Anda di halaman 1dari 4

Cara Mengatasi Korupsi di Indonesia

Pancasila dan UUD 1945 sejatinya adalah nilai yang dijadikan landasan berperilaku untuk
diaplikasikan sebagai bangsa, warga negara, dan pada akhirnya warga dunia. Mengapa? Sebab
pancasila dan UUD 1945 didasari oleh pemahaman tentang keberagaman yang ada, yang
merupakan pertimbangan terbaik untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Dalam
Pancasila, terdapat nilai-nilai yang dianggap baik dan buruk dalam bertingkah laku dalam
berbangsa bernegara. Dalam UUD 1945, terdapat aturan-aturan yang mengikat bagi tiap warga
negara untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Maka dalam hal ini, sudah selayaknya kehidupan
bertingkah laku bangsa dan negara menjadi selaras dengan Pancasila dan UUD 1945. Namun
realita justru menunjukkan kondisi yang berlainan. Kasus korupsi adalah contoh terbesar dari
tidak selarasnya kehidupan bertingkah laku dalam berbangsa dan bernegara yang tidak sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam korupsi, ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang
tidak hanya berlainan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, melainkan juga
penyimpangan-penyimpangan terhadap hajat hidup orang banyak. Maka dalam mengatasinya,
saya melakukannya sesuai dengan nilai-nilai itu sendiri, terutama nilai-nilai Pancasila, merujuk
pada buku ini.
Dalam Pancasila sila pertama berbunyi ‘’Ketuhanan Yang Maha Esa’’ mengindikasikan
adanya keyakinan pada Tuhan, keyakinan pada sesuatu yang lebih besar dan hebat daripada
manusia. Makna penting sila ini adalah toleransi dalam kehidupan antar umat beragama. Namun
dalam masalah korupsi, konsep ketuhanan dapat dijadikan doktin untuk menimbulkan rasa takut
atau perasaan berdosa apabila melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan,
contohnya korupsi. Tidak ada agama apapun di dunia ini yang mengatakan korupsi sebagai
sesuatu yang baik. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beragama sudah sepantasnya
menempatkan konsep Tuhan di atas segalanya sesuai dengan pancasila yang menempatkannya di
posisi pertama. Hal ini penting sebagai langkah mengatasi atau setidaknya meminimalisir kasus
korupsi, tidak secara fisik, namun secara psikologis.
Dalam Pancasila sila kedua yang berbunyi, ‘’Kemanusiaan yang adil dan beradab’’. Kasus
korupsi telah menunjukkan dengan jelas penyimpangannya, yakni dengan tidak adanya rasa
saling menghargai dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Merampas uang rakyat sama saja
dengan merampas hak asasinya dan karenanya, dapat saya katakan bahwa korupsi termasuk
dalam kejahatan kemanusiaan. Oleh karena itu, salah satu cara mengatasinya adalah dengan
menegakkan hukum dan menghukum para koruptor seberat-beratnya, seperti para penegak
hukum di negeri ini menghukum para pembunuh, pemerkosa, penganiayaan, maupun pencurian.
Para koruptor harus diberi efek jera atas perbuatannya, seperti yang telah dilakukan oleh
berbagai negara di dunia. Di Singapore dan China, seorang koruptor dihukum mati, mengapa di
Indonesia tidak? Jawabannya tentu berada dalam diri para penegak hukum. Apakah mereka
benar-benar ingin menghapuskan korupsi di Indonesia atau sekedar ajang formalitas belaka.
Selanjutnya, Pancasila sila ketiga yang berbunyi ‘’Persatuan Indonesia’’ juga menjadi begitu
penting dalam peranannya mengatasi korupsi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia dikenal
sebagai salah satu bangsa terkorup di dunia. Yang menyedihkan adalah kita semua tahu itu
namun kebanyakan dari kita diam saja, seolah-olah itu bukan masalah yang berarti. Dalam hal ini
ada suatu hal yang tercoreng, yakni jati diri bangsa. Istilah jati diri dapat diartikan sebagai ciri-
ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda. Jati diri pun diartikan sebagai
identitas. Jadi jati diri bangsa Indonesia adalah ciri-ciri atau identitas kita sebagai bangsa
Indonesia.
Mengingat bangsa Indonesia berasal dari ikatan-ikatan primordial, maka jati diri bangsa
Indonesia diarahkan pada nilai-nilai yang menunjukkan diri kita sejatinya sebagai bangsa
Indonesia. Oleh sebab itulah maka acuan sebaga jati diri bangsa Indonesia sebagai pedoman
tertinggi bangsa atau ideologi dan hukum dasar dalam bernegara adalah pancasila dan UUD
1945, yang harus dilaksanakan secara benar dan konsisten. Kita tentunya tidak ingin
pencorengan nama baik bangsa Indonesia yang berpedoman pada hal-hal baik, yang tertuang
dalam pancasila dan UUD 1945 terus berlanjut. Kasus korupsi adalah sebuah pengkhianatan
terhadap jati diri bangsa. Maka pengembalian jati diri bangsa lewat pancasila dan UUD 1945
adalah salah satu cara mengatasi korupsi. Semangat nasionalisme perlu dipupuk untuk
menimbulkan rasa cinta tanah air dan diharapkan atas dasar semangat nasionalisme itu, upaya
untuk menjaga nama baik bangsa tertanam di tiap warga negara Indonesia. Salah satu upaya
menjaga nama baik bangsa Indonesia adalah dengan tidak korupsi.
Dalam Pancasila sila keempat yang berbunyi, ‘’Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.’’ Kasus korupsi berada dalam status
kejahatan politik. Sebab bangsa Indonesia yang selama ini telah mengenal demokrasi dan tercatat
sebagai salah satu negara penganut demokrasi terbesar di dunia, kasus korupsi jelas telah
mencoreng kebanggaan tersebut. Maraknya kongkalikong diantara elit politik dalam jual beli
kekuasaan dan praktik-praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme, menunjukkan bahwa pengamalan
sila keempat dalam kehidupan bernegara adalah nol besar. Maka secara praktis, saya dapat
simpulkan bahwa salah satu cara mengatasinya adalah dengan melaksanakan transparansi
terhadap kegiatan politik.
Di era globalisasi saat ini, keadaan memang seolah-olah menunjukkan transparansi yang
amat besar, terbukti dengan banyaknya media massa, terutama televisi yang menyajikan kabar-
kabar politik Indonesia sedetil mungkin. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa transparansi yang
terjadi disini adalah merupakan hasil dari perjanjian bisnis jahat para elit politik dengan media
massa. Tidak semua media massa mengabarkan kebenaran sebagaimana hakikat sesungguhnya
dari transparansi itu sendiri. Kebanyakan dari media massa itu adalah media bayaran untuk
menjatuhkan atau mengharumkan suatu tokoh tertentu, dan kebanyakan dari media massa itu
juga merupakan alat politik untuk suatu korupsi yang lebih besar. Maka salah satu cara
mengatasi korupsi disini adalah transparansi semurni-murninya dalam hal terkait politik dan
penyelenggaraan kenegaraan tanpa embel-embel atau kongkalikong apapun dibaliknya.
Penegakan demokrasi juga perlu dilakukan sehingga para elit politik tidak bisa semena-mena
terhadap rakyat karena dibatasi oleh sistem yang mengutamakan logika dan keadilan.
Kepada sila yang terakhir, yakni ‘’Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’’, korupsi
dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyejahterakan rakyat. Timbulnya pengangguran,
kemiskinan merajalela, kesenjangan sosial semakin tinggi, fasilitas umum yang jelek dan tidak
terawat, gagalnya proyek-proyek memajukan negara, dan masih banyak lagi. Itu semua
merupakan akibat dari korupsi. Maka salah satu penyelesaiannya dapat berupa pengawasan ketat
tiap instansi, terutama instansi-instansi pemerintahan yang menjaga terjaminnya kesejahteraan
masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah sudah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
yang salah satu tugasnya adalah mengawasi gerak gerik para pejabat pemerintahan. Sayangnya,
usaha KPK ini belum maksimal dan masih perlu perbaikan lagi disana sini.
Jadi, kesimpulannya berdasarkan pedoman Pancasila dan UUD 1945, cara-cara mengatasi
korupsi atau setidaknya meminimalisir tindak kejahatan tersebut adalah dengan cara memupuk
iman dan doktrin konsep ketuhanan untuk memberikann rasa takut atau perasaan berdosa apabila
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan, contohnya korupsi, menegakkan
hukum, menghukum para koruptor seberat-beratnya, memupuk semangat nasionalisme untuk
menimbulkan rasa cinta tanah air, transparansi semurni-murninya dalam hal terkait politik dan
penyelenggaraan kenegaraan tanpa embel-embel atau kongkalikong apapun dibaliknya dan
penegakan demokrasi, serta pengawasan ketat tiap instansi, terutama instansi-instansi
pemerintahan yang menjaga terjaminnya kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai