Anda di halaman 1dari 57

Sesuai fakta sejarah, Pancasila tidak terlahir dengan seketika pada tahun 1945, tetapi membutuhkan

proses penemuan yang lama, dengan dilandasi oleh perjuangan bangsa dan berasal dari gagasan dan
kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Proses konseptualisasi yang panjang ini ditandai dengan
berdirinya organisasi pergerakan kebangkitan nasional, partai politik, dan sumpah pemuda.
Dalam usaha merumuskan dasar negara(Pancasila), muncul usulan-usulan pribadi yang dikemukakan
dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia antara lain:

Muhammad Yamin, pada pada tanggal 29 Mei 1945 berpidato mengemukakan usulannya tentang lima
dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan
Kesejahteraan Rakyat. Dia berpendapat bahwa ke-5 sila yang diutarakan tersebut berasal dari sejarah,
agama, peradaban, dan hidup ketatanegaraan yang tumbuh dan berkembang sejak lama di Indonesia.
Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan PancaSila sebagai dasar negara dalam pidato
spontannya yang selanjutnya dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Ir. Sukarno merumuskan dasar
negara: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan, Mufakat atau demokrasi,
Kesejahteraan sosial, KeTuhanan yang maha esa
Dari banyak usulan-usulan yang mengemuka, Ir. Soekarno berhasil mensintesiskan dasar falsafah dari
banyak gagasan dan pendapat yang disebut Pancasila pada 1 Juni 1945. Rumusan dasar Negara ini
kemudian didadar kembali oleh panitia yang dibentuk BPUPKI(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan dimasukkan ke Piagam Jakarta. Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila secara sah menjadi dasar Negara yang mengikat.
Sebelum disahkan, terdapat bagian yang di ubah” Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Rumusan butir-butir Pancasila yang pernah digagas, baik yang disampaikan dalam pidato Ir. Soekarno
ataupun rumusan Panitia Sembilan yang termuat dalam Piagam Jakarta adalah sejarah dalam proses
penyusunan dasar negara. Rumusan tersebut semuanya otentik sampai akhirnya disepakati rumusan
sebagaimana terdapat pada alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945.

Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu rumusan konsep
Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh Panitia
Sembilan dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan pada Pembukaan Undang- Undang
Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni 1945, 22 Juni 1945, hingga teks
final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran falsafah negara
Pancasila.

Arti Lambang Pancasila


Burung Garuda merupakan lambang negara Indonesia sejak negara ini berdiri. Akan tetapi tidak semua
orang tahu tentang arti dan makna garuda pancasila sebagai lambang negara. Sebagai bangsa Indonesia
paling tidak kita tahu dan mengerti arti lambang negara kita sediri sebagai sikap penghargaan terhadap
perjuangan para pendiri bangsa dan kelak dapat menceritakan kepada anak cucu kita sebagai generasi
penerus bangsa.

Burung Garuda Pancasila dalam cerita kuno tentang para dewa adalah kendaraan Dewa Vishnu yang
besar dan kuat.
Warna Burung Garuda adalah kuning emas yang menggambarkan sifat agung dan jaya.
Garuda adalah seekor burung gagah dengan paruh, sayap, ekor, dan cakar yang menggambarkan
kekuatan dan tenaga pembangunan
Jumlah bulu burung garuda pancasila memiliki melambangkan hari kemerdekaan Indonesia , 17 Agustus
1945
Bulu masing-masing sayah berjumlah 17 helai
Bulu Ekor berjumlah 8 helai
Bulu Leher berjumlah 45 helai
gambar pancasila
Di bagian dada burung garuda terdapat perisai yang dalam kebudayaan serta peradaban bangsa
Indonesia merupakan senjata untuk berjuang, bertahan, dan berlindung untuk meraih tujuan. Perisai
Garuda bergambar lima simbol yang memiliki arti masing-masing:

Bintang, sila ke-1 Pancasila, melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa


Rantai Baja, sila ke-2, melambangkan Kemanusiaan yang adil dan beradab
Pohon beringin, sila ke-3, melambangkan Persatuan Indonesia
Kepala banteng, sila ke-4, melambangkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan
Padi dan kapas, sila ke-5, melambangkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Garis hitam tebal di tengah perisai melambangkan garis katulistiwa yang melukiskan lokasi Indonesia
berada di garis katulistiwa

Warna dasar perisai adalah merah putih seperti warna bendera Indonesia

Filsafat Pancasila
Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada hakekatnya dapat dikembalikan
kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup dan sebagai Dasar
Negara.
Secara etimologis kata ”filsafat“ berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang berarti “cinta kearifan”
kata philosophia tersebut berasal dari kata“philos” (pilia, cinta) & “sophia” (kearifan). Berdasarkan
pengertian bahasa tersebut filsafat berarti juga cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga bermakna
“wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat dapat juga bermakna cinta kebijaksanaan. Berdasarkan
makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari
kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi
peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena
itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah
karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof
mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-
dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan
merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang berasal dari ajaran budha dalam kitab
tripitaka dua kata: panca yang berarti lima dan syila yang berarti dasar. Jadi secara leksikal Pancasia
bermakna lima aturan tingkah laku yang penting.
Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun
sekian lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya
falsafah bangsa tetapi lebih luas lagi yakni falsafah bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian dituangkan dalam suatu
“sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (Ruyadi, 2003:16) menyatakan, Filsafat Pancasila memberi
pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar
aksiologis tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.

Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro (Ganeswara, 2007:7) menyatakan bahwa hakekat
dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok dari
Pancasila. Selanjutnya hakekat manusia itu adalah semua kompleksitas makhluk hidup baik sebagai
makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.

Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan, bahwa yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial
adalah manusia.

Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus (Kaelan, 2007:15) terdapat tiga persoalan mendasar
dalam epistemologi yaitu :

(1) tentang sumber pengetahuan manusia;

(2) tentang teori kebenaran pengetahuan manusia ;dan

(3) tentang watak pengetahuan manusia.

Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bahwa Pancasila digali dari nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia sendiri serta dirumuskan secara bersama-sama oleh “The Founding Fathers”
kita. Jadi bangsa Indonesia merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila.

Selanjutnya, Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki susunan yang bersifat formal logis,
baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari sila-silanya. Susunan sila-sila Pancasila bersifat
hierarkhis piramidal.
Selanjutnya, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologinya yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu
kesatuan.

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila adalah suatu paham filsafat (philosophical way of thinking) oleh karena itu harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis dan dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pengertian tersebut,
Pancasila disebut juga sebagai way of life, weltanschaung, pegangan hidup, petunjuk hidup, dan
sebagainya. Dalam hal ini Pancasila adalah sebagai petunjuk arah kegiatan di segala bidang kehidupan,
sehingga seluruh tingkah laku dan perbuatan manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran
dari sila-sila Pancasila yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Sebagai pandangan hidup yang merupakan penjelmaan falsafah hidup bangsa,
Pancasila dalam pelaksanaannya sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama,
norma-norma kesusilaan, normanorma sopan santun, serta norma-norma hukum yang berlaku.

Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis konstitusional
(menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu setiap orang tidak boleh atau tidak bebas
memberikan pengertian/penafsiran manurut pendapatnya sendiri. Pancasila dalam pengertian ini sering
disebut pula sebagai dasar falsafah negara (philosofische grondslag) atau ideologi negara (staatsidee).
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di kandung
maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu
filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas
dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang
menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi
dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus
mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan
negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-persoalan yang timbul
sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara harus didasarkan atas dan
berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-
peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar
tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan
UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar
negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa
Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber huum formal, undang-undang,
kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh masyarakat dan penyusun
peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah Indonesia.
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang kuat, dasar yang
kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar
negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah
penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga
sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia sebagai
dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila
bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan Republik
Indonesia secara kekal dan abadi.
Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia ialah :
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa
lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan budi bangsa
Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun
bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu,
Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup
dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota
kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap
hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa
lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila
Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan :
a.Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku di negara kita.
b.Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi petunjuk dalam
masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa
Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat
membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara
terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan
tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan
bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib dan damai.
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan
sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali
dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang
lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah
perjuangan bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan mengamalkan
Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-
kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati,
serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam kehidupan
sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan
luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi
maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada generasi yang telah
begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela Pancasila.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka yang kita maksud
adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita gunakan, sebab
rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 18
Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh,
karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri,
terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah
dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.

Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu. Kata “oida” berasal dari bahasa Yunani
yang berarti mengetahui, melihat, bentuk. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematis yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam
berbagai bidang kehidupan.

Idologi menurut Gunawan Setiardjo: Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah 'aqliyyah
(akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.Pada
dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka. Ideologi Tertutup
merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran
terbuka. Ideologi Terbuka memiliki ciri khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Ideologi
terbuka diciptakan oleh Negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, Ideologi terbuka merupakan milik semua masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’ dan
‘kepribadiannya’ dalam Ideologi tersebut.

Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat reformatif, dinamis dan
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa
mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta
dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.Keluwesan dan fleksibelitas serta keterbukaan yang
dimiliki oleh ideologi Pancasila menjadikan Pancasila tidak ketinggalan zaman dalam tatanan sosial,
namun sifatnya yang terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar Pancasila dapat dirubah /diganti dengan nilai
dasar yang lain. Sebab jika nialai dasar tersebut dirubah berarti meniadakan Pancasila bahkan
membubarkan Negara RI. Yang dimaksud dengan ideologi Pancasila yang bersifat terbuka adalah nilai-
nilai dasar dari Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan bangsa Indonesia dan tuntutan
perkembangan zaman.

Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara struktural Pancasila memiliki tiga dimensi
sebagai berikut:

Dimensi idealis. bahwa nilai-nilai dasar ideologis tersebut mengandung idealisme, bukan angan-angan
yang memberi hambatan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudan atau pengalamannya
dalam praktek kehidupan bersama mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya
Dimensi Fleksibilitas. Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan Merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya,tanpa menghilangkan hakikat
(jati diri) yang terkandung dalam nilai dasar.
Dimensi realitas. adalah suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup & berkembang
dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi secara reel berakar dan hidup dalam
masyarakat/bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan
pengalaman sejarahnya. Oleh karena itu, selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal dan normative,
pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan Negara.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka sifat Ideologi pancasila
tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-
hari secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi “pragmatis” yang hanya menekankan segi
praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme. Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-
nilai dasar yang bersifat unviversal dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa
dieksplisitkan secara dinamis-reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan
dinamika aspirasi masyarakat.

Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pancasila – Sebagai mana yang kita tahu bahwa pancasila merupakan
Dasar Negara kita, Indonesia. Dan patutnya kita sebagai warna negara Indonesia perlu mempelajari lebih
dalam tentang dasar negara kita, mulai dari pengertian pancasila, fungsi pancasila, dan tujuan pancasila.
Dimana pancasila sering juga dibahas pada mata pelajaran PPKN di sekolah.

