Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM I

PENGINDRAAN JAUH II
PREPROCESSING IMAGE
( ATRIBUTING AND FUSION IMAGE)

Tanggal Penyerahan : 16 Oktober 2019


Disusun Oleh :
Muhammad Taufik Widayah / 23-2017-068
C
Nama Asisten :
Afren Ridwan (23-2016-073)
Baharudin Alwi (23-2016-113)

LABORATORIUM FOTOGRAMETRI
JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2019
Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Maksud dan Tujuan Praktikum ............................................................. 1
1.2 Waktu Pelaksanaan Pekerjaan .............................................................. 1
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 2
2.1 Citra Satelit ........................................................................................... 2
2.2 Citra Multispektral ................................................................................ 2
2.3 Citra Pankromatik ................................................................................. 3
2.4 Citra Spot-7 ........................................................................................... 4
2.4.1 Sejarah ............................................................................................... 5
2.4.2 Spesifikasi ......................................................................................... 5
2.5 Fusi Citra .............................................................................................. 6
2.5.1 Gram Shmidt Spectral Sharpening ................................................... 6
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM ............................................................ 7
3.1 Tahapan Praktikum Atributting Image ................................................. 7
3.2 Tahapan Praktikum Fusi Citra ............................................................ 13
BAB IV HASIL DAN ANALISIS........................................................................ 15
4.1 Hasil .................................................................................................... 15
4.2 Analisis ............................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 20
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C i


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Spesifikasi satelit SPOT-7................................................................... 5


Gambar 4.1 Hasil foto scene 1. ............................................................................. 15
Gambar 4.2 Hasil foto scene 2 .............................................................................. 16
Gambar 4.3 Hasil foto scene 3 .............................................................................. 17
Gambar 4.4 Hasil foto scene 4 .............................................................................. 18
Gambar 4.5 Hasil foto scene 5 .............................................................................. 19

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C ii


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Langkah praktikum atributting image. ................................................... 3


Tabel 3.1 Langkah praktikum fusi citra .................................................................. 7

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C iii


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan Praktikum


Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan
preprocessing image (atributing and fusion image) pada citra satelit dengan
software ENVI Classic.
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui preprocessing image (atributing and fusion
image) pada citra satelit dengan menggunakan software ENVI Classic.
2. Mahasiswa dapat melakukan preprocessing image (atributing and fusion
image) pada citra satelit dengan menggunakan software ENVI Classic.
3. Mahasiswa dapat mengerti processing image (atributing and fusion image)
pada citra satelit dengan menggunakan software ENVI Classic.

1.2 Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Adapun praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari : Rabu, 09 – Oktober – 2019
Waktu : 08:00 – 10:00 WIB
Tempat : Gedung 18, Ruang 18207, Teknik Geodesi, Itenas.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 1


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Citra Satelit


Citra dikenal sebagai masukan data atau pun hasil observasi dari proses
pengindraan jauh. Pengindraan jauh atau remote sensing biasa didefinisikan sebagai
ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh melalui suatu alat yang dihasilkan
tanpa kontak secara langsung dengan objek, daerah, atau fenomena tersebut.
Citra berarti gambaran atau rekaman gambar yang tampak dari suatu objek
yang diamati, sebagai objek atau hasil liputan dari alat pemantau atau sensor. Tentu
citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran dalam pemanfaatannya
terlebih dahulu. Citra satelit merupakan hasil dari perekaman maupun pemotretan
dari alat sensor yang dipasang tepat pada wahana satelit ruang angkasa yang
ketinggiannya mencapai lebih dari 400 km dari permukaan bumi.

2.2 Citra Multispektral


Citra multispektral adalah citra yang dibuat dengan saluran jamak.
Multispektral umumnya dibuat dengan saluran sempit. Dengan menggunakan
sensor multispektral, maka kenampakan yang diindrakan menghasilkan citra akan
menghasilkan citra dengan berbagai saluran. Citra dengan saluran yang berbeda
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi kenampakan – kenampakan
tertentu karena saluran – saluran tersebut memiliki kepekaan terhadap suatu
kenampakan.
Citra multispektral adalah citra suatu objek dengan menggunakan lebih dari
satu spektrum elektromagnetik yang pengindraannya dilakukan pada saat tempat
dan ketinggian yang sama. Kamera yang digunakan adalah kamera tunggal berlensa
jamak. Citra multispektral biasanya terdiri dari empat buah citra yang
menggambarkan suatu daerah dengan menggunakan saluran biru (0,4µm – 0,5µm),
hijau (0,5µm – 0,6µm), merah (0,6µm – 0,7µm), dan inframerah dekat (0,7µm –
1,1µm). Citra multispektral hitam putih dapat dibentuk berbagai citra berwarna
sehingga lebih memudahkan pengenalan benda yang tergambar pada citra.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 2


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Keunggulan citra multispektral terletak pada kemampuannya mempertajam


perbedaan rona antara dua objek atau lebih.

2.3 Citra Pankromatik


Citra ini peka terhadap panjang gelombang 0,36µm – 0,72µm.
Kepekaannya hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Hal ini merupakan
kelebihan dari citra pankromatik hitam putih dibanding dengan film-film lainnya.
Citra pankromatik dibedakan menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan
inframerah.
Berikut ini adalah keunggulan dari citra pankromatik (hitam putih) :
1. Kesan rona objek sama dengan kesan mata memandang objek aslinya,
karena kepekaan film sama dengan kepekaan mata manusia.
2. Resolusi spasialnya halus sehingga sangat memungkinkan mengenai objek
yang berukuran kecil.
3. Stabilitas dimensional tinggi, sehingga banyak digunakan dalam bidang
citra grametri.
4. Citra pankromatik hitam putih telah lama dikembangkan sehingga orang
sudah terbiasa menggunakannya.
Citra pankromatik dapat digunakan untuk pemetaan tutupan lahan,
penggunaan lahan dan juga dalam pemetaan geologi. Hingga kini citra pankromatik
merupakan citra udara yang paling banyak tersedia, paling luas penggunaannya dan
paling jauh dikembangkan.
Citra inframerah adalah citra yang dibuat dengan menggunakan spektrum
inframerah dekat, dengan panjang gelombang 0,9 –1,2 mikrometer, yang dibuat
secara khusus yang terletak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.
Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto inframerah
daun tidak ditentukan berdasarkan warna tetapi oleh sifat jaringannya.
Perbedaan antara citra inframerah dengan citra pankromatik hitam putih
terletak pada kepekaannya. Citra inframerah mempunyai beberapa keunggulan,
antara lain:
1. Mempunyai sifat pantulan khusus bagi vegetasi,
2. Daya tembusnya yang besar terhadap kabut tipis, dan
3. Daya serap yang besar terhadap air.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 3


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Kelemahan citra inframerah antara lain:


1. Adanya efek bayangan gelap karena saluran inframerah dekat tidak peka
terhadap sinar baur dan sinar yang dipolarisasikan,
2. Sifat tembusnya kecil terhadap air, dan
3. Kecepatan yang rendah dalam pemotretan.
Inframerah berwarna mempunyai keunggulan pada warnanya yang tidak
serupa dengan warna aslinya. Dengan warna semu itu banyak objek pada citra
ini menjadi mudah dikenali.
Citra inframerah berwarna banyak digunakan dalam bidang :
1. Kemiliteran, untuk mengetahui kondisi suatu hutan, karena tanaman tidak
akan terpantulkan melainkan objek yang ada disekitarnya,
2. Bidang pertanian dan kehutanan, yaitu untuk mendeteksi atau membedakan
tanaman yang sehat dan tanaman yang terserang penyakit.

2.4 Citra Spot-7


Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan satelit kembar dari generasi SPOT
dengan spesifikasi sama. Satelit SPOT-6 diluncurkan 9 September 2012 di Pusat
Antariksa Satish Dhawan, India, sedangkan satelit SPOT-7 diluncurkan pada tahun
2014. Satelit SPOT-6/7 ini mempunyai bentuk satelit yang berbeda dari generasi
SPOT sebelumnya. Satelit ini dilengkapi dengan 4 fitur CMG (Control Moment
Gyroscope) pada sistem kontrolnya, sehingga satelit SPOT-6/7 dapat melakukan
manuver pergerakan yang lebih cepat daripada generasi SPOT sebelumnya.
Kelincahan SPOT-6/7 dalam gerakannya mampu mengakusisi data permukaan
bumi dalam beberapa mode akusisi, yaitu : target mode, long strip mode, multi strip
mode, dan corridor mode. Satelit SPOT-6/7 membawa sensor NAOMI (New
AstroSat Optical Modular Instrument) dengan resolusi spasial lebih tinggi
dibandingkan sensor HRVIRSPOT-4 dan HRG SPOT-5 yang beroperasi
sebelumnya, yakni 1,5 m. Sensor NAOMI bekerja pada panjang gelombang kanal
spektral lebih lebar daripada kanal Pankromatik SPOT-4 dan SPOT-5, yakni 0,450
- 0,745µm. Sedangkan kanal Multispektral dengan resolusi spasial 6 m terdiri dari
kanals pektral biru (0,450 - 0,520µm), hijau (0,530-0,590µm), merah (0,625-
0,695µm) dan band NIR (0,760 - 0,890 µm). SPOT-6/7 merupakan satelit generasi
SPOT pertama yang mempunyai kanal spektral warna biru. Kanal spektral biru

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 4


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

berpotensi mempertegas batas tepi pantai, sedimentasi laut dan mendeteksi terumbu
karang yang sulit dideteksi oleh kanal multispektral lainnya.

2.4.1 Sejarah
Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan satelit kembar dari generasi
SPOT dengan spesifikasi sama. Satelit SPOT-6 diluncurkan 9 September
2012 di Pusat Antariksa Satish Dhawan, India, sedangkan satelit SPOT-7
diluncurkan padatahun 2014. Satelit SPOT-6/7 ini mempunyai bentuk
satelit yang berbeda darigenerasi SPOT sebelumnya. Satelit ini dilengkapi
dengan 4 fitur CMG (Control Moment Gyroscope) pada sistem kontrolnya,
sehingga satelit SPOT-6/7 dapat melakukan manuver pergerakan yang lebih
cepat daripada generasi SPOT sebelumnya.
SPOT-6/7 merupakan satelit generasi SPOT pertama yang
mempunyai kanal spektral warna biru. Kanal spektral biru berpotensi
mempertegas batas tepi pantai, sedimentasi laut dan mendeteksi terumbu
karang yang sulit dideteksi oleh kanal multispektral lainnya.

2.4.2 Spesifikasi
Berikut merupakan spesifikasi dari satelit SPOT 7 :

Gambar 2.1 Spesifikasi satelit SPOT-7.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 5


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

2.5 Fusi Citra


Fusi merupakan proses fusi antara citra pankromatik high-resolution dengan
citra multispektral low-resolution untuk memperoleh citra dengan kualitas high-
resolution dan natural color image. Proses fusi antara citra pankromatik dan
multispektral ini bisa dilakukan baik dari akuisi data dengan sensor yang sama
maupun berbeda. Tetapi, hasil terbaik tentu akan diperoleh ketika masing-masing
citra yang akan kita fusi memiliki data yang sama.

2.5.1 Gram Shmidt Spectral Sharpening


Penggunaan penajaman citra spektral dengan metode Gram-Schmidt
adalah untuk mempertajam data multispektral resolusi spasial rendah
dengan menggunakan data citra resolusi spasial tinggi. Bila kedua set data
tersebut adalah georeferenced, untuk melengkapi, ENVI lebih dulu
melakukan ko-registrasi tehadap citra-citra tersebut. Kanal-kanal spektral
resolusi spasial rendah yang digunakan untuk simulasi kanal pankromatik
harus berada dalam kisaran kanal pankromatik resolusi spasial tinggi atau
kanal-kanal tersebut tidak dimasukkan dalam proses resampling.
ENVI melakukan teknik penajaman spektral Gram-Schmidt dengan
prosedur yang berikut:
• Melakukan simulasi suatu kanal pankromatik dari kanal-kanal
spektral resolusi spasial yang lebih rendah,
• Melakukan suatu transformasi GramSchmidt pada kanal
pankromatik simulasi dan kanal-kanal spektral, dengan
menggunakan kanal pankromatik simulasi sebagai kanal pertama,
• Melakukan pertukaran kanal pankromatik resolusi spasial tinggi
dengan kanal Gram-Schmidt yang pertama,
• Menggunakan transformasi GramSchmidt kebalikan untuk
membentuk kanal-kanal spektral pan-sharpened.
Citra-citra yang digunakan haruslah georeferenced atau mempunyai
dimensi-dimensi citra yang sama. Bila citra-citra tersebut adalah
georeferenced, ENVI melakukan ko-registerasi citra-citra tersebut sebelum
melakukan proses penajaman (sharpening).

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 6


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Tahapan Praktikum Atributting Image


Berikut langkah – langkah praktikum atributting image, yaitu :
Tabel 3.1 Langkah praktikum atributting image.
NO GAMBAR KETERANGAN

Buka software
1
ENVi Classic.

Pilih open image


2
file.

Pilih citra
multispektral
3
dan
pankromatik.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 7


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Klik kanan pada


citra
4 multispektral,
lalu pilih edit
header.

Klik edit
5
attributes.

Pilih
6
wavelengths.

Isi nilai nya


7 sesuai dari
metadata satelit.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 8


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Selanjutnya pilih
8
FWHM.

Isi kembali
9 nilainya dari
metadata satelit.

Selanjutnya pilih
10
gains.

Isi nilai datanya


11 sesuai dari
metadata satelit.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 9


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Selanjutnya pilih
12
offsets.

Isi nilai datanya


13 sesuai metadata
satelit.

Selanjutnya pilih
14
map info.

Untuk di map
info ini, kita
hanya
mengganti nilai
15 koordinatnya.
Yang dimana
nilainya bisa
dilihat pada
metadata citra.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 10


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Selanjutnya pilih
16
pixel size.

Untuk nilainya
17 bisa dilihat dari
metadata citra.

Selanjutnya pilih
18 data ignore
value.

Isi nilai datanya


19
“0”.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 11


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Selanjutnya pilih
20
sensor type.

21 Plih SPOT.

Klik OK saja.
Lalu lanjutkan
kembali
langkah-langkah
22 tersebut untuk
citra
pankromatik dan
SCENE
selanjutnya.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 12


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

3.2 Tahapan Praktikum Fusi Citra


Berikut langkah – langkah praktikum fusi citra, yaitu :
Tabel 3.2 Langkah praktikum fusi citra.
Setelah kita
melakukan
atributting untuk
1
5 citra, sekarang
kita akan
melakukan fusi.

Pilih citra
mulispektralnya,
2
lalu pilih 3 band
saja.

Pilih band 1, 2
3
dan 3. Lalu ok.

4 Klik ok saja.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 13


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Lalu pilih band


5 dari citra
pankromatik.

Pilih simpan file


6
mau dimana.

Setelah selesai
prosesnya,
7 lakukan lagi
untuk citra
selanjutnya.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 14


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Hasil
Berikut hasil dari melakukan fusi :

Gambar 4.1 Hasil scene 1.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 15


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Gambar 4.2 Hasil scene2.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 16


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Gambar 4.3 Hasil scene 3.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 17


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Gambar 4.4 Hasil foto scene 4

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 18


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

Gambar 3.5 Hasil foto scene 5.

4.2 Analisis
Analisis yang dapat saya berikan, dengan kita melakukan fusi pada citra,
citra yang tadinya kurang begitu bagus visualisasinya, setelah dilakukan fusi, maka
visualisasi menjadi bagus dan enak dilihat.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 19


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan yaitu praktikum ini menggunakan teknik dan
metode fusi data citra multispektral SPOT 6/7 (citra berwarna) yang mempunyai
resolusi spasial 6 m x 6 m dengan data citra pankromatik (citra hitam-putih) SPOT
6/7 resolusi spasial 1.5 m x 1.5 m dapat mempertajam, meningkatkan ketelitian
informasi atau identifikasi objek-objek penutup lahan/tanaman pertanian.
Pada praktikum ini fusi dilakukan dengan metode Gram Shmid Spectral
Sharpening. Gram Shmid Spectral Sharpening adalah teknik untuk mempertajam
data multispektral resolusi spasial yang lebih rendah dengan data citra resolusi
spasial tinggi.
Hasil dari fusi metode Gram Shmid Spectral Sharpening dengan data citra
SPOT 6/7 berresolusi spasial citra multispektral 6 m x 6 m dan pankromatik 1.5 m
x 1.5 m dan menggunakan software ENVI Classic (32-bit) yakni kualitas data citra
menjadi lebih baik, terutama pada resolusi spasialnya. Citra menjadi lebih tajam
sehingga bentuk, batas dan pola objek menjadi lebih jelas. Namun pada fusi ini citra
menjadi sedikit labih pudar warnanya dari data citra awal. Hal tersebut bisa jadi
karena faktor penajaman spektral dan pankromatik yang dilakukan.

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 20


Praktikum Pengindraan Jauh II: Prepocessing

DAFTAR PUSTAKA

Rudianto, Bambang. 2010. Analisis Ketelitian Objek Pada Peta Citra Quickbird RS
0,68 m Dan Ikonos RS 1,0 m. Jurnal Rekayasa Institut Teknologi Nasional, 3.
Lathifah, Nurul, Aisyah. 2017. Karakteristik Citra Satelit.
https://www.academia.edu/35268760/Karakteristik_Citra_Satelit.docx(diakse
s pada 12 Oktober 2019).
Sitanggang, Gokmaria. 2006. Teknik dan Metode Fusi (Pansharpening) Data Alos
(Avnir-2 Dan Prism) Untuk Identifikasi Penutup Lahan/Tanaman Pertanian
Sawah. http://repository.lapan.go.id/repository/MSTD-Gokmaria-
(4).pdf(diakses pada 12 Oktober 2019).
Nirmalasari, Nurma, Angkin. 2014. Laporan Inderaja Dasar Fusi Citra.
https://www.academia.edu/11289222/Laporan_Inderaja_Dasar_Fusi_Citra_(d
iakses pada 13 Oktober 2019).

23-2017-068_Muhammad Taufik Widayah_C 21

Anda mungkin juga menyukai