Anda di halaman 1dari 8

RESUME I

FILSAFAT PANCASILA
DOSEN : TAUFAN AGUNG PRASETYA, S.Sos, M.A.P

HARI, TANGGAL : SENIN, 7 SEPTEMBER 2020


NAMA : FATRIK SUGIARTO
NIM : 2021011
PRODI : DIII KEPERAWATAN PARALEL
MATA KULIAH : PANCASILA

FILSAFAT

Pengertian Filsafat

filsafat (philo-sophia) menurut asal katanya “mencintai  kebijaksanaan” atau “mencintai


hikmat/pengetahuan”

Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. 

 Ontologi, membahas apa yang ingin diketahui mengenai teori tentang “ada“ dengan
perkataan lain bagaimana hakikat obyek yang ditelaah sehingga membuahkan
pengetahuan.

 Epistemologi, membahas tentang bagaimana proses memperoleh pengetahuan.

 Aksiologi, membahas tentang nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh

Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.
Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang artinya
“cinta” dan “sophos” yang artinya “ hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom”
(Nasotion, 1973).
Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu
filsafat pancasila (Soeryanto, 1991 : 50)
PANCASILA

Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu  panca yang berarti lima dan sila berarti
prinsip atau asas. Jadi Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia yang terdiri dari 5 prinsip.

History
Proses perumusan pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama Dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara yang akan dibentuk.
Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin,
Soepomo, dan Soekarno.

Muhammad Yamin (29 Mei 1945)  


Lima asas dasar negara Indonesia Merdeka Dan beliau mengajukan draft pembukaan UUD
yang didalamnya mencantumkan Lima asas dasar negara Indonesia

Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Usulan asas dasar negaraYang kemudian dipersempit menjadi “Tri Sila” Dan kemudian “Tri
Sila” tersebut masih dipersempit lagi menjadi “Eka Sila” atau satu sila yang intinya adalah
“gotong-royong”. Pada tahun 1947.

Piagam Jakarta (22 Juni 1945)


Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang juga tokoh Dokuritsu Junbi
Cosakai mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta asal-usul mengenai dasar
negara yang telah dikemukaan dalam sidang badan penyelidik.

Tugas BPUPKI adalah meneliti dan merumuskan kebijakan-kebijakan mengenai


kelengkapan politik dan birokratik yang diperlukan sebuah negara baru. Ketuanya adalah
Radjiman Wedyodiningrat, dan dia dikelilingi nama-nama tangguh seperti Soekarno,
Sutardjo, Hatta, Agus Salim, Soepomo, Abikusno Tjokrosuyoso, dan M. Yamin (Elson
2008:158). Dalam kata pembukaanya, Ketua BPUPKI meminta pandangan para anggota
mengenai dasar negara Indonesia merdeka yang akan dibentuk itu (Notosusanto 1985:20)
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pengertian sistem
Suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Ciri-ciri sistem  :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang komplek (Shore dan Voich, 1974)

Dalam pendapat lain Sebagai sebuah sistem ideologi bangsa Wibisono (1996:3) 


menjelaskan pancasila mempunyai tiga unsur pokok didalamnya yaitu;
1)   Rasionalitas,
2)   Penghayatannya,
3)   Kesusilaannya.

Sedang menurut pendapat Kaelan (2000:164)  pancasila sebagai suatu sistem filsafat serta


ideologi maka Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas yang paling utama
kedudukannya adalah sebagai suatu sistem pengetahuan.  

Abdurrahman Wahid (1991:163) menjelaskan Pancasila sebagai falsafah Negara


berkedudukan sebagai kerangka berpikir yang wajib diikuti dalam proses
pmenyusunan undang-undang dan produk hukum yang lain, dalam merumuskan
kebijakan pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal antar lembaga-lembaga dan
perorangan yang hidup dalam kawasan Negara ini. Dengan maksud
bahwa pancasila merupakansumber hukum dasar Negara Indonesia, sehingga semua
yang  mengandung peraturan hukum positif Indonesia akan dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila.
Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida

hierarki piramida maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila
berikutnya. Secara Ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan sila-sila
Pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil (Notonagoro,1975)

Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling
Mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang Majemuk Tunggal, Hierarki Piramida juga memiliki
sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi . Maksudnya, bahwa dalam setiap sila terkandung
nilai keempat sila lainnya atau dengan kata lain dalam setiap sila dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya.
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi :
1. Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara
runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan di dalamnya.
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala
yang terdapat dalam kehidupan manusia.
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam
yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental.
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai
praanggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis,
serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu.

ISLAM, J. S. D. P., & DJATI, S. G. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Contoh rumusan
Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki  hakikat mutlak
monopluraris.

Dasar Epistemologis
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan.

Dasar  Aksiologis
Sila-sila dalam Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
ontologis  sehingga nilai-nilai yang terkandung didalamnya hakikatnya juga merupakan satu
kesatuan.

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA


Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah
bagi anak bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk  mengatur pemerintahan negara atau
dengan kata lain Pancasila merupakan dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

Menurut M. Sastrapratedja Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran


yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia Merdeka.”1) “Dasar Negara” dapat disebut pula “ ideologi negara”,
seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta: “Pembukaan UUD, karena memuatnya di
dalamnya Pancasila sebagai ideologi Negara, beserta dua pernyataan lainnya yang
menjadi bimbingan pula bagi politik negeri seterusnya, dianggap sendi daripada hukum
tatanegara Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA DALAM NASKAH


POLITIK YANG BERSEJARAH (PIAGAM JAKARTA 22 JUNI 1945)
Adapun rumusan Pancasila sebagaimana termuat dalam Piagam Jakarta adalah
sebagai berikut :
(1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemelukpemeluknya
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
(3) Persatuan Indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Aidul Fitriciada Azhari Volume 9 No. 1, Januari 2007


jalannya sejarah telah mengubah hasil gentlemen agreement itu setelah PPKI dalam
persidangannya tanggal 18 Agustus 1945 mengubah rumusan “tujuh kata” dalam Piagam
Jakarta menjadi rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” seperti yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 yang dikenal sekarang ini.
HASIL DISKUSI KELAS

Tanya : Apakah yang Saudara-Saudara inginkan dari negara Indonesia atau Saudara
ingin negara Indonesia yang bagaimana ?
Jawab : kami ingin untuk negara indonesia ini bisa maju , tidak hanya menjadi negara
berkembang saja , memiliki keuangan yang signifikan , korupsi yang hilang , makin baik lagi
untuk segi pendidikan moral bagi anak anak bangsa ini

Tanya : Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia, tercantum pada Pidato
Ir. Soekarno (1 Juni 1945) yang merumuskan Tri Sila dan mengerucut menjadi Eka Sila,
pertanyaan, apakah ada hubungan dengan RUU HIP? mohon penjelasan.
Jawab : Faktanya yang ada memang rupanya konsep Tri Sila dan Eka Sila terdapat
pada visi misi PDIP. Dan diketahui bahwa partai pengusul RUU HIP adalah PDIP. Apakah
kemudian salah ? Apabila itu kemudian diangkat sebagai UU maka itu menjadi salah. Sebab
kita tidak mengenal Tri Sila dan Eka Sila. Kita hanya mengenap Pancasila yang merupakan
satu kesatuan yang utuh. Dimana sila-sila didalamnya adalah suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisah-pisahkan.
DAFTAR PUSTAKA

- https://thesourthborneo22.blogspot.com/2013/01/filsafat-pancasila.html
- Nabila, D. R. Sejarah Perumusan Pancasila Untuk Mewujudkan Identitas
Bangsa. Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Membangun Identitas Bangsa, 14.Anshari,
Endang Saifuddin, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 Sebuah Konsensus Nasional Tentang Dasar
Negara Republik Indonesia (1945-1959), Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
- Pinasang, D. (2012). Falsafah Pancasila Sebagai Norma Dasar (Grundnorm) dalam Rangka
Pengembanan Sistem Hukum Nasional. Jurnal Hukum UNSRAT, 20(3), 1-10.
- Sastrapratedja, M. Pancasila Sebagai Dasar Negara, Asas Etika Politik dan Acuan Kritik
Ideologi. dalam Agus Wahyudi dkk, Proceeding Kongres Pancasila: Pancasila dalam Berbagai
Perspektif.
- Azhari, A. F. (2007). Kedudukan Piagaman Jakarta: Tinjauan Hukum Ketatanegaraan.

Anda mungkin juga menyukai