Pancasila mempunyai lambang garuda dan sekaligus di dalam lambang garuda terdapat gambar bintang,
rantai, pohon beringin, kepala banteng, padi dan kapas yang mencerminkan setiap arti dari 5 sila
pancasila.

pengertian pancasila

Asal Kata Pancasila


Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (kasta Brahmana)yaitu penggalan
kata Panca yang berarti “Lima” dan Sila yang berarti “Dasar“. Berarti secara harfiah kata Pancasila bisa
diartikan sebagai Lima Dasar.

Sejarah Istilah Pancasila

Tak lengkap kalau tidak mengetahui juga sejarah istilah Pancasila, yaitu mulai dikenal sejak zaman
kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dimana sila-sila yang terdapat di dalam Pancasila sudah diterapkan di
dalam kehidupan masyarakat maupun kerajaan meski ke 5 sila itu belum dirumuskan secara konkrit.
Dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila mempunyai arti “berbantu sendi yang lima”
atau “pelaksanaan kesusilaan lima”.

Dalam agama Budha terdapat juga istilah Pancasila yang ditulis dalam bahasa Pali yaitu “Pancha Sila”
yang artinya lima pantangan atau larangan. Yaitu:
Tidak boleh mencuri.
Tidak boleh berbohong.
Tidak boleh berjiwa dengki.
Tidak boleh melakukan kekerasan.
Tidak boleh minum minuman keras atau mengkonsumsi obat terlarang.
Daftar Isi [hide]

Pengertian Pancasila
Fungsi Pancasila
Tujuan Pancasila
Pengertian Pancasila
Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli

Menurut Ir Sukarno:

Bahwa pancasila adalah isi jiwa Bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam
bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, pancasila bukan hanya falsafah negara, melainkan lebih
luas lagi yakni falsafah Bangsa Indonesia.

Menurut Muhammad Yamin:

Pancasila berasal dari kata Panca yang artinya Lima dan Sila yang artinya Sendi, Atas, Dasar atau
peraturan tingkah laku yang baik dan penting. Berarti pancasila merupakan lima dasar yang
mengandung pedoman atau aturan mengenai tingkah laku yang baik dan penting.

Menurut Notonegoro:

Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan
dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan dapat menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia
sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara
Indonesia.

Fungsi Pancasila
1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Setiap Bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeish, artinya Jiwa Bangsa atau Jiwa
Rakyat. Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia yang berfungsi agar Indonesia tetap hidup dalam jiwa
Pancasila. Bangsa Indonesia lahir sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia.

2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Fungsi pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia yaitu sebagai hal yang memberi corak khas bagi
Bangsa dan menjadi pembeda Bangsa Indonesia dengan Bangsa lain.

Diwujudkan dengan tingkah laku dan sikap mental, sehingga ciri khas ini yang dimaksud dengan
kepribadian.
3. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum

Fungsi pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yaitu mengatur semua hukum yang berlaku
di Negara Indonesia. Semua hukum harus patuh dan menjadikan Pancasila sebagai sumbernya.

Artinya setiap hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Jadi setiap sila-sila yang
ada di Pancasila adalah nilai dasar, sedangkan hukum adalah nilai instrumental atau penjabaran dari sila
pancasila.

Sumber tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup, cita-cita hukum, kesadaran, dan cita-
cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia. Meliputi cita-cita mengenai
kemerdekaan Individu, Kemerdekaan Bangsa, Perikemanusiaan, Keadilan Sosial, dan Perdamaian
Nasional. Cita-cita politik mengenai bentuk, tujuan, sifat negara. Dan Cita-cita moral mengenai
kehidupan agama dan masyarakat.

4. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Fungsi pancasila sebagai pandangan hidup atau cara pandang adalah Bangsa Indonesia harus
berpedoman, menjadi pancasila sebagai petunjuk kehidupan sehari-hari.

Segala bentuk cita-cita moral Bangsa dan bentuk budaya harus bersumber dari Pancasila, juga
merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, hal ini memiliki tujuan demi tercapainya
kesejahteraan lahir dan batin.

fungsi pancasila
5. Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia

Seperti yang telah kita ketahui bahwa pancasila telah jelas termuat di pembukaan UUD 1945, sehingga
pancasila merupakan tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia, cita-cita inilah yang menjadi tujuan Bangsa,
menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

6. Pancasila Menjadi Falsafah Hidup Bangsa


Fungsi pancasila sebagai falsafah hidup bangsa yaitu sebagai pemersatu Bangsa Indonesia, pancasila
mengandung nilai-nilai kepribadian yang dipercayai paling benar, bijaksana, adil dan cocok untuk Bangsa
Indonesia untuk mempersatukan rakyat.

7. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan Negara, segala sesuatu kehidupan di
Indonesia, seperti rakyat, pemerintah, dan wilayah. Pancasila juga digunakan sebagai dasar mengatur
penyelenggaraan Negara dan kehidupan Negara sesuai dengan bunyi UUD 1945.

8. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa

Fungsi pancasila sebagai falsafah hidup bangsa yaitu sebagai pemersatu Bangsa Indonesia. Karena
Pancasila dianggap mempunyai nilai yang paling bijaksana, adil, dan benar yang diharapkan bisa menjadi
pemersatu Bangsa.
9. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia.
Pada saat Bangsa Indonesia melakukan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,
Bangsa ini belum memiliki UUD Negara yang tertulis, untuk itu PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) pada tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 yang
merupakan berdasar dari pancasila.
PPKI merupakan badan sebagai tempat wakil-wakil rakyat di Indonesia sehingga pancasila merupakan
hasil perjanjian bersama rakyat, dan untuk membela pancasila selamanya.
Tujuan Pancasila
Menghendaki Bangsa yang religius yang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa
Menjadi Bangsa yang adil secara sosial ekonomi
Menjadi Bangsa yang menghargai HAM (Hak Asasi Manusia)
Menghendaki Bangsa yang demokratis
Menghendaki menjadi Bangsa yang nasionalis yang mencintai tanah air Indonesia
Itulah pengertian pancasila, fungsi pancasila, sekaligus tujuan pancasila yang semoga membantu kamu
dalam menyelesaikan tugas sekolah, kuliah, maupun mungkin untuk materi debat pendidikan
kewarganegaraan.

PENDIDIKAN PANCASILA
A. PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
Lahirnya ketentuan dalam Pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama,
pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa
Negara berkehendak agar pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum
peguruan tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Dengan demikian, mata kuliah
pendidikan Pancasila ini dapat lebih fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan
mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Artinya, pendidikan Pancasila diharapkan
menjadi ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalitas
mereka sesuai dengan bidang studi masing-masing. Selain itu, dengan mengacu kepada
ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, sistem pendidikan tinggi di Indonesia
harus berdasarkan Pancasila. Implikasinya, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus terus
mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai segi kebijakannya dan menyelenggarakan
mata kuliah pendidikan Pancasila secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.
Mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi: bersyukur atas karunia kemerdekaan dan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia; menunjukkan sikap positif terhadap pentingnya
pendidikan Pancasila; menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan Pancasila sebagai komponen
mata kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana; menalar dan menyusun argumentasi
pentingnya pendidikan Pancasila sebagai komponen mata kuliah wajib umum dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Urgensi pendidikan Pancasila bagi mahasiswa sebagai calon pemegang
tongkat estafet kepemimpinan bangsa untuk berbagai bidang dan tingkatan, yaitu agar tidak
terpengaruh oleh paham-paham asing yang negatif.
Mata kuliah pendidikan Pancasila adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studinya
masing-masing. Dengan demikian, mahasiswa mampu memberikan kontribusi yang konstruktif
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
Hal ini berarti mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan student centered learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill
mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai
dengan program studinya masing-masing, serta dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai
kaidah penuntun (guiding principle) sehingga menjadi warga negara yang baik (good
citizenship).
B. PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA
Pancasila merupakan dasar resmi Negara kebangsaan Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Hal ini
terjadi karena pada waktu itulah Pancasila disahkan oleh PPKI, lembaga atau badan konstituante
yang memiliki kewenangan dalam merumuskan dan mengesahkan dasar negara Indonesia
merdeka. Pada awal era reformasi 1998 muncul anggapan bahwa Pancasila sudah tidak berlaku
lagi karena sebagai produk rezim Orde Baru. Anggapan ini muncul karena pada zaman Orde
Baru sosialisasi Pancasila dilakukan melalui penataran P-4 yang sarat dengan nuansa doktrin
yang memihak kepada rezim yang berkuasa pada waktu itu.
1. Periode Pengusulan Pancasila
Benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang
sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar
segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian, disusul
lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen perumusan diri bagi
bangsa Indonesia.
Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang
dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah
Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai
oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua),
yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen
Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah
dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon
dasar negara.
Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima
butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
2. Periode Perumusan Pancasila
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945 adalah
disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama
Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut:
(1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Persatuan Indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian hari
dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini.
3. Periode Pengesahan Pancasila
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945, PPKI bersidang
untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi
bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat
itu dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6
orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia. Mereka
adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa
Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan kelengkapan kehidupan
bernegara, seperti: Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara, dan perangkat
pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:
(1) Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri atas Pembukaan dan
Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah
perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah
perubahan pula.
(2) Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).
(3) Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah tokohtokoh
masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan
ketua Mr. Kasman Singodimejo.
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin diwujudkan, serta
bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan Negara tersebut, akan ditentukan oleh dasar negara
yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, dasar negara akan menentukan
bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan
apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu negara.
Pancasila sebagai dasar negara yang autentik termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Inti
esensi nilai-nilai Pancasila tersebut, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan sosial.
Konsekuensi Pancasila sebagai dasar negara bagi negara Republik Indonesia, antara lain: Negara
Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 UUD Negara Republik
Indonesia 1945). Pasal tersebut menjelaskan hubungan Pancasila tepatnya sila ketiga dengan
bentuk negara yang dianut oleh Indonesia, yaitu sebagai negara kesatuan. Lebih lanjut, pasal
tersebut menegaskan bahwa Indonesia menganut bentuk Negara republik. Konsep negara
republik sejalan dengan sila kedua dan keempat Pancasila, yaitu negara hukum yang demokratis.
Demikian pula dalam Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945, “kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal tersebut
menegaskan bahwa negara Republik Indonesia menganut demokrasi konstitusional.
D. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita;
dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ide-ide (the science
of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan
yang merupakan satu program sosial politik.
Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-ideologi besar dunia juga
menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku kehidupan yang menyimpang dari norma-norma
masyarakat umum. Tantangan itu meliputi, antara lain terorisme dan narkoba. Sebagaimana yang
telah diinformasikan oleh berbagai media masa bahwa terorisme dan narkoba merupakan
ancaman terhadap keberlangsungan hidup bangsa Indonesia dan ideologi negara. Beberapa unsur
ancaman yang ditimbulkan oleh aksi terorisme, antara lain:
a. Rasa takut dan cemas yang ditimbulkan oleh bom bunuh diri mengancam keamanan negara
dan masyarakat pada umumnya.
b. Aksi terorisme dengan ideologinya menebarkan ancaman terhadap kesatuan bangsa sehingga
mengancam disintegrasi bangsa.
c. Aksi terorisme menyebabkan investor asing tidak berani menanamkan modal di Indonesia
dan wisatawan asing enggan berkunjung ke Indonesia sehingga mengganggu pertumbuhan
perekonomian negara. Berikut ini gambar yang mencerminkan tentang terorisme.
Beberapa unsur ancaman yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda dapat merusak masa depan mereka
sehingga berimplikasi terhadap keberlangsungan hidup bernegara di Indonesia.
b. Perdagangan dan peredaran narkoba di Indonesia dapat merusak reputasi negara Indonesia
sebagai negara yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
c. Perdagangan narkoba sebagai barang terlarang merugikan sistem perekonomian negara
Indonesia karena peredaran ilegal tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
E. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi: (1). sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya
berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling
bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai system filsafat, bagian-bagiannya tidak saling
bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi
dan kedudukan tersendiri; (2). sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala
hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di
Indonesia; (3). sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan
mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara; (4). sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil
perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan
penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara
pada permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar
yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam sidang
BPUPKI hingga pengesahan PPKI.
Pancasila disebut sebagai Philosophische Grondslag (dasar filsafat Negara) dan Weltanschauung
(pandangan hidup). Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilainilai filosofis
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum
yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh:
UndangUndang No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan
memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur, menjunjung
tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat
kemanusiaan”. Undang-undang tersebut memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari
semangat pelaksanaan untuk menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlainilai
agama dan martabat kemanusiaan. Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai
Pancasila itu merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia,
yang kemudian disepakati sebagai dasar filsafat Negara (Philosophische Grondslag).
Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut. Pengolahan filsofis
Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa aspek. Pertama, agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsipprinsip
politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan
berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat
menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap
permasalahan nasional.
F. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada
setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem
etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu
sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan
bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota
masyarakat ilmiah-akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar
dapat mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah
yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu
sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai.
Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam
tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila
perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan
pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis. Dengan demikian, mahasiswa dapat
mengembangkan karakter yang Pancasilais melalui berbagai sikap yang positif, seperti jujur,
disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan lainnya.
Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasila juga harus terlibat dan berkontribusi
langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai perwujudan sikap tanggung jawab
warga negara. Tanggung jawab yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan
menghormati hukum yang berlaku di Indonesia.
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu,
dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya.
Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi,
yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan
mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila
kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar
pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung
dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.
G. PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama dari
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas
ilmiah.
Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacupada beberapa jenis
pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan
di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai- nilai
Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri. Ketiga, bahwa nilai-nilai
Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di Indonesia, artinya
mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa
Indonesia. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideology
bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu
(mempribumian ilmu).
Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke dalam hal-hal
sebagai berikut. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia
dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia
tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap
lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di
masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam
pengembangan iptek di Indonesia. Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara
Barat dengan politik global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia,
seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan. Oleh karena
itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai global
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
A. PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Secara konseptual, istilah kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga negara.
Selanjutnya ia juga berkaitan dengan istilah pendidikan kewarganegaraan. Tujuan pendidikan
kewarganegaraan di mana pun umumnya bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik
(good citizen).
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 Ayat (1) huruf b yang
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan
kewarganegaraan. Demikian pula pada ayat (2) huruf b dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan
tinggi wajib memuat pendidikan kewarganegaraan. Bahkan dalam UU No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi lebih eksplisit dan tegas dengan menyatakan nama mata kuliah
kewarganegaraan sebagai mata kuliah wajib. Dikatakan bahwa mata kuliah kewarganegaraan
adalah pendidikan yang mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika untuk membentuk
mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Berdasarkan keputusan Dirjen Dikti NO 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi sebagai berikut:
a. Visi, pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan
pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang
harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air
dan bangsanya.
b. Misi, Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa
memantabkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar
Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban. Selain
itu kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa menjadi warganegara yang memiliki daya
saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan
sistem nilai Pancasila.
B. IDENTITAS NASIONAL
Identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh sesorang, pribadi dan dapat pula
kelompok. Ciri atau penanda yang dapat membedakan Anda itu dapat disebut sebagai identitas.
Identitas umumnya berlaku pada entitas yang sifatnya personal atau pribadi. Penanda pribadi
misalkan diwujudkan dalam beberapa bentuk identitas diri, misal dalam Kartu Tanda Penduduk,
ID Card, Surat Ijin Mengemudi, Kartu Pelajar, dan Kartu Mahasiswa. Sebagai contoh, orang
dikenali dari nama, alamat, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. Hal demikian umum dikenal
sebagai identitas diri.
Identitas juga dapat berlaku bagi kelompok masyarakat dan organisasi dari sekelompok orang.
Sebuah keluarga memiliki identitas yang bisa dibedakan dengan keluarga yang lain. Sebuah
bangsa sebagai bentuk persekutuan hidup dan negara sebagai organisasi kekuasaan juga
memiliki identitas yang berbeda dengan bangsa lain.
Setiap negara yang merdeka dan berdaulat sudah dapat dipastikan berupaya memiliki identitas
nasional agar negara tersebut dapat dikenal oleh negara-bangsa lain dan dapat dibedakan dengan
bangsa lain. Identitas nasional mampu menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup Negara
bangsa. Negara-bangsa memiliki kewibawaan dan kehormatan sebagai bangsa yang sejajar
dengan bangsa lain serta akan menyatukan bangsa yang bersangkutan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nasional” berarti bersifat kebangsaan; berkenaan atau
berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan,
identitas nasional lebih dekat dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakeristik, perasaan atau
keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Apabila
bangsa Indonesia memiliki identitas nasional maka bangsa lain akan dengan mudah mengenali
dan mampu membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
Identitas nasional dapat diidentifikasi baik dari sifat lahiriah yang dapat dilihat maupun dari sifat
batiniah yang hanya dapat dirasakan oleh hati nurani. Bagi bangsa Indonesia, jati diri tersebut
dapat tersimpul dalam ideologi dan konstitusi negara, ialah Pancasila dan UUD NRI 1945.
Seluruh rakyat Indonesia telah melaksanakan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam setiap
kehidupan sehari-hari, kapan saja dan di mana saja, sebagai identitas nasionalnya.
Menurut Kaelan (2002) jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang merupakan hasil buah
pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang
memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia. Ada sejumlah ciri yang menjadi corak
dan watak bangsa yakni sifat religius, sikap menghormati bangsa dan manusia lain, persatuan,
gotong royong dan musyawarah, serta ide tentang keadilan sosial. Nilai-nilai dasar itu
dirumuskan sebagai nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati diri bangsa
sekaligus identitas nasional.
C. URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU PARAMETER
PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
Suatu negara-bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang dinamakan integrasi
nasional. Integrasi nasional merupakan salah satu tolok ukur persatuan dan kesatuan bangsa.
Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “national integration”. "Integration"
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari bahasa Latin integer, yang berarti
utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. “Nation” artinya bangsa sebagai
bentuk persekutuan dari orang-orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu
wilayah dan di bawah satu kekuasaan politik. Integrasi nasional adalah kesadaran identitas
bersama di antara warga negara. Ini berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang berbeda,
agama dan daerah, dan berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa kita
semua adalah satu.
Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi berarti penyatuan, keterpaduan antar
elemen atau unsur yang ada di dalamnya, disintegrasi dapat diartikan ketidakpaduan,
keterpecahan di antara unsur unsur yang ada. Jika integrasi terjadi konsensus maka disintegrasi
dapat menimbulkan konflik atau perseturuan dan pertentangan. Disintegrasi bangsa adalah
memudarnya kesatupaduan antar golongan, dan kelompok yang ada dalam suatu bangsa yang
bersangkutan. Gejala disintegrasi merupakan hal yang dapat terjadi di masyarakat. Masyarakat
suatu bangsa pastilah menginginkan terwujudnya integrasi. Namun, dalam kenyataannya yang
terjadi justru gejala disintegrasi. Disintegrasi memiliki banyak ragam, misalkan pertentangan
fisik, perkelahian, tawuran, kerusuhan, revolusi, bahkan perang.
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari
dimensi horizontal dan vertikal. Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang
dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi
nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial
biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa
(ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada
adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya.
Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompokkelompok
yang merasa dipinggirkan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti
kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang bersangkutan.
D. KONSTITUSI
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam konstitusi
itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula
sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Kontitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan kata lain
bahwa konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai negara, pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara, dan sebagai peraturan dasar
mengenai pembentukan negara.
Konstitusi berfungsi:
a. membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan kekuasaannya
tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;
b. memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicitacitakan tahap
berikutnya;
c. dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu
yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya;
d. menjamin hak-hak asasi warga negara.
Konstitusi negara di satu sisi dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan penyelenggaran negara
dan di sisi lain untuk menjamin hak-hak dasar warga negara.
Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan
dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang
Dasar. Kerajaan Inggris misalnya, sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki suatu
naskah Undang-Undang Dasar. Atas dasar kenyataan demikian, maka konstitusi lebih tepat
diartikan sebagai seperangkat peraturan tertulis dan tidak tertulis yang bertujuan membangun
kewajiban-kewajiban, kekuasaan-kekuasaan, dan fungsi-fungsi dari pelbagai institusi
pemerintah, meregulasi hubungan antara mereka, dan mendefinisikan hubungan antara negara
dan warga negara (individu).
Setelah ditetapkan satu hari setelah proklamasi kemerdekaan, UUD NRI 1945 mulai berlaku
sebagai hukum dasar yang mengatur kehidupan ketatanegaraan Indonesia dengan segala
keterbatasannya. Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan
reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan oleh berbagai komponen bangsa,
terutama oleh mahasiswa dan pemuda. Salah satu dari tuntuttan tersebut adalah agar UUD 1945
diamandemen. Amandemen UUD 1945 dilakukan empat kali, yakni pertama pada Sidang Umum
MPR 1999, kedua pada Sidang Tahunan MPR 2000, ketiga pada Sidang Tahunan MPR 2001 dan
keempat pada Sidang Tahunan MPR 2002.
E. HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu
yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana
pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban
dengan demikian merupakan sesuatu yang harus dilakukan (Notonagoro, 1975).
Lahirnya hak Asasi Manusia dilandasi dua hak yang paling fundamental, yaitu hak persamaan
dan hak kebebasan. Hak kebebasan seseorang, menurutnya, tidak boleh dipergunakan untuk
memanipulasi hak orang lain, demi kepentingannya sendiri. Kebebasan menurut Mill secara
ontologis substansial bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan sendiri, bukan pula
perbuatan bebas tanpa kontrol, namun perbuatan bebas yang diarahkan menuju sikap positif,
tidak mengganggu dan merugikan orang lain.
F. HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA
BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD NRI 1945
Kata demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat di mana warganegara
dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya
mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat, berserikat,
menegakkan ”rule of law”, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak
kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi perlakuan yang
sama. Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan Abraham Lincoln mantan
Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa “demokrasi adalah suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau “the government from the people, by the people, and
for the people”.
Demokrasi itu selain memiliki sifat yang universal, yakni diakui oleh seluruh bangsa yang
beradab di seluruh dunia, juga memiliki sifat yang khas dari masing-masing negara. Sifat khas
demokrasi di setiap negara biasanya tergantung ideologi masing-masing. Demokrasi kita pun
selain memiliki sifat yang universal, juga memiliki sifat khas sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Suatu Negara mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan
kedaulatan rakyat atau demokrasinya. Hal ini ditentukan oleh sejarah negara yang bersangkutan,
kebudayaan, pandangan hidup, serta tujuan yang ingin dicapainya. Berikut ini diketengahkan
“Sepuluh Pilar Demokrasi Pancasila” yang dipesankan oleh para pembentuk negara RI,
sebagaimana diletakkan di dalam UUD NRI Tahun 1945.
1. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Seluk beluk sistem serta perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan RI harus taat asas,
konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Demokrasi Mengatur dan menyelenggarakan demokrasi menurut UUD 1945 dengan
Kecerdasan
Pelaksanaan demokrasi itu bukan dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan
massa semata-mata, justru lebih menuntut kecerdasan rohaniah, kecerdasan rasional, dan
kecerdasan emosional.
3. Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat
Kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang memiliki/memegang
kedaulatan itu. Dalam batas-batas tertentu kedaulatan rakyat itu dipercayakan kepada wakilwakil rakyat
di MPR (DPR/DPD) dan DPRD
4. Demokrasi dengan Rule of Law
a. Kekuasaan negara RI itu harus mengandung, melindungi, serta mengembangkan
kebenaran hukum (legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan, atau
demokrasi manipulatif.
b. Kekuasaan negara itu memberikan keadilan hukum (legal justice) bukan demokrasi yang
terbatas pada keadilan formal dan pura-pura.
c. Kekuasaan negara itu menjamin kepastian hukum (legal security) bukan demokrasi yang
membiarkan kesemrawutan atau anarki.
d. Kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legal interest),
seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru memopulerkan fitnah
dan hujatan atau menciptakan perpecahan, permusuhan, dan kerusakan.
5. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan
Demokrasi menurut UUD 1945 bukan saja mengakui kekuasaan negara RI yang tidak tak
terbatas secara hukum, melainkan juga demokrasi itu dikuatkan dengan pembagian
kekuasaan negara dan diserahkan kepada badan-badan negara yang bertanggung jawab. Jadi,
demokrasi menurut UUD 1945 mengenal semacam division and separation of power, dengan
sistem check and balance.
6. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia
Demokrasi menurut UUD 1945 mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan saja
menghormati hak-hak asasi tersebut, melainkan terlebih-lebih untuk meningkatkan martabat
dan derajat manusia seutuhnya.
7. Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka
Demokrasi menurut UUD 1945 menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan yang
merdeka (independen) yang memberi peluang seluas-luasnya kepada semua pihak yang
berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya. Di muka
pengadilan yang merdeka, penggugat dengan pengacaranya, penuntut umum dan terdakwa
dengan pengacaranya mempunyai hak yang sama untuk mengajukan konsiderans, dalil-dalil,
fakta-fakta, saksi, alat pembuktian, dan petitumnya.
8. Demokrasi dengan Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan pembatasan terhadap kekuasaan negara, khususnya kekuasaan
legislatif dan eksekutif di tingkat pusat, dan lebih khusus lagi pembatasan atas kekuasaan
Presiden. Dengan Peraturan Pemerintah daerah-daerah otonom itu dibangun dan disiapkan
untuk mampu mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan sebagai urusan
rumah tangganya sendiri yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepadanya
9. Demokrasi dengan Kemakmuran
Demokrasi bukan hanya soal kebebasan dan hak, bukan hanya soal kewajiban dan tanggung
jawab, bukan pula hanya soal mengorganisir kedaulatan rakyat atau pembagian kekuasaan
kenegaraan. Demokrasi itu bukan pula hanya soal otonomi daerah dan keadilan hukum.
Demokrasi menurut UUD 1945 itu ternyata ditujukan untuk membangun negara
kemakmuran oleh dan untuk sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
10. Demokrasi yang Berkeadilan Sosial
Demokrasi menurut UUD 1945 menggariskan keadilan sosial di antara berbagai kelompok,
golongan, dan lapisan masyarakat. Tidak ada golongan, lapisan, kelompok, satuan, atau
organisasi yang menjadi anak emas, yang diberi berbagai keistimewaan atau hak-hak khusus.
G. DINAMIKA HISTORIS KONSTITUSIONAL, SOSIAL-POLITIK, KULTURAL,
SERTA KONTEKS KONTEMPORER PENEGAKAN HUKUM YANG
BERKEADILAN
Cicero (106 – 43 SM) pernah menyatakan “Ubi societas ibi ius”, artinya di mana ada
masyarakat, di sana ada hukum. Upaya penegakan hukum di suatu negara, sangat erat kaitannya
dengan tujuan negara. Apabila tujuan negara hanya menjaga ketertiban maka tujuan negara itu
terlalu sempit. Tujuan negara yang lebih luas adalah agar setiap manusia terjamin
kesejahteraannya di samping keamanannya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum. Artinya negara yang bukan
didasarkan pada kekuasaan belaka melainkan negara yang berdasarkan atas hukum, artinya
semua persoalan kemasyarakatan, kewarganegaraan, pemerintahan atau kenegaraan harus
didasarkan atas hukum. Dalam teori tujuan negara, pada umumnya, ada empat fungsi negara
yang dianut oleh negara-negara di dunia:
1. melaksanakan penertiban dan keamanan;
2. mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya;
3. pertahanan; dan
4. menegakkan keadilan.
Pelaksanaan fungsi keempat, yakni menegakkan keadilan, fungsi Negara dalam bidang peradilan
dimaksudkan untuk mewujudkan adanya kepastian hukum. Fungsi ini dilaksanakan dengan
berlandaskan pada hukum dan melalui badan-badan peradilan yang didirikan sebagai tempat
mencari keadilan. Bagi Indonesia dalam rangka menegakkan keadilan telah ada sejumlah
peraturan perundang-undanganan yang mengatur tentang hal tersebut.
Agar negara dapat melaksanakan tugas dalam bidang ketertiban dan perlindungan warga negara,
maka disusunlah peraturan-peraturan yang disebut hukum. Hukum mengatur hubungan antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya, di samping mengatur hubungan manusia atau warga
negara dengan negara, serta mengatur organ-organ negara dalam menjalankan pemerintahan
negara. Ada dua pembagian besar hukum. Pertama, hukum privat ialah hukum yang mengatur
hubungan antarmanusia (individu) yang menyangkut "kepentingan pribadi" (misalnya masalah
jual beli, sewa-menyewa, pembagian waris). Kedua, hukum publik ialah hukum yang mengatur
hubungan antara negara dengan organ negara atau hubungan Negara dengan perseorangan yang
menyangkut kepentingan umum. Misalnya, masalah perampokan, pencurian, pembunuhan,
penganiayaan, dan tindakan kriminal lainnya.
H. DINAMIKA HISTORIS, DAN URGENSI WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI
KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF KEBANGSAAN INDONESIA DALAM
KONTEKS PERGAULAN DUNIA
Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungan tempat hidup
bangsa yang bersangkutan. Secara etimologi, kata Wawasan Nusantara berasal dari dua kata
wawasan dan nusantara. Wawasan dari kata wawas (bahasa Jawa) yang artinya pandangan.
Sementara kata “nusantara” merupakan gabungan kata nusa yang artinya pulau dan antara.
Kata ”nusa” dalam bahasa Sanskerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan dalam bahasa
Latin, kata ”nusa” berasal dari kata nesos yang dapat berarti semenanjung, bahkan suatu bangsa.
Merujuk pada pernyataan tersebut, maka kata ”nusa” juga mempunyai kesamaan arti dengan kata
nation dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa. Dari sini bisa ditafsirkan bahwa kata ”nusa”
dapat memiliki dua arti, yaitu kepulauan dan bangsa.
Kata kedua yaitu ”antara” memiliki padanan dalam bahasa Latin, in dan terra yang berarti antara
atau dalam suatu kelompok. ”Antara” juga mempunyai makna yang sama dengan kata inter
dalam bahasa Inggris yang berarti antar (antara) dan relasi. Sedangkan dalam bahasa Sanskerta,
kata ”antara” dapat diartikan sebagai laut, seberang, atau luar. Bisa ditafsirkan bahwa kata
”antara” mempunyai makna antar (antara), relasi, seberang, atau laut.
Dari penjabaran di atas, penggabungan kata ”nusa” dan ”antara” menjadi kata ”nusantara” dapat
diartikan sebagai kepulauan yang diantara laut atau bangsa-bangsa yang dihubungkan oleh laut.
Ada pendapat lain yang menyatakan nusa berarti pulau, dan antara berarti diapit atau berada di
tengah-tengah. Nusantara berarti gugusan pulau yang diapit atau berada ditengah-tengah antara
dua benua dan dua samudra. Kata nusantara sendiri secara historis bermula dari bunyi Sumpah
Palapa dari Patih Gajah Mada yang diucapkan dalam upacara pengangkatannya sebagai
Mahapatih di Kerajaan Majapahit tahun 1336 M.
Wawasan nusantara telah menjadi landasan visional bagi bangsa Indonesia guna memperkokoh
kesatuan wilayah dan persatuan bangsa. Upaya memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan
bangsa akan terus menerus dilakukan. Hal ini dikarenakan visi tersebut dihadapkan pada
dinamika kehidupan yang selalu berkembang dan tantangan yang berbeda sesuai dengan
perubahan zaman. Dinamika yang berkembang itu misalnya, jika pada masa lalu penguasaan
wilayah dilakukan dengan pendudukan militer maka sekarang ini lebih ditekankan pada upaya
perlindungan dan pelestarian alam di wilayah tersebut. Tantangan yang berubah, misalnya
adanya perubahan dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan di dunia maya.
I. URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA
BAGI INDONESIA DALAM MEMBANGUN KOMITMEN KOLEKTIF
KEBANGSAAN
Sejak konsep ini diperkenalkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia
(Lemhanas RI) pada sekitar tahun 1960-an, terjadi perkembangan dan dinamika konsepsi
ketahanan nasional sampai sekarang ini. Secara etimologi, ketahanan berasal dari kata “tahan”
yang berarti tabah, kuat, dapat menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah. Ketahanan
memiliki makna mampu, tahan, dan kuat menghadapi segala bentuk tantangan dan ancaman
yang ada guna menjamin kelangsungan hidupnya. Sedangkan kata “nasional” berasal dari kata
nation yang berarti bangsa sebagai pengertian politik. Ketahanan bangsa merupakan kemampuan
suatu bangsa untuk mempertahankan persatuan dan kesatuannya, memperkuat daya dukung
kehidupannya, menghadapi segala bentuk ancaman yang dihadapinya sehingga mampu
melangsungkan kehidupannya dalam mencapai kesejahteraan bangsa tersebut. Konsepsi
ketahanan bangsa ini dalam konteks Indonesia dirumuskan dengan nama Ketahanan Nasional.
Konsep ketahanan nasional sifatnya berlapis, artinya ketahanan nasional sebagai kondisi yang
kokoh dan tangguh dari sebuah bangsa tentu tidak terwujud jika tidak dimulai dari ketahanan
pada lapisan-lapisan di bawahnya. Terwujudnya ketahanan pada tingkat nasional (ketahanan
nasional) bermula dari adanya ketahanan diri/individu, berlanjut pada ketahanan keluarga,
ketahanan wilayah, ketahanan regional lalu berpuncak pada ketahanan nasional (Basrie, 2002).
Ketahanan nasional diwujudkan dengan upaya bela Negara. Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD
NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembelaan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap negara Indonesia. Hal ini berkonsekuensi bahwa setiap warganegara berhak dan
wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui
lembagalembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku termasuk
pula aktifitas bela negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Dalam UndangUndang No. 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara”.
Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain
sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.
Bela negara perlu kita pahami dalam arti luas yaitu secara fisik maupun nonfisik (militer ataupun
nonmiliter). Pemahaman demikian diperlukan, oleh karena dimensi ancaman terhadap bangsa
dan negara dewasa ini tidak hanya ancaman yang bersifat militer tetapi juga ancaman yang
sifatnya nonmiliter atau nirmiliter.
Yang dimaksud ancaman adalah ”setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri
yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa”. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata
yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nirmiliter pada hakikatnya
adalah ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter, yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa.

