MODUL PRAKTIKUM
LABORATORIUM SISTEM KOMUNIKASI OPTIK
STRUKTUR ORGANISASI
LABORATORIUM SISTEM KOMUNIKASI OPTIK
TAHUN AJARAN 2017/2018
PEMBINA LABORATORIUM
Ir. AKHMAD HAMBALI, M.T.
LEMBAR REVISI
NIK : 93670027
Dengan ini menyatakan pelaksanaan Revisi Modul Sistem Komunikasi Optik untuk Prodi S1
Teknik Telekomunikasi, telah dilaksanakan dengan penjelasan sebagai berikut :
LEMBAR PERNYATAAN
NIK : 93670027
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa modul praktikum ini telah direview dan akan digunakan untuk
pelaksanaan praktikum di Semester Genap Tahun Akademik 2017/2018 di Laboratorium Sistem
Komunikasi Optik Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom.
VISI :
Menjadi fakultas unggul berkelas dunia yang berperan aktif pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi elektro serta fisika, berbasis teknologi informasi dan komnukasi.
MISI :
MISI :
1. Menyelanggarakan proses pendidikan unggulan untuk menghasilkan lulusan yang
menguasai teknologi telekomunikasi sesuai dengan kompetensi teknik telekomunikasi,
dengan kekhususan pita-lebar.
2. Menyelanggarakan penelitian berkualitas internasional di bidang informasi
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dengan prinsip pemanfaatan ilmu dan
teknologi hasil penelitian kepada masyarakat yang mengutamakan bekerja sama dengan
institusi lain secara sinergis.
Setiap Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro yang akan menggunakan Fasilitas Laboratorium, WAJIB
mematuhi Aturan sebagai berikut :
3. Dilarang merokok dan makan minum didalam ruangan, dan membuang sampah pada tempatnya
6. Jam Kerja Laboratorium dan Ruang Riset adalah 06.30 WIB sampai 22.00 WIB
7. Mahasiswa yang akan menggunakan Laboratorium dan atau ruang riset diluar jam
kerja, harus mengajukan ijin kepada Fakultas
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib membawa kelengkapan praktikum : kartu praktikum berfoto yang
sudah diisi identitas, ditempel dihalaman pertama pada buku TP.
2. Praktikan wajib mengenakan seragam sesuai ketentuan Telkom University, dan tidak
boleh menggunakan celana jeans.
3. Praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit (Waktu Laboratorium SKO) tidak
diizinkan mengikuti praktikum. Tidak ada praktikum susulan bagi yang telat.
4. Praktikan wajib me-nonaktifkan atau men-silent alat komunikasi selama praktikum..
5. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium.
6. Praktikan dapat memulai praktikum setelah diizinkan oleh asisten dan dilarang
melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kelancaran jalannya praktikum.
7. Praktikan wajib memperhatikan ketentuan alat-alat praktikum yang akan digunakan.
8. Praktikan diwajibkan meminta izin kepada asisten apabila ingin keluar ruangan.
9. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama praktikum, antara lain:
• Mengubah konfigurasi meja praktikum, memindah, mengambil ataupun menukar
peralatan tanpa seiizin asisten.
• Meninggalkan ruangan tanpa seizing asisten.
• Berbicara tidak sopan ke sesame praktikan dan asisten.
• Makan, merokok, tidur, membuat keributan dan melakukan hal-hal yang dapat
mengganggu jalanya praktikum.
B. TUGAS PENDAHULUAN
1. TP bersifat opsional, ditulis tangan rapi di buku TP, dengan format soal-jawaban-soal
jawaban.
2. Soal TP wajib dikerjakan semua, jika tidak maka nilai TP sama dengan NOL.
3. Jika tidak mengerjakan TP maka tetap diperbolehkan mengikuti praktikum dengan
konsekuensi nilati TP sama dengan NOL.
4. Waktu pengumpulan TP hari Senin, pukul 07.00-09.00 WLSKO, di N214. Jika
terlambat mengumpulkan maka TP tidak diterima
5. Pengumpulan TP boleh diwakilkan
C. TES AWAL
1. Tes awal dilaksanakan sebelum praktikum selama 15 menit.
2. Praktikan yang terlambat <15 menit diizinkan mengerjakan tes awal dengan waktu
yang tersisa
D. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. SHIFT I : 06.30 – 09.00
2. SHIFT II : 09.30 – 12.00 ; khusus Jum’at 09.00 – 11.30
3. SHIFT III : 12.30 – 15.00 ; khusus Jum;at 13.00 – 15.30
4. SHIFT IV : 15.30 – 18.00
E. PENILAIAN PRAKTIKUM
PLO 2 Tugas Pendahuluan : 15 %
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengukur Numerical Aperture (NA) pada serat optik.
2. Mengetahui perbedaan karakteristik kabel Singlemode Fiber dan Multimode Fiber.
3. Mengukur linieritas redaman serat optik.
4. Mengukur daya hilang akibat redaman (Insertion Loss) perangkat Coupler
5. Mengetahui pengertian dan faktor-faktor penyebab terjadinya bending pada serat optik.
I. DASAR TEORI
1.1 Serat Optik
Komposisi kabel serat optik terdiri dari 3 elemen dasar yaitu :
• Inti (Core)
• Selubung (Cladding)
• Pembungkus (Coating)
Serta komponen pembungkus fiber optik yang disebut jaket yang berfungsi untuk melindungi
kabel dari tekanan dan interferensi yang mungkin di dapatkan dari lingkungan sekitar instalasi
kabel
Kabel ini terdiri dari inti yang mempunyai indeks bias berkurang sedikit demi sedikit
mulai dari pusat inti sampai batas antara inti dengan selubung. Inti tersebut terdiri dari
lapisan-lapisan gelas, masing-masing lapisan mempunyai indeks bias yang berbeda.
Umumnya diameter inti 50 - 100 m dan untuk selubung 125 - 140 m. Berkas cahaya
yang merambat melalui kabel ini dibelokan sampai propagasinya sejajar dengan sumbu
serat. Di tempat titik pantul tersebut propagasi diarahkan ke arah sumbu serat. Serat
Multlimode Graded-Index mempunyai redaman mulai dari 0.3 - 1 dB/km dan bandwidth
hingga 1 GHz. Meskipun mempunyai banyak keuntungan, pembuatan serat Multimode
Graded-Index sulit karena hal ini harga menjadi lebih mahal dibandingkan serat
Multimode Step-Index..
Numerical Aperture didefinisikan sebagai sinus dari sudut pembukaan (opening angle), yaitu
sudut yang dibentuk antara sumbu inti dengan garis berkas yang leluasa (the ultimate ray path)
sehingga berkas cahaya mendapatkan pantulan total didalam inti. Numerical aperture diukur
dari besar daya yang diperoleh serat untuk menuntun cahaya.
NA = sin
NA = √n₁² − n₂²
1
𝑑
−1 2
NA = sin (𝑡𝑎𝑛 ( 𝑠 ))
1.5 Bending
Bending merupakan pembengkokan yang terjadi pada serat optik akan mengakibatkan sebagian
modus yang menjalar akan teradiasikan/terpancar keluar sehingga akan terjadi pengurangan daya.
Bending terjadi saat sebagian daya yang berada pada mode tinggi keluar dari serat. Hal tersebut
terjadi umumnya karena hal-hal yang tidak disengaja, misal diakibatkan adanya tekanan yang tidak
sengaja, fabrikasi serat yang kurang sempurna, dll.
Kabel yang dibengkokkan secara ekstrim dapat membuat serat optik yang ada di dalamnya patah
atau data yang ditransmisikan dalam bentuk cahaya mengalami pemantulan yang tidak teratur
sehingga berpengaruh terhadap data yang akan dikirim atau diterima nantinya.
Dalam kondisi bending, kabel tidak terputus namun tidak mampu menjadi media transmisi secara
semestinya. Perbaikan kabel bending akan jauh lebih sulit daripada penyambungan kabel yang
terputus. Rugi-rugi bending ada 2 macam:
a. Macro Bending
Macro bending, diakibatkan karena penanganan dan instalasi yang kurang baik saat
pergelaran kabel di lapangan. Macro bending dapat diartikan sebagai rugi- rugi yang terjadi
saat jari-jari kelengkungan jauh lebih besar dari jari-jari inti serat optik.
b. Micro Bending
Micro bending, diakibatkan karena fabrikasi kabel yang kurang baik. Hal ini disebabkan
karena jari-jari kelengkungan mendekati jari-jari inti serat optik, sehingga mengakibatkan
adanya kopling daya antarmode
Pada saat serat optik melengkung, medan pada sisi yang jauh harus bergerak lebih cepat
untuk mengimbangi kecepatan medan di inti. Pada saat kritis dengan jarak x c dari pusat serat,
medan harus bergerak lebih cepat. Karena tidak bisa, maka energi tertinggal atau teradiasikan.
Untuk menentukan jari-jari kritis kelengkungan (bending) suatu serat di gunakan rumus sebagai
berikut.
Selain dengan cara di atas, untuk menghindari FO patah akibat tekukan/ bending maka
ada ketentuan radius minimum yang diperbolehkan dalam menggulung atau menekuk kabel FO
antara lain:
- Bending radius untuk kabel minimal 20 kali diameter kabel
- Bending radius untuk core minimal 3 cm
Ada beberapa parameter yang mempengaruhi daya keluaran akibat bending, yaitu :
a. Pengaruh Fiber Strength
Tekanan yang cukup kuat pada serat optik sangat berpengaruh. Biasanya tekanan tekanan yang
umumnya terjadi yaitu terjadi pada serat optik yang ditanam di dalam tanah. Semakin sering
serat optik mengalami tekanan, maka bend radiusnya akan semakin besar. Compressible jacket
dapat mengurangi microbending akibat tekanan dari luar.
Coupler merupakan peralatan multiport yang setiap portnya dapat menjadi titik masuk
atau titik keluar cahaya. Gambar 1.12 merupakan skematik 4 port bidirectional coupler, akan
digunakan untuk mendefinisikan berbagai pengertian tentang coupler.
Anak - anak panah menunjukan kemungkinan arah aliran daya optik dalam coupler.
Cahaya yang diinjeksikan ke dalam port 1 akan keluar melewati port 2 dan 3. Idealnya, tidak
ada cahaya yang muncul pada port 4. Dengan cara yang sama, bila cahaya diinjeksikan dari port
4, maka cahaya akan keluar melewati port 2 dan 3.
Fiber Holder
MODUL II
FIBER TO THE HOME
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengenal teknologi serat optik dan penerapannya dalam dunia telekomunikasi.
2. Memahami konsep dan konfigurasi jaringan FTTH.
3. Sebagai sarana pengembangan skill dalam bidang telekomunikasi khususnya mengenai jaringan
FTTH.
4. Dapat meracangan jaringan FTTH sederhana menggunakan software OptiSystem.
I. DASAR TEORI
1.1 Fiber To The x (FTTx)
Konfigurasi Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) sama halnya seperti pada
jaringan akses tembaga, dimana terdapat segmen-segmen catuan. Pada jaringan FTTx
terdapat catuan kabel feeder, kabel distribusi, kabel drop, serta kabel indoor, dan juga
perangkat aktif seperti Optical Line Terminal (OLT) dan ONU/ONT.
FTTx merupakan suatu insfrastruktur jaringan yang menggunakan fiber optic sebagai
media transmisinya, FTTx mampu memberikan layanan hingga 2 Gbps lebih. Selain itu
teknologi FTTx dapat memberikan layanan triple play, yaitu data, voice, serta video.
Berdasarkan letak TKO (Titik Konversi Optik), FTTx dibagi menjadi 4, yaitu Fiber To The
Building (FTTB), Fiber To The Zone (FTTZ), Fiber To The Curb (FTTC), Fiber To The
Home (FTTH). Secara sederhana Titik Konversi Optik (TKO) dapat diartikan sebagai batas
akhir kabel optik kearah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optik ke
sinyal elektrik, dan sebaliknya.
Optical Line Terminal (OLT) merupakan perangkat Active Optical Network (AON)
yang terdapat pada sentral office yang berfungsi sebagai antar muka sentral dengan
jaringan yang dihubungkan ke satu atau lebih jaringan distribusi optik..
Patchcord adalah kabel fiber optik dengan panjang tertentu yang sudah terpasang
konektor dikedua ujungnya, yang mana digunakan untuk menghubungkan antar
perangkat. Patchcord merupakan kabel indoor yang hanya dipakai untuk didalam
ruangan.
Gambar 2. 4 Patchcord
Merupakan kabel fiber optik yang diterminasi pada Optical Distribution Frame
(ODF) dan Optical Distribution Cabinet (ODC) yang berfungsi untuk
ODC merupakan suatu perangkat Passive Optical Network (PON) yang diinstalasi
diluar sentral, bisa di lapangan (outdoor) maupun di dalam ruangan (indoor). ODC
memilki fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai titik terminasi ujung kabel feeder dan pangkal kabel distribusi.
2. Sebagai titik distribusi kabel dari kapasitas besar (feeder) menjadi kabel yang
berkapasitas lebih kecil (distribusi).
3. Tempat pembagi informasi sinyal optik (Splitter).
4. Tempat penyambungan
Kabel distribusi sama halnya seperti kabel feeder yang mempunyai fungsi untuk
meneruskan informasi sinyal optic mulai dari Optical Distribution Cabinet (ODC)
sampai dengan Optical Distribution Cabinet (ODP).
OTP merupakan perangkat Passive Optical network (PON) yang dipaang di rumah
pelanggan, yang mana memilki fungsi sebagai berikut :
1. Titik terminasi atau titik tambat akhir dari kabel drop.
2. Tempat sambunga core optic atau peralihan dari kabel outdoor dengan kabel
indoor.
Kabel indoor juga mempunyai fungsi sama dengan kabel-kabel fiber optic
lainnya, yaitu meneruskan arus informasi yang breupa gelombang cahaya,
kabel indoor ini juga menggunakan tipe G 657 A/B, sperti pada kabel drop
dikarenakan banyak sekali melewati tikungan ataupun lekukakn dalam
rumah/gedung.
Banyak core yang digunakan biasanya 1 atau 2 core, instalasi kabel indoor
bermacam – macam, seperti:
Gambar 2. 13 Roset
1.2.12 Optical Network Termination (ONT)
Pada simulasi kali ini kita akan membangun infrastruktur jaringan FTTH, mulai
dari bagian sentral, sampai dengan ONT yang terdapat pada rumah pelanggan atau user
(Gambar 2.15).
Untuk memudahkan dalam merancang infrastruktur FTTH pada OptiSystem, kita dapat
mengelompokkan perangkat-perangkat yang diperlukan berdasarkan segmen-segmen seperti
yang terlihat pada gambar 2.15, tetapi terdapat perbedaan pada bagian Metro-E, Optical Line
Termination (OLT), serta Optical Distribtuion Frame (ODF) dijadikan satu kelompok atau satu
kesatuan, dengan nama “SENTRAL”. Untuk segmen-segmen Daerah Akses Fiber (DAF) sama
seperti gambar 2.15.
2.1 SENTRAL
1.6 ROSET
Blok ROSET terdiri dari Connector saja. Untuk menampilkan Connector dapat
dilihat pada point sebelumnya (dengan parameter yang sama). Untuk
menghubungkan antara ROSET dengan ONT, diperlukan sebuah Patchcord. Optical
Fiber (kabel Patchcord) berfungsi untuk menghubungkan perangkat yang terdapat
1.8 Visualizer
Perangkat Visualizer yang digunakan dalam perancangan dan simulasi modul ini
adalah Optical Power Meter dan BER Analyzer.
