Anda di halaman 1dari 25

Modul 1

AACR2 UNTUK
BAHAN PUSTAKA NON BUKU
(Pudji Widajati)

Anglo American Cataloging Rules edisi 2


revisi 2002 dikenal dengan sebutan AACR2.
AACR2 sebenarnya merupakan edisi revisi
dari AACR2 tahun 1978, dan direvisi kembali
tahun 1988 dan tahun 1998. AACR2 terbit
sebagai hasil kerja sama antara American
Library Association (ALA), Library
Association (Inggris), Library of Congress,
dan Canadian Library Association.
Sedangkan AACR1 terbit tahun 1967.

AACR2 merupakan peraturan standar dalam membuat


deskripsi bibliografi. Peraturan AACR2 digunakan sebagai
pedoman dalam pembuatan katalog dan bisa digunakan
untuk semua jenis bahan pustaka, tercetak maupun tidak
tercetak.

Dalam peraturan AACR2 bahan bukan buku diperlakukan


dengan pendekatan yang sesuai bagi bahan tersebut.
Peraturan AACR2 bab 1 merupakan aturan deskripsi bahan
pustaka yang paling lengkap dan paling tidak berat sebelah
yang ada hingga kini. Peraturan ini banyak mengambil
konsep dari peraturan LANCET (Library Association and
National Council for Educational Technology) dari Inggris,
yang merupakan pelopor di bidang pengkatalogan deskriptif
bahan bukan buku, terutama konsep satu struktur tunggal
1
yang mencakup semua bahan dan pendekatan yang tidak
mengutamakan salah satu tipe bahan pustaka tertentu,
dimana tiap jenis bahan diperinci sesuai dengan ciri-ciri dan
sifat-sifat khas bahan tersebut.

AACR2 merupakan perangkat peraturan yang flexible, karena


dalam AACR2 tersedia aturan yang bersifat alternatif dan
pilihan. Dengan demikian data bibliografi untuk cantuman
katalog dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perpustakaan.

A. STRUKTUR AACR2

AACR2 dibagi atas dua bagian (Part I dan II), yaitu bagian I
yang memuat peraturan untuk deskripsi bibliografi
(Description) dan bagian II yang mengatur titik akses
(Headings, Uniform Titles, and References). Dilihat dari
struktur peraturannya, urutan peraturan AACR2 adalah dari
umum ke khusus.
(Lihat Lampiran 1  Daftar Isi AACR2)

1. STRUKTUR BAGIAN I

Bagian I (Part I) AACR2 berisi peraturan mengenai


deskripsi bahan pustaka. Deskripsi tersebut membahas
karakteristik bibliografis dan fisik dari bahan pustaka
yang sedang diolah.

Bagian I terdiri dari 13 bab, sbb. :


 Bab 1 (General rules for description)
 peraturan umum/dasar untuk semua
jenis bahan
 Bab 2 – 10
 peraturan untuk satu kelompok bahan
tertentu
 Bab 11 – 13 (Rules of partial generality)

2
 peraturan untuk microform, terbitan
berseri dan analisis.
 Bab 14 – 19  kosong

Peraturan bab 11 – 13 disebut Rules of Partial Generality


(sebagian untuk umum) karena sebagian dari aturan
tersebut dapat berlaku bagi bahan-bahan yang diatur
oleh bab-bab lain. Misalnya, hampir semua jenis bahan
dapat diterbitkan secara berkala sehingga aturan bab
penerbitan berseri juga berlaku baginya; begitu pula
berbagai jenis bahan dapat terbit dalam bentuk
mikroform dan harus dideskripsikan dengan aturan yang
berlaku bagi mikroform.

Pemakai AACR2 juga harus mengingat bahwa ia tidak


boleh dan tidak dapat bekerja hanya berdasarkan
peraturan dalam bab yang relevan bagi jenis bahan itu.
Peraturan bab 2–10 melengkapi bab 1, karenanya
deskripsi yang dibuat harus sesuai dengan ketentuan bab
khusus bersangkutan maupun ketentuan bab 1. Jika
deskripsi suatu unsur bahan tertentu sudah memadai
dengan aturan dalam bab 1, aturan tersebut tidak diulang
kembali dalam bab jenis bahan spesifik tetapi diganti
dengan penunjukan ke aturan umum yang bersangkutan.
Contoh :
2.OE.  See 1.OE.
6.IE1.  Record other title information as
instructed in 1.1E.
3.7A2.  In making notes, follow the instructions
in 1.7A.

Peraturan deskripsi bibliografi dalam Bagian I didasarkan


pada General International Standar Bibliographic
Description atau ISBD (G), yang dikembangkan pada
1975 oleh IFLA (International Federation of Library
Associatons) Committee on Cataloging sebagai hasil
kerjasama dengan Joint Steering Committee for the
Revision of AACR2 serta kelompok kerja ISBD.

ISBD (G) diserap dalam AACR2 sebagai kerangka kerja


umum deskripsi biliografis. Dari hasil tersebut kemudian

3
dikembangkan berbagai ISBD untuk berbagai jenis bahan
pustaka seperti ISBD (M) untuk monograf, ISBD (CM)
untuk untuk bahan kartografi, ISBD (NBM) untuk bahan
non buku, ISBD (S) untuk terbitan berseri, ISBD (CP)
untuk Componet Parts, dan ISBD (PM) untuk Printed
Music.

Berdasarkan deskripsi bibliografi bagian I, data bibliografi


semua jenis bahan disajikan dalam urutan yang sama
dengan tata cara pungtuasi yang sama, sehingga akan
memperlihatkan keseragaman dalam penyajian.

Deskripsi bibliografi menurut ISBD (G) terbagi 8 daerah:


1. Daerah judul dan
pernyataan tanggung jawab
2. Daerah edisi
3. Daerah data khusus
4. Daerah penerbitan,
pengedaran, dsb
5. Daerah deskripsi fisik
6. Daerah seri
7. Daerah catatan
8. Daerah nomor standar
dan syarat penjualan/penyaluran (ISBN/ISSN)

Peraturan kedelapan daerah ini dalam tiap bab didahului


oleh beberapa aturan umum yang diberi nomor 0 (nol).
Aturan ini menjelaskan :
A. Ruang lingkup aturan bab tersebut
B. Sumber informasi
1. Sumber informasi utama
2. Sumber informasi bagi tiap daerah
C. Pungtuasi
D. Tingkatan deskripsi
E. Bahasa dan aksara deskripsi
F. Kesalahan-kesalahan
G. Aksen dan tanda baca lain
H. Dokumen yang memiliki beberapa sumber
informasi utama

Sistem penomoran daerah dan unsur-unsur deskripsi


mengandung unsur mnemonik (mudah diingat) yang
4
sekaligus memperlihatkan hubungan antar bab dalam
Bagian I. Setiap nomor peraturan terdiri dari :

No. Bab + No. Daerah + Kode Unsur (huruf) +


No. Perincian

Daerah penerbitan misalnya, selalu mendapat nomor 4


karena ia merupakan daerah ke-4, dan unsur tempat
terbit selalu diberi kode C, sehingga :

1.4C  Peraturan untuk tempat terbit untuk semua


jenis bahan
3.4C  Peraturan untuk tempat terbit peta
6.4C  peraturan untuk tempat terbit rekaman
suara

1. STRUKTUR BAGIAN II

Bagian kedua AACR2 terdiri dari 6 bab, yaitu :


 Bab 20  Bab singkat yang merupakan
pengantar
ke aturan-aturan dalam bab 21
 Bab 21 – 26  mengatur penentuan titik akses
atau
titik pendekatan

Access Point (titik akses) diperkenalkan dalam AACR2


sebagai istilah umum yang mencakup setiap: nama
(name), istilah (term), kode (code) dsb, yang di bawahnya
rekaman bibliografis dapat dicari dan diidentifikasi.

a. Konsep Entri Utama

Aturan 21 masih didasarkan atas konsep entri utama.


Validitas konsep entri utama sejak permulaan proses
revisi AACR dipersoalkan, sebab ada pihak-pihak yang
merasa bahwa sudah tiba waktunya untuk
menghapuskannya, sedangkan pihak lain berpendirian
bahwa konsep ini masih tetap perlu dipertahankan.

5
Mereka yang ingin mempertahankan konsep entri utama
menunjuk pada pentingnya konsep ini dalam teori
pengkalogan konvensional, kedudukannya yang kuat
dalam semua katalog besar dan kegunaan praktisnya
dalam katalog buku tercetak, daftar pengerakan (shelflist)
dan daftar lain yang memakai sistim entri tunggal (satu
entri saja untuk tiap dokumen).

Pendukung gagasan penghapusan konsep entri utama


mengemukakan bahwa entri utama adalah suatu
peninggalan jaman pra-komputer. Jumlah entri per
dokumen pada periode tersebut perlu dibatasi karena
secara teknis tidak mungkin tiap dokumen diberi entri
secara tidak terbatas. Pembedaan atas entri utama dan
entri tambahan ketika itu memang perlu, tetapi teknologi
masa kini memungkinkan penyediaan entri dalam jumlah
yang tidak perlu dibatasi lagi. Dalam hal ini pembedaan
atas entri utama dan entri tambahan tidak relevan lagi.

Dalam sistem yang sudah sepenuhnya didukung oleh


kemampuan komputer, memang hampir tidak dapat
diragukan lagi bahwa entri utama akan hilang, tetapi JSC
memutuskan untuk tetap mempertahankan konsep entri
utama. Tetapi JSC juga menyadari validitas argument
pendukung penghapusan dan sebab itu dikatakan :
“Dalam Bagian II peraturan didasarkan atas proposisi
bahwa satu entri utama dibuat untuk tiap dokumen yang
dideskripsikan, dan entri ini dilengkapi dengan entri-entri
tambahan.”
Disadari juga bahwa banyak perpustakaan tidak
membedakan antara entri utama dan entri-entri lain.
Perpustakaan-perpustakaan seperti itu dianjurkan
memakai bab 21 sebagai pedoman untuk menentukan
semua entri yang diperlukan.

Akan tetapi semua perpustakaan perlu membedakan


entri utama dari entri-entri lain jika :
a) membuat daftar yang hanya mencatat satu entri,
atau
b) membuat sitasi tunggal untuk suatu karya
 misalnya untuk entri-entri suatu karya yang
bertalian, dan untuk entri subjek tertentu.
6
b. Entri di bawah Badan Korporasi

Aturan dalam bab 21 seperti semua aturan AACR2 mulai


dari yang umum dan kemudian bergerak ke yang
khusus : tiap bab mulai dengan suatu aturan dasar yang
diikuti oleh perluasan-perluasan atau perkecualian.

Aturan 21.1, yang merupakan aturan dasar bagi


penentuan titik pendekatan, mulai dengan
mendefinisikan kepengarangan perorangan (personal
authorship) dan dalam hal-hal apa suatu dokumen boleh
dibuatkan entri di bawah badan korporasi.

Corporate authorship, yaitu konsep yang mengatakan


bahwa badan korporasi dapat menjadi pengarang suatu
dokumen, tidak dipakai lagi dalam AACR2. Yang ada
sekarang adalah konsep corporate entry atau
corporate responsibility, yang diatur oleh aturan
21.1B.
Dokumen-dokumen yang berasal dari badan korporasi
dan termasuk kategori-kategori tertentu, dibuatkan entri
utama di bawah badan korporasi. Aturan tersebut pada
dasarnya mengatakan bahwa ...,
badan korporasi dapat menjadi entri utama jika :

a) Dokumen tersebut disusun atau dikeluarkan oleh


suatu badan korporasi, dan dokumen tersebut
menyangkut :
 Urusan administratif badan tersebut
 Kebijaksanaan intern, peraturan, prosedur,
kegiatan, usaha badan
 Keuangan badan
 Direksi, staf dan personil badan tersebut
 Harta milik badan (katalog, daftar inventaris,
direktori anggota, dsb.)

b. Dokumen legislatif & dokumen resmi yang


berkekuatan hukum spt :
 Undang-undang

7
 Instruksi dan peraturan yang dikeluarkan oleh
kepala negara/ pimpinan tertinggi
 Peraturan pemerintah
 Perjanjian antarnegara
 Keputusan pengadilan.

c. Dokumen yang memuat hasil pemikiran bersama


(pendapat kolektif) badan, seperti laporan komisi,
panitia, pernyataan resmi mengenai kebijaksanaan
ekstern.

d. Dokumen yang melaporkan kegiatan bersama suatu


konferensi (proceedings, dsb.), ekspedisi (hasil survai,
penelitian, dsb) atau suatu peristiwa (pameran, pekan
raya, festival, dsb) yang tercakup dalam definisi
badan korporasi. Pada jenis dokumen ini, nama
konferensi, ekspedisi, peristiwa tersebut harus
tercantum dengan jelas pada sumber informasi utama
dokumen.

e. Rekaman suara, film dan rekaman video hasil usaha


kolektif dari suatu kelompok pembawa sebagai suatu
kesatuan, bilamana tanggung jawab kelompok tidak
terbatas pada penyajian saja.

f. Bahan kartografi yang dikeluarkan oleh suatu badan


korporasi yang fungsinya lebih dari sekedar
menerbitkan bahan tersebut.

c. Prinsip-prinsip Penentuan Titik Pendekatan

Peraturan penentuan titik pendekatan didasarkan atas


kondisi-kondisi bibliografi sesuai dengan Paris
Principles. Penerapan prinsip kondisi bibliografi dalam
AACR2 diperketat dan sebagai konsekuensinya tidak ada
lagi suatu peraturan tersendiri untuk terbitan berseri
(continuing resources / serials) seperti dalam AACR1.
Terbitan berseri adalah hasil suatu pola penerbitan, bukan
hasil suatu kondisi bibliografi khusus.

Terbitan berseri dapat berupa :

8
a. hasil karya perorangan
b. dapat tergolong salah satu kategori dokumen yang
boleh diberi entri utama di bawah badan korporasi
c. harus diberi entri utama di bawah judul karena tidak
termasuk (a) atau (b).

Peraturan penentuan titik pendekatan juga


mencerminkan orientasi baru AACR: penyamarataan
dengan buku telah ditinggalkan, sehingga tercipta
beberapa peraturan yang khusus memecahkan masalah
entri untuk karya seni (peraturan 21.16 – 21.17), musik
(21.18 – 21.22) dan rekaman suara (21.23).

B. PERATURAN UMUM AACR2

Beberapa ketentuan umum yang dijelaskan dalam AACR2 ,


adalah sebagai berikut :

1. Sumber Informasi

Pada setiap bab dalam bagian I terdiri atas sumber-sumber


informasi utama yang spesifik yang akan diberikan pada
setiap bab yang bersangkutan dan terdapat pada awal
setiap bab tersebut.

Sumber informasi utama ini dapat berupa sumber tunggal


(misalnya, halaman judul untuk bahan monograf), dapat
juga berupa sumber judul kolektif (misalnya dalam
rekaman video ‘title frame’).

Dalam mencari sumber informasi urutan prioritas harus


diperhatikan. Jika informasi tidak diperoleh dari sumber
informasi utama, maka harus diletakkan dalam tanda
kurung siku [...].

2. Tanda Baca

Unsur deskripsi, kecuali judul sebenarnya, diawali oleh


tanda baca yang sudah ditentukan. Dalam mengetik

9
deskripsi bibliografi, tanda baca yang sudah ditentukan
didahului dan diikuti oleh satu ketukan, kecuali untuk titik
dan koma yang hanya diikuti satu ketukan (tidak didahului
satu ketukan). Tanda kurung biasa (…) untuk pernyataan
seri hanya didahului satu ketukan.

Jika deskripsi bibliografi dibuat berparagraf, maka daerah


penerbitan, deskripsi fisik, catatan dan ISBN tidak diawali
tanda titik, ketukan, 2 tanda hubung, dan ketukan.
(Untuk pemakaian tanda baca secara terperinci lihat 
Lampiran 2)

3. Penggunaan Bahasa dalam Deskripsi Bibliograf

a. Bahasa Dokumen (Document Language)

Untuk daerah judul dan pernyataan tanggung jawab,


daerah edisi, daerah penerbitan/ distribusi dan daerah
seri (daerah 1, 2, 4 dan 6) data disalin sesuai dengan
bahasa dokumen. Sesuai dengan bahasa dokumen
artinya harus seperti apa yang tercantum pada
terbitan yang akan diolah (seperti yang tercantum
dalam sumber informasi utama) dan tidak boleh
diubah.

Interpolasi (sisipan) dapat dibuat dalam bahasa yang


sama dengan data lain di daerah tersebut dan
ditempatkan dalam tanda kurung siku. Interpolasi
adalah penambahan data yang tidak ada dalam
sumber informasi dan tidak tersedia fasilitas dalam
peraturan, sehingga pengkatalog harus memuat istilah
sendiri. Interpolasi ditambahkan dalam bahasa terbitan
itu.
Pengecualian sisipan boleh menggunakan bahasa
pengkatalog (working language), misalnya dalam hal :
 Sisipan dan singkatan wajib
 Pernyataan jenis bahan umum (GMD)
 Bentuk lain dari nama tempat terbit
 Pernyataan tentang fungsi penerbit,
distributor , dsb.

b. Bahasa Pengkatalog (Working Language)


10
Working language adalah bahasa pengkatalog yang
bekerja di perpustakaan atau bahasa yang digunakan
dalam lingkungan tempat pengkatalog bekerja.
Misalnya, kalau di perpustakaan sekolah atau
perpustakaan umum mungkin working language-nya
adalah bahasa Indonesia. Tetapi perpustakaan atau
pusat informasi yang ada di kedutaan-kedutaan
misalnya, lingkungannya mungkin berbahasa Inggris
maka working language-nya bahasa Inggris.

Walaupun working language dapat digunakan, daerah


tertentu tidak dapat diubah dengan working
language. Seperti telah disebutkan di atas, daerah 1,
2, 4 dan 6 harus sesuai dengan bahasa dokumen.
Working language hanya diterapkan untuk daerah
data khusus, deskripsi fisik, catatan dan nomor
standar (daerah 3, 5, 7 dan 8), dan pengecualian
interpolasi seperti disebutkan sebelumnya.

4. Huruf Besar

Umumnya huruf pertama dalam setiap daerah


menggunakan huruf besar. Penggunaan huruf besar
lainnya dalam daerah 1, 2, 4 dan 6 mengikuti kebiasaan
bahasa dokumen, sedangkan dalam daerah 5, 7 dan 8
kebiasaan bahasa Indonesia.

5. Singkatan

Untuk istilah latin tertentu ditetapkan singkatan sebagai


berikut :
a. Daerah 1 dan 2  et al. = et alii (dan lainnya)
b. Daerah 4  s.l. = sine loco (tempat terbit
tidak diketahui)
s.n. = sine nonime (nama
penerbit tidak diketahui)

11
Catatan : Untuk istilah s.a. = sine anno (tahun
terbit tidak diketahui), istilah ini tidak dianjurkan
oleh AACR2 dan sedapat mungkin dihindari!!!
 Lihat AACR2 peraturan 1.4F7.

c. Daerah 5  il. = ilustrasi


cm. = centimeter
hlm. = halaman

Singkatan yang resmi lainnya dapat digunakan dalam


deskripsi.

6. Pernyataan Jenis Bahan Umum (GMD)

Pernyataan jenis bahan (kelompok)umum atau General


Material Designation (GMD) merupakan unsur yang
opsional (optional addition), artinya tidak wajib. Istilah-
istilah yang digunakan di sini bersifat umum, artinya
menyebut kelompok umum dokumen tersebut.

Fungsi GMD adalah :


 Memberitahukan sedini mungkin pada pemakai
tentang format atau bentuk fisik dokumen.
 Mengisyaratkan pada pemakai bahwa mungkin
diperlukan alat khusus.
 Merupakan sarana untuk membedakan dokumen
dengan judul yang sama tetapi dalam format yang
berbeda.

Untuk perpustakaan yang memutuskan bahwa


keterangan mengenai bentuk fisik atau format bahan
perlu ditambahkan di daerah ke-1, AACR2 revisi 1988
peraturan 1.C1 mencatumkan 2 daftar istilah :
 Daftar 1  untuk perpustakaan Inggris
 Daftar 2  untuk perpustakaan di Australia,
Canada & Amerika Serikat

(Lihat Lampiran 3  Daftar GMD)

Perpustakaan di Indonesia sampai saat ini dapat memilih


sendiri daftar mana yang akan digunakan, sebab belum
ada suatu kebijakan yang bersifat nasional mengenai hal
12
ini. Namun umumnya perpustakaan Indonesia
menggunakan daftar yang kedua, karena lebih banyak
variasi dalam menentukan GMD. GMD harus diberikan
dalam working language perpustakaan yang
bersangkutan, jadi untuk perpustakaan Indonesia ini
berarti dalam Bahasa Indonesia.

7. Daerah Data Khusus


Istilah yang dalam bahasa Inggris disebut Material (or
type of publication) Specific Details Area berada
pada daerah ke-3 dalam tubuh deskripsi bibliografi.
Daerah ini merupakan daerah yang digunakan untuk
mencatat data yang khas yang hanya berlaku untuk satu
jenis atau satu kelompok bahan pustaka tertentu, yang
karena kekhususannya tidak dapat ditampung dalam
daerah-daerah lain.

Dalam AACR2 daerah ini digunakan untuk kelompok


bahan :
 Kartografi (bab 3)
 Musik (bab 5)
 Berkas komputer (bab 9)
 Terbitan berseri (bab 12)

8. Tingkatan Deskripsi
AACR2 menyadari bahwa tidak semua perpustakaan
memerlukan deskripsi bibliografi yang lengkap dan
terperinci sekali, karenanya AACR2 memberi tiga tingkat
deskripsi (level of description) yang berbeda dalam
derajat kelengkapannya (jumlah unsur yang dicatat),
tetapi urutan penyajian unsur-unsurnya tetap.

Peraturan 1.OD menjelaskan bahwa ketiga tingkatan itu


menetapkan batas minimal yang harus dicantumkan oleh
pengkatalog. Pilihan tingkat deskripsi ditentukan oleh
tujuan dan jenis katalog yang disusun.

a. Deskripsi tingkat pertama

13
Judul sebenarnya / pernyataan tanggung jawab
pertama, jika jumlah atau bentuk penulisannya
berbeda dari tajuk entri utama atau bila tidak
terdapat tajuk entri utama. – Keterangan edisi. –
Data khusus. – Penerbit pertama dsb, tahun terbit
dsb. – Deskripsi fisik. – Catatan. – Nomor Standar.

b. Deskripsi tingkat kedua

Judul sebenarnya [pernyataan jenis bahan umum] =


judul paralel : keterangan judul lain / pernyataan
tanggung jawab pertama, pernyataan tanggung
jawab berikutnya. – Keterangan edisi / pernyataan
tanggung jawab pertama sehubungan dengan edisi.
– Data khusus. – Tempat terbit pertama dsb :
penerbit pertama dsb, tahun terbit dsb. –
Penjelasan deskripsi fisik : rincian fisik lainnya ;
dimensi atau ukuran. – (Judul seri sebenarnya /
Pernyataan tanggung jawab berkaitan dengan seri,
ISSN seri ; penomoran seri, judul subseri, ISSN
subseri ; nomor dalam subseri). – Catatan. – Nomor
Standar.

c. Deskripsi tingkat ketiga

Semua unsur yang diperinci dalam aturan harus


dicantumkan bila informasinya tersedia.

9. Pola Deskripsi

Deskripsi bibliografi dapat dibuat secara berparagraf atau


secara terus-menerus. Berparagraf biasanya terdiri dari 5
paragraf. Sedangkan ½ berparagraf terdiri dari 4
paragraf. Polanya adalah sebagai berikut :

a. Berparagraf

(1) Judul sebenarnya = judul paralel : anak judul /


pernyataan tanggung jawab pertama;
pernyataan tanggung jawab kedua. – Edisi /

14
pernyataan tanggung jawab edisi. – Data
khusus.
(2) Tempat terbit: Nama penerbit, tahun terbit.
(3) Jumlah halaman atau jilid : ilustrasi ; ukuran +
lampiran atau tambahan . – (judul seri :
keterangan seri lainnya , ISSN ; No. Seri).
(4) Catatan.
(5) ISBN atau ISSN : Harga.

b. Setengah berparagraf

(1) Judul sebenarnya = judul paralel : anak judul /


pernyataan tanggung jawab pertama;
pernyataan tanggung jawab kedua. – Edisi /
pernyataan tanggung jawab edisi. – Data
khusus. – Temat terbit: Nama penerbit, tahun
terbit.
(2) Jumlah halaman atau jilid : ilustrasi ; ukuran +
lampiran atau tambahan . – (judul seri :
keterangan seri lainnya , ISSN ; No. Seri).
(3) Catatan.
(4) ISBN atau ISSN : Harga.

c. Tidak berparagraf (terus menerus)

Judul sebenarnya = judul paralel : anak judul /


pernyataan tanggung jawab pertama; pernyataan
tanggung jawab kedua. – Edisi / pernyataan tanggung
jawab edisi. – Data khusus. – Temat terbit: Nama
penerbit, tahun terbit. – Jumlah halaman atau jilid :
ilustrasi ; ukuran + lampiran atau tambahan . – (judul
seri : keterangan seri lainnya , ISSN ; No. Seri). –
Catatan. – ISBN atau ISSN : Harga.

10. Ketidakakuratan

Untuk daerah yang memerlukan penyalinan informasi


dari dokumen yang dikatalog, tuliskan kata yang tidak
akurat atau salah ejaannya sebagimana adanya, diikuti
dengan [sic] atau i.e. dan pembetulan di antara kurung
siku.

15
Contoh : Stastistik [sic] impor ekspor Indonesia
Losser [i.e. loser] takes all

11. Alternatif dan pilihan (Alternatives dan Options)

Suatu ciri yang sangat penting dari AACR2 adalah ciri


kelenturan (flexibility) yang memungkin para pemakai
menyesuaikan deskripsinya pada situasi dan kondisi
perpustakaannya.

Kelenturan ini dimungkinkan oleh adanya sejumlah


aturan yang ditunjukkan dengan kalimat “alternative
rule”, “optional addition” dan “Optionally …”.
Ada 2 jenis aturan alternatif dan pilihan :

(1) Aturan alternatif dan pilihan yang harus


ditentukan pilihannya sebagai bagian dari
kebijaksanaan pengkatalogan. Keputusan ini
menetapkan bahwa aturan / pilihan tersebut harus
atau selalu diterapkan, atau tidak diterapkan sama
sekali.
(2) Aturan alternatif dan pilihan yang dapat
diputuskan dan diterapkan kasus per kasus.

Setiap perpustakaan harus membedakan antara kedua


jenis pilihan ini dan mencatat keputusan-keputusan
dalam pedoman kebijaksanaan pengkatalogan mereka,
serta menerapkan keputusan itu secara taat azas.

Pada banyak aturan terlihat bahwa pengkatalog juga


dituntut kemampuannya untuk menilai dan menafsirkan
aturan atas dasar keperluan katalog yang ia susun. Ini
terlihat dari kata-kata seperti “if appropriate,
important, necessary” (jika sesuai, penting, perlu) yang
ditemukan dalam cukup banyak aturan.

12. Keterangan lain tentang AACR2

(1) Apendiks (Lampiran)

AACR2 mempunyai 5 macam apendiks, sbb. :


- Apendiks A untuk huruf besar (Capitalization)
16
- Apendiks B untuk penggunaan singkatan
(Abbreviations)
- Apendiks C untuk penggunaan nomer (Numerals)
- Apendiks D untuk keterangan istilah-istilah yang
digunakan dalam peraturan (Glossary)
- Apendiks E untuk penggunaan kata sandang awal
(Initial Article)

Walaupun dalam peraturan hal-hal tersebut diatas


merupakan apendiks, penggunaannya harus
diterapkan dengan konsisten terutama untuk
Apendiks A, B, dan C.

(2) Prinsip “item in hand”

AACR2 menganut prinsip ini, artinya bahwa


deskripsi harus berdasarkan bahan yang ada di
tangan pengkatalog. Misalnya monograf dalam
bentuk mikro. Yang dideskripsikan di sini adalah
bentuk mikronya dengan menggunakan peraturan
bab 11 (untuk bentuk mikro), bukan bab 2 untuk
monograf. Dalam kasus seperti ini, bab 2 digunakan
hanya bila dianggap perlu, misalnya untuk catatan
tambahan.

◙◙◙

Referensi :

Aditirto, Irma Utari. Deskripsi Bibliografi Bahan Non Buku.


Jakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, 1989.

Anglo-American Cataloging Rules. 2nd ed. 2002 revision.


Chicago : American Library Association, 2002.

17
Intner, Sheila S. and Jean Weish. Standar Cataloging for
School and Public Libraries. 3rd ed. Englewood,
Colorado : Librarries Unlimited, 2001.

Mirmani, Anon. Pengolahan Bahan Non Buku. Jakarta :


Universitas Terbuka , 1997.

Taylor, Arlene G. Wynar’s Introduction to Cataloging and


Classification. Revised 9th ed. Westport, London :
Libraries Unlimited, 2004.

Yulia, Yuyu dan B. Mustafa. Pengolahan Bahan Pustaka.


Jakarta : Universitas Terbuka, 2007.

Lampiran 1: DAFTAR ISI AACR2 Revision 2002 : 2004


Update

CONTENTS
Committees
Preface To The 2002 Revision
Summary of Rule Revisions Since AACR Second Edition (1998
Revision)
General Introduction
Part I
DESCRIPTION

Introduction Part I
1 General Rules for Description
2 Books, Pamflets, and Printed Sheets
3 Cartographic Materials (√ )
18
4 Manuscripts (including manuscript collections)
5 Music
6 Sound Recordings (√ )
7 Motion Pictures and Videorecordings (√ )
8 Graphic Materials (√ )
9 Electronic Resources
(sebelumnya : Machine-Readable Date Files)
10 Three-Dimensional Artefacts and Realia (√ )
11 Microforms (√ )
12 Continuing Resources
(sebelumnya: Serials)
13 Analysis

Part II
HEADINGS, UNIFORM TITLES, AND REFERENCES
Introduction Part II
21 Choice of Access Points
22 Headings for Persons
23 Geographic Names
24 Headings for Corporate Bodies
25 Uniform Titles
26 References

APPENDICES

A Capitalization
B Abbreviations
C Numerals
D Glossary
E Initial Articles (√ )

INDEX
Lampiran 2

GARIS BESAR SUSUNAN ELEMEN DESKRIPSI

Daerah Tanda Baca Elemen

1 Judul dan 1.1 Judul sebenarnya


pernyataan
tanggung jawab
[ ] kurung 1.2 Pernyataan jenis bahan

19
siku umum
= sama 1.3 Judul Paralel
dengan
: titik dua 1.4 Judul lain / anak judul
/ garis 1.5 Pernyataan tanggung
miring jawab
; titik koma 1.6 Pernyataan tanggung
jawab yang kedua , dst

2 Edisi . -- 2.1 Pernyataan edisi


/ garis 2.2 Pernyataan tanggung
miring jawab
; titik koma 2.3 Pernyataan tanggung
jawab kedua dst tentang
edisi

3 Data khusus . -- 3. Hanya untuk peta,


terbitan berseri, musik ,
file computer (sumber
daya elektronik)

4 Penerbitan . -- 4.1 Tempat terbit


: titik dua 4.2 Nama penerbit
, koma 4.3 Tahun terbit

5 Deskripsi fisik . -- 5.1 Jumlah halaman,


(dimulai pd jumlah jilid, atau jumlah
paragraf baru satuan
atau diawali . --)
: titik dua 5.2 Pernyataan ilustrasi
atau
Data fisik lain,msl :
- Jenis rekaman
- Warna, dsb (sesuai
dengan bahan yang
dideskripsikan)
; titik koma 5.3 Ukuran
20
+ tanda 5.4 Lampiran
tambah (bahan yg
diikutsertakan)

6 Seri (ditulis . -- 6.1 Judul seri


dalam tanda
kurung biasa)
= sama 6.2 Judul paralel seri
dengan
: titik dua 6.3 Keterangan seri lainnya
/ garis 6.4 Pernyataan penangung
miring jawab pertama seri
, koma 6.5 ISSN
; titik koma 6.6 Nomor seri
7 Catatan . --
(dimulai pd
paragraf baru
atau diawali . --)
8 Nomor standar, . -- 8.1 ISBN
harga & syarat
penjualan
(dimulai pd
paragraf baru
atau diawali . --)
8.2 Judul ringkas
8.3 Harga dan syarat
penjualan

21
Lampiran 3: GENERAL MATERIAL DESIGNATION (GMD)
AACR2 Revision 2002: 2004 Update

22
LIST 1
activity card ( √ )
braille art original
cartographic material art reproduction
computer file ( x ) braille
electronic resource ( √ ) cartographic material ( √ )
graphic chart
manuscript computer file ( x )
microform diorama
motion picture electronic resource ( √ )
multimedia filmstrip
music flash card
object game
sound recording globe ( x )
text kit
videorecording manuscript
map ( x )
microform
microscope slide
model
motion picture
music
picture
realia
slide
sound recording
technical drawing
text
toy
transparency
videorecording
LIST 2

Catatan :
♦ List 1  biasa digunakan oleh perpustakaan di Inggris
♦ List 2  biasa digunakan oleh perpustakaan di Australia, Canada,
dan Amerika Serikat. Termasuk perpustakaan Indonesia.

Untuk bahan yang dimaksud untuk mereka yang penglihatannya


kurang baik, di belakang tiap istilah dari daftar-daftar ini dapat
ditambahkan keterangan : (huruf besar), (huruf timbul), atau (timbul),
sesuai dengan sifat bahan yang sedang diolah. Istilah (braille), apabila
sesuai, dapat ditambahkan pada semua istilah dari daftar no. 2, kecuali
braille atau teks.
Contoh :
… [peta (timbul)]
… [musik (braille)]
… [teks (huruf besar)

23
Latihan Modul 1

1. ISBD (G) adalah singkatan dari ……………………………………………………


ISBD (G) diterbitkan oleh ………………
(berikan kepanjangannya) ………………………………………………………….
pada tahun ……………..

2. Peraturan deskripsi bibliografi AACR2 mengikuti kerangka umum ISBD(G),


yaitu dalam hal : 1) …………………..….… 2) ………………………….

3. Salah satu ciri dari AACR2 adalah “terintegrasi”, Apa maksudnya?

4. Apa yang dimaksud dengan sifat “mnemonik” dalam AACR2?

5. Sebutkan 8 (delapan) daerah deskripsi yang diatur oleh AACR2!

6. GMD adalah singkatan dari ………………………………………….…………..


diIndonesiakan dengan istilah ………………………………………….…………
GMD adalah unsur wajib / tidak wajib (?)
Fungsi GMD adalah : 1) ………………………………………….
2) ………………………………………….
3) ………………………………………….

7. Kode warna untuk membedakan berbagai jenis bahan non buku


dianjurkan / tidak dianjurkan (?) Jelaskan!

8. Daerah deskripsi ke-3 disebut (istilah Inggris) ……………………….


…………….
Daerah ini selalu dipakai untuk bahan :
1) ……………… 2) .……………… 3) ………………… 4) ….……………
Daerah ke-3 ini tidak ada (tidak diisi) untuk kelompok bahan lain karena :
………………………………………………………..……………….……………

9. Untuk membuat deskripsi suatu bahan perpustakaan, kita harus


sekurang-kurangnya melihat peraturan dalam 2 (dua) bab, yaitu :
1) ……………………………………………
2) ……………………………………………
Sebab ...…………………………………………………………………………….

10. Yang dimaksud dengan working language ialah ..……………………………….



Daerah yang selalu diisi dengan working languange adalah ....?

11. Apa yang dimaksud dengan prinsip “item in hand”?

12. Ada 5 lampiran (Appendices) dalam AACR2 2002 Revision. Sebutkan!

Hal-hal ini dikumpulkan dalam lampiran karena merupakan hal-hal yang


perlu diketahui / diperhatikan oleh semua perpustakaan. Benar / Salah ?

13. Bagaimanakah struktur peraturan AAR2?

24
◘◘◘

25

Anda mungkin juga menyukai