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945


PEMBUKAAN
( P r e a m b u l e)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

UNDANG-UNDANG DASAR

BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.***)

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undangundang.****)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.

Pasal 3

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UndangUndang Dasar.
***)

(2) Majelis Permus yawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden. ***/****)

(3) Majelis Permus yawaratan Rakyat hanya dap at memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UndangUndang Dasar. ***/****)
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAH

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UndangUndang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

Pasal 5

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undangundang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. *)

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undangundang sebagaimana


mestinya.

Pasal 6

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya
dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai Presiden dan Wakil Presiden. ***)

(2) Syaratsyarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undangundang.
***)

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.***)

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. ***)

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen
dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi
yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil
Presiden. ***)
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara
langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil
Presiden. ****)

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undangundang. ***)

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.*)

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden. ***)

Pasal 7B

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan
kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. ***)

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat
dilakukan dengan dukungan sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang
hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat. ***)
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadiladilnya terhadap
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan
Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. ***)

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan
Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat
menerima usul tersebut. ***)

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh
sekurangkurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. ***)

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambatlambatnya dalam waktu enam puluh hari,
Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua
calon yang diusulkan oleh Presiden. ***)

(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersamasama. Selambatlambatnya
tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa
jabatannya. ****)

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguhsungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai berikut : Sumpah Presiden (Wakil Presiden) : Demi Allah, saya bersumpah akan
memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan
sebaikbaiknya dan seadiladilnya, memegang teguh UndangUndang Dasar dan menjalankan segala
undangundang dan peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa. Janji
Presiden (Wakil Presiden) : Saya berjanji dengan sungguhsungguh akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaikbaiknya dan seadiladilnya,
memegang teguh UndangUndang Dasar dan menjalankan segala undangundang dan peraturannya
dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa. *)

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan
sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguhsungguh
di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah
Agung. *)

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian
dan perjanjian dengan negara lain. ****)

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undangundang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
***)

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undangundang. ***)

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syaratsyarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan
undangundang.
Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. *)

Pasal 14

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. *)

(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat. *)

Pasal 15

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lainlain tanda kehormatan yang diatur dengan undangundang.
*)

Pasal 16

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan
kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undangundang. ****)

BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Dihapus.****)

BAB V
KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menterimenteri negara.

(2) Menterimenteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. *)


(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. *)

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undangundang. ***)

BAB VI
PEMERINTAH DAERAH

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiaptiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undangundang. **)

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. **)

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang anggotaanggotanya dipilih melalui pemilihan umum. **)

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masingmasing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. **)

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undangundang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. **)

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. **)

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undangundang. **)

Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan
kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undangundang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. **)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undangundang. **)

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang. **)

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hakhak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undangundang. **)

BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum. **)

(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undangundang. **)

(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. **)

Pasal 20

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undangundang. *)

(2) Setiap rancangan undangundang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama. *)

(3) Jika rancangan undangundang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undangundang
itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. *)

(4) Presiden mengesahkan rancangan undangundang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undangundang. *)
(5) Dalam hal rancangan undangundang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undangundang tersebut disetujui, rancangan
undangundang tersebut sah menjadi undangundang dan wajib diundangkan. **)

Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. **)

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasalpasal lain UndangUndang Dasar
ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
**)

(3) Selain hak yang diatur dalam pasalpasal lain UndangUndang Dasar ini, setiap anggota Dewan
Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta
hak imunitas. **)

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan
Rakyat diatur dalam undangundang. **)

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undangundang.*)

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undangundang.

(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan
yang berikut.

(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang.
**)
Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syaratsyarat dan tata
caranya diatur dalam undangundang. **)

BAB VIIA***
DEWAN PERWAKILAN DAERAH

Pasal 22C

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.*** )

(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota
Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.***)

(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.*** )

(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.*** )

Pasal 22D

(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.***)

(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat
dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.*** )

(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.*** )
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata
caranya diatur dalam undang-undang.***)

BAB VIIB***
PEMILIHAN UMUM

Pasal 22E

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima
tahun sekali.*** )

(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.*** )

(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.*** )

(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.*** )

(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap,
dan mandiri.***)

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.*** )

BAB VIII
HAL KEUANGAN

Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.*** )

(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah. ***)

(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tahun yang lalu.***)
Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang.***)

Pasal 23B

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.***

Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.***

Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dengan undang-undang.***

BAB VIIIA***
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Pasal 23 E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.*** )

(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.*** )

(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan
undang-undang.*** )

Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.***)

(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.*** )
Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.*** )

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang.***)

BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN

Pasal 24

(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan.*** )

(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.***)

(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-
undang.** **)

Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang.*** )

(2) Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum.***)

(3) Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan
persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.*** )

(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.***)

(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan di
bawahnya diatur dengan undang-undang.***)
Pasal 24 B

(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.***)

(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.*** )

(3) Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.*** )

(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.*** )

Pasal 24C***

(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.*** )

(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.*** )

(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh
Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)

(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi.***

(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang
menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.*** )

(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang
Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.***)

Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang

BAB IXA**
WILAYAH NEGARA

Pasal 25****)

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.** )

BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK

Pasal 26

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.** )

(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.** )

Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.***)

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.

BAB XA**
HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.** )

Pasal 28 B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah.** )

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.** )

Pasal 28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.** )

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)

Pasal 28D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum.**)

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.**)

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.**)

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.** )

Pasal 28E

(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya, serta berhak kembali.** )
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.**)

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.**)

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.** )

Pasal 28G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.**)

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.** )

Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.**)

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.** )

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat.**)

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapapun.** )

Pasal 28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.** )

(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.**)

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban.**)

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.** )

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.**)

Pasal 28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.** )

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.** )

BAB XI
AGAMA

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

BAB XII
PERTAHANAN NEGARA DAN KEAMANAN NEGARA**

Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.** )

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.** )

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara sebagai
alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
negara.** )

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.**)

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang.** )

BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan****)

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.****)

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang.****)

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.****)

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.****)
Pasal 32

(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.**** )

(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.**** )

BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL****

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)

Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.**** )

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.**** )

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.****)

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)

BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN**

Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih.

Pasal 36

Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Pasal 36A

Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**

Pasal 36B

Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)

Pasal 36C

Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur
dengan undang-undang.**)

BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

Pasal 37

(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.****)

(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.****)

(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.**** )

(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.****)
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.****
)

ATURAN PERALIHAN

Pasal I

Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.****)

Pasal II

Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.**** )

Pasal III

Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.**** )

ATURAN TAMBAHAN

Pasal I

Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003.**** )

Pasal II

Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal****)

Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia ke-6 (lanjutan) tanggal 10 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.**** )

GBHN adalah strategi yang dilakukan secara sistematis dalam proses pembangunan nasional guna
memberikan serangkaian perwujuatan atas sikap masyarakat yang berkeadilan dan makmur dengan
berdasarkan pada Ideologi Pancasila.
Dari serangkaian penjelasan tentang arti GBHN diatas, dapatlah dikatakan bahwa sejatinya garis besar
dalam Halaun Negara ini berpijak pada peranan kebijaksanaan, yang dilakukan dengan langkah serta
sasaran-sasaran untuk mewujudkan cita-cita bagi segenap masyarakat Indonesia.

Sejarah GBHN
Awalnya MPRS sudah mampu mmilih Presiden, namun pada pada prosesnya disaat Orde Baru MPRS
tidak berhasil menyusun GBHN yang baru untuk mengganti GBHN yang lama. Tidak bisa dipungkiri
memang dalam penyusunan GBHN memakan waktu yang cukup lama, juga harus dilakukan persiapan
agar dikemudian hari tuntutan pasal 3 UUD’45 dapat dipenuhi.

Guna membantu tugas MPR dikemudian hari agar berhasil dalam tugasnya menyusun GBHN, maka
dalam sidang-sidang umum MPR pada masa sesudah pemilihan umum 1971 (pemilihan umum dalam
masa Orde Baru) Presiden selalu memberikan jasanya. Selengkapnya, baca; Tugas Presiden dan
Wewenang Wakilnya

Sebagai dewan pejabat tinggi negara akan senantainysa diberikan tugas untuk menjadi pelaksanaan dan
pertangungjawaban GBHN dengan mengkolaborasikan tugas MPR, maka Presiden telah menyiapkan
bahan-bahan masukan untuk menyusun GBHN bagi sidang-sidang umum MPR tahun 1973, 1978, 1983
dan pada saat teks ini ditulis sedang disusun bahan masukan untuk sidang umum MPR tahun 1988.

Didalam hal ini MPR menyiapkan susunan dan rancangan GBHN atas mandat dari Presiden. Setelah
rncangan itu sudah siap, maka diajukanlah ke sidang MPR 1983 melalui TAP MPR No.II/MPR/1983 pada
tanggal 9 Maret 1983. Dalam naskah ini tidak tertuangkan program pembangunan karena setiap
bagiannya terpisah berdasarkan TAP-nya.

Asas Pembentukan GBHN


Asas Ketaqwaan manusia terhadap Tuhan YME
Asas Keadilan dan kemakmuran setiap manusia
Asas Keadilan manusia di hadapan hukum
Asas Kekeluargaan dalam mewujudkan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara kita
Asas Swadaya manusia
Asas Kemanfaatan dalam perannya di dalam masyarakat
Peran Masyarakat dalam GBHN
Ternyata dalam penyusunan GBHN butuh dukungan dari masyarakat, lembaga masyarakat dan lembaga
pendidikan. Hal ini sangat terlihat jelas dalam porsi serta kegunaan lembaga dan peran masyakarat, juga
fungsi pers dalam hal ini. Hal ini perlu ditingkatkan oleh masyarakat, kesadaran untuk memberikan
aspirasi melalui wadah yang benar memang harus selalu dilatih didalam pribadi masing-masing warga
negara.

Karena itu dalam masa yang akan datang partisipasi rakyat dalam penyusunan GBHN perlu diteruskan
dan ditingkatkan. Banyak jalur dapat dipergunakan untuk menyampaikan bahan masukan dalam
menyusun GBHN, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Disini juga menjadi wadah aspirasi masyarakat
sebagai warga negara yang ingin negaranya lebih berkembang lagi.

Karena banyak masyarakat yang sampai saat ini belum mengerti bagaimana cara menyampaikan
aspirasinya yang membangun itu.
Fungsi GBHN
Sebagai wadah bagi masyarakat penyaluran aspirasinya demi pemerintahan negara kita agar menjadi
tepat dalam menjalankan perannya.
Sebagai dorongan bangsa kita dalam membuat perencanaan menuju bangsa yang lebih maju tanpa
mengesampingkan keadilan serta pemerataan seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai tonggak masyarakat dalam menyalurkan hak dan kewajiban warga Negara Indonesia tanpa
adanya tekanan dari pihak manapun.
Sebagai pembangun sumber daya manusia dalam bidang politik,ekonomi dan sosial budaya demi
kuatnya pertahanan nasional bangsa kita.
Sebagai alat pemersatu antara pemerintah dan masyarakat yang saat ini banyak bertentangan dalam
masalah cara pandang menentukan keputusan-keputusan hukum yang cukup membuat retaknya
persatuan bangsa kita.
Sebagai landasan yang kokoh dalam menciptakan persatuan bangsa demi terciptanya masyarakat yang
mencintai dan selalu mendukung setiap langkah maju bangsanya.
Sebagai penopang bangsa dalam segala aspek kehidupan masyarakatnya serta menjadi pemerhatian
masyarakatnya dengan baik.
Sebagai tameng untuk mencegah pengaruh buruk masuk ke bangsa kita dan memecah belah apa yang
sudah kita perjuangkan selama ini. Karena pengaruh dari luar maupun pengaruh globaisasi sangat
mendominasi permasalahan-permasalahan disetiap sudut bangsa yang akan bergerak maju.
Bidang Dan Aspek Pembangunan Nasional
Dari penjabaran diatas kita banyak membahas masalah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional
sendiri adalah sebuah upaya dari pemerintah maupun peran masyarakat demi kemajuan bangsa.
Pembangunan Nasional sendiri juga sinergi antara pemerintahan yang baik yang mau mendengarkan
aspirasi masyarakatnya dan juga masyarakat dengan cara pandang yang benar dalam menyikapi
perubahan-perubahan yang sudah dirancang oleh pemerintah demi kemajuan bangsa kita bersama.

Adapun beberapa Pembangunan Nasional dalam segala bidang dan aspek:

Aspek Politik
Pembangunan politik adalah sebuah usaha pertambahan ksetaraan hubungan masing-masing inidividu
bangsa dengan sistem politik yang dianut oleh negaranya. Karena pandangan politik banyak yang
berbeda dari pandangan manusiawi ataupun lingkungan hidup.

Didalam pembangunan nasional di bidang politik ini kita harus menciptakan sistem politik yang univesal.
Hal itu di supayakan agar terbentuk kesetaraan politik dan aspek hukum yang lain. Serta membangun
masyarakat yang mau terjun serta bersahabat dengan kehidupan dan perkembangan politik negara.

Aspek Ekonomi
Ekonomi adalah masalah terbesar yang dialami sebuah negara, hal ini harus membuat masyarakat
terpacu untuk meningkatkan kualitas perekonomian negaranya dengan usaha aktif dan nyata di bidang
ekonomi.

Memperbaiki sedikit demi sedikit perekonomian negara kita dengan senatiasa membukapeluang
pekerjaan untuk kaum-kaum pengangguran adalah contoh nyata dari usaha masyakarat meningkatkan
perekonomian negara kita. Serta untuk para kaum pengangguran juga harus aktif dalam mencai wadah
perekonomian yang baik.

Aspek Sosial Budaya


Sosial budaya adalah cerminan dari sebuah bangsa kita, baik buruk ataupun bermacam-macam ragam
kebiasaan masarakat kita tertuang didalamnya. Adapun hakekat budaya adalah sistem nilai yang
merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan
dalam kehidupan.

Maka dari itu kita sebagai bangsa yang baik harus memiliki sikap yang baik karena setiap tindak tanduk
kita mencerminkan sebuah kebiasaan bangsanya. Jadi tak jarang banyak bangsa yang sudah diberi label
buruk oleh bangsa lain karena sifat masyarakat didalamnya.

Aspek Pendidikan
Pendidikan adalah tonggak masyarakat dalam mengerti dan mampu mengaplikasian pengertian dalam
hal pembangunan nasional. Dan langkah awal untuk bergerak maju menjadi generasi bangsa. Karna
banyak orang yang mengesampingkan pendidikan karena tuntutan ekonomi, keluarga ataupun keadaan.
Inilah waktunya dalam pemerataan pendidikan bagi masyarakat.

Terkadang usaha yang cukup mudah dapat menghasilkan hasil yang memuaskan diakhir. Dari hal ini
terlihat bahwa peran pendidikan dalam pembangunan nasional sangat menonjol. Dan kepada siapa lagi
bangsa akan bertopang jika tidak dengan generasi muda kita yang saat ini masih dan harus menempuh
pendidikan.

Aspek Hukum
Hukum di Indonesia cukup menjadi sorotan di seluruh belahan bumi karena ketegasan dan tatanannya
sudah tersusun sebaik mungki. Namun hukum negara kita terkadang yang membuat pecah-belah antara
masyarakat kita sendiri.

Dan masyarakat sangat menginginkan kesetaraan serta keadilan dihadapan hukum terlebih untuk
masyarakat kecil. Karena masih sangat banyak orang besar di negara ini membuat kaum kecil iri dalam
bidang hukum. Jadi demi pembangunan bangsa yang lebih baik hukum harus lebih di tegakkan dengan
benar. Selengkapnya, baca; Norma Hukum: Pengertian, Ciri, Jenis,Tujuan, dan Contohnya

Sekian ulasan-ulasan tentang sejarah, fungsi GBHN serta aspek-aspek pembangunan nasional yang tidak
lepas dari peran GBHN untuk pergerakan maju bangsa ini. Semoga ulasan ini menambah wawasan para
pembaca sekalian. Terimakasih.

BAB IIPEMBAHASAN
Pengakuan pada umumnya didasarkan pada pertimbangan hukum yang dikenalsebagai pengakuan
secara
de jure
dan berdasarkan pada pertimbangan fakta yang dikenalsebagai pengakuan de facto. Namun, dalam
praktek, pengakuan lebih banyak dberikan karenakalkulasi yang bersifat politis dari pada
hukum.Pengakuan adalah metode untuk menerima situasi-situasi faktual yang kemudiandikuti oleh
konsekuensi hukumnya. Pengaruh dari pengakuan adalah memberikan kemudahan bagi negara yang
bersangkutan untuk melakukan transaksi-transaksi internasional dikemudian hari. Dengan dimilikinya
pengakuan oleh suatu negara maka secara otomatis haltersebut menunjukan apabila negara tersebut
telah menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum yang dibebankan oleh hukum
internasional. Selain itu, pengakuanmerupakan penerimaan dari negara-negara lain sebagai subjek
hukum terhadap negaralainnya untuk bertindak dalam kapasitas sebagai subjek hukum.Pengakuan
dapat dinyatakan secara terang-terangan ataupun secara diam-diam.Pengakuan dalam hukum
internasional tidak hanya terkait dengan penerapan kriteria-kriteriahukum. Oleh karena itu, dalam
penerapannya juga pertimbangan politiklah yang sangatmenentukan. Sebagai tambahan atas dua
bentuk pengakuan tadi masih terdapat pengakuanterhadap entitas lainnya, seperti, pemberontak,
organisasi pembebasan bangsa, pengakuanatas wilayah, traktat baru dan lain-lain. Dan terakhir adalah
pengakuan secara
de jure
dan
de facto
. Ada juga pengakuan yang diberikan oleh Negara-negara yang didasarkan pada tuntutan baik secara
yuridis maupun tuntutan atas kepentingan politik, ekonomi, dan keamananlainnya.
1.

Teori-teori Pengakuan
Secara garis besar terdapat dua teori mengenai pengakuan dalam hukum internasional.Kelompok
pertama adalah yang dikenal sebagai teori Konstitutif.
1
Suatu teori yangmenegaskan bahwa tindakan pengakuan dari negara-negara lainlah yang memiliki
pengaruhatas terciptanya atau dimulainya eksistensi negara baru. Menurut teori ini pengaruh negara-
negara yang telah eksis terlebih dahulu sangat dominan untuk menentukan eksistensi negara
1
Teori ini diantaranya dikemukakan oleh Kelsen dan Anzillotti.

baru. Sedangkan, teori deklaratori atau evidentiary adalah teori yang berpemahaman bahwasuatu
pengakuan dari negara-negara lain hanyalah sifatnya mempertegas atau menguatkankeadaan yang
menunjukan eksistensi negara yang mendapatkan pengakuan. Sementara ituLauterpacht mencoba
menggabungkan antara kedua teori tersebut. Menurutnya, setiap negara berkewajiban untuk mengakui
sebuah negara ketika negara tersebut telah memenuhi kriteriahukum sebagai negara.Menurut J.G
Starke dalam bukunya terdapat dua teori, yaitu:a.

Teori Konstitutif : hanya tindakan pengakuanlah yang menciptakanstatus kenegaraan atau melengkapi
pemerintah baru dengan otoritasnya di lingkunganinternasional. b.

