang sepertinya masih terasa jauh bagi
politisi serta pejabat negara ini untuk menuju ke arah sana. Namun selalu ada kesempatan bagi siapapun yang
memiliki keinginan untuk maju demi kepentingan bangsa dan negara. Atas dasar ketertinggalan dengan bangsa
lain, Indonesia harus bisa mengejar untuk menjadi negara modern yang dapat berpolitik dengan nilai-nilai
tradisional yang dibanggakan. Tentunya, semua berawal dari niat yang mulia dari para politisi dan pejabat
negara Indonesia.

3. Membangun Peradaban Politik Berdasarkan Pancasila

Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru
yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya
kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan
cenderung ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila
malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang
dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah
dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga
membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas
serta daya tarik pembelajaran Pancasila.

Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang
mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang
berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan
tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.

Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era
globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan
masyarakat.

Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran
berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada
kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan (P3KN). 

Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A.,
menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh
perkembangan global juga berdampak pada anak-anak. 

Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum
serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa
untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.

“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah Pancasila ideologi toleransi,
Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik
Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek.

4. Amandemen 1945 Ke 5

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 merupakan sumber hukum tertinggi di negara Indonesia. UUD 1945
mengalami amandemen sebanyak 4 kali melalui sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Amandemen
dilakukan untuk memperbaiki dan melengkapi rincian dari UUD yang asli.

Amandemen UUD 1945 digelar sejak tahun 1999-2002 sebanyak empat kali melalui sidang MPR, yaitu:

1. Perubahan Pertama UUD 1945: pada tanggal 14-21 Oktober 1999


2. Perubahan Kedua UUD 1945: pada tanggal 7-18 Agustus 2000
3. Perubahan Ketiga UUD 1945: pada tanggal 1-9 November 2001
4. Perubahan Keempat UUD 1945: pada tanggal 1-11 Agustus 2002
5. Berikut ini merupakan tujuan amandemen UUD 1945 secara umun, antara lain:
6. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai perlindungan maupun jaminan HAM.
7. Dapat menyempurnakan aturan dasar mengenai tata negara.
8. Bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai pelaksanaan ataupun kedaulatan rakyat.
9. Untuk melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara.
10. Bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa atau bernegara.
11. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis.

Penutup

- Kesimpulan
 Pancasila menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis.
 Pancasila bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa atau
bernegara.

- Saran
 Negara Indonesia harus memahami etika politik dan bernegara.
 Semua warga Negara harus mengetahui nilai dasar Pancasila dikarenakan Nilai-nilai pancasila menjadi
dasar penyelenggaraan negara secara demokratis.

Daftar Pustaka :
- https://www.kompasiana.com/indrioliv/60a1fa8bd541df261b0ee692/eksistensi-pancasila-dalam-reformasi
- https://www.franswinarta.com/news/kurangnya-etika-politik-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara/
- https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-tengah-era-globalisasi

Anda mungkin juga menyukai