Anda di halaman 1dari 39

MATERI

BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN


SEKOLAH DI KABUPATEN PEMALANG
TANGGAL 19-20 MARET 2019

DISAMPAIKAN OLEH :
TRIYONO SH, SIP.
PUSTAKAWAN DINAS ARPUS PROV JATENG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG


DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP
TAHUN 2019

1
PENDAHULUAN

Setiap bahan perpustakaan yang disajikan kepada pemustaka wajib


dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan bahan perpustakaan meliputi
pengecapan, inventarisasi, klasifikasi, penentuan tajuk subyek, pengkatalogan
deskriftif, penempelan label, dan perlengkapan lainnya untuk kelancaran pekerjaan
pelayanan perpustakaan. Perlengkapan sistem manual meliputi pembuatan kartu
buku, penempelan label, kartu tanggal kembali serta kantong buku. Begitu pula
kartu katalog sebagai sarana temu kembali informasi harus tersedia dan telah
tersusun pada laci katalog sesuai urutannya.
Setiap perpustakaan seyogyanya dapat mengusahakan agar pengolahan
dapat dilakukan menurut ketentuan yang baku. Semua pekerjaan perpustakaan
diperlukan teknik, metode, peralatan dan pedoman standar serta penerapan
peraturan dan pedoman yang taat asas. Ketatat-asasan dalam penerapan
peraturan dan penggunaan pedoman akan menimbulkan susunan koleksi yang
teratur sehingga setiap saat informasi dibutuhkan dapat ditemukan dengan cepat,
tepat dan mudah.
Dalam kesemapatan ini disampaikan materi : bagaimana melaksanakan
pengolahan bahan perpustakaan secara konvensional yang mengacu pada
pedoman yang berlaku secara nasional maupun internasional. Pengolahan bahan
perpustakaan konvensional merupakan cara-cara pengelolaan perpustakaan yang
mendasar dan biasanya banyak dilakukan oleh perpustakaan kecil seperti
perpustakaan desa/ kelurahan, perpustakaan rumah ibadah.
Dalam kesempatan ini kami sengaja menyampaikan materi pengolahan secara
konvensional untuk perpustakaan yang masih menggunakan sistem manual karena
memang pengetahuan ini merupakan prinsip dasar yang perlu difahami oleh setiap
pengelola perpustakaan.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi merupakan inovasi baru,
namun memerlukan biaya yang cukup fantastis. Teknologi memang banyak
membantu mempercepat kinerja serta pencapaian hasil yang maksimal. Bagi
perpustakaan, teknologi menjadi wadah menampung data serta sebagai sarana
akses yang cepat dan akurat. untuk dapat ke sistem otomasi atau jaringan para
pengelola perlu memiliki bekal pengetahuan pengolahan yang mendasar pula.
PEMALANG 19-20 MARET 2019

2
BAGIAN I
PENGECAPAN DAN INVENTARISASI

A. PENGECAPAN
1. Cap identitas perpustakaan untuk tepi buku
Bubuhkan cap identitas perpustakaan pada ketiga tepi buku. Peganglah
buku dalam posisi terlentang (judul menghadap keatas). Bubuhkan cap pada
tepi buku bagian bawah, kemudian pada bagian depan dan pada bagian
atas. Posisi buku tetap sama, yakni judul selalu menghadap keatas agar
pekerjaan pengecapan dapat dilakukan secara taat asas. Apabila buku
terlalu tipis, buku diliukkan terlebih dahulu baru dilakukan pengecapan.
Cap identitas berisi informasi mengenai nama perpustakaan yang
bersangkutan. Tulisan yang terdapat dalam cap biasanya tidak disingkat
agar dapat lebih jelas sebagai tanda kepemilikan; cap dibuat dengan ukuran
yang cukup panjang namun tidak melebihi ukuran tebal dan/atau tinggi buku
terkecil yang akan dikoleksi. Cap identitas perpustakaan untuk tepi buku
bisa berukuran 0,6 X 8 cm.
contoh cap identitas perpustakaan untuk tepi buku :

PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR NEGERI 01 PEMALANG

2. Cap identitas perpustakaan untuk halaman tertentu


Cap ini berukuran lebih pendek daripada cap untuk tepi buku., dengan
maksud agar tidak mengganggu informasi yang terdapat dalam setiap buku .
Untuk dapat membuat lebih pendek, tulisan yang terdapat didalamnya
disingkat. Ukuran dapat dibuat 0,6 cm X 4 cm atau 0,6 cm X 5 cm.
Bubuhkan cap secara konsisten pada halaman tertentu untuk setiap buku
baru yang akan dikoleksi. Pengecapan diusahakan rapi agar tidak
mengurangi keindahan wajah atau halaman buku. Pengecapan yang
sembarangan bisa mengurangi keindahan buku, bahkan mengganngu
pandangan pembaca sehingga lekas jenuh pada saat membaca
berlangsung.
Halaman tertentu yang dibubuhi cap adalah halaman yang telah dipilih,
diputuskan dan disepakati bersama oleh para pengelola perpustakaan yang
bersangkutan untuk dilaksanakan secara berkelanjutan; misalnya halaman
judul, halaman 10, halaman 25, 50 dan seterusnya setiap kelipatan 25 serta

3
halaman terakhir. Sebagian pustakawan menyebut halaman tertentu ini
dengan sebutan halaman rahasia.

Contoh cap untuk halaman tertentu

PERPUS SD PEMALANG 01

CATATAN : buku titipan tidak diperkenankan untuk dibubuhi cap identitas


perpustakaan, karena pada suatu saat akan dikembalikan kepada
pemiliknya
3. Cap inventaris
Cap inventaris dibubuhkan pada halaman verso (dibalik halaman judul),
pada tempat yang kosong (tidak memuat informasi buku).
Upayakan pembubuhan cap tidak menutup tulisan atau mengganggu
informasi dalam setiap halaman buku. Pembubuhan cap ini dimaksudkan
untuk menyediakan tempat penulisan nomor inventaris dan tanggal mencatat
dalam buku inventaris. Ukuran cap lebih besar, memuat informasi : “nama
perpustakaan, tanggal terima dan nomor induk buku”. Penyediaan kolom
tanggal terima dan nomor induk maksudnya untuk memberikan ruang
kepada petugas bagian inventarisasi untuk mencantumkan tanggal terima
dan nomor induk/ nomor inventaris.
Contoh cap inventaris

PERPUSTAKAAN SD PEMALANG 01
KECAMATAN PEMALANG
Tgl. Terima :
No. induk :

B. INVENTARISASI BUKU
Pencatatan nomor inventaris pada buku yang akan dikoleksi hendaknya
beriringan dengan pencatatan nomor inventaris ke dalam buku inventaris (buku
induk). Usahakan agar pada setiap satu halaman buku inventaris dapat
mendaftar jumlah eksemplar buku yang sama. Misalnya : halaman satu buku
inventaris memuat 12 nomor untuk 12 eksempalar buku, maka pada halaman
kedua, ketiga dan seterusnya juga harus sama. Setiap eksempar buku memiliki
nomor inventaris yang berbeda, walaupun judul dan pengarangnya sama.
Penentuan muatan baris yang sama untuk setiap halaman buku induk adalah
untuk memudahkan dalam penghitungan eksempar buku yang telah didaftar.

4
Bila tebal buku induk 200 halaman, maka jumlah buku yang telah terdaftar
dalam satu buku induk sebanyak 12 X 200 = 2.400 eksemplar.

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PEMALANG


PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR NEGERI 01

BUKU INVENTARIS
PERPUSTAKAAN DESA MADU

No Judul Pengarang Penerbi Tahun Notasi Ed./Cet Asal Keterangan


Buku t Terbit Kelas

Buku inventaris bermanfaat untuk mengetahui berapa jumlah buku yang telah
dikoleksi oleh suatu perpustakaan. Kolom-kolom dalam buku inventaris dibuat
sesuai dengan kebutuhan yang dikendaki oleh perpustakaan.
Kolom sebagaimana gambar diatas bisa ditambah apabila dirasa perlu,
misalnya
kolom : “nomor judul, tanggal pencatatan, dan kota terbit”.
Yang penting pada setiap kolom yang telah dibuat akan memuat catatan penting
untuk perpustakaan yang bersangkutan.

BAGIAN II
KLASIFIKASI BAHAN PERPUSTAKAAN

Kegiatan klasifikasi bahan perpustakaan dalam pengkatalogan berupa


penetuan notasi kelas untuk membentuk nomor panggil (Call Number).

5
Nomor panggil merupakan kode identifikasi unik yang merupakan kesatuan unit dari
nomor klas, tiga huruf pertama dari kata utama yang dipakai sebagai tajuk (biasanya
nama yang paling bertanggung-jawab dari karya bersangkutan) dan satu huruf
pertama dari judul serta kode tambahan lainnya seperti keterangan volume, copy,
tahun dan kemungkinan keterangan penting lainnya. Pada kartu katalog, nomor
panggil diketik disebelah ujung kiri atas,  setengah sentimeter dari tepi kiri dan
setengah sentimeter dari tepi atas. Nomor panggil berfungsi untuk menentukan
letak (di ruang dan atau rak mana) bahan perpustakaan itu disusun dan ditemukan
kembali pada saat dibutuhkan. Tanpa nomor panggil bahan perpustakaan tidak
dapat ditemukan kembali dengan cara sistematis cepat dan mudah.
Kegiatan klasifikasi sangat erat hubungannya dengan kegiatan “Penentuan
Tajuk Subyek”. Hasil akhir kegiatan klasifikasi berupa angka atau notasi kelas
sedangkan dalam penetuan tajuk subyek berupa istilah atau kata-kata atau frase
yang mewakili subyek setiap bahan perpustakaan.
Pedoman yang dipakai dalam klasifikasi dipilih salah satu skema yang banyak
dilakukan oleh berbagai perpustakaan yaitu DDC (Dewey Decimal Classification),
sedangkan dalam penentuan tajuk subyek digunakan pedoman “Daftar Tajuk
Subyek untuk Perpustakaan”.

A. PENGERTIAN KLASIFIKASI
Kata ‘klasifikasi’ berasal dari bahasa Latin yang artinya proses
pengelompokan yakni mengumpulkan benda yang sama dan memisahkan
benda yang tidak sama. Dalam ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia klasifikasi
adalah penyusunan bersistem di kelompok atau golongan menurut kaidah atau
standar yang ditetapkan. Secara umum klasifikasi didefinisikan sebagai usaha
menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan yang sistematis. Klasifikasi
dapat diartikan pengelompokan yang sistematis dari sejumlah obyek, gagasan,
buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu yang memiliki
paling sedikit satu ciri yang sama.
Dengan adanya klasifikasi akan membantu manusia menyusun pikiran dan
kesan yang semula tidak teratur menjadi teratur.
Di bidang perpustakaan klasifikasi merupakan penyusunan sistematik
terhadap buku dan bahan perpustakaan lain dalam cara yang paling berguna
bagi mereka yang mencari informasi. Klasifikasi sebagai sarana pengaturan
bahan perpustakaan di rak, yang akan membantu pemakai mengidentifikasi dan
menempatkan bahan tersebut berdasarkan nomor pangil dan mengelompokkan
bahan perpustakaan sejenis menjadi satu.

6
Klasifikasi bahan perpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut :
1) Dikelompokkan berdasarkan asal bahan ;
Bahan perpustakaan dari bahan kertas dipisahkan dari bahan terbuat dari
plastik.
2) Dikelompokkan berdasarkan bentuk fisik
buku-buku dipisahkan dari majalah, kaset, VCD/DVD dan film.
3). Dikelompokan berdasarkan ukuran;
Sejumlah buku yang memiliki ukuran sangat menonjol, misalnya ukuran
tinggi jauh berbeda dengan yang lainnya perlu dipisahkan dan disusun
di rak tersendiri.
4) Dikelompokan berdasarkan bahasanya ;
Buku yang tertulis dalam bahasa asing dapat dipisahkan dengan buku yang
tertulis dalam bahasa Indonesia. Hal ini dimungkinkan apabila jumlah koleksi
berbahasa asing cukup banyak (satu rak atau lebih) sedangkan pembaca
koleksi tersebut masih sangat terbatas.
5) Dikelompokkan berdasarkan kelompok usia pemakainya ;
Pengelompokan seperti ini dapat ditemukan di berbagai perpustakaan umum
baik perpustakaan daerah tingkat propinsi, kabupaten/kota.
6) Dikelompokkan berdasarkan isinya atau subyeknya ;
Pengelompokkan berdasarkan ciri subyek atau isi dikatakan klasifikasi fun-
damental sedangkan pengelompokkan berdasarkan cara lainnya disebut
klasifikasi artificial (buatan manusia). Dengan dilakukannya klasifikasi bahan
perpustakaan, buku-buku yang subyeknya sama akan terkumpul dalam
satu jajaran, sedangkan subyek-subyek terkait akan tersusun berdekatan,
sehingga pada suatu ketika ada yang membutuhkan, dapat ditemukan
kembali dengan cara sistimatis cepat dan mudah.

B. MANFAAT KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA


Manfaat klasifikasi bahan pustaka di perpustakaan antara lain:
1) Memudahkan penelusuran dan temu kembali informasi di perpustakaan ;
2) Memudahkan penyusunan/ penempatan kembali buku-buku di rak
3) Apabila ada penambahan buku atau bahan pustaka baru bisa langsung
ditempatkan pada tempat yang semestinya
4) Memudahkan penyusunan katalog berkelas
5) Bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan koleksi yang dimiliki

7
Klasifikasi yang tepat dan konsisten sangat membantu pemustaka dalam
mencari informasi sejauh informasi itu terdapat dalam koleksi perpustakaan.
Oleh karena itu petugas pengolahan bahan pustaka wajib mengikuti alur kerja
yang benar walaupun dalam kurun waktu tertentu sering berganti.

C. MENGENAL DDC
DDC (Singkatan dari Dewey Decimal Classification) adalah salah satu
pedoman untuk mengklasifikasikan buku di perpustakaan menurut subyeknya.
DDC terdiri dari 3 bagian, yaitu : Bagan; Tabel pembantu dan Indeks relatif

BAGAN DDC
Bagan DDC terdiri dari serangkaian notasi bilangan (disebut nomor
kelas) untuk kelas utama dan semua perincian lanjutannya yang disusun
menurut prinsip-prinsip dasar DDC. Sistem Klasifikasi Persepuluhan Dewey
berusaaha untuk menyusun semua subyek yang mencakup seluruh ilmu
pengetahuan manusia ke dalam suatu susunan sistematis dan teratur. Bagan
DDC terdiri dari kelas utama, devisi, seksi, subseksi yang masih dapat diperinci
lagi.
Pembagian 10 kelas utama adalah sebagai berikut :
000 = Karya Umum 500 = Ilmu-ilmu Murni
100 = Filsafat dan Psikologi 600 = Teknologi dan ilmu terapan
200 = Agama 700 = Kesenian dan Olah Raga
300 = Ilmu-ilmu Sosial 800 = Kesusastraan
400 = Bahasa 900 = Geografi dan Sejarah Umum

Setiap kelas utama dibagi lagi secara desimal menjadi 10 kelas (divisi);
300 = Ilmu-ilmu sosial
310 = Statistik
320 = Ilmu Politik
330 = Ilmu Ekonomi
340 = Ilmu Hukum
350 = Administrasi Umum
360 = Masalah Sosial dan Pelayanan
370 = Pendidikan
380 = Perdagangan, Komunikasi, Transportasi
390 = Adat istiadat, Etiket, Cerita rakyat

8
Setiap divisi terbagi lagi menjadi 10 bagian yang disebut seksi; sehingga dari 10
divisi diperoleh 1000 seksi.
Divisi 370 (Pendidikan) terbagi menjadi 10 seksi sebagai berikut :
370 = Pendidikan
371 = Pendidikan secara Umum
372 = Pendidikan Dasar
373 = Pendidikan Menengah
374 = Pendidikan Dewasa
375 = Kurikulum
376 = Pendidikan Wanita
377 = Sekolah dan Agama
378 = Pendidikan Tinggi
379 = Pendidikan dan Negara
Kemudian Seksi dapat dibagi lagi secara desimal menjadi sub seksi.

INDEKS RELATIF
Indeks DDC, merupakan daftar tajuk dengan princian aspek-aspeknya,
yang disusun secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas,
yang memungkinkan orang untuk menemukan tajuk (yang tercantum dalam
Indeks) pada bagan dan tabel-tabel.
Pada bagan, berbagai aspek dari suatu subyek terpisah-pisah letaknya, dalam
berbagai disiplin ilmu, sedangkan di dalam indeks, aspek-aspek suatu subyek
dukumpulkan bersama-sama di bawah tajuk subyeknya, dan disertai indikator
letaknya (notasi kelas) sesuai yang terdapat dalam dalam bagan dan tabel.
Oleh karena penempatan aspek-aspek subyek yang tidak tetap inilah maka
indeks DDC disebut Indeks Relatif. Dengan kata lain bahwa tajuk dalam
bagan disusun secara sistematis dan tajuk dalam indeks secara alfabetis.
Perlu diperhatikan bahwa kelas yang dicantumkan di belakang tajuk atau aspek-
aspeknya dalam setiap entri indeks benar-benar hanya merupakan indikator
saja, sehingga orang harus membandingkannya dengan nomor kelas pada
bagan untuk mendapatkan nomor kelas yang paling tepat.

Listrik
Fisika 537
Teknik 621.3
Listrik, Arus 537.6

9
Listrik, Kabel 621.319
Listrik, Penerangan 621.39
Lisrik, Pengujian 621.37
Listrik, Penyediaan 351.87
Lithunia T2 - 475

TABEL-TABEL
Tabel adalah serentetan notasi yang saling berhubungan dan
menunjukkan berbagai konsep khusus, digunakan berulang-ulang dengan
berbagai subyek dan disiplin. Notasi dalam tabel-tabel tidak dapat berdiri
sendiri dan hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang
terdapat dalam bagan.
Dalam edisi ringkas (edisi terjemahan) terdapat 2 macam tabel sebagai
berikut :
1. Tabel 1 – 6 [selalu ditunjukkan dengan huruf “ T “]. sebagai berikut :
 Tabel 1 Subdivisi Standar
 Tabel 2 Wilayah
 Tabel 3 Subdivisi dari Masing-masing Kesusastraan
 Tabel 4 Subdivisi dari Masing-masing Bahasa
 Tabel 5 Ras, Bangsa , Kelompok Etnis
 Tabel 6 Bahasa-bahasa
2. Serangkaian notasi yang ditabulasikan yang didalamnya ditemukan
catatan tambahan dibawah notasi khusus dalam bagan dan biasanya
terdapat dalam tabel 1 – 6.

D. PRINSIP-PRINSIP KLASIFIKASI
Agar petugas bagian klasifikasi tidak banyak mengalami kesulitan,
seyogyanya terlebih dahulu memahami beberapa prinsip klasifikasi.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengkalisifikasi buku
berdasarkan subyeknya, sebagai berikut :
1. Klasifikasikan bahan pustaka menurut subyeknya, kemudian menurut
bentuknya, Contoh : Kamus istilah biologi, dikelaskan pada 574.03; bukan
kelas 03 (kamus) tetapi subyeknya biologi yang dikemas dalam bentuk
penyajian kamus.
2. Klasifikasikan buku menurut maksud dan tujuan pengarangnya;
misalnya : Indonesia selayang pandang = 915.98 adalah buku yang berisi
mengenai Geografi bukan fiksi atau kesusastraan

10
3. Klasifikasikan buku menurut subyek yang paling spesifik;
misalnya : Budidaya ikan di air tawar = 639.98 Jangan diberikan notasi 639
(mengenai perikanan) karena terlalu luas.
4. Apabila terdapat dua subyek yang saling berhubungan, klasifikasikan buku
yang paling banyak mendapat tekanan dalam uraiannya; misalnya Gempa
bumi dan konstruksi bangunan dikelaskan ke dalam 639.8. mengenai
konstruksi untuk maksud khusus, bukan 551.2 (mengenai gempa bumi).
5. Apabila suatu karya dapat ditempatkan dalam dua notasi kelas yang sama
benarnya, kelaskan pada subyek yang paling banyak digunakan pemakai;
misalnya : Riwayat hidup seorang ahli politik = 923.2 (di perpustakaan
umum).
6. Apabila suatu karya membahas dua atau tiga subyek yang berimbang dan
merupakan bagian subyek yang lebih luas, kelaskan ke subyek yang lebih
luas; misalnya Hindu, Yahudi dan Islam = 290 yang meliputi seluruh subyek
yang terkandung dalam suatu karya.
7. Bila membahas dua subyek tanpa ada yang diutamakan, kelaskan ke subyek
yang disebut terlebih dahulu dalam bagan; misalnya : Hukum dan Politik
dikelaskan pada notasi 320 tentang ilmu politik, bukan 340 (tentang hukum)
karena notasi 320 lebih dahulu disebut dalam bagan DDC.
8. Bila subyek suatu karya tidak mempunyai nomor klasifikasi dalam bagan,
klasifikasikan pada nomor yang paling dekat.
Dengan memahami prinsip-prinsip ini, petugas bagian klasifikasi telah memiliki
dasar sebagai pegangan dalam melakukan pekerjaan klasifikasi.

E. CARA MENGKLASIFIKASI BUKU


1. Menentukan Subyek/ isi Buku
Setiap menentukan subyek suatu karya yang akan dikatalog, petugas
perpustakaan terlebih dahulu melakukan analisis subyek. Dalam proses
klasifikasi, petugas telah mengetahui tentang apa atau isinya apa bahan
perpustakaan tersebut; walaupun hanya secara umum. Analisis subyek bukan
berarti analisis bidang pengetahuan (dalam arti luas); analisis subyek yang
diperlukan adalah analisis subyek sebagaimana subyek itu diungkapkan dalam
bahan perpustakaan. Petugas yang melakukan klasifikasi tidak dituntut untuk
menjadi ahli dalam suatu bidang pengetahuan; Namun harus berbekal
pengetahuan tentang sifat, struktur, dan hubungan yang terdapat diantara
bidang-bidang pengetahuan. Misalnya analisis bidang pengetahuan geografi
yang meliputi sifat, struktur, metodologi dan hubungannya dengan

11
pengetahuan lain seperti ekonomi, geologi, biologi, dan sejarah merupakan
latar belakang pengetahuan yang diperlukan dalam analisis subyek.
Informasi yang diperoleh dalam proses analisis dapat diperoleh dengan :
 Membaca judul bahan perpustakaan
Kebanyakan buku-buku ilmiah, judul telah mencerminkan isi. Sering kali
dengan melalui judul saja suatu buku telah dapat ditentukan subyeknya.
Namun tidak semua judul atas suatu karya mencerminkan isinya apa.
Apabila pustakawan tersebut menemukan karya yang demikian, dalam
kegiatan analisis subyek perlu dilakukan dengan langkah-langkah
selanjutnya sebagai berikut :
 Membaca Kata Pengantar (dalam bahan perpustakaan tersebut) .
Kata Pengantar ialah suatu penjelasan yang fungsinya mengantarkan
hal-hal yang dianggap perlu, terutama mengenai maksud dan tujuan
penulisnya serta, sistimatika karangan, sudut pandangan penulis, lingkup
pembahasan, untuk siapa buku itu ditulis.
 Membaca Daftar Isi
Daftar isi memuat bab-bab dan sub bab yang dibahas dalam suatu buku.
Adakalanya melalui daftar isi suatu buku telah dapat ditentukan subyeknya.
 Membaca Pendahuluan
Pendahuluan (Introduction), merupakan teks atau awal pembahasan dari
sebuah buku. Kadang-kadang juga dijadikan bab pertama dari buku yang
bersangkutan. Pendahuluan memberikan keterangan lebih jauh tentang
subjek yang dibahas; (dibandingkan dengan Kata Pengantar).
 Membaca Blurb
Memuat garis besar kandungan sebuah buku dan berisi pula
rekomendasi dan pujian dari penerbit tentang buku yang bersangkutan
beserta keistimewaan-keistimewaannya, baik isi, cara penyajian maupun
tentang penulisnya. Biasanya dicetak pada sampul belakang bagian
luar atau jaket buku. Ini salah satu cara untuk mendorong agar orang
tertarik akan buku tersebut; terutama terdorong untuk membelinya. Apabila
membaca blurb juga belum tergambar jelas isi / subyek buku maka
perlu langkah berikut.
 Melalui Bibliografi
Bibliografi merupakan daftar pustaka yang digunakan oleh pengarang
untuk menyusun karya tersebut. Bibliografi biasanya terdapat pada akhir
tulisan. Karena biobliografi sebagai dasar penulisan suatu karya oleh

12
pengarang, maka subyeknya sama atau relevan dengan hasil karya
tersebut.
 Apabila sampai langkah tersebut belum dapat membantu, hendaknya
dengan membaca sebagian atau keseluruhan dari isi karya tersebut.
 Memungkinkan dapat menggunakan sumber lain seperti bibliografi,
katalog, kamus, ensiklopedi tinjauan buku dan sebagainya.
 Bila semua yang tercatat diatas belum juga membantu menentukan
subyek, maka pustakawan sebaiknya bertanya kepada ahli subyek
tersebut.
2. Menentukan notasi kelas
Caranya :
 konsep subyek hasil analisis (disebut bahasa alami atau bahasa kita
sendiri) dicari apakah terdaftar dalam “Indeks Relatif”. Bila tidak
terdaftar, kita analisa lagi lebih dalam.
 Bila ternyata ditemukan dalam indeks tersebut , pilih subyek yang lebih
tepat kemudian cocokkan ke dalam bagan DDC. Kegiatan ini disebut
penerjemahan dari bahasa alami ke bahasa indeks.
 Bagi pustakawan yang telah terbiasa menggunakan DDC dan telah
memahami struktur bagan klasifikasi, mereka dapat langsung
menelusur notasi kelas ke dalam bagan dari kelas utama – devisi -
seksi sampai subseksi tanpa melalui indek relatif.
 Untuk memperluas notasi, bisa ditambah dengan notasi yang terdapat
dalam tabel.

F. MENGGUNAKAN TABEL PEMBANTU


Adakalanya pustakawan kurang memperhatikan penggunaan tabel
pembantu, padahal untuk mengklasifikasi suatu karya dalam subyek yang
terperinci sangat diperlukan. Mungkin untuk perpustakaan kecil, kesulitan
belum terasa; Apabila kesalahan ini dibiarkan untuk pelaksanaan klasifikasi
bahan pustaka di perpustakan yang cukup besar akan berakibat banyak subyek
spesifik terkumpul menjadi satu sang akhirnya menyulitkan penelusuran
informasi di perpustakaan. Untuk itu perlu disajikan penggunaan tabel
pembantu sebagaimana yang ada dalam DDC edisi ringkas. Apabila di tempat
kerja disediakan edisi lengkap, prinsip ini wajib dipegang dengan sedikit
penambahan yang semuanya dapat dikonsultasikan dengan pustakawan senior.

TABEL 1 SUBDIVISI STANDAR

13
Bila notasi suatu subyek telah ditemukan dalam bagan, adalalanya perlu
dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan ‘bentuk” diambil dari notasi yang
terdapat dalam Tabel 1 (Subdivisi Standar). Tabel 1 bertujuan untuk
menjelaskan bentuk suatu karya,
misalnya : - 03 bentuk penyajian kamus dan ensiklopedi
- 05 bentuk penyajian terbitan berkala.
- 01 bentuk penyajian intelektual yang bersifat teori
- 09 bentuk penyajian intelektual sejarah dan geografi.
Contoh : ► Majalah ilmu kedokteran, diberikan notasi kelas 610.5
Artinya 610 = Ilmu kedokteran
- 05 = Majalah
► Sejarah filsafat = diberikan notasi kelas 109
► Bila diuraikan,100 = Ilmufilsafatdan –09(T1) = sejarah.

