Anda di halaman 1dari 130

BAB I

FILSAFAT PANCASILA
Oleh : Ayu Nurbaiti dan Awanda Lestari

A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat dalam bahasa indonesia memiliki pandangan kata
falsafah ( Arab ) , philosophy ( Inggris ), Philosopia ( Latin ), Philosophie
( Jerman, Belanda dan Prancis). Semua istilah itu bersumber dari istilah
Yunani, yaitu Philosophia. Philosophia dalam Yunani merupakan kata
majemuk yang terdiri dari philen yang berarti mencintai sedangkan philos
yang berarti tema ( philia cinta). Selanjutnya shopos berarti bijaksana,
sedangkan shopia berarti kebijksanaan atau kearifan.
Secara etimologi dari filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila
istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan shopos, maka artinya
mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana ( bijaksana disebut sebagai kata
sifat). Kedua apabila filsafat mengacu pada kata philos dan sophia maka
artinya teman kebijaksanaan ( kebijaksanaan yang dimaksud sebagai kata
benda). Dengan demikian, asal mula kata filsafat itu sangat umum yang
intinya adalah mencari keutamaan mental ( the pursuit of mental
excellence).
Dalam arti praktis, filsafat mengandung makna alam berfikir/alam
pikiran, namun berfilsafat ialah berfikir secara mendalam atau radikal
dengan kata lain secara umum, filsafat merupakan ilmu yang berusaha
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
Berdasarkan pengertian umum ini, ciri-ciri filsafat dapat di sebut sebagai
usaha berpikir radikal, menyeluruh, dan integral, atau dapat dikatakan
sebagai suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.

B. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Dan Filsafat Pancasila


1. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1
Pancasila diangkat dari pandangan hidup yang berkemang dalam
kehidupan bangsa indonesia yang kemudian pandangan hidup ini
dirumuskan secara cerdas oleh para pendiri bangsa dan diangkat sebagai
dasar kehidupan berwarganegara. Pancasila memuat prinsip-prinsip dasar
bagi negara, berarti pancasila sebagai dasar filsafat negara yang memuat
ajaran-ajaran atau prinsip-prinsip dasar saja, sedangkan ajaran-ajaran lain
seperti ( sistem ekonomi, politik, dan sebagainya dapat dideviasikan dari
prinsip dasar tersebut).
Pancasila sebagai dasar filsafat negara merupakan landasan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan berdasarkan
pada nilai ketuhanan dan kemanusiaan dalam wadah negara persatuan
indonesia dengan sistem (cara kerakyatan/demokrasi ) untuk mewujudkan
keadilan sosial. Ditinjau dari ciri-ciri pemikiran filsafat pancasila sudah
memenuhi syarat sebagai peikiran filsafat. Pancasila meuat ajaran yang
mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang manusia dengan segala aspek
kehidupannya. Sudiman Kartohadiprodjo menegaskan, bahwa pancasila
sebagai filsafat bangsa indonesia berdasarkan atas ucapan Soekarno yang
menyatakan, bahwa Pancasila adalah isi jiwa bangsa indonesia. Pendapat ini
senada dengan pendapat Driyarkara, Notonegoro, serta Roeslan Abdulghani
yang membenarkan pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh kaena itu,
pancasila bukan hasil pemikiran spontan timbul pada sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945, sehingga usulan soekarno tentang pancasila telah
dipkirkan secara mendalam bertahun-tahun lamanya oleh karenanya telah
memenuhi syarat berfikir kefilsafatan dengan melakukan deskripsi, berfikir
kritis, evaluasi, dan abstak.
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan yang
utuh (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007:9). Suatu sistem harus memenuhi
lima persyarakat berikut:
a. Merupakan satu kesatuan
b. Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung perentangan

2
c. Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain
d. Ada keseimbangan dalam kerja sama
e. Semua mengabdi pada tujuan yang satu, yaitu tujuan bersama.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pancasila telah
memenuhi persyarakan untuk dapat dikatakan sebagai sistem diantaranya
adalah:
a. Adanya kesatuan dan dari kelima unsur sila-silanya, yang sama
lainnya tak dapat dipisahkan.
b. Adanyaketeraturan dari sila-silanya, yaitu berinteraksi secara
hierarkis konsisten, dimana masing-masing sila berada dalam
suatu urutan tingkat yang runtut. Sila ynag nilainya lebih esensial
didahulukan, artinya yang lebih luas cakupannya di dahulukan.
c. Adanya keterkaitan antara sila yang satu dengan sila yang lain.,
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh, merupakan suatu
totalitas, saling berhubungan dan saling ketergantungan antara
sila yang satu dengan sila yang lain.
d. Adanya kerja sama antara yang satu dengan sila yang lain. Hal ini
mutlak sebab dasar sifat negara harus merealisasikan tujuan-
tujuannya.
e. Adanya tujuan bersama, dimana untuk mewujudkan memerlukan
pemerintah yang stabil dalam satu wadah negara yang
mempunyai dasar sifat tersebut.

2. Hakikat Pancasila
Dasar negara indonesia adalah pancasila yang telah dirumuskan oleh
para founding fathers ( para pendiri bangsa indonesia, antara lain Soekarno,
Hatta, M.Yamin). Secara Etimologi, pancasila berasal dari dari bahasa
sangsakerta, yaitu, “panca yang berarti lima” dan “syila berarti dasar, batu,
sendi, alas” serta “syila berarti aturan, tingkah laku yang baik”. Jadi
pancasila adalah 5 (lima) dasar tentang kesusilaan /5 (lima) ajaran tentang
tingkah laku. Pancasila merupakan salah satu istilah yang terdapat dalam

3
buku Sutasomo karangan Empu Tantulah dari kerajaan Majapahit ( Heri
Herdiwanto dan Jumantara, 2010:18).
Perkataan pancasila mulu-mula digunakan di dalam mayarakat India
yang beragama Budha, yang mengartikan lima aturan yang harus ditaati
penganutnya. Sisa pengaruh pengertian pancasila menurut ajaran Budha itu
masih dikenal dimasyarakat Jawa, dan dikenal dengan larangan terhadap 5
M yaitu, dilarang : Mateni (membunuh), Maling (mencuri), Madon
(berzina), Mabuk (minum-minuman keras), dan main (judi).
Lahirnya pancasila berawal dari butuhnya penetapan dasar negara
Indonesia dengan segera untuk menyongsong proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 25 Mei 1945. Untuk pertama kalinya Muhammad
Yamin mengajukan dasar negara untuk indonesia yang meliputi:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri kemanusiaan
c. Peri ketuhanan
d. Peri kerakyatan
e. Kesejahteraan rakyat
Disisi lain soekarno mengajukan dasar negara pada tanggal 1 Juni
1945 yang meliputi:
a. Kebangsaan
b. Internasionalisme
c. Mufakat, Dasar Perwakilan, Dasar permusyawaratan
d. Kesejahteraan dan
e. ketuhanan
Selanjutnya pada tanggal 22 juni 1945 sembilan tokoh nasional
mengadakan pertemuan dan melahirkan piagam jakarta yang memuat
rumusan Pancasila sebagai berikut:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan indonesia.

4
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 diadakan sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dan dalam rapat tersebut Moh. Hatta
menyatakan: rumusan pancasila ke-1 yang meyatakan “dengan kewajiban
menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemelknya” dicoret dengan alasan
bahwa indonesia bukan hanya terdri atas masyarakat yang beragama islam,
akan tetapi juga terdapat masyarakat yang mengant ajaran agama lain,
shingga perlu diubah yang diseseuaikan dengan keagamaan yang dimiliki
oleh indonesia. Hasil sila ke-1 menjadi “ketuhanan yang maha esa”.
Sementara sila ke-2-5 tetap sama tanpa perubahan. Setelah disepakati, maka
pancasila resmi dijadikan sebagai dasar negara Indonesia.

3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia


Istilah iddeologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah
ideologi merupakan ilmu tentang pengertian dasar, ide, atau cita-cita. Cita-
cita yang dimaksud adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat
dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar,
pandangan,maupun paham. Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-
cita, itu berkembang menjadi satu paham.ideologi yang semula berarti
gagasan, ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham mengenai
seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang ata sekelompok orang
menjadi suatu pengangan hidp.
Beberapa pengertian ideologi menurut para ahli:
a. A.S. Hornby mengatakan, bahwa ideologi adalaah seperangkat
gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau
yang dipegang oleh seorang atau sekelompok orang.
b. Soerjono Soekanto menyataan, bahwa secara umum ideologi
sebagai suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan

5
yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bdang politik,
sosial, kebudayaan, dan keagamaan.
Jadi dapat dikatan ideologi adalah seperangkat (kumpulan), gagasan,
ide, yang secara komprehensif membentuk landasan dalam melakukan pola
tindak dalam berbagai bidang (politik, sosial, kebudayaan dan agama) pada
seseorang atau sekelompok orang.
Berkaitan dengan ideologi pancasila, secara umum ideologi pancasila
memiliki fungsi pokok, yaitu:
a. Pandangan hidup masyarakat dan bangsa karena pancasila terdiri
dari satu kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur terhadap kehiddupan
sehari-hari. Oleh karena itu pancasila ijadikan sebagai kerangka
acuan yang baik untuk menata kehidupan maupun dalam interaksi
antara manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.
b. Dasar negara karena pancasila dikatakan sebagai dasar negara
dimana pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk
mengatur pemerintah negara. Sebagai dasar negara panvasila
memiliki fungsi yang meliputi:
1) Sumber dari segala sumber hukum, hal ini sesuai dasar
yuridis sebagaimana tercantum dalam UUD 1945,
ketetapan MPR No. XX/MPR1966, ketetapan MPR No.
V/MPR/1973 dan ketetapan NO. IX/MPRR/1978.
2) Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945
3) Memelihara budi pekerti yyang luhur
4) Sumber semangat bagi UUD 1945, penyelenggaraan
negara dan pemerintah.
Dasar formal kedudukan pancasila sebagai dasar negara
tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu
“....maka disusunlah .... yang berdasarkan kepada ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan berdab, persatuan
indoneisa, kerakyatan yangg dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta

6
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indoneia” dasar negara itu sendiri merupakan salah satu syarat
yang harus dimiliki oleh sebuah negara merdeka.
c. Ideologi negara nasional merupakan serangkain gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyuluruh
dan sistematis yang menyangkut dan mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam segala bidnag kehidupan yang
menyangkut: bidang politi (pertahanan dan keamanan), bidang
sosoal kultural, bidang hukum, serta bidang keagamaan.
Ketiga pokok pancasila diatas , yaitu sebagai pandangan hidup
dasar negara, dan ideologi memilikihubungan yang bersifat
menyeluru/utuh. Artinya ketiga fungsi pancasila ini bersifat
mengikat tidak bisa lepas antara satu dengan yang lain (merupakan
satu kesatuan yang utuh).

4. Pancasila Sebagai Filsafat


Pancasila sebagai fisafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran
yang dapat menjadi subtansi dan isi pembentukan ideologi pancasila.
Filsafat pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagi “refleksi kritis
dan rasional tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh”.
Pancasila dikatakan sebagi filsafat karena pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father’s
kita yang dituangkan dala suatu sistem. Pancasila sebagai filsafat memiliki
fungsi yang amat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, antara
lain sebagai berikut:
a. Memberikan jawaban ynag mendasar tentang hakikat kehidupan
bernegara (bentuk negara, perekonomian neraga, dan lain-lain)

7
b. Memberikan kebenaran dan mencari kebenaran yang subtantif
terhadap hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara (dinyatakan
secara ekspilit dalam pembukan UUD 1945)
Demikian juga dengan filsafat pancasila dapat dikaji melauitiga
landasan ini aitu sebagi berikut:
1) Landasan ontologis pancasila
2) Landasan epistemologi pancasila
3) Landasan aksiologis pancasila
Sementara itu, dalam filsafat pancasila sendiri disebutkan ada tiga
tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, nilai kerakyatan, dan
nilai keadilan.
1) Nilai dasar yaitu, asas-asas yang kita terima sebagai dalil mutlak
sebagai sesuatu yang benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi.
2) Nilai instrumental yaitu, nilai yang berbentuk norma, sosial, dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam
peraturan dan mekanisme, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan
nilai keadilan.
3) Nilai praktis yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai ini merpakan batu ujian apakah nilai dasar dan
nilai intrumental itu benar-benar hidup dimasyarkat.
Secara aksiologi, bangsa indonesia merupakan pendukung nilai-nilai
pancasila (subcriber of value pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan
yang berkemanusiaan, yang persatuan, yang kerakyatan dan keadilan sosial.
Pengakuan pemerintah dan penghargaan atas nilai-nilai pancasila itu tampak
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa indonesia sehingga
mencerminkan sifat khas sebagai manusia indonesia.

8
BAB II
IDENTITAS NASIONAL
Oleh: Azmi dan Chintya Chairani

A. Pengertian Identitas Nasional

Identitas Nasional adalah suatu jati diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri
tersebut merupakan milik suatu bangsa dan berbeda dengan banga lainnya. Kata
identitas berasal dari “identity" yang berarti ciri – ciri, tanda – tanda, ciri khas, jati
diri pada perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakannya
dengan orang lain atau kelompok yang lainnya. Sedangkan kata “nasional"
merupakan gambaran akan identitas yang melekat pada diri seseorang atau suatu
kelompok tertentu atau organisasi yang lebih besar berdasarkan kesamaan fisik,
budaya, ragam, bahasa, sejarah, cita – cita, serta tujuan.
Dari pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa identitas nasional
adalah suatu kumpulan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang pada macam –
macam aspek kehidupan, baik dari ratusan suku atau budaya yang ada dihimpun
menjadi satu kesatuan, seperti Indonesia. Di mana identitas nasional Indonesia
sendiri mengacu pada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Koenta Wibisono juga menuturkan pengertian identitas nasional sebagai
manifestasi akan nilai – nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan suatu bangsa dengan ciri khusus sehingga bangsa tersebut berbeda
dengan bangsa lainnya.
a. Pentingnya Identitas Nasional bagi suatu Negara
Identitas berarti ciri- ciri, sifat- sifat khas yang melekat pada suatu hal
sehingga menunjukan suatu keunikan yang membedakannya dengan hal- hal lain.
Nasional berasal dari kata ”nation” yang memiliki arti bangsa,menunjukkan
kesatuan komunitas tertentu yang memiliki semangat, cita- cita,tujuan serta
ideology bersama. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara , sangatlah penting
bagi suatu Negara untuk memiliki identitas nasional. Mengapa demikian, karena
identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat khas dan menjadi

9
pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Pada era
globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa didunia sedang dihadapkan oleh
tantangan yang sangat kuat dari kekuatan internasional baik dibidang ekonomi,
sosial, budaya dan politik. Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak
mampu mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya, maka
bangsa tersbut akan mudah goyang dan terobang ambing oleh tantangan zaman.
Bangsa yang tidak kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan
tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa yang sedemikian rupa sudah tentu
merupakan hal yang mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai
bahkan untuk menghancurkan bangsa yang lemah tersebut.
Oleh karena itu, identitas nasional sangat mutlak diperlukan supaya suatu
bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal-hal yang menjadi
cita-cita dan tujuan hidup bersama.
1) Unsur- unsur Identitas Nasional

a) Agama
Dasar negara Indonesia, Pancasila sila pertama menyebutkan “Ketuhanan
Yang Maha Esa". Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia merupakan negara
yang menjunjung tinggi nilai Keagamaan dan Ketuhanan. Indonesia sendiri
dikenal sebagai masyarakat agamis, artinya setiap setiap penduduk di Indonesia
memiliki agama mereka masing – masing dan hal tersebut wajib hukumnya.
Agama yang berkembang di Indonesia sendiri adalah Islam, Katholik, Kristen,
Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu.
b) Suku Bangsa
Suku bangsa juga dikenal sebagai unsur pembentukan akan identitas nasional
tersebut. Suku bangsa adalah satu golongan sosial yang bersifat askriptif, yakni
dibawa sejak lahir. Di mana suku bangsa sama dengan jenis kelamin dan umur. Di
Indonesia terdapat ratusan suku bangsa atau kelompok etnis dengan bahasa
mereka masing – masing.

10
c) Kebudayaan
Budaya menjadi salah satu faktor penting akan pembentukan identitas
nasional. Dengan berbagai macam budaya yang dimiliki oleh Indonesia menjadi
salah satu ciri khas dari negara Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, kita harus
melestarikan budaya yang merupakan warisan dari nenek moyang kita.
d) Bahasa
Sudah dijelaskan bahwa di Indonesia sendiri memiliki setidaknya ratusan
suku bangsa dan setiap suku minimal memiliki satu bahasa yang berbeda. Salah
satu contoh bahasa yang sering digunakan adalah Jawa, Sunda, Minang dan
Batak. Dengan bahasa sebagai identitas nasional, pastinya kita harus bangga.
Tidak semua negara memiliki keanekaragaman bahasa seperti yang dimiliki oleh
Indonesia. Maka dari itu, agar tidak terpecah belah, ada satu bahasa yang
merupakan bahasa pemersatu, yakni bahasa Indonesia.
B. Fungsi Identitas Nasional
a. Sebagai alat pemersatu Bangsa
Tujuan utama adanya identitas nasional adalah sebagai alat untuk
mempersatukan bangsa. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia memiliki berbagai
macam suku, agama dan kebudayaan. Identitas nasional digunakan sebagai merek
untuk mempersatukan keberagaman Indonesia tersebut. Selain itu, hal ini juga
digunakan untuk memperkenalkan akan Indonesia kepada bangsa lainnya.
b. Sebagai pembeda dengan Bangsa yang lainnya
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa identitas nasional
merupakan suatu ciri – ciri, tanda – tanda dan ciri khas akan suatu negara tersebut.
Hal inilah yang akan membuat negara tersebut berbeda dengan negara lainnya.
Pastinya, dengan adanya identitas nasional akan mencjadi pembeda suatu bangsa
lebih khusus dan spesifik.
c. Merupakan landasan Negara
Identitas nasional merupakan suatu landasan negara. Artinya, identitas
nasional digunakan sebagai panduan, pemersatu dan merupakan pegangan agar
bisa mewujudkan cita – cita dan tujuan negara tersebut. Selain itu, identitas

11
nasional digunakan untuk gambaran akan potensi dan kemampuan yang dimiliki
oleh negara tersebut. Sebab setiap negara berbeda satu sama lainnya.
d. Identitas Negara tersebut
Fungsi paling penting dari identitas nasional adalah identitas atau jati diri
suatu negara. Di mana dengan adanya identitas nasional bisa membuat suatu
negara lebih menonjol dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini tentunya
menjadi suatu ciri khas tertentu akan sebuah negara dengan adanya identitas
nasional tersebut.

C. Karakteristik Identitas Nasional


Karakteristik akan identitas nasional bisa dikatakan sebagai ciri khusus,
kebiasaan atau pola hidup masyarakat yang menempati wilayah tersebut. Untuk
Indonesia sendiri ada karakteristik identitas nasional yang dimiliki, seperti berikut
ini:
a. Kesatuan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terluas di dunia. Oleh karena itu,
setiap pulau di Indonesia memiliki adat istiadat, bahasa dan kebudayaan yang
berbeda – beda. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Kesatuan Indonesia ini
merupakan karakteristik identitas nasional Indonesia yang sangat berharga dan
unik. Bahkan menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
b. Persamaan Nasib
Hal ini dibuktikan dengan sejarah yang menegaskan bahwa Indonesia dijajah
oleh bangsa asing dalam waktu yang cukup lama. Kondisi tersebut dirasakan
hampir seluruh rakyat Indonesia pada masa itu. Hal ini tercermin dalam identitas
nasional yang ada pada pembukaan UUD 1945.
c. Keinginan untuk Merdeka
Semua penduduk Indonesia memiliki keinginan untuk sama – sama terbebas
dari belenggu penjajahan, baik penjajahan fisik maupun mental. Bahkan hal ini
sudah tercantum di UUD 1945 yang berbunyi “segala bentuk penjajahan di muka
bumi ini harus dihapuskan.

12
BAB III
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
Oleh : Cindy Winona dan Coty Delfia

A. Pengertian Politik, Strategi dan Poltranas


a. Pengertian Politik
Kata “politik” secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Politeia, yang
akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu
Negara dan teia, berarti urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti
politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa.
Dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip),
keadaan, cara, dan alat yng digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan
tertentu. Sedangkan policy, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
kebijaksanaan, adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang dianggap
dapat lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau tujuan yang
dikehendaki.
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara
melaksanakannya . Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan Negara, kekuasaan, pengambil keputusan, kebijakan (policy),
dan distribusi atau alokasi sumber daya.
b. Pengertian strategi.
Strategi berasal dari bahasa yunani strategia yang diartikan sebagai”the art
of the general” atau seni seorang panglima panglima yang biasanya digunakan
dalam peperangan.Karl von Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi
adalah penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan.
Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan
kemenangan atau pencapaian tujuan.Dengan demikian , strategi tidak hanya
menjadi monopoli para jenderal atau bidang militer, tetapi telah meluas ke segala
bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan
dan mengembangkan kekuatan (ideology, politik, ekonomi, social budaya dan
hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

13
c. Politik Dan Strategi Nasional
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan
kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan national. Dengan demikian
definisi poltik nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan Negara
tentang pembinaaan (perncanaan, pengembangan, pemeliharaan dan
pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Strategi nsional disusun untuk pelaksanaan politik nasional, misalnya
strategi jangka pendek , menengah, dan jangka panjang. Jadi strategi adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional.1

B. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


a. Suprastruktur dan Infrastruktur Politik
Penyusunan politik dan strategi negara di tingkat suprastruktur dilakukan
oleh Presiden sebagai mandataris MPR setelah memahami Garis-Garis Besar
Haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR dengan langkah awal menyusun
Program Kabinet yang diikutu dengan menunjukkan para menteri kabinet sebagai
pembantu presiden.
Ditingkat infrastruktur, politik dan strategi nasional merupakan sasaran
yang hendak dicapai yang meliputi bidang hukum, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hankam. Masyarakat melalui pranata politik yang ada di era
reformasi memiliki peranan yang penting, yaitu berupaya mengontrol jalannya
politik dan strategi nasional yang telah ditetapkan oleh MPR sebagai GBHN
maupun yang dilaksanakan oleh Presiden beserta penyelenggara negara lainnya.
b. Penentu Kebijakan
Kebijakan Puncak dilakukan oleh MPR yang berwenang menetapkan
UUD 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Kebijakan Umum dilakukan
oleh Presiden sebagai kepala Pemerintahan dan DPR, bentuknya adalah Undang-
Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Kepres, dan Inpres. Kebijakan Khusus

1
S. Soemarsono, H. Mansyur, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan, T. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2001

14
dilakukan oleh Menteri dalam menjabarkan Kebijakan Umum guna merumuskan
strategi dalam masing-masing bidang sesuai tanggung jawabnya. Kebijakan
Teknis dilakukan oleh Pimpinan Eselon I Departemen Pemerintahan dan Non
Departemen. Bentuk kebijakannya adalah Peraturan Keputusan, atau Instruksi
pimpinan Departemen dan Dirjen. Kebijakan di daerah, adalah Kepala Daerah
dengan persetujuan DPRD. Kebijakannya berupa Perda, Keputusan Kepala
Daerah dan Instruksi Kepala Daerah.

C. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan
ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional .
Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun
berdasarkan sistem kenegaraaan menurut UUD 1945. sejak tahun 1985 telah
berkembang pendapat yang mengatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-
lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan “suprastruktur politik”.
Lebaga-lembaga tersebut adalah MPR, DPR, Presiden, DPA, BPK, MA.
Sedangkan badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut sebagai
“infrastruktur politik”, yang mencakup pranata politik yang ada dalam
masyarakat, seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan, media massa,
kelompok kepentingan (interest group), dan kelompok penekan (pressure group).
Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki
kekuatan yang seimbang. Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional di
tingkat suprastruktur politik diatur oleh presiden/mandataris MPR. Sedangkan
proses penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur politk
dilakukan setelah presiden menerima GBHN. Strategi nasional dilaksanakan oleh
para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan
petunjuk presiden, yang dilaksanakan oleh presiden sesungguhnya merupakan
politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan . Salah satu wujud

15
pengapilikasian politik dan strategi nasional dalam pemerintahan adalah sebagai
berikut :2

D. STRATIFIKASI POLITIK NASIONAL


Stratifikasi politik nasional dalam negara Republik Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat penentu kebijakan puncak
 Meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional dan
mencakup penentuan undang – undang dasar. Menitikberatkan pada masalah
makro politik bangsa dan negara untuk merumuskan idaman nasional berdasarkan
falsafah Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan tingkat puncak dilakukanb oleh
MPR.
 Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti
tercantum pada pasal 10 – 15 UUD 1945, tingkat penentu kebijakan puncak
termasuk kewenangan Presiden sebagai kepala negara. Bentuk hukum dari
kebijakan nasional yang ditentukan oleh kepala negata dapat berupa dekrit,
peraturan atau piagam kepala negara.
2. Tingkat kebijakan umum
Merupakan tingkat kebijakan dibawah tingkat kebijakan puncak, yang lingkupnya
menyeluruh nasional dan berisi mengenai masalah-masalah makro strategi guna
mencapai idaman nasional dalam situasi dan kondisi tertentu.
3. Tingkat penentu kebijakan khusus
Merupakan kebijakan terhadap suatu bidang utama pemerintah. Kebijakan ini
adalah penjabaran kebijakan umum guna merumuskan strategi, administrasi,
sistem dan prosedur dalam bidang tersebut. Wewenang kebijakan khusus ini
berada ditangan menteri berdasarkan kebijakan tingkat diatasnya.
4. Tingkat penentu kebijakan teknis

2
http://darmaprasajawahyudi2.blogspot.com/2013/06/dasar-pemikiran-penyusunan-politik-
dn.html

16
Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu sektor dari bidang utama dalam
bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana, program dan
kegiatan.
5. Tingkat penentu kebijakan di Daerah
6. Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat di Daerah
terletak pada Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat di
daerahnya masing-masing.
7. Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan pemerintah daerah
dengan persetujuan DPRD. Kebijakan tersebut berbentuk Peraturan Daerah
(Perda) tingkat I atau II.
8. Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan gubernur dan bupati
atau walikota dan kepala daerah tingkat I atau II disatukan dalam satu jabatan
yang disebut Gubernur/KepalaDaerah tingkat I, Bupati/Kepala Daerah tingkat II
atau Walikota/Kepala Daerah tingkat II3

E. POLITIK PEMBANGUNAN NASIONAL DAN MANAJEMEN


NASIONAL
Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tujuan politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan politik bangsa Indonesia harus dapat dirasakan oleh rakyat
Indonesia, untuk itu pembangunan di segala bidang perlu dilakukan.Dengan
demikian pembangunan nasional harus berpedoman pada Pembukaan UUD 1945
alania ke-4.
Politik dan Strategi Nasional dalam aturan ketatanegaraan selama ini
dituangkan dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh MPR.Hal ini berlaku

3
https://fachrimuhammadabror.wordpress.com/2017/08/02/politik-dan-strategi-nasional/

17
sebelum adanya penyelenggaraan pemilihan umum Presiden secara langsung pada
tahun 2004.Setelah pemilu 2004 Presiden menetapkan visi dan misi yang
dijadikan rencana pembangunan jangka menengah yang digunakan sebagai
pedoman dalam menjalankan pemerintahan dan membangun bangsa.
1. Makna pembangunan nasional
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
merupakan ranggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Keikursertaan setiap warga
negara dalam pembangunan nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti mengikuti program wajib belajar, membayar pajak, melestarikan
lingkungan hidup, mentaati segala peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, menjaga ketertiban dan keamanan, dan sebagainya.
Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah
yang selaras, serasi, dan seimbang.
Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhikebutuhan
hajat hidup fisik manusia, misalnya sandang, pangan, perumahan, pabrik, gedung
perkantoran, pengairan, sarana dan prasarana transportasi dan olahraga, dan
sebagainya. Sedangkan contoh pembangunan yang bersifat batiniah adalah
pembangunan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan, rekreasi, hiburan,
kesehatan, dan sebagainya. Untuk mengetahui bagaimana proses pembangunan
nasional itu berlangsung, kita harus memahami manajemen nasional yang te-
rangkai dalam sebuah sistem.

2. Manajemen nasional
Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara
tata nilai, struktur dan proses untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar
mungkin dalam menggunakan sumber dana dan sumber daya nasional demi
mencapai tujuan nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu
meliputi siklus kegiatan perumusan kebijaksanaan (policy formulation),

18
pelaksanaan kebijaksanaan, dan penilaianhasil kebijaksanaan terhadap berbagai
kebijaksanaan nasional.Disini secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah
system sekurang-kurangnya harus dapat menjelaskan unsur, struktur, proses,
fungsi serta lingkungan yang mempengaruhinya.Secara sederhana unsur-unsur
utama sistem manajemen nasional dalam bidang ketatanegaraan meliputi :
 Negara
Sebagai organisasi kekuasaan, negara mempunyai hak dan kepemilikan,
pengaturan dan pelayanan dalam mewujudkan cita-cita bangsa.
 Bangsa Indonesia
Sebagai unsur pemilik negara, berperan menentukan sistem nilai dan arah/haluan
negara yang digunakan sebagai landasan dan pedoman bagi penyelenggaraan
fungsi negara.
 Pemerintah
Sebagai unsur manajer atau penguasa, berperan dalam penyelenggaraan fungsi-
fungsi pemerintahan umum dan pembangunan kearah cita-cita bangsa dan
kelangsungan serta pertumbuhan negara.
 Masyarakat
Sebagai unsur penunjang dan pemakai, berperan sebagai kontributor, penerima
dan konsumen bagi berbagai hasil kegiatan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan.4
F. Otonomi daerah
Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang merupakan
salah satu wujud politik dan strategi nasional secara teoritis telah memberikan dua
bentuk otonomi kepada dua daaerah, yaitu ekonomi terbatas bagi aderah provinsi
dan otonomi luas bagi daerah kabupaten/kota.
Perbedaan antara undang-undang yang lamadan yang baru :
 Undang-undang yang lama, titik pandang kewenangannya dimulai dari
pusat (central government looking)

4
http://mohnurhuda.student.umm.ac.id/2016/09/22/12/

19
 Undang-undang yang baru titik pandang kewenangannya dimulai dari
daerah (Local government looking). Undang-undang No.22 tahun 1999tentang
otonomi daerah sesuai dengan tuntunan reformasi yang mengharapkan adanya
pemerataan pembangunan dan hasil untuk semua daerah, yang diharapkan dapat
mewujudkan masyarakat madani.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi
daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi
berasal dari kata autosdan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan
atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk
mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah
tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah

G. Implementasi Politik Nasional


Untuk mencapai tujuan nasional, politik, dan strategi nasional (polstranas) yang
ada haruslah diimplementasikan dalam berbagai bidang pembangunan nasional.
Implementasi polstranas tersebut adalah:
a. Implementasi polstranas di Bidang Hukum :
1. Mengembangkan budaya hokum nasional di semua lapisan masyarakat.
2. Menegakan hokum secara konsisten.
3. Menyelenggarakan proses pengadilan secara cepat,mudah dan terbuka
b. Implementasi polstranas di Bidang Ekonomi :
1. Mengembangkan system ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
meknisme pasar.
2. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kerja
c. Implementasi polstranas di Bidang Politik :
a) Politik dalam Negeri:

20
1. Memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan
RI
2. Meningkatkan kualitas perundang-undangan.
3. Meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan
komprehensif kepada masyarakat
4. Meningkatkan transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan
Negara.
b) Politik Luar Negeri
1. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri.
2. Meningkatkan kualitas diplomasi.
3. Meningkatkan kerjassama dalam segala bidang dengan Negara
tetangga.
d. Implementasi Polstranas di Bidang Komunikasi, informasi, dan Media
Massa:
1. Meningkatkan pemanfaatan peran komunikasi
2. Meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang
3. Meningkatkan peran pers yang bebas dan bertanggung jawab.
e. Implementasi polstranas di Bidang Pendidikan:
1. Meningkatkan kemampuan akademis, profesionalisme dan jaminan
kesejahteraan para pendidik.
2. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan
3. Mengembangkan kualitas sumber daya menusia sedini mungkin.
f. Implementasi polstranas di Bidang Sosial dan Budaya :
1. Melestarikan warisan budaya nasional dan daerah.
2. Menggali nilai-nilai budaya daerah dan nasional untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Menjaga dan mengamalkan nilai-nilai budaya yang luhur dalam
tata pergaulan social dalam wujud toleransi dan kebersamaan.
4. Meningkatkan rasa kesetiakawanan social nasional.
5. Membuat cadangan anggaran untuk menanggulangi bencana
nasional yang mungkin ada.

21
g. Implementasi Poltranas di Bidang Pertahanan dan Keamanan :
1. Meningkatkan kemampuan ABRI dalam menghadapi segala
ancaman yang mungkin ada
2. Membuat cadangan kekuatan pertahanan keamanan nasional dari
rakyat dalam bentuk rakyat terlatih ataupun Perlindungan
Masyarakat (linmas)
3. Memelihara dan meningkatkan kemampuan persenjataan ABRI.
4. Menjaga kemanunggalan ABRI dan Rakyat5

5
http://keepinmind-blog.blogspot.com/2015/10/implementasi-politik-dan-strategi.html

22
BAB IV
DEMOKRASI INDONESIA
Oleh : Dhea Luthfiana Sari dan Elisa Nofianty
A. Pengertian Demokrasi
Kita mengenal bermacam-macam istilah demokrasi, ada yang dinamkan
demokrasi konstitusionil, demokraso parlementer, demokrasi terpimpin,
demokrasi pancasila, demokrasi rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional,
dam sebagainya. Semua konsep ini memakai istilah demokrasi6

Secara etimologis, demokrasi merupakan gabungan antara dua kata dari


bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan cratein atau cratos yang
berarti kekuasaan. Jadi,secara terminologis demokrasi berarti kedaulatan yang
berada di tangan rakyat. Dengan kata lain, kedulatan rakyat mengandung
pengetian bahwa sistem kekuasaan tertinggi dalam sebuah Negara dibawah
kendali rakyat. Istilah demokrasi secara singkat diartikan sebagai pemerintahan
atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara diartikan bahwa pada tingkat


terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai
kehidupannya termasuk dalam menentukan kehidupan rakyat. Jadi Negara
demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan berdsarkan kehidupan dan
kemauan rakyat.

Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang


menggunakannya, sebab dengan demokrasi, hak masyarakat untuk menentukan
sendiri jalannya organisasi Negara dijamin. Oleh karena itu, istilah demokrasi
selalu memberikan posisi penting bagi rakyat walaupun secara operasional
implikasinnya di berbagai Negara tidak selalu sama.

Pengertian demokrasi secara istilah menurut para ahli, adalah sebagai


berikut:

6
Prof. Miriam Budiardio, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2000), hal.50

23
a. Joseph A. Shumpter
“Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat”.
b. Sidney Hook:
“Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa”.
c. Abraham Lincoln
“Democracy is government of the people, by the people, and for the
people (Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat)”.

Makna demokrasi dalam sebuah ideologi adalah bahwa ketika sebuah


Negara sebagai sebuah organisasi tertinggi dalam wilayah tertentu menganut
demokrasi, Negara tersebut harus mau menyerahkan kekuasaan kepada rakyat,
sehingga:

 Rakyat yang membuat aturan dasar,


 Rakyat yang membentuk pemerintahan
 Rakyat yang membuat kebijakan untuk dilaksanakan oleh
pemerintah tersebut, dan
 Rakyat yang mengawasi dan menilai pelaksanaan kebijakan
tersebut atau kinerja pemerintah.

Jadi, dalam pelaksanaannya merupakan sistem pemerintahan dimana


kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, dalam pengorganisasian suatu
Negara.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulan bahwa, hakikat


demokrasi dalam sisitem pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan
kekuasaan di tangan rakyat, baik dalam pemeritahan maupun dalam
penyelenggaraan Negara, yang mencangkup tiga hal: pertama, pemerintah dari

24
rakyat (government of the people); kedua, pemerintah oleh rakyat (government by
people); ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government by people).

B. Unsur Penegak Demokrasi


Demokrasi tidak akan berdiri menjadi sistem pemerintahan tanpa suatu
penegak yang menopangnya. Unsur penegak demokrasi meliputi:
1. Negara Hukum
Dalam kepustakaan ilmu hukum di Indonesia, istilah Negara hukum
mengandung pengertian bahwa Negara memberikan perlindungan hukum bagi
warga Negara melalui perlembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan
penjaminan hak asasi manusia.
Konsep Negara hukum dicirikan dengan:
 Adanya jaminan perlindungan terhadap HAM
 Adanya supremasi hukum dalam penyelengaraan Negara
 Adaya pemisahan danpembagian kekuasaan Negara
 Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.

Sementara itu, istilah Negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam


penjelasan UUD 1945 yang berbunyi “Indonesia ialah negara yang berdasar atas
hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasar kekuasaan belaka (machsstaat)”.
Penjelasan tersebut merupakan gambaran sistem pemerintahan Indonesia. Dalam
kaitan dengan istilah Negara hukum Indonesia, Padmo Wahyono menyatakan
bahwa konsep Negara hukum Indonesia yang menyebut rechtsstaat dalam tanda
kurung memberi arti bahwa Negara Indonesia mengambil pola secara tidak
menyimpang dari pengertian Negara hukum pada umumnya yang kemudian
disesuaikan dengan keadaan Indonesia.

Dengan demikian Negara hukum secara arti formal yaitu penegakan


hukum yang dihasilkan oleh lembaga legislatif dalam penyelenggaraa Negara,
maupun Negara dalam arti materil yaitu selain menegakan hukum, aspek keadilan
juga harus diperhatikan menjadi prasarat terwujudnya demokrasi dalam kehidupan

25
berbangsa dan bernegara. Tanpa Negara hukum tersebut, yang merupakan elemen
pokok suasana demokratis sulit dibangun.

2. JENIS - JENIS DAN PRINSIP DEMOKRASI

A. JENIS-JENIS DEMOKRASI

 Dilihat dari cara penyaluran aspirasi rakyat

1. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap
rakyat membeirikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan.
Dalam system ini, setiap rakyat mewakili dirimya sendiri dalam memilih suatu
kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik
yang terjadi. Contohnya: ikut mencoblos saat pemilu/ pemilukada, memilih secara
langsung ketua kelas

2. Demokrasi tidak langsung


Dalam demokrasi tak langsung, seluruh rakyat memilih perwakilan
melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil
keputusan bagi mereka. Contohnya: penentuan/pembuatan undang-undang yang
diwakili oleh anggota DPR
B. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI YANG BERLAKU UNIVERSAL

Suatu pemerintahan dinilai demokratis apabila dalam mekanisme


pemerintahannya diwujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip
tersebut berlaku universal. Maksudnya adalah keberhasilan suatu negara dalam
menerapkan demokrasi dapat diukur berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Tolok ukur tersebut juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan demokrasi di negara lainnya. Menurut Inu Kencana Syafi ie,
prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku universal antara lain:

1. Adanya pembagian kekuasaan

26
Pembagian kekuasaan dalam negara berdasarkan prinsip demokrasi,
dapat mengacu pada pendapat John Locke mengenai trias politica. Kekuasaan
negara terbagi menjadi 3 bagian, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Ketiga lembaga tersebut memiliki kesejajaran sehingga tidak dapat saling
menguasai.

2. Pemilihan umum yang bebas


Dalam pelaksanaannya, setiap warga masyarakat memiliki kebebasan
untuk memilih wakil yang dikehendaki. Tidak dibenarkan adanya pemaksaan
pilihan dalam negara demokrasi. Selain memilih wakil rakyat, pemilihan umum
juga dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden. Rakyat
berpartisipasi dalam menentukan pemimpin dan bagaimana menyalurkan
dukungan dan aspirasi serta menyampaikan tuntutannya. 7 Pemilu sudah
dicantumkan di UUD Pasal 22E (1) pemilihan umum dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia,jujur, dan adil setiap lima tahun sekali8

a. Kebebasan individu
Dalam demokrasi, negara harus menjamin kebebasan warga negara
dalam berbagai bidang. Misalnya, kebebasan mengungkapkan pendapat,
kebebasan berusaha, dan sebagainya. Namun tentunya, kebebasan tersebut
harus dilakukan dengan bertanggung jawab. Perlu diingat bahwa kebebasan
satu orang akan dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dengan demikian, setiap
masyarakat dapat melakukan kebebasan yang dijamin undang-undang dengan
tidak merugikan kepentingan orang lain.

b. Peradilan yang bebas

Melalui pembagian kekuasaan, lembaga yudikatif memiliki kebebasan


dalam menjalankan perannya. Lembaga ini tidak dapat dipengaruhi lembaga
negara yang lain. Dalam praktik kenegaraan, hukum berada dalam kedudukan
tertinggi. Semua yang bersalah di hadapan hukum, harus
mempertanggungjawabkan kesalahannya.
7
Prof. Zamroni, Ph. D , Pendidikan Demokrasi (Yogyakarta: Ombak,2007) hlm. 65
8
UUD 1945(Jakarta:Sandro Jaya) hlm.69

27
c. Supremasi hukum
Penghormatan terhadap hukum harus dikedepankan baik oleh
pemerintah maupun rakyat. