Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM I

PENGINDRAAN JAUH II
PREPROCESSING IMAGE
( ATRIBUTING AND FUSION IMAGE)

Tanggal Penyerahan : 14 Oktober 2018


Disusun Oleh :
Baharudin Alwi/ 232016113
Kelas B
Nama Asisten :
Remila Sapta Nada (23-2014-020)
Derry Budiman (23-2015-057)

LABORATORIUM FOTOGRAMETRI
JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2018
Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Maksud dan Tujuan .............................................................................................. 1


1.2. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan .............................................................................. 1

BAB II DASAR TEORI .................................................................................................. 2


2.1. Citra Satelit ........................................................................................................... 2
2.2. Citra Multispektral ................................................................................................ 3
2.3. Citra Pankromatik ................................................................................................. 4
2.4. Citra SPOT-7 ........................................................................................................ 5
2.4.1. Sejarah ............................................................................................................. 5
2.4.2. Spesifikasi ....................................................................................................... 5
2.5. Fusi Citra .............................................................................................................. 6
2.5.1 Gram Shmidt Spectral Sharpening ................................................................... 7

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...................................................................... 8


3.1. Langkah Praktikum Attributing Image ................................................................. 8
3.2. Langkah Praktikum Fusi Citra .............................................................................. 15

BAB IV HASIL DAN ANALISIS .................................................................................... 19


4.1. Fusi Citra Scene 1 s/d 5 ........................................................................................ 19

BAB V KESIMPULAN ................................................................................................... 24


5.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 25

232016113 - Baharudin Alwi - B i


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum kali ini untuk memahami proses atributting dan proses penajaman
citra/ fusion image dalam tahap prepocessing image.
Adapun tujuan dari praktikum adalah :
- Dapat melakukan proses penambahan atribut citra dan penajaman citra (fusion image).
- Dapat membedakan hasil citra sebelum dan sesudah dilakukannya penajaman citra
(fusion image).

1.2 Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Hari, tanggal : Rabu, 8 Oktober 2018
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Sistem Informasi Spasial Teknik Geodesi Itenas

232016113 - Baharudin Alwi - B 1


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Citra Satelit

Citra dalam biasanya ini dikenal sebagai masukan data atau pun hasil observasi dari proses
penginderaan jauh. Penginderaan jauh atau remote sensing biasa didefinisikan sebagai ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis
data yang diperoleh melalui suatu alat yang dihasilkan tanpa kontak secara langsung dengan
objek, daerah, atau fenomena tersebut.

Citra juga dapat diartikan sebagai gambaran atau rekaman gambar yang tampak dari suatu
objek yang diamati, sebagai objek atau hasil liputan dari alat pemantau atau sensor. Tentu citra
memerlukan proses interpretasi atau penafsiran dalam pemanfaatannya terlebih dahulu.
Manakala citra satelit pula merupakan hasil dari perekaman maupun pemotretan dari alat sensor
yang dipasang tepat pada wahana satelit ruang angkasa yang ketinggiannya mencapai lebih dari
400 km dari permukaan bumi.

Sejauh ini kita dapat mengenal berbagai jenis citra satelit berdasarkan tingkat resolusi
spasialnya. Resolusi spasial dikenal pula sebagai kemampuan sebuah sensor dalam melakukan
perekaman pada objek terkecil di setiap pikselnya. Berikut adalah beberapa jenis citra satelit
berdasarkan tingkat resolusi spasialnya:

 Citra satelit resolusi rendah : memiliki resolusi spasial yang mencapai 15 m hingga 30 m
Citra Satelit Landsat
 Citra satelit resolusi sedang : memiliki resolusi spasial yang mencapai 2.5 m hingga 10 m
Citra Satelit SPOT
 Citra satelit resolusi tinggi : memiliki resolusi spasial yang mencapai 0.6 m hingga 1 m
Citra Satelit IKONOS dan Citra Satelit Quickbird

Tingkat dari setiap resolusi dari citra satelit ini dipengaruhi oleh kemampuan dari sensor
dalam melakukan perekaman pada objek yang paling kecil yang sedang diamati. Diketahui
bahwa satelit Landsat TM mampu merekan objek terkecil di lapangan yang sebesar 30 x 30 m.
Sedangkan, satelit IKONOS dirancang agar memiliki kemampuan dalam merekam objek

232016113 - Baharudin Alwi - B 2


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

terkecil di lapangan sebesar 1 x 1 m. Selain itu, satelit Quickbird dipercaya mampu merekam
objek yang paling kecil di lapangan sebesar 0.6 x 0.6 m. Dengan resolusi yang beragam ini tentu
membantu setiap pihak yang memerlukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Citra satelit ini dipercaya, terbentuk dari serangkaian matrik elemen gambar yang biasa
disebut dengan piksel. Piksel merupakan unit terkecil dari sebuah citra. Piksel pada sebuah citra
biasanya berbentuk persegi empat dan mewakili suatu area pada citra. Apabila sensor yang
dimiliki oleh citra memiliki resolusi spasial mencapai 20 m dan citra dari sensor menampilkan
objek secara menyeluruh. Maka berarti masing-masing piksel mampu mewakili area dengan
luas yang mencapai 20 x 20 m. Perlu dimengerti bahwa, citra satelit yang berhasil menampilkan
objek area dengan cakupan yang luas, diketahui bahwa ia hanya memiliki resolusi spasial yang
rendah. Sebaliknya, sebuah citra satelit yang didefinisikan memiliki resolusi spasial tinggi akan
mencakup areal yang lebih sempit.

2.2 Citra Multispektral


Citra multispektral adalah citra yang dibuat dengan saluran jamak. Berbeda dengan citra
tunggal yang umumnya dibuat dengan saluran lebar, citra multispectral umumnya dibuat dengan
saluran sempit. Dengan menggunakan sensor multispektral, maka kenampakan yang diindera
akan menghasilkan citra dengan berbagai saluran. Citra dengan saluran yang berbeda tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kenampakan-kenampakan tertentu, karena saluran-
saluran tersebut memiliki kepekaan terhadap suatu kenampakan.
Sebuah gambar multispektral adalah salah satu yang menangkap data gambar pada
frekuensi tertentu di seluruh spektrum elektromagnetik . Panjang gelombang dapat dipisahkan
oleh filter atau dengan penggunaan instrumen yang sensitif terhadap panjang gelombang
tertentu, termasuk cahaya dari frekuensi di luar jangkauan cahaya tampak, seperti inframerah.
Pencitraan spektral dapat memungkinkan ekstraksi informasi tambahan mata manusia gagal
untuk menangkap dengan yang reseptor untuk merah, hijau dan biru. Ini pada awalnya
dikembangkan untuk ruang berbasis pencitraan. Citra multispektral adalah tipe utama dari
gambar yang diperoleh oleh penginderaan jauh (RS) radiometers .
Membagi spektrum dalam banyak band, multispektral adalah kebalikan dari pankromatik,
yang mencatat hanya intensitas total radiasi yang jatuh pada setiap pixel. Biasanya, satelit

232016113 - Baharudin Alwi - B 3


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

memiliki tiga atau lebih radiometers ( Landsat memiliki tujuh). Masing-masing memperoleh
satu gambar digital (dalam penginderaan jauh, disebut 'adegan') disebuah band kecil dari
spektrum yang terlihat, mulai dari 0,7 pM sampai 0,4 pM, disebut merah-hijau-biru (RGB)
daerah, dan pergi ke panjang gelombang inframerah 0,7 pM sampai 10 pM atau lebih,
diklasifikasikan sebagai dekat inframerah (NIR), tengah inframerah (MIR) dan far infrared (FIR
atau termal). Dalam kasus Landsat, tujuh adegan terdiri dari tujuh gambar-band multispektral.
Pencitraan spektral dengan band-band yang lebih banyak, lebih halus resolusi spektral atau
cakupan spektral yang lebih luas dapat disebut itt atau ultraspectral.

2.3 Citra Pankromatik


Foto pankromatik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari
warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Pada
umumnya digunakan film sebagai negatif dan kertas sebagai positifnya. Wujudnya seperti pada
foto, tetapi bersifat tembus cahaya. Rona pada objek serupa dengan warna pada objek aslinya,
karena kepekaan film sama dengan kepekaan mata manusia, resolusi spasialnya halus, stabilitas
dimensional tinggi, dan foto pankromatrik hitam putih telah lama dikembangkan sehingga orang
telah terbiasa menggunakannya.
Foto Pankromatrik digunakan dalam berbagai bidang, sebagai berikut :
 Di bidang pertanian, untuk pengenalan dan klasifikasi jenis tanaman, evaluasi kondisi
tanaman, dan perkiraan jumlah produksi tanaman,
 Di bidang kehutanan, digunakan untuk identifikasi jenis pohon, perkiraan volume kayu, dan
perkembangan luas hutan,
 Di bidang sumber daya air, digunakan untuk mendeteksi pencemaran air, evaluasi kerusakan
akibat banjir, agihan air tanah, dan air permukaan,
 Di bidang perencanaan kota dan wilayah, digunakan untuk penafsiran jumlah dan agihan
penduduk, studi lalu lintas, studi kualitas perumahan, penentuan jalur transportasi, dan
pemilihan letak berbagai bangunan penting,
 Penelitian ekologi hewan liar, berguna untuk mendeteksi habitat dan untuk pencacahan
jumlah populasinya, dan
 Evaluasi dampak lingkungan.

232016113 - Baharudin Alwi - B 4


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

2.4 Citra SPOT–7

2.4.1 Sejarah

Satelit SPOT-7 merupakan satelit kembar dari generasi SPOT-6 dengan spesifikasi
sama. Satelit SPOT-7 diluncurkan pada tahun 2014 di Pusat Antariksa Satish Dhawan, India.
Satelit SPOT-7 ini mempunyai bentuk satelit yang berbeda dari generasi SPOT sebelumnya.
Satelit ini dilengkapi dengan 4 fitur CMG (Control Moment Gyroscope) pada sistem
kontrolnya, sehingga satelit SPOT-7 dapat melakukan manuver pergerakan yang lebih cepat
daripada generasi SPOT sebelumnya. Kelincahan SPOT-7 dalam gerakannya mampu
mengakusisi data permukaan bumi dalam beberapa mode akusisi, yaitu: target mode, long
strip mode, multi strip mode, dan corridor mode.
2.4.2 Spesifikasi
Satelit SPOT-7 membawa sensor NAOMI (New AstroSat Optical Modular Instrument)
dengan resolusi spasial lebih tinggi dibandingkan sensor HRVIR SPOT-4 dan HRG SPOT-
5 yang beroperasi sebelumnya, yakni 1,5 m. SPOT-7 merupakan generasi satelit mempunyai
resolusi spatial tertinggi saat ini dari seri satelit SPOT. Sensor NAOMI bekerja pada panjang
gelombang kanal spektral lebih lebar daripada kanal Pankromatik SPOT-4 dan SPOT-5,
yakni 0,450 - 0,745 µm. Sedangkan kanal Multispektral dengan resolusi spasial 6 m terdiri
dari kanal spektral biru (0,450 - 0,520µm), hijau (0,530-0,590µm), merah (0,625-0,695µm)
dan band NIR (0,760 - 0,890 µm). SPOT-7 merupakan satelit generasi SPOT pertama yang
mempunyai kanal spektral warna biru. Kanal spektral biru berpotensi mempertegas batas tepi
pantai, sedimentasi laut dan mendeteksi terumbu karang yang sulit dideteksi oleh kanal
multispektral lainnya.
Berikut ditunjukkan sampel Citra multispektral SPOT-7 komposit warna alami (Natural
Color Composite/NCC) kombinasi kanal RGB-123 dan RGB-321. Citra NCC RGB-321
terlihat bahwa warna tanah dan permukiman terlihat warna biru, sedangkan pada NCC RGB-
123 justru sebaliknya warna tanah dan permukiman terlihat seperti warna aslinya kemerah-
merahan, sehingga untuk citra komposit warna SPOT-7 lebih cocok menggunakan NCC
RGB-123. Selain itu, data SPOT-7, dengan karakteristik spektral dan spatial resolusi tinggi,
dapat dihasilkan citra Pan-sharpening 1,5 m yang bisa digunakan untuk pemetaan nasional
skala 1: 10.000 (Anonim, 2014).

232016113 - Baharudin Alwi - B 5


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

Gambar 2.1 Citra SPOT-7 Nartural Color 123 Gambar 2.2 Citra SPOT-7 Natural Color 321

2.5 Fusi Citra

Pada bidang pengindraan jauh dikenal definisi dari fusi data yaitu sebuah format kerja
formal tentang cara dan alat bantu untuk menggabungkan data yang didapatkan dari sumber
yang berbeda. Data fusion bertujuan mendapatkan informasi dengan kualitas yang lebih baik.
Definisi “kualitas yang lebih baik” akan bergantung kepada aplikasinya.

Data citra yang sering dipakai dalam analisis pengindraan jauh antara lain adalah citra
pankromatik dengan informasi keabu-abuan, umumnya memiliki informasi spasial tinggi
sehingga dapat membantu melokasikan suatu objek di muka bumi. Selain itu terdapat pula citra
multispektral berwarna dengan saluran multispektrum yang lebih memberikan informasi warna
berdasarkan pantulan dan penyerapan sinar elektromagnetik oleh objek yang ditangkap oleh
sensor. Pada umumnya citra multispektral beresolusi rendah dengan artian memiliki informasi
spasial yang rendah namun memberikan informasi warna yang tinggi.

Kedua citra pankromatik dan citra multispektral, terlebih penggabungan kedua citra
tersebut, memiliki andil yang besar dalam aplikasi indraja. Proses penggabungan citra
pankromatik dan citra multispektral ini umum dikenal sebagai image fusion atau pan-
sharpening. Fusi citra (image fusion) secara umum diartikan sebagai teknik untuk
mengintegrasikan detail geometri atau spasial dari suatu citra pankromatik beresolusi tinggi
dengan citra multispektral beresolusi rendah. Tujuan yang hendak dicapai dalam tahapan ini
adalah didapatkannya tepian objek (edge) yang semakin jelas serta didapatkannya informasi
warna yang semakin tajam dan representatif dengan mengacu pada citra multispektral awal.

232016113 - Baharudin Alwi - B 6


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

Proses fusi citra pada bidang pengindraan jauh bertujuan mempermudah langkah analisis citra
satelit, terutama pada analisis yang memerlukan ekstrasi objek citra secara detail, diantaranya
analisis penggunaan lahan (land use), analisis tata ruang kota, analisis tren perkembangan
wilayah, aplikasi prediksi bencana alam maupun kegunaan lainnya.

2.5.1 Gram Shmidt Spectral Sharpening

Penggabungan citra memberikan beberapa keuntungan seperti pemeliharaan


ruang penyimpanan komputer, peningkatan kualitas estetika dan kosmetik; peningkatan
resolusi spasial, dan perbaikan analitis (Ranchin et al., 2003). Ada banyak metode pan-
sharpening yang dapat digunakan untuk menghasilkan gambar resolusi tinggi multispektral
dari citra pankromatik resolusi tinggi dan citra multispektral resolusi rendah.

Metode Gram-Schimdt dikembangkan berdasarkan alasan bahwa fusi citra


multiresolusi, misalnya transformasi HIS (Hue-Intensity-Saturation) dan Brovey dapat
menyebabkan distorsi warna apabila julat spektral dari citra pengganti atau intensitas, yang
biasanya diwakili oleh citra resolusi tinggi, berbeda dari ketiga saluran multispektral yang
akan diperbaiki tampilan spasialnya. Masalah semacam ini akan semakin menonjol jika
kedua macam citra tidak diperoleh pada tanggal yang sama. Tampilan yang sangat
menganggu ini biasanya muncul pada wilayah yang bervegetasi karena adanya perbedaan
masa tanam di wilayah pertanian.

Dengan kata lain Penggunaan penajaman citra spektral dengan metode Gram-Schimdt
adalah untuk mempertajam data multispektral resolusi spasial rendah dengan menggunakan
data citra resolusi spasial tinggi.

232016113 - Baharudin Alwi - B 7


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Langkah Praktikum Attributing Image

No ScreenShoot (Langkah-langkah) Keterangan


1.  Buka ENVI 4.5
 Klik File  Open
Image File

2.  Buka data citra


“SCINE 1” untuk
menambahkan
metadata scine 1
 Tambahkan TIFF Citra
Multispektral
 Klik Open

3.  Klik kanan pada


IMG_SPOT7
 Klik Edit Header

232016113 - Baharudin Alwi - B 8


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

4.  Buka metadata spot-7


 Klik edit atributes
 Ubah Wavelengths..
sesuai dengan yang ada
di metadata

5.  Sesuaikan
Wavengleths.. dengan
metadata
 Wavengleths yang ada
di metadata sudah
diurutkan sebelumnya

6.  Kemudian sesuaikan
“FWHM” sesuai
metadata

232016113 - Baharudin Alwi - B 9


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

7.  Sesuaikan “Current
Data Gain Values”
sesuai metadata

8.  Sesuaikan “Current
Data Offset Values”
sesuai dengan metadata

9.  Kemudian klik di edit


atributes  Map Info
 Ubah Map Coordinate
of the Point (menjadi
koordinat yang ada di
data J2file MS)

232016113 - Baharudin Alwi - B 10


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

10.  Klik edit pixel sizes


 Ubah menjadi 6 x 6
untuk multispektral

11.  Klik edit data ignore


value
 Isikan 0

12.  Klik data sensor type


 Ubah ke spot karena
data yang digunakan
adalah spot

232016113 - Baharudin Alwi - B 11


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

13.  klik OK jika sudah


selesai

14.  Klik open vektor file


lagi
 Masukan data citra
pankromatik yaitu
“IMG_SPOT7_P…”
 Klik Open

15.  Seperti biasa, klik


kanan pada
“IMG_SPOT7_P…
 Klik Edit Header
 Ubah Wavelengths
sesuai citra
pankromatik dalam
metadata

232016113 - Baharudin Alwi - B 12


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

16.  Ubah juga “FWHM”


sesuai yang ada di
metadata pankromatik

17.  Ubah “Curent data


Gains” sesuai yang ada
di metadata
pankromatik

18.  Ubah “Curent data


Offset Values” sesuai
yang ada di metadata
pankromatik

232016113 - Baharudin Alwi - B 13


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

19.  Ubah “Map info”


sesuaikan koordinat
“Map Coordinate of
The Point” yang ada di
data scene 1 yaitu
“IMG_SPOT7_P…”
dengan format J2file
 Untuk pixle size and
rotation, isikan
koordinat X dan Y
0.00001389
20.  Untuk edit pixel sizes,
isikan 1.5 untuk citra
pankromatik spot

21.  Isikan Edit Data Ignore


Value 0

232016113 - Baharudin Alwi - B 14


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

22.  Dan untuk sensor type-


nya sama yaitu SPOT
 Klik OK jika sudah
selesai dirubah

23  Klik OK jika sudah


ditambahkan atribut
citra pankromatik

3.2 Langkah Praktikum Fusi Citra

No ScreenShoot (Langkah-langkah) Keterangan


1.  Untuk melakukan fusi
 Klik Transform
Image Shapering
Gram-Schmidt
Spectral Shappering

232016113 - Baharudin Alwi - B 15


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

2.  Klik
“IMG_SPOT7_MS..”
 Klik Spectral Subset
(4/4 Bands)
 Ubah band menjadi 3
dari 4
 Klik OK

3.  Klik OK

4.  Klik band 1 pada


“IMG_SPOT_P…”
 Klik OK

232016113 - Baharudin Alwi - B 16


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

5.  Pilih “Average of
Low…”
 Klik file  Choose
(untuk memilih tempat
penyimpanan)

6.  Isikan nama file


fusi_scene 1
 Klik Open

7.  Klik OK

232016113 - Baharudin Alwi - B 17


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

8.  Tunggu hingga proses


fusi selesai
 Biasanya hasil fusi
memuat penyimpanan
cukup besar hingga > 1
GB

232016113 - Baharudin Alwi - B 18


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Fusi Citra Scene 1 s/d 5

Gambar 4.1 Sebelum dilakukannya Fusi Citra Scene 1

Gambar 4.2 Setelah dilakukannya Fusi Citra Scene 1

232016113 - Baharudin Alwi - B 19


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

Gambar 4.3 Sebelum dilakukannya Fusi Citra Scene 2

Gambar 4.4 Setelah dilakukannya Fusi Citra Scene 2

232016113 - Baharudin Alwi - B 20


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

Gambar 4.5 Sebelum dilakukannya Fusi Citra Scene 3

Gambar 4.6 Setelah dilakukannya Fusi Citra Scene 3

232016113 - Baharudin Alwi - B 21


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

Gambar 4.7 Sebelum dilakukannya Fusi Citra Scene 4

Gambar 4.8 Setelah dilakukannya Fusi Citra Scene 4

232016113 - Baharudin Alwi - B 22


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

Gambar 4.9 Sebelum dilakukannya Fusi Citra Scene 5

Gambar 4.10 Setelah dilakukannya Fusi Citra Scene 5

Analisis yang saya dapat dari proses fusi citra yaitu, Pansharpening dengan
menggabungkan citra multispektral dengan citra yang resolusi spasialnya lebih baik (dalam hal
ini citra pankromatik). Pansharpening juga memudahkan dalam menginterpretasi citra. Dapat
dilihat sebelum dan sesudah dilakukannya pansharpening. Citra yang sudah dilakukan
pansharpening terlihat lebih jelas dibandingkan dengan citra multispektral biasa. Hal ini
menunjukan bahwa proses pansharpening benar-benar dapat menghasilkan resolusi spasial yang
tinggi.

232016113 - Baharudin Alwi - B 23


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pansharpening dengan menggabungkan citra multispectral dengan citra pankromatik
menghasilkan citra yang resolusi spasial nya lebih baik dari hanya citra multispectral saja. Citra
hasil pansharpening menghasilkan resolusi spasial 15 meter. Pansharpening juga memudahkan
kita dalam menginterpretasi peta. Dapat dilihat dari perbedaan citra sebelum dan sesudah proses
pansharpening. Citra pansharpening terlihat lebih zoom-ing dan lebih jelas daripada citra
multispectral yang belum di pansharpening. Hal ini menunjukkan bahwa proses pansharpening
benar- benar dapat menghasilkan resolusi spasial yang lebih tinggi dari sebelumnya.

232016113 - Baharudin Alwi - B 24


Praktikum Pengindraan jauh II : Prepocessing

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Spesifikasi Data Spot-6 dan Spot-7. Jakarta: Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional.
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital-Teori Dan Aplikasinya Dalam Bidang
Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi : Universitas Gadjah Mada.
Soemantri, L. 2014. Penajaman Citra.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS.JUR.PENDIDIKAN.GEOGRAFI/132314541LILISOMA
NTRI/penajaman_citra.pdf. (Diakses pada 12 oktober 2018).

232016113 - Baharudin Alwi - B 25

Anda mungkin juga menyukai