Dalam bagan terdapat 5 cara untuk menggunakan Tabel 1


a. Tidak ada instruksi
 ND + T1 [Notasi dasar + Tabel 1].
Contoh : kamus asuransi dikelaskan kedalam notasi 368.03 karena
dibawah notasi 368 tidak ada instruksi untuk menambahkan Tabel 1.
b. Terdaftar dalam bagan (lengkap)
-> Notasi dari bagan [tanpa menambahkan Tabel –1]
Contoh : Buku yang berjudul filsafat agama dikelompokkan ke dalam
200.1 Karena dibawah notasi 200 (dalam Bagan) mengenai ‘ agama ‘
telah terdaftar secara lengkap.
c. Terdaftar sebagian
-> diperluas dengan T1 [Notasi Tabel 1]
Contoh : “Kamus biologi” tentu dikelaskan kedalam notasi 574.03
karena dibawah subyek biologi yaitu notasi 574 terdaftar sebagian
sebagaimana ditunjukkan dibawah ini.
574 = Biologi
- 01 [T1] = Filsafat dan teori
-072 [T1] = Penelitian

d. Ada instruksi menggunakan dua nol [ 00 ]


ND + 00 + T1 [Notasi Dasar +00 + Notasi Tabel 1]
Contoh : Buku berjudul Garis besar hukum tata negera dikelaskan
dalam Notasi ini terdiri dari 342 (hukum tata negara) dari Bagan dan -0202

14
(garis besar) dari Tabel 1.
Untuk membuktikan kebenaran notasi kelas yang diberikan dapat melihat
instruksi dibawah notasi dasar 342 (dalam bagan) sebagai berikut :
342 Hukum Konstitusional dan administratif (Hukum Tata Negara)
Golongkan disini karya komprehensif dari hokum publik
Gunakan 342.001 – 342.009 untuk subdivisi standar.
e. Instruksi Penggunaan ‘tiga nol’ [ 000].
-> ND + 000 + T1 [Notasi Dasar + 000 + Notasi Tabel 1]
Contoh : Buku berjudul Kamus Teknik dapat dikelaskan dalam
620.003.
Rinciannya sebagai berikut :
620 = ilmu teknik
-03 = kamus
Petunjuk dibawah notasi 620 (dalam bagan)
. 001 – 009 Subdivisi Standar
Jadi kamus teknik dikelaskan kedalam notasi 620.003 sedangkan
majalah teknik kedalam 620.005.
Pada halaman 32 ditunjukkan mengenai penggunaan tabel dengan me
nambah 000 , namun penjelasan ini tidak diikuti sepenuhnya dalam bagan.
Penjelasan dimaksud adalah sebagai berikut :
Notasi-notasi berikut ini tidak pernah digunakan bersama dengan setiap
angka dari bagan klasifikasi, umpama [-05 dalam Tabel] patologi tumbuhan
581.2, menjadi 581.205. Bila pada suatu angka tertentu pembagiannya
sudah mulai dengan 0, gunakan –0001 –009 untuk sub pembagian
standar; bila notasi mulai dengan 0 atau 00 mempunyai arti tersendiri,
gunakan –0001 – 0009. Contoh : Kamus militer 355.003 bukan 355.03
karena 355.03 adalah situasi dan politik militer;
Namun penerapan 000 (penambahan tiga nol) dalam instruksi : majalah
pemerintah daerah 352.0005 tidak sesuai dengan instruksi dalam bagan.
Ini merupakan salah satu keterbatasan buku pedoman yang disusun.
Semestinya dibawah notasi 352 (bagan) diberikan rincian yang cukup
mengenai instruksi perluasan notasi dengan menggunakan Tabel 1. Bila
perlu bisa ditambahkan sendiri.

TABEL2 WILAYAH, PERIODE, ORANG

15
Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya, misalnya
buku yang berjudul Angkatan Laut perlu ditambahkan notasi wilayah
Indonesia.
Cara penambahan Tabel 2
a. Tidak ada instruksi
ND + 09 (aspek geografis dari T1) + T2
Contoh : sebuah buku berjudul Ekonomi perburuhan di Indonesia
dikelaskan ke dalam notasi 331.09598. Hal ini karena dibawah notasi 331
pada bagan tidak terdapat instruksi untuk menambahkan notasi sasdar
bersangkutan. Untuk itu notasi wilayah boleh ditambahkan tetapi harus
melalui Subdivisi Standar –09, sehingga notasi lengkap yang diperoleh
menjadi 331.09598 (yang terdiri dari 331 +09 + 598).
b. Ada instruksi
-> ikuti sesuai instruksi
Apabila dalam bagan terdapat instruksi untuk menambahkan notasi Tabel 2,
seperti “Tambahkabn notasi wilayah … dari Tabel 2 pada angka dasar … “.
Misalnya buku yang berjudul Partai Politik di Malaysia akan digolongkan
dalam notasi 324.2595.
c. Untuk geografi suatu wilayah
-> ND geografi (91) + T2.
Misalnya Geografi Indonesia dikelaskan dalam notasi 915.98.
d. Untuk sejarah suatu wilayah
-> ND sejarah (9) + ND suatu wilayah (T2)
Misalnya Sejarah Jepang 952.

TABEL 3 SUBDIVISI MASING-MASING KESUSASTRAAN


Dalam kelas 800 (kesusastraan) dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut
Subdivisi Masing-masing Sastra. Misalnya –1 bentuk puisi, -2 bentuk drama,
dan sebagainya. Notasi yang terdapat dalam Tabel 3 hanya dapat ditambahkan
pada notasi dasar suatu sastra. Notasi yang berakhir angka 0 notasi dasarnya
adalah 2 angka pertama saja. Misalnya notasi dasar sastra Inggris = 82 bukan
820.
Cara menggunaklan Tabel 3
a. Sudah terdapat dalam bagan tetapi belum lengkap
-> ND + T3 (bila dirasa perlu)
Contoh : 820 = Kesusastraan Inggris (terdaftar dalam bagan)
-0202 = Darama untuk radio dan Televisi (T3)

16
Jadi 822.02 = Drama Inggris untuk radio dan televisi.
b. Tidak terdaftar dalam bagan
-> ND + T3 (notasi bentuk sastra)
Contoh : 839.3 = Kesusastraan Belanda
-3 = Fiksi (T3)
Jadi Fiksi Belanda = 839.33.

TABEL 4. SUBDIVISI MASING-MASING BAHASA


Dalam kelas 400 (Bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut
Subdivisi masing-masing bahasa. Notasi yang terdapat dalam Tabel 4 ini
berlaku khusus artinya hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu
bahasa dalam kelas 400. Notasi bahasa yang terditi dari tiga digit dan
berakhiran dengan nol [ 0 ], maka notasi dasarnya hanya dua digit pertama
saja. Misalnya notasi untuk subyek bahasa Inggris = 42 bukan 420.
Cara penggunaan Tabel 4 adalah sebagai berikut :
a. Sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
-> ND + T4 [Notasi Dasar Bahasa + Notasi Bentuk Bahasa]
Contoh : 421 = Sistem tulisan dan fonologi bahasa Inggris
-16 = Intonasi
421.16 = Intonasi standar bahasa Inggris.
b. Belum terdaftar dalam bagan
-> ND + T4 [ Notasi Dasar Bahasa + Notasi Bentuk Bahasa]
Contoh : 439.3 = Bahasa Belanda
-5 = Tata bahasa
439.35 = Tata bahasa Belanda
c. Kamus dua bahasa
Bahasa yang kurang dikenal + -3 (T4) + Bahasa yang lebih dikenal (T6)
Contoh : 44 = Bahasa Perancis (kurang dikenal)
-3 = Kamus
443.1 = Kamus bahasa Perancis – Indonesia.
d. Kamus banyak bahasa
Kamus banyak bahasa mencakup tiga bahasa atau lebih dimasukkan ke
dalam kamus polyglot pada notasi 403. Contoh : Kamus Indonesia -
Inggris – Belanda = digolongkan kedalam 403.

TABEL 5. RAS, ETNIK, KEBANGSAAN

17
Adakalanya dalam suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras, bangsa,
kelompok etnis. Misalnya : -951 (T5) = Cina, -9921 (T5) = Pilipina. Bila subyek
telah ditemukan notasinya kemudian ditambahkan dengan notasi yang terdapat
dalam Tabel 5.
Cara penambahan notasi Tabel 5 sebagai berikut :
a. Ada instruksi - ikuti sesuai dengan instruksi
contoh : Buku Psikologi bangsa Australia diberikan notasi 155. 824.
Perinciannya adalah sebagai berikut ;
155.8 = Psikologi bangsa (Etnopsikologi) dan nasional.
Semestinya dibawah notasi itu terdapat instruksi penambahan Tabel 5
secara langsung sebagaimana dinyatakan dalam edisi lengkapnya.
Dalam edisi lengkapnya dibawah notasi 155.89 (=National psychology)
terdapat instruksi penambahan secara langsung yang berbunyi “Add to base
number 155.89 notation 3 – 9 from Table 2. e.g. Italian national
psychology 155.8945. Namun sehubungan dengan sangat ringkasnya
skema Klasifikasi Persepuluhan Dewey yang tertulis dalam bahasa Indonesia,
instruksi penggunaan Tabel 5 dibawah notasi bagan ikut terpangkas.
b. Tidak ada instruksi
ND + 089 (T1) + T5
Contoh : bahan pustaka yang berjudul Seni keramik orang Arab diberikan
notasi kelas 738.089927.
Perinciannya adalah sebagai berikut :
738 = Seni keramik
-089 = Aspek ras, etnik (T1)
-927 = Arab (T5)
Jadi seni keramik orang Arab diberikan notasi kelas 838.089927.
TABEL 6. BAHASA BAHASA TERTENTU
Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek bahasanya.
Misalnya : Bahasa Indonesia = 41 (atau 499.221), Bahasa Ingrid = 42 dan
sebagainya.

PENENTUAN TAJUK SUBYEK


Deskripsi indeks menghasilkan tajuk subyek. Tajuk subyek merupakan kata
atau istilah atau frase diatas suatu entri yang menyatakan aspek subyek suatu
karya. Di perpustakaan yang masih menggunakan katalog bentuk kartu, tajuk
subyek dituliskan pada jejakan untuk setiap kartu utama yang diawali dengan

18
angka satu titik spasi [1. …]. setelah itu dibuat kartu katalog tambahan subyek.
Dengan adanya deskripsi indeks di perpustakaan memungkinkan orang dapat
menemukan informasi yang diketahui melalui subyeknya. Kata atau istilah yang
ditentukan sebagai tajuk subyek dapat diperoleh dari pedoman standar misalnya
Thesaurus atau Daftar Tajuk Subyek Untuk Perpustakaan. Ada juga perpustakaan
yang membuat tajuk subyek setiap buku-buku yang dikatalog dengan
menggunakan kata atau istilah sendiri dari hasil analisis subyek yang telah
dipadukan dengan kata atau istilah yang ditemukan pada skema klasifikasi.
Penentuan kata dan bentuk kata tanpa menggunakan pedoman standar
kemungkinan besar menghasilkan aneka ragam kata atau istilah dan bentuk tajuk
yang berbeda-beda di masing-masing perpustakaan. Misalnya, adnya kata sinonim
seperti ‘APOTEK’ atau ‘APOTIK’ atau ‘RUMAH OBAT’ ; ‘PERKAWINAN’ atau
‘PERNIKAHAN’ disayangkan apabila kata atau istilah tersebut tidak dikenali
pemakai pada saat pelusuran.

A. DAFTAR TAJUK SUBYEK UNTUK PERPUSTAKAAN


Sebenarnya dalam kegiatan klasifikasi sangat erat hubungannya dengan
kegiatan “Penentuan Tajuk Subyek”. Hasil akhir kegiatan klasifikasi berupa
angka atau notasi kelas sedangkan dalam penetuan tajuk subyek berupa istilah
atau kata-kata atau frase yang mewakili subyek setiap bahan perpustakaan.
Untuk itu diperlukan katalog subyek dan petugas perpustakaan seharusnya
dapat menentukan tajuk subyek setiap bahan yang dikatalog.
Kegiatan pengatalogan subyek adalah mendaftar dalam suatu kata atau
istilah atau frase yang seragam disamping untuk akses informasi yang lengkap
melalui subyeknya. Di perpustakaan disediakan katalog judul dan pengarang
adalah untuk memungkinkan orang mengakses melalui judul tertentu dan
pengarang tertentu dari suatu karya. Demikian pula pengatalogan subyek
adalah berfungsi untuk mengumpulkan entri-entri katalog subyek yang
berhubungan, kedalam satu letak jajaran katalog subyek, sehingga memungkin
kan orang dapat melakukan temu kembali informasi melalui subyeknya.
Daftar Tajuk Subyek merupakan daftar standar yang dipakai oleh para
pustakawan dan dokementalis sebagai dokumen untuk tajuk subyek dari karya-
karya yang akan dibuatkan entri subyek. Untuk membantu para pustakawan
khususnya yang belum menguasai betul pekerjaan klasifikasi dan penentuan
tajuk subyek, pada setiap tajuk subyek diberikan nomor klasifikasi. Dari notasi
kelas yang tercantum pada setiap tajuk yang ditemukan, pustakawan dapat
membandingkan notasi kelas yang terdaftar dalam bagan.

19
Banyak daftar tajuk subyek yang dapat digunakan, khususnya di Indonesia
dapat menggunakan pedoman Daftar Tajuk Subyek Untuk Perpustakaan
yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI. Susunannya berdasarkan
abjad kata demi kata dengan memperhatikan tanda baca dalam menentukan
urutan. Kata atau istilah yang dipakai sebagai tajuk tertulis dalam huruf besar
dengan diikuti notasi kelas. Petunjuk lihat digunakan untuk menuntun
pembaca dari satu tajuk yang tidak dipakai sebagai tajuk subyek untuk suatu
entri ke lain tajuk yang dipakai sebagai tajuk subyek untuk entri; resiprokalnya
tanda silang satu [ x ].
Contoh : Pendidikan, Sosiologi lihat SOSIOLOGI PENDIDIKAN
SOSIOLOGI PENDIDIKAN 307.1
x Pendidikan, sosiologi
Artinya istilah yang dipakai sebagai tajuk subyek adalah SOSIOLOGI
PENDIDIKAN bukan Pendidikan, Sosiologi.
Petunjuk “lihat juga” digunakan untuk menunjuk dari suatu tajuk subyek ke
tajuk subyek lain yang berhubungan dalam katalog. Pustakawan disarankan
untuk memeriksa dan memilih kata atau istilah mana yang dipakai sebagai
tajuk; barangkali kata atau istilah dibelakang acuan silang itu lebih tapat untuk
suatu karya yang sedang diolah.
Contoh : PENDIDIKAN – PENGAWASAN 379
xx PENDIDIKAN DAN NEGARA
PENDIDIKAN DAN NEGARA 379
lihat juga
PENDIDIKAN DAN PENGAWASAN
Untuk memudakkahkan pemahaman mengenai penggunaan Daftar Tajuk
Subyek Untuk Perpustakaan dibawah ini disajikan sedikit kutipan yang diambil
dari pedoman tersebut.
ABSENSI (SEKOLAH) 371
xx WAJIB BELAJAR
Kurikulum lihat PENDIDIKAN – KURIKULUM
PENDIDIKAN – KURIKULUM 375
xx Kurikulum
PENDIDIKAN – PENGAWASAN 379
xx PENDIDIKAN DAN NEGARA
Pendidikan, Sosiologi lihat SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Pendidikan, Wajib lihat WAJIB BELAJAR
PENDIDIKAN DAN NEGARA 379

20
lihat juga
PENDIDIKAN PENGAWASAN
WAJIB BELAJAR 379
lihat juga
ABSENSI (SEKOLAH)
x Belajar, Wajib

B. PRINSIP-PRINSIP DALAM PENENTUAN TAJUK SUBYEK


Dengan memahami prinsip-prinsip dalam penentuan tajuk subyek ini
diharapkan agar pustakawan pemula dapat menggunakan pedoman Daftar
Tajuk Subyek yang baik dan benar. Ketepatan pemilihan kata atau istilah
subyek akan mempengaruhi keberhasilan dalam penelusuran bahan pustaka
melalui subyeknya.
Prinsip-prinsip dalam penentuan tajuk subyek adalah sebagai berikut :
1. Daftar Tajuk Subyek disusun berdasarkan abjad kata demi kata.
2. Tajuk subyek yang dipakai adalah yang tertulis dalam huruf besar.
3. Acuan lihat tertulis dalam huruf kecil (cetak tipis) adalah adalah
menghubungkan dari istilah yang tidak dipakai ke istilah yang dipakai
sebagai tajuk (bersifat preskriptif artinya mengharuskan untuk diikuti ).
4. Nama, sembarang nama apakah nama manusia, nama organisasi,
nama hewan, tumbuhan dan sebagainya dapat dipakai sebagai tajik
walaupun tidak terdaftar.
5. Kata benda yang dipakai sebagai tajuk dapat dibuat sendiri.
6. Acuan lihat juga adalah acuan yang menghubungkan kedua istilah yang
saling dipakai. Sifatnya sugestif artinya pustakawan disarankan untuk
melihat atau memeriksa ke istilah tersebut barangkali lebih sesuai dalam
penentuan tajuk subyek yang dipakai.
7. Tajuk dikenal tajuk utama dan tajuk tambahan, dipisahkan dengan tanda
strip.
8. Tajuk utama
- kata benda (nominal) tunggal, misalnya MANUSIA
- kata benda nominal majemuk, misalnya MANTRI KESEHATAN
- tajuk dibalik, misalnya MANUSIA - FISIOLOGI
- tajuk dengan penjelasan, misalnya BUNGA (TANAMAN)
- tajuk adjective, contoh MANUSIA PRIMITIF
- tajuk gabungan, contoh KEJAHATAN DAN PENJAHAT
- tajuk frase, misalnya ISLAM DAN BAYI TABUNG

21
9. Tajuk tambahan
Yang telah terdaftar dan siap pakai :
Contoh : ISLAM - ORGANISASI
RADIO - REPARASI
Unsur bentuk bebas untuk ditambahkan
Contoh : ARSITEKTUR JAWA - FILM
BIOLOGI - KAMUS
PEMILIHAN UMUM - STATISTIK
10. Tajuk subyek untuk geografi sebagai tajuk utama untuk bidang ilmu
social, dan humaniora.
Contoh : INDONESIA - POLITIK LUAR NEGERI
MALAISIA - AGAMA
Kecuali kesusastraan dan fiksi
11. Tajuk subyek untuk biografi
a.Geografi untuk pribadi / perorangan
Contoh : MOHAMAD HATTA
b.Dari wilayah negara tertentu
Contoh : INDONESIA - BIOGRAFI
c.Untuk bidang subyek tertentu
Contoh : EKONOM, TEORI - BIOGRAFI
12. Tajuk subyek usahakan yang spesifik
Misalnya mengenai peternakan ayam ; tajukkan kedalam AYAM dan
jangan pada Peternakan.
Pekerjaan penentuan Tajuk subyek selalu bersaman dengan klasifikasi.
Pada tahap awal bahan pustaka dilakukan analisis subyek bahwa bahan
erpustakaan itu mengenai apa atau isinya apa; kemudian setelah menemukan
konsep subyek (:bahasa alami) perlu dilakukan penerjemahan kedalam bahasa
indeks. Dalam penentuan tajuk subyek, petugas perpustakaan melakukan
penerjemahan ke Daftar Tajuk Subyek Untuk Perpustakaan, yang akan
menghasilkan kata atau istilah atau frase yang mewakili masing-masing subyek
bahan erpustakaan.

KATALOGISASI DESKRIPTIF

22
A. BAGIAN UMUM
Katalog adalah daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan
dan terdapat informasi tentang lokasi bahan pustaka tersebut ditempatkan.
Perpustakaan mengoleksi buku, majalah, kaset, disket, CD dan bahan pustaka
lain tidak sekedar disimpan untuk diamankan, akan tetapi perlu adanya temu
kembali secara cepat, tepat dan mudah pada saat dibutuhkan.
Pengkatalogan deskriptif terdiri dari deskripsi bibliografi dan penentuan tajuk
entri (tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan),
Deskripsi bibliografi merupakan suatu set data bibliografis yang mencatat dan
mengidentifikasi suatu publlikasi. Terdapat dua hal penting dalam deskripsi
bibliografi yaitu : Urutan unsur yang konsisten dan Penggunaan tanda baca
pemisah. Urutan unsur dalam deskripsi bahan pustaka bentuk buku adalah
urutan dari ke-tujuh bidang sebagai berikut :
1) Bidang judul dan pengarang (penanggung jawab) ; 2) Bidang edisi; 3)Bidang
impressum (penerbit dan distribusi); 4) Bidang kolasi (deskripsi fisik); 5) Bidang
seri; 6) Bidang catatan (anotasi); 7) Bidang ISBN
Entri utama merupakan uraian data bibliografis dan fisik dari suatu bahan
yang memberikan semua informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi suatu
karya. Dalam katalog kartu, entri ini memberikan juga jejakan dari semua
tambahan yang dibuatkan untuk suatu karya. Tajuk adalah nama, istilah atau
frase diatas suatu entri yang menunjukkan suatu aspek dari buku. Tajuk dapat
berupa nama pengarangnya, subyek, seri, judul dsb. Dengan demikian
mengumpulkan bersama dalam katalog bahan-bahan yang saling berhubungan.
Kata yang disebut ‘tajuk entri utama’ diambil dari nama orang atau nama badan
yang paling bertanggung jawab atas isi suatu karya. Penentuan kata utama (entri
word) telah diatur dalam Peraturan Katalogisasi Indonesia (diterbitkan oleh
Perpustakaan Nasional RI) yang mengacu pada Anglo American Cataloguing
Rules (AACR).

B. PENENTUAN TAJUK ENTRI UTAMA dan TAJUK ENTRI TAMBAHAN

23
Penentuan tajuk (heading) merupakan langkah permulaan yang amat
penting dalam pengkatalogan deskriftif; penentuan bentuk tajuk diperlukan
adanya peraturan yang tetap, agar dapat diperoleh kata atau istilah tajuk yang
konsisten. Tajuk adalah nama, kata, atau istilah diatas suatu entri yang
menyatakan aspek suatu dokumen. Tajuk ditempatkan pada bagian pertama
uraian katalog merupakan kunci untuk mengetahui dimana suatu entri disusun
atau ditemukan.
Sumber informasi untuk memperoleh tajuk suatu dokumen adalah dokumen
itu sebagai keseluruhan, mulai dari halaman judul, halaman-halaman depan dan
yang lain, kulit buku, teks dan sebagainya. Sumber dari luar dokumen dapat
digunakan hanya bila dari bahan pustaka bersangkutan tidak mungkin
memperoleh informasi yang jelas, penulisannya dalam kurung siku.
Sumber informasi untuk memperoleh tajuk suatu bahan pustaka adalah
bahan pustaka itu sebagai keseluruhan, mulai dari halaman judul, halaman-
halaman depan dan yang lain, kulit buku, teks dan sebagainya. Sumber dari
luar bahan pustaka dapat digunakan hanya bila dari bahan pustaka
bersangkutan tidak mungkin memperoleh informasi yang jelas, penulisannya
dalam kurung siku.
Jenis tajuk entri utama
Karya pengarang tunggal
Karya pengarang perorangan
Karya badan Korporasi
Karya bersama
Karya bersama dengan pengarang utama
Karya bersama tanpa enti utama
Karya oleh pengarang yang tak dikenal atau kelompok yang tak punya nama
Karya kumpulan
Dengan judul bersama
Tanpa judul besama
Karya campuran
Adaptasi dari teks
Teks yang diberi gambar
Revisi dari teks
Teks yang disertai komentar
Terjemahan
Adaptasi karya seni
Reproduksi karya seni

24
Karya-karya campuran dalam karya-karya baru
karya-karya yang berhubungan
Peraturan-peraturan khusus
Undang-undang, peraturan dsb, yang dikeluarkan oleh suatu yurisdiksi
Perjanjian internasional, persetujuan antar pemerintah, dsb.
Karya peradilan

Untuk menentukan kata utama dalam tajuk, pilihlah sebagai dasar dari tajuk untuk
seseorang yang namanya paling dikenal. Hal ini mungkin nama sebenarnya,
nama samaran, gelar kebangsawanan / tradisional, nama panggilan, inisial atau
lain-lain sebutan.
- Rendra
- Chairil Anwar
- Hamka bukan Haji Abdul Malik Karim Amrullah
- George Onwell bukan nama aslinya Eric Arthur Blain
Untuk menentukan nama-nama pengarang yang dikenal umum, harus berasal
dari sumber utama informasi dari karya-karyanya, tentukan dari sumber-sumber
referensi yang diterbitkan di negara asal atau tempat kegiatannya.
Pilihan diantara nama yang berlainan
Nama yang lebih dikenal
Bila seseorang dikenal lebih dari satu nama, pilihlah nama yang lebih dikenal
umum, bila tidak, tentukan nama menurut urutan prioritas sbb :
1. Nama yang paling sering dinyatakan dalam karya-karyanya
2. Nama yang paling sering disebut dalam sumber utama referensi
3. Nama yang terakhir
Bila seseorang telah merubah nama, maka pilihlah nama yang terakhir, kecuali
ada alasan yang kuat bahwa nama yang lama masih sering dipakai. Peraturan ini
juga berlaku bagi orang yang telah menerima dan dikenal dengan gelar
kebangsawanan, misalnya : Ki Hajar Dewantara bukan Suwardi Suryaningrat
(nama lama),
Nama samaran
Bila semua karya terbit di bawah nama samaran atau bila seseorang dikenal
dalam sumber referensi dengan satu nama samaran, pilihlah nama samaran
tersebut sebagai dasar penentuan tajuk. Bila nama sebenarnya diketahui,
buatlah penunjukan dari nama itu ke nama samaran.
Misal : George Onwell (nama samaran) bukan Eric Arthur Blain (nama asli)

25
Bila karya seseorang terbit di bawah beberapa nama samaran atau di bawah
nama asli dan satu atau lebih nama samaran, pilihlah nama yang paling
menonjol dalam karya-karya terakhir.
Misal : Rosihan Anwar bukan Pranoto (nama samaran)

Penulisan Tajuk Nama Pengarang


1. Nama tidak dibalik : Untuk nama-nama pengarang Indonesia tidak dibalik
sesuai dengan sumber informasi utama dalam dokumen.
2. Nama yang perlu di balik : mengutamakan marga dan keluarga ( langsung
dengan ejaan baru).
3. Gelar
a. Gelar Kebangsawanan
Tajukkan pengarang Indonesia yang menggunakan gelar
kebangsawanan, gelar adat, dan gelar kemasyarakatan di bawah
namanya, kemudian disusul dengan gelarnya.
b. Gelar Akademis
Gelar akademis tidak perlu ditulis atau diabaikan saja.

C. DESKRIPSI KATALOG KONVENSIONAL

Judul buku
Call Number Tajuk Entri Utama Nama Pengarang

158
HOO Hooper, Doug
m Menyelaraskan pikiran dan tindakan / Doug Hooper. --
Ed.2, cet. 1. – Semarang : Dahara Prize, 2001.
xii, 89 hlm. ; 21 cm.

Judul asli : You are what you think


ISBN 9795012504

26
Keterangan edisi
Imprsum/ keterangan penerbitan
Nomor standar
Kolasi Annotasi/ catatan

a) Tulislah nama pengarang buku ybs. pada baris pertama yang dimulai pada
ketukan ke-delapan. Apabila nama pengarang terdiri lebih dari satu kata, kata
utama adalah nama keluarga, diikuti nama kecil. Tetapi bila tidak mempunyai
nama keluarga, penulisannya seperti apa adanya. : - Alex Teguh ditulis =
penulisannya tetap Alex Teguh
b) Tulislah judul buku / nama pengarang pada baris berikutnya yang diawali pada
ketukan ke-12 dari pinggir sebelah kiri.
Contoh : Tabulampot : tanaman bunga dalam pot / Purwono
c) Kemudian Edisi dan cetakan yang cara penulisannya . – Ed. 1, cet. 2. bila
tanpa edisi penulisannya sebagai berikut ini : . -- Cet. 1. dan bila tidak diketahui
keduanya baik keterangan edisi maupun cetakan pada buku yang dikatalog,
bagian atau daerah edisi ini dihiraukan saja; selanjutnya kita menuju ke bagian
kolasi.
d) Tulislah Kota terbit : Nama Penerbit , tahun terbit yang diawali dengan tanda
baca . – ( titik spasi strip strip ).
Contoh : . -- Jakarta : Gramedia, 2004.
Apabila nama penerbit tidak diketahui dalam buku tersebut, cara
mendeskripsikan adalah : . -- Jakarta : [S.l.] , 2004.
Apabila kota terbit dan nama penerbit tidak diketahui, tulislah seperti
berikut ini : . -- [ S.n. : S.l. ], 2004.
e) Tulislah tebal buku (berapa halaman) : keterangan ilustrasi (bila ada gambar
yang memperjelas teks) ; ukuran tinggi buku (berapa sentimeter).
Contoh : - xiii, 200 hlm. : ilus ; 21 cm..
f) Tulislah “Judul seri” ( bila ada) yang ditulis didalam tanda kurung.
Contoh : . -- (Seri Panduan guru).
g) Tulislah annotasi atau keterangan lain yang penting tetapi tidak ditulis dalam
bagian-bagian diatas.
Keterangan-keterangan penting yang perlu ditulis dalam annotasi adalah :

27
→ Tujuan buku itu untuk siapa
→ Judul asli (bila karya terjemahan)
→ Keterangan bibliografi (bila ada daftar pustaka pada setiap akhir bab
atau akhir buku)
→ Keterangan indeks ( bila ada indeks : daftar kata penting yang disusun
menurut abjad dan menunjuk nomor halaman yang memuat informasi
itu dalam tiap-tiap bab).
 Keterangan Bibliografi ( bila dalam buku tersebut terdapat daftar
pustakanya).
h) ISBN (bila ada)
i) Khususnya pada setiap kartu utama, yang disebut kartu shelflist perlu
ditambah jejakan (tracing) jejakan untuk subyek diawali dengan angka arab
satu titik spasi (1), untuk pengarang kedua diawali dengan angka romawi satu
titik spasi (I) dan untuk judu diawalidengan angka dua romasi titik spasi (I).
Tetapi untuk setiap karya dari pengarang tunggal, hanya ada jejakan untuk
subyek dan judul.
Deskrifsi bibliografi secara lengkap memuat :
1. Bidang judul dan keterangan kepengarangan/ penanggung jawab :
 Judul biasa
 Judul paralel dan informasi lain
 Keterangan pengarang/ penanggung jawab
2. Bidang edisi/cetakan
 Keterangan edisi/cetakan
 Keterangan penanggung jawab yang berhubungan dengan edisi.
3. Bidang rincian khusus (penomoran atau data matematis)
(Untuk eskripsi bibliografi bahan bentuk buku tidak digunakan)
4. Bidang keterangan penerbitan
 Tempat publikasi
 Nama penerbit
 Tahun terbit
5. Bidang deskripsi fisik
 Pagina ( halaman ) dan / atau jilid
 Keterangan ilustrasi
 Ukuran
 Keterangan tentang bahan yang diikutsertakan
6. Bidang seri

28
 Keterangan / judul seri
 Keterangan / judul sub seri
 Penomoran seri
 ISSN yang berhubungan dengan seri
7. Bidang anotasi
 Keterangan/ penjelasan yang berhubungan dengan bahan pustaka.
 Keterangan yang dianggap perlu sebagai informasi tentang dokumen
tersebut
8. Bidang nomor standar, jilidan, dan harga
 ISBN (International Standart Book Number untuk bahan bentuk buku),
ISSN (International Standart Serial Number ntuk bahan bentuk terbitan
berkala).
 Jilidan
 Harga

D. SUMBER INFORMASI
Informasi yang digunakan dalam diskripsi diambil dari sumber-sumber
tertentu dan dalam urutan pilihan yang telah ditetapkan. Bila informasi tidak dapat
diperoleh dari sumbert pertama, diambil dari sumber kedua, jika tidak terdapat
pada sumber ketiga, diambil sumber keempat.
Urutan sumber informasi untuk bahan bentuk buku :
1. Halaman judul
2. Halaman di balik halaman judul ( halaman verso )
3. Kata pengantar
4. Halaman belakang ( colofon )
5. Kulit buku ( cover )
6. Jacket buku
7. Daftar isi
Untuk tiap-tiap bidang sumber tertentu dinyatakan sebagai “sumber utama
informasi“. Infomasi yang diambil dari sumber lain dari sumber utama untuk
bidang bersangkutan dimasukkan dalam kurung siku persegi ( = [ ] ).
Bidang Sumber informasi utama
1. Judul dan kepengarangan Halaman judul
2. Edisi Halaman judul, lain-lain
3. Impresum Halaman judul, lain-lain
4. Kolasi Publikasi yang bersangkutan

29
5. Seri Publikasi yang bersangkutan
6. Catatan Dari mana saja
7. ISBN, jilid dan harga Dari mana saja

E. BAHASA DAN EJAAN SERTA SINGKATAN


Dalam membuat diskripsi dikenal 2 istilah bahasa yaitu :
1. Bahasa buku, yaitu tulisan sesuai dengan yang tercetak pada buku tersebut.
2. Bahasa perpustakaan yaitu bahasa yang sehari-hari dipakai untuk kegiatan
perpustakaan.
Ejaan yang yang digunakan dalam tajuk nama pengarang adalah sistem ejaan
sebagaimana digunakan pengarang dalam bahan pustaka. Bila dalam bahan
pustaka digunakan sistem ejaan lama, maka “tajuk” nya ditulis dengan ejaan
lama.
Singkatan :
Singkatan-singkatan yang telah ditetapkan dalam ISBD antara lain :
1. et al. et alii ( and athers, dan lain-lain )
2. s.l. sine loco ( tempat penerbit tidak diketahui )
3. s.n. sine nomine ( penerbit atau pencetak tidak diketahui )
4. ilus. Ilustrasi
5. cm. entimeter
6. s.a. sine anno (tanpa tahun, tidak dipakai; gunakan [19-?], [199-?], [1998?].
Huruf besar
Dipakai pada :
 Awal kata pada kalimat/paragraf
 Nama (nama diri, nama badan/instansi, jalan, kota, daerah, negara, dst.)

F. TANDA BACA PEMISAH


Daftar unsur-unsur dan tanda baca yang ditetapkan
1. Bidang judul dan keterangan pengarang
Judul biasa
= Judul paralel
: Judul lain atau informasi judul lain
/ Keterangan pengarang pertama
, Keterangan pengarang kedua atau yang berikutnya
; Keterangan, penyadur, penterjemah, editor, dsb.
2. Bidang edisi
.-- Keterangan edisi

30
/ Keterangan pengarang pertama yang berkaitan dengan edisi
; Keterangan pengarang kedua atau yang berikutnya yang berkaitan
dengan edisi
3. Bidang keterangan penerbitan
.-- Tempat penerbit
: Nama penerbit
, Tahun terbit
4. Bidang kolasi / data fisik
Jumlah pagina ( halaman ) / jumlah jilid
: Keterangan ilustrasi
; Ukuran
+ Lampiran
5. Bidang seri
.-- Keterangan seri
: Keterangan sub seri
; Penomoran dalam seri atau subseri

Contoh entri kartu katalog pengarang :

158
HOO Hooper, Doug
m Menyelaraskan pikiran dan tindakan / Doug Hooper. --
Ed.2, cet. 1. – Semarang : Dahara Prize, 2001.
xii, 89 hlm. ; 21 cm.

Judul asli : You are what you think


ISBN 9795012504

Contoh entri katalog judul :

Menyelaraskan pikiran dan tindakan


158
HOO Hooper, Doug
m Menyelaraskan pikiran dan tindakan / Doug Hooper. --
Ed.2, cet. 1. – Semarang : Dahara Prize, 2001.
xii, 89 hlm. ; 21 cm.

Judul asli : You are what you think


ISBN 9795012504

31
Contoh entri katalog subyek :

PIKIRAN DAN PEMIKIRAN


158
HOO Hooper, Doug
m Menyelaraskan pikiran dan tindakan / Doug Hooper. --
Ed.2, cet. 1. – Semarang : Dahara Prize, 2001.
xii, 89 hlm. ; 21 cm.

Judul asli : You are what you think


ISBN 9795012504

Contoh entri shelflist :

158
HOO Hooper, Doug
m Menyelaraskan pikiran dan tindakan / Doug Hooper. --
Ed.2, cet. 1. – Semarang : Dahara Prize, 2001.
xii, 89 hlm. ; 21 cm.

Judul asli : You are what you think


ISBN 9795012504

1. PIKIRAN DAN PEMIKIRAN I. Judul


0245/a

-------------------------------------------------------------

Contoh entri katalog MENGGUNAKAN JUDUL SERAGAM :

340
IND Indonesia
[Peraturan Perundang-undangan]
l Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000
No. 1 – 60 / dihimpun oleh Sekretariat Negara
Republik Indonesia. – Jakarta : Sekretariat Negara RI, 2000.
599 hlm. ; 21 cm.

1. LEMBARAN NEGARA - INDONESIA

32
PERLENGKAPAN BAHAN PERPUSTAKAAN
Buku yang tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang (yang disebut buku
referens atau buku rujukan) cukup diberi perlengkapan ‘label buku’ yang ditempel
pada punggung buku. Label yang standar berukuran 5 X 4 cm. yang terdapat
tulisan nomor panggil buku (Call Number). Usahakan letak penempelan pada
ketinggian yang sama, misalnya dua setengah sentimeter dari bawah. Maksudnya
agar label-label pada setiap buku yang dijajarkan dapat membentuk garis lurus.di
setiap ambal rak di perpustakaan. Dengan rapinya tatanan buku di perpustakaan
akan menjadikan pemandangan yang indah yang tidak melelahkan si penelusur
informasi, sehingga pemakai akan lebih kerasan di dalam ruang perpustakaan.
Fungsi label yang berisi nomor panggil buku adalah untuk urutan
penyusunan di rak (bagi petugas perpustakaan) dan untuk mengetahui lokasi
suatu buku dalam jajarannya (untuk pengguna perpustakaan).
Contoh label buku

PERPUSTAKAAN DESA MADU


KEC. MOJOSONGO, BOYOLALI

Adapun setiap buku yang boleh dipinjam untuk dibawa pulang, selain ditempel
label masih perlu diberi perlengkapan sebagai berikut :
 Lembar tanggal kembali (Date Due Slip), yang ditempel pada sampul buku
belakang bagian dalam. Letaknya dibagian atas.
 Lembar tanggal kembali ini sebaiknya diberi tulisan nomor panggil buku pada
sudut kiri atas. Pada label terdapat kolom-kolom yang akan digunakan
untuk memberikan ruang dalam administrasi peminjaman dan
pengembalian.
 Kartu buku berisi informasi mengenai nomor panggil buku, nama pengarang
dan judul buku serta nomor inventaris. Terdapat kolom-kolom pada
kartu buku yaitu kolom tanggal pinjam, nomor anggota dan tanggal
harus kembali yang dimaksudkan untuk arsip peminjaman pada saat
bukunya dipinjam
 Kantong buku (ditulis : nomor panggil, nama pengarang, judul buku dan nomor
inventaris). Kantong buku standar berukuran 8 cm. X 5 cm. ditempel

33
di bawah lembar tanggal kembali ; jaraknya jangan terlalu dekat
dengan lembar tanggal kembali karena kantong buku untuk
menempatkan kartu buku pada saat buku ada di perpustakaan (tidak
dipinjam).

Contoh Kartu buku dan Lembar Tanggal kembali

158
HOO
No. Panggil No. Induk
m LEMBAR TANGGAL KEMBALI
158 HOO m ( DATE DUE SLIP )
555/b
Kembalikan buku ini sebelum atau pada
Hooper, Doug tanggal yang tertera dibawah ini
Menyelaraskan pikiran dan tindakan
555/b
Tanggal. Tanggal Tanggal
Pinjam Harus Kembali Kembali

Contoh kantong buku

158
HOO Hooper, Doug
m Menyelaraskan pikiran dan
tindakan

34
4351/b

PENYUSUNAN KARTU KATALOG DAN PENJAJARAN BUKU DI RAK

A. PENYUSUNAN KARTU KATALOG

Penyusunan kartu katalog terdiri dari dua bagian, yaitu :


 Sistem penyusunan berabjad
 berabjad terpadu : baik kartu katalog pengarang, judul dan subyek
dikumpulkan menjadi satu, kemudian seluruhnya disusun menurut abjad.
 berabjad terbagi
 terbagi 2 : kartu katalog pengarang dan judul dipisahkan dengan kartu
katalog subyek. kemudian masing masing diurutkan menurut abjad
- terbagi 3 : kartu katalog pengarang, judul dan subyek dipisahkan
kemudian masing-masing jenis disusun menurut abjad. (selanjutnya
tidak dijelskan)
 Sistem penyusunan berkelas, adalah salah satu sistem penyusunan kartu
katalog yang mana penyusunannya berdasarkan notasi klas sebagaimana
susunan bahan pustaka di rak. (selanjutnya tidak dijelaskan)
Pilihlah salah satu sistem sebagaimana yang telah disebut diatas;
misalnya memilih sistem penyusunan berabjad terpadu atau sistem berabjad
terbagi dua atau yang terbagi tiga. Perpustakaan besar yang masih
menggunakan sisten penyusunan secara tradisional cenderung menggunakan
sistem berabjad terbagi dua bahkan ada yang menggunakan sistem berabjad
terbagi tiga. Alasan menggunakan sistem ini agar pemakai tidak saling
menunggu dalam penelusuran melalui katalogk sehingga tidak berjubel didepan
almari katalog dan pemanfaatan katalog dapat lebih efektif. Di pihak lain untuk
perpustakaan kecil yang koleksinya tidak lebih dari 10.000 judul dapat
menggunakan sistem penyusunan berabjad terpadu.

35
Apabila yang dipilih yang sistem berabjad terpadu maka proses kerrjanya
sebagai berikut :
1. Katalog di ruang layanan (susunan katalog berabjad terpadu)
a) Kumpulkan kartu katalog pengarang, judul dan subyek (bila ada) ;
b) Susunlah menurut abjad (A – Z ) ;
c) Urutan susunan untuk kata, istilah atau frasa yang berawal dengan
angka di- tempatkan didepan urutan kata atau istilah atau frasa yang
berawal dengan huruf.
d) Kata sandang (the)tidak diperhitungkan dalam tata urutan
e) Tempatkan dalam kotak katalog yang telah tersedia
f) Kartu katalog biasanya dilubangi di tengah tengah bagian bawah adalah
untuk tusukan kawat atau tembaga agar kartu tidak mudah dicabut.
g) Kotak katalog bisa dibuat dari logam, kayu atau karton dan bila jumlah
kotak cukup banyak dapat dibuatkan almari katalog.
2. Susunan shelflist
Shelflist disediakan di ruang pengolahan untuk petugas perpustakaan.
Shelflist merupakan katalog perpustakaan yang berfungsi untuk :
a) Sarana pengecekan dalam pemilihan bahan pustaka
b) Alat bantu dalam klasifikasi dan katalogisasi
c) Alat bantu dalam stock of name
Susunan jenis katalog ini tidak sama dengan susunan katalog pengarang,
judul dan subyek yang disediakan di ruang layanan. Shelflist disusun
menurut nomor panggil seperti urutan buku di rak perpustakaan.

B. PENJAJARAN BUKU DI RAK


Buku-buku dirak dijajarkan berdasarkan nomor panggil. Nomor panggil terdiri
dari Notasi klas, tiga huruf pertama dari nama pengarang dan satu huruf awal
dari judul buku serta keterangan lain seperti volume dan copy (yang menyatakan
urutan eksemplar).
Ketentuan dalam penjajaran adalah sebagai berikut :
1. Susunlah buku menurut notasi klas
2. Apabila notasi klasnya sama, urutan selanjutnya berdasarkan tiga huruf
pertama dari nama pengarang
3. Apabila notasi klas dan tiga huruf pertama nama pengarang juga sama, urutan
selanjutnya berdasarkan satu huruf pertama dari judul buku.
4. Demikian juga urutan volume dan copynya.
5. Buku yang notasi klasnya terkecil tempatkan pada pojok kiri atas rak.

36
6. Setiap ambal rak jangan diisi penuh; isilah maksimal ⅔ dari ambal tersebut
7. Setelah mengisi di ambal pertama, lanjutkan ke ambal berikutnya
dibawahnya, lakukan sampai ambal paling bawah.
8. Setelah ambal paling bawah terisi kemudian selanjutnya ke ambal teratas
yang berada di samping sebelah kanan.
9. Perpustakaan besar memiliki koleksi yang jumlahnya banyak. Apabila koleksi
tersusun pada jajaran rak yang banyak, perhatikan alur susunan mengikuti
arah jarum jam.
Contoh susunan koleksi di rak :
1. Urutan notasi kelas terkecil ke notasi kelas yang lebih besar

001 297 301 410.7 530 645.3 794.6 910


HAD MUL MAS KUS SAM BEN KAR MUL
p a l p b a c n

2. Notasi kelas sama, susunan berdasarkan alphabetis nama pengarang

410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7


ASH BEN BES BET GAN LAT MAN ZUH
p a l p b a c n

3. Susunan selanjutnya menurut satu huruf pertama dari judul buku

410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7


BEN BEN BEN BEN BEN BEN BEN BEN
a b c d e n s t

4. Susunan selanjutnya menurut volume dan copynya

410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 410.7 415


BEN BEN BEN BEN BEN BEN BEN WIN
b b b b b b b b
v.1 c.1 v.1.c. 2 v.2 c.1 v.2. c.2 v.2. c.3 v.2 c. 4 v.3

37
Materi sosialisasi/ penyuluhan pengelola perpustakaan desa dan perpustakaan
khusus ini merupakan materi yang disajikan secara ringkas dan sederhana. Untuk
dapat mengaplikasikan dalam praktek, diperlukan waktu untuk pemahaman atau
membaca secara berulang ulang serta mempersiapkan pedoman dan peralatan
yang diperlukan. Sekian terimakasih dan selamat bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anglo American Cataloguing Rules. Prepared under the direction of the Joint
Sreering Committee for Revision of AACR. 2nd Ed. 1998 Revision. Ottawa : Canadian
Library Association.

Dewey, Melvil
Dewey Decimal Classification and Relative Index / Revised by Melvil Dewey ;
Edited by
Joan S. Mitchel ; Editor Julianne Beall. New York : Forest Press, 1996.

Aditirto, Irma U.
Deskripsi bibliografi bahan non buku : Ringkasan peraturan AACR2 (dengan
suplemen AACR2 Edisi 1988). Jakarta : [JIP UI], 1989.

Needham, C.D.
Organizing knowledge in libraries. 2nd rev. ed. London : Deutsch, 1971.

Tairas
Daftar Tajuk Subyek untuk Perpustakaan : Edisi ringkas . / Tairas dan Soekarman K.
Jakarta : Perpustakaan Nasional Repulik Indonesia, 2000.

Towa P. hamakonda
Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Towa P hamakonda dan JNB Tairas.
Jakarta : Gunung Mulia, 2002.

Wynar, Bohdan S.
Introduction to cataloging and classification . 6TH ed. Littleton, Colorado : Libraries
Limited, 1980.

Zulfikar Zen
Buku kerja Dewey Decimal Classification . Edisi 19. Jakarta : Jurusan Ilmu
Perpustakaan FS UI, 1990.

38
39

Anda mungkin juga menyukai