Optical Power Meter merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk melihat
/ monitoring level daya yang diterima di titik penempatan OPM tersebut. OPM biasa
digunakan untk mengecek kerusakan yang terjadi pada jaringan optik yang terlah
terpasang.
MODUL III
OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui fungsi dan prinsip kerja OTDR.
2. Dapat mengoperasikan OTDR, dan mengukur kejadian-kejadian pada suatu link optik.
3. Mampu menganalisa kejadian-kejadin pada suatu link optik
I. DASAR TEORI
1.1 Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)
Dalam melakukan instalasi maupun pemeliharaaan jaringan kabel optik sangatlah
diperlukan pengukuran, hal ini bertujuan untuk memastikan apakah jaringan kabel optik
tersebut memenuhi spesifikasi dan dapat menyalurkan sinyal informasi dengan baik.
Salah satu jenis alat ukur yang dipakai pada saat instalasi maupun pemeliharaan adalah
Optical Time Domain Reflectometer (OTDR), adapun kemampuan dari OTDR yakni :
a. Dapat mengukur loss pada link kabel serat optik serta mengetahui penyebabnya
akibat bending, splicing, dll.
b. Dapat menentukan jenis kerusakan, serta mengetahui letak kerusakan tersebut
pada jarak yang cukup jauh.
a. Hamburan Rayleigh
Dalam pembuatan serat optik, sering kali terjadi ketidaksempurnaan pada bahan,
seperti tidak homogennya indeks bias, tidak sempurnanya atom pembentuk, dan
terbawanya atom-atom lain dalam serat optik. Ketidakhomogenan indeks bias dala serat
optik ini akan menimbulkan hamburan sinar (berpencarnya sinar) yang disebut hamburan
Rayleigh. Hal ini menyebabkan adanya sinyal pantul/balik yang kontinyu pada setiap titik
sepanjang fiber ke OTDR.
b. Pantulan Fresnel
Pantulan Fresnel pada optik terjadi apabila sinar melewati dua media yang
mempunyai indeks bias yang berbeda, misalnya antara kaca dan udara. Pada serat optik,
perbedaan indeks bias ini sering terjadi akibat ketidaksempurnaan penyambungan,
misalnya masih terdapat celah antara dua serat optik yang disambungkan itu. Biasanya
diantara kedua celah tersebut berisi udara. Akibatnya terdapat dua media yang
mempunya indeks bias yang berbeda, sehingga apabila ada sinyal yang melewati media
ini terjadilah pantulan Fresnel. Selain terjadi pada penyambungan, pantulan fresnel juga
bisa terjadi pada ujung fiber yang terbuka ataupun pada konektor.
Letaknya kesalahan pada serat optik seperti penyambungan dapat terjadi pada saat
atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukan lokasi adanya fault atau
ketidaknormalan tersebut serta mengetahui jenis gangguan pada serat. Hal ini dapat
dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of fiber pada OTDR, jika kurang dari
jarak sebenarnya maka pada jarak tersebut terjadi kebocoran/keretakan (asumsi set
OTDR benar).
Apabila terdapat sebuah link sederhana seperti gambar 3.4 yang kemudian akan
diukur menggunakan OTDR maka akan menghasilkan grafik yang ditunjukan pada
gambar 3.5. Pada gambar tersebut menampilkan grafik level daya serta berbagai kejadian
yang terjadi pada link serat optik ketika cahaya merambat dengan menggunakan OTDR.
Setelah sebuah saluran serat optik telah diukur menggunakan OTDR kemudian pada
layar OTDR akan menampilkan data dari hasil pengukuran seperti pada gambar 3.6 yang
terdapat beberapa parameter dari hasil pengukurannya seperti jarak kabel, loss pada suatu
titik, atenuasi, dsb. Dan juga pada hasil pengukuran tersebut dapat dilihat kejadian-
kejadian yang terjadi pada saluran serat optik yang diukur. Pada gambar 3.7 merupakan
simbol-simbol dari setiap kejadian.
II . PERALATAN PRAKTIKUM
1. OTDR TR600
2. Patchcord SC
3. Optical Termination Box (OTB)