Teori Deklaratif :status kenegaraan tidak tergantung pada pengakuansemata, pengakuan hanya
pengumuman resmisemata terhadap fakta yang ada.Pertama kita bahas teori konstitutif dulu, di mana
masalah pengakuan bukanmerupakan kewajiban, maka adanya kemungkinan apabila ada negara baru
lahir, maka akanditerima oleh sekelompok negara tetapi ditentang oleh sekelompok negara lain.
Kelemahandari teori konstitutif adalah tidak adanya ketentuan yang mengatur berapa seharusnya
jumlahminimal negara-negara yang member pengakuan.Sedangkan teori deklaratif berpandangan
bahwa pengakuan hanya bersifat formalitas.Menurut teori deklaratif, existensi suatu negara tidak
ditentukan oleh ada atau tidaknya pengakuan negara lain. Tetapi teori deklaratif ini juga mempunyai
kelemahan. Di manaapabila negara baru lahir tetapi tidak mendapat pengakuan dari negara lain
sehingga tidak adanegara yang mau mengadakan hubungan dengan negara tersebut, maka negara
tersebut tidakdapat melangsungkan hidupnya secara baik seperti negara lainnya.
2
Di samping itu pula, teori deklaratif masih banyak mengandung kelemahan praktis,terutama dalam
kaitannya antara negara baru dengan negara-negara yang menolak member pengakuan. Negara yang
menolak member pengakuan memandang negara baru tersebut tidaksah. Setelah melihat kelemahan
kedua teori di atas, maka timbul yang disebut teori jalantengah.
2
May Rudy,
Hukum Internasional 1
, Bandung: PT Refika Aditama, 2006, hal. 68

Teori jalan tengah ini menyatakan hendaknya dibedakan antara negara sebagai pribadiinternasional
pada satu pihak, dan kemampuan negara itu sebagai pribadi internasional dalammelaksanakan hak dan
kewajiban internasionalnya. Suatu negara untuk dikatakan memiliki pribadi internasional atau sebagai
negara menurut hukum internasional, tidak membutuhkan pengakuan negara lain. Di lain pihak sebagai
pribadi internasional yang membutuhkanadanya hubungan dengan negara lain, maka diperlukan
pengakuan untuk mengadakanhubungan yang akan melahirkan hak dan kewajiban internasional yang
harus dilaksanakan pada level internasional. Jadi boleh dikatakan teori jalan tengah ini lebih realistis.
Dengandemikian, keberadaan suatu Negara tetap akan sah secara konstitusional meskipun
secarafaktual tidak memperoleh pengakuan dari negara-negara lain.
2.

Macam-macam Pengakuan
Pembedaan pengakuan antara yang dikategorikan
de facto
dengan
de jure,
sebagaimanadikatakan oleh Profesor Brownlie, tidak memiliki konsekuensi apa-apa secara hukum.
Akantetapi, dalam prakteknya pembedaan pengakuan seperti itu masih dipertahankan.Ada dua macam
atau jenis pengakuan, yaitu :1.

Pengakuan de Facto;2.

Pengakuan de Jure.Pengakuan de facto, secara sederhana dapat diartikan sebagai pengakuan


terhadapsuatu fakta. Maksudnya, pengakuan ini diberikan jika faktanya suatu negara itu memang
ada.Oleh karena itu, bertahan atau tidaknya pengakuan ini tergantung pada fakta itu sendiri, apafakta
itu (yakni negara yang diberi pengakuan tadi) bisa bertahan atau tidak. Dengandemikian, pengakuan ini
bersifat sementara. Lebih lanjut, karena sifatnya hanya memberikan pengakuan terhadap suatu fakta
maka pengakuan ini tidak perlu mempersoalkan sah atautidaknya pihak yang diakui itu. Sebab, bilamana
negara yang diakui (atau fakta itu) ternyatatidak bisa bertahan, maka pengakuan ini pun akan berakhir
dengan sendirinya.Berbeda dengan pengakuan de facto yang bersifat sementara, pengakuan de
jureadalah pengakuan yang bersifat permanen. Pengakuan ini diberikan apabila negara yang
akanmemberikan pengakuan itu sudah yakin betul bahwa suatu negara yang baru lahir itu akan bisa
bertahan. Oleh karena itu, biasanya suatu negara akan memberikan pengakuan de factoterlebih dahulu
baru kemudian de jure. Namun tidak selalu harus demikian. Sebab bisa saja
Seorang laki-lakimenikah dengan janda kakaknya yang telahmeninggal,anak yang lahir dari perkawinan
si laki-laki dengan jandakakaknya, tetapdianggap sebagai anak kakaknya

Semendo Tambig Anak


Keluargatidak memiliki anak laki-laki, maka keluarga itu akanmengangkat seorang anak laki-
lakiyangtidak satu klandengan ayahperempuan, tapi masih memiliki hubungan darah. Anak tersebut
akandikawinkan dengan anak perempuan (mengangkat anak laki-laki darisaudara perempuan ayahnya)

Semendo Jeng Mirul (Wali)


Tidak punya anak laki-laki, dia mengambilmenantu semata-mata untukmengelola harta benda istri
pluswali dari anak-anak. laki-laki tadibukan pemilik harta,bukan ahli waris juga, hanya semata-
matawalisaja

Semendo Menginjam Jago


Tidak punya anak laki-laki, terancam punah. Menyuruh seseoranguntukmenikah dengan anaknya. Laki-
laki inihanya dimanfaatkansebagai jago. Kedudukan laki-lakilebih rendahdari si wanita

Batak

Amani Manuk (Bapak Ayam)


Terjadi antara perempuan batak yang sudah tua/ perawan tuadenganlaki-laki batak yang miskin.
Kedudukan suami-istritidak sederajatwalaupun ada kehidupan bersama tapitidak
menyebabkanterbentuknya harta bersama. Anak-anak tetap menarik garis keturunanpada
ayahnya(patrilineal)

Semendo Sederajat
Terdapat di Sibolga, Matrilokal, Tidak usah membayar uang jujur, Anak-anak menarik garis keturunan
dari ayahnya

Tanah Semendo, Bengkulu


Semendo Angkit
Anak perempuan sulung dengan seorang laki-laki, sistem pewarisannyamayorat perempuan. Anak
perempuan tersebut terikat pada keluarga(anak tunggu tubang>> mengurus keperluan harta adik-
adiknyakarena dia yang paling tua,tubang = harta warisnya)

Jawa Barat

Nyalindung ka Gelung
Laki-laki miskinmenikah denganwanita kaya, kedudukan suamidibawah kedudukan istri, biasanya terjadi
di Jawa/Sunda

Bali

Semendo Nyeburin
Sistem kewarisannyamayorat laki-laki, dalam hal tidak memiliki anaklaki-laki maka dilakukanlahnyanta
nayang>>upacara mengubahstatus hukum perempuan menjadi laki-laki. Perkawinan dilakukantanpa

jujursupayatidak kehilangan anak perempuan, si anak perempuan inistay di keluarganyakarena dia


menjadi anak yang dipilih untuk diubahstatusnya menjadi laki-lakisupaya dapat menjadi ahli waris.
Karenabukan perkawinan jujur, maka si laki-laki ikut keluarga istri

Kawin Lari
Biasanya orang tuanya tahu jika anaknya ingin kawin lari, bahkan orangtuanya menganjurkan supaya
tidak usah membayar jujur
-

perempuan meninggalkan surat dan uang sebagai permintaan maaf


-

kawin lari bersama laki-laki menuju ke rumah orang yang palingdituakan sebagai asylum atau tempat
perlindungan
-

keluarga laki-laki kirim utusan untuk membicarakan jujur

Kawin Bawa Lari


Perempuan tidak meninggalkan surat dan uang, dan biasanya terjadi jikasudah ada tunangan laki-laki
-
Bugis
= dianggap sebagai penghinaan berat,

sebelum sampai dirumah tempat orang yang paling dihormati biasanya si laki-laki akandiburu dan
dibunuh
-

Madura
= dianggap sebagai penghinaan, dapat terjadi
carok

Sulawesi Selatan
= dianggap sebagai penghinaan, dapat terjadi
siri

LARANGAN PERKAWINAN - 1
Larangan perkawinan: antara saudara sepupu yang orang tuanya sejenis (berjeniskelamin sama)

Masyarakat Matrilineal
: sejenis perempuan dilarang (kakak beradikperempuan memiliki anak, yang satu laki-laki, satunya lagi
perempuan, anakdari kakak-beradik perempuan ini tidak boleh menikah)

Masyarakat Patrilienal Murni


: sejenis laki

laki dilarang (kakak beradik laki-laki memiliki anak, yang satu laki-laki, satunya lagi perempuan, anak
darikakak-beradik laki-laki ini tidak boleh menikah)
Kecuali jika kakak beradik laki-laki dan perempuan memiliki anak, maka anak-anaknya boleh saling
menikah, istilahnya
pariban
dan itu dianjurkan dalamadat Batak
LARANGAN PERKAWINAN - 2

Endogami: larangan perkawinan antara orang yang satu klan

Symetric: perkawinan timbal balik antara 2 klan yang telah mempunyaihubungan sebelumnya
Parallel Cousin: saudara sepupu yang orang tua mereka sejenis (keduanyasama-sama laki-laki atau
sama-sama perempuan)

Cross Cousin: saudara sepupu yang orang tua mereka berlainan jenis >> ideal(preference) dalam adat
Batak sebutannya
pariban

BPUPKI
A. PENGERTIAN BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah sebuah badan yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 1 Maret 1945 dengan tujuan untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya, hal ini tidak lain merupakan usaha Jepang untuk mendapatkan
hati rakyat Indonesia.

BPUPKI beranggotakan sebanyak 62 orang, dengan dipimpin oleh seorang ketua yaitu Radjiman
Widoyoningrat dengan dibantu oleh dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden
Pandji Soeroso.
BPUPKI dan PPKI
BPUPKI DAN PPKI
B. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA BPUPKI
berawal tidak mampunya Jepang dalam menghadapi perang Asia Timur Raya membuat kekalahan
Jepang semakin tampak. Pada tanggal 7 September 1944, Jenderal Kuniaki Koiso, seorang Perdana
Menteri Jepang mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan setelah Jepang menang dalam
perang Asia Timur Raya tersebut. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Maret 1945, pimpinan pemerintah
kedudukan militer Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi Harada mengumukan dibentuknya suatu badan
khusus dengan tujuan untuk mempersiapkan hal-hal yang dianggap perlu untuk kemerdekaan Indonesia.
Badan khusus ini dinamakan dengan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbii Chosakai.

BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945 bertepatan pada hari ulang tahun Kaisar Jepang,
Kaisar Hirohito. BPUPKI diketuai oleh Dr.Radjiman Widoyoningrat dengan dibantu oleh dua ketua, yaitu
Ichibangase Yosio dari pihak Jepang, dan Raden Oandji Soeroso dari pihak pribumi. Raden Pandji
Soeroso juga ditunjuk menjadi kepala kantor tata usaha BPUPKI dengan dibantu oleh wakilnya yaitu
Masuda Toyohiko dan Abdoel Ghaffar Pringgodigdo. BPUPKI beranggotakan 69 orang, dengan rincian 62
orang adalah anggota aktif (terdiri dari tokoh-tokoh pergerakan nasional yang memiliki hak suara), dan 7
orang anggota istimewa/pasif, yang terdiri dari tokoh-tokoh pihak Jepang (anggota istomewa tidak
memiliki hak suara) dan berfungsi sebagai pengamat pada sidang-sidang BPUPKI.

C. SIDANG-SIDANG BPUPKI
1. Sidang Pertama
Mulai tanggal 28 Mei 1945, BPUPKI mengadakan acara pelantikan sekaligus pembukaan masa sidangnya
yang pertama di gedung Chuo Sangi In (gedung Volksraad saat masa Belanda). Sidang resminya baru
dimulai keesokan harinya pada tanggal 29 Mei 1945 dengan agenda yaitu :
Membahas bentuk negara Indonesia merdeka
Membahas filsafat negara Indonesia merdeka
Merumuskan dasar negara Indonesia
Sidang ini awalnya diikuti oleh seluruh anggota BPUPKI ditambah dengan dua orang pihak Jepang, yaitu
Panglima tentara Wilayah 7, Jenderal Izagaki, dan Panglima Tentara Wilayah 16, jenderal Yuichiro
Nagano. Namun, di hari selanjutnya, sidang BPUPKI hanya dihadiri oleh anggota BPUPKI aktif saja.

Agenda sidang yang pertama ialah merumuskan bentuk negara Indonesia merdeka. Akhirnya disepakati
bahwa bentuk negara Indonesia merdeka ialah negara kesatuan berbentuk republik (NKRI). Kemudian,
agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi negara Indonesia. Namun, sebelum
menentukan konstitusi, maka terlebih dahulu harus ditentukan dasar negara, yang dengan dasar
tersebutlah dapat menjiwai konstitusi nantinya.

Guna mendapatkan dasar negara yang benar-benar sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia,
maka didengarkanlah pidato dari 3 orang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, yaitu :
Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin berpidato mengenai usulan dasar negara Indonesia yang
terdiri dari 5 poin, yaitu peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan peri
kesejahteraan rakyat.

Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945, berpidato mengenai usulan 5 dasar negara Indonesia merdeka
yang dinamakan dengan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Adapun ke-5 usulan tersebut ialah
persatuan, kekeluargaan, mufakat dan demokrasi, musyawarah, dan keadilan sosial.

Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 berpidato dengan mengusulkan juga 5 poin dasar negara Indonesia
yang dinamakan dengan Pancasila. Yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme dan peri
kemanusiaan, mufakat dan demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang maha esa.

Gagasan Soekarno mengenai 5 poin dasar negara Indonesia menurutnya dapat diperas lagi menjadi 3
poin (trisula), yaitu sosionasionalisme, sosiodemokrasi, dan ketuahanan yang berkebudayaan. Lebih
lanjut, Soekarno mengatakan bahwa jika ingin diperas lagi, maka dapat dibuat menjadi 1 poin saja
(ekasila), yaitu gotong royong. Gagasan Soekarno ini sebenarnya menunjukkan bahwasanya rumusan
dasar negara yang dikemukakannya berada dalam satu kesatuan.

Pidato dari Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan pertama BPUPKI. Setelah itu, BPUPKI
memngumumkan masa reses/istirahatnya selama sebulan lebih. Namun, sebelum berakhir, sidang
pertama ini membentuk sebuah oanitia kecil yang bernama Panitia Sembilan yang beranggotakan 9
orang dengan diketuai oleh Soekarno dengan tugas untuk membahas dan mengolah ketiga usulan yang
telah dikemukakan sebelumnya oleh anggota BPUPKI. Sidang pertama selesai pada tanggal 1 Juni 1945.

2. Masa Reses
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, sidang pertama BPUPKI membentuk panitia Sembilan dengan
tugas untuk membahas usulan-usulan dasar negara yang telah dikemukakan sebelumnya saat sidang.
Adapun ke-sembilan anggota Panitia Sembilan tersebut ialah :

Para anggota ini diwakili oleh 4 orang golongan Nasionalis, 4 orang golongan Islam, dan 1 orang
golongan Kristen. Pada tanggal 22 Juni 1945, para panitia Sembilan kembali melakukan pertemuan dan
akhirnya menghasilkan suatu rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dinamakan dengan Piagam
Jakarta (Jakarta Charter/Gentlement Aggrement). Kemudian, Soekarno selaku ketua melaporkan hasil
pertemuan panitia Sembilan kepada BPUPKI, dengan isi :
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rancangan Panitia Sembilan ini diterima oleh BPUPKI dan kemudian akan dirampungkan pada sidang
kedua nantinya. Selain melaksanakan sidang resmi pada masa reses, Panitia Sembilan juga mengadakan
sidang tak resmi yang dihadiri oleh 38 orang anggota BPUPKI dengan agenda untuk membicarakan
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sidang tak resmi ini dipimpin langsung
oleh Ir. Soekarno. Agenda sidang tak resmi ini kemudian dilanjutkan kembali pada sidang kedua BPUPKI.

3. Sidang Kedua
Sidang kedua BPUPKI mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 1945. Agenda sidang kedua ini ialah untuk
membahas luas wilayah NKRI, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi
dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. Untuk mengefektifkan waktu,
maka BPUPKI membentuk panitia-panitia kecil untuk membahas masing-masing agenda, panitia itu
terdiri atas panitia perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan
Tanah Air yang diketuai oleh Raden Abikusno Tjokroesoejoso, dan panitia Ekonomi dan Keuangan yang
diketuai oleh Mohammad Hatta.

Pada tanggal 14 Juli 1945, forum BPUPKI mulai mendengarkan presentasi dari masing-masing panitia
kecil dalam sidang rapat pleno BPUPKI. Ir. Soekarno sebagai ketua panitia perancang Undang-Undang
Dasar memberikan laporan yang di dalamnya tercantum sebagai berikut :
Pernyataan tentang Indonesia merdeka
Pembukaan Undang-Undang Dasar
Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan dengan Undang-Undang Dasar 1945,
yang isinya adalah :
Wilayah NKRI meliputi bekas wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara
(sekarang adalah Sabah dan Serawak, serta wilayah Brunei Darussalam), Papua, Timor-Portugis, dan
pulau-pulau di sekitarnya
Bentuk negara Indonesia adalah Kesatuan
Bentuk pemerintahan adalah Republik
Bendera nasional adalah Sang Saka Merah Putih
Bahasa nasional adalah Bahasa Indonesia
Pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI menuntaskan sidang keduanya dengan menghasilkan hasil-hasil
daripada agenda sidang yang telah disebutkan di atas. Lalu, pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI
akhirnya dibubarkan karena dianggap telah menyelesaikan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan
baik.

PPKI
A. PENGERTIAN PPKI
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu
Junbi Inkai adalah suatu badan yang dibentuk dengan tujuan untuk melanjutkan tugas-tugas dari BPUPKI
dalam mempersiapkan negara Indonesia merdeka. PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 dengan
diketuai oleh Ir.Soekarno.
PPKI beranggotakan sebanyak 21 orang yang terdiri atas tokoh-tokoh pergerakan nasional dari berbagai
etnis. 21 orang tersebut terdiri atas 12 orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1
orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku, dan 1 orang etnis
Tionghoa. Mohammad Hatta menjadi wakil ketua membantu Ir.Soekarno sebagai ketua. Dalam
perjalanannya, anggota PPKI ditambah lagi sebanyak 6 orang, yaitu Ki Hajar Dewantara,
Wiranatakoesoma, Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Koesoemasoemantri, Raden Ahmad
Soebardjo.
BPUPKI dan PPKI
BPUPKI DAN PPKI
PPKI dilantik pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh Jenderal Terauchi di sebuah kota yang bernama Ho Chi
Minh atau Saigon yang terletak di dekat sungai Mekong.

B. TUGAS-TUGAS PPKI
Tugas PPKI meliputi :
Meresmikan pembukaan (preambule) serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945
Melanjutkan hasil kerja BPUPKI
Mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pemerintah Jepang kepada bangsa Indonesia
Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan ketatanegaraan Indonesia
Keinginan rakyat Indonesia untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia saat it uterus
memuncak. Puncaknya, golongan muda yang tidak percaya akan badan PPKI ini berusaha menekan
golongan tua untuk segera melaksanakan kemerdekaan tanpa menunggu hasil sidang PPKI, karena PPKI
tidak lain hanyalah pemberian pemerintah militer Jepang.

Jenderal Teruauci kemudian mengumumkan keputusan pemerintah kedudukan militer Jepang


bahwasanya kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh persiapan
kemerdekaan Indonesia diatur seluruhnya oleh PPKI. Dalam keadaan demikian, maka desakan-desakan
untuk segera memproklamirkan kemerdekaan semakin memanas.

Rencana awal PPKI untuk melaksanakan sidang pada tanggal 16 Agustus 1945 terpaksa ditunda
dikarenakan terjadinya peristiwa Rengasdengklok, dimana terjadi penculikan kaum tua oleh kaum muda
untuk mendesak Soekarno agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanpa embel-embel
PPKI. Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan kesepakatan dari kedua belah pihak, baik
golongan tua dan golongan muda, maka diproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, selama kurang lebih 15 menit, terjadi lobi-lobi politik yang awalnya
bersumber dari kaum agamis dari kalangan Non-Muslim untuk menghapuskan “tujuh kata” dalam
Piagam Jakarta. Lobi ini kemudian didukung oleh kaum agamis yang menganut paham kebatinan dan
oleh kaum nasionalis. Akhirnya kaum agamis dari kalangan Islam menyetujui untuk menghapuskan
“tujuh kata” tersebut.

Setelah itu, Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI dan membacakan empat poin
perubahan yang telah disepakati dalam proses kompromi dan lobi politik yang terjadi sebelumnya. Ke-
empat poin tersebut adalah :
Kata Mukaddimah yang berasal dari bahasa Arab “Muqaddimah” diganti menjadi “Pembukaan”
Anak kalimat dalam Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
diganti dengan Negara Berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa.
Kalimat yang menyebutkan “Presiden adalah orang Indonesia asli dan beragama Islam dalam pasal 6
ayat 1 diganti dengan mencoret kata-kata “dan beragama Islam”
Pasal 29 ayat 1 yang semula berbunyi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya” diganti menjadi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan
yang Maha Esa.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI kemudian mengadakan rapat lanjutan yang kemudian menghasilkan
beberapa poin, yaitu :
Penetapan 12 menteri yang membantu tugas presiden
Membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi
Kemudian, pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI melaksanakan sidang lanjutan yang kemudian
menghasilkan keputusan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian diubah menjadi
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945. BKR inilah yang menjadi asal-usul dari
Tentara Nasional Indonesia (TNI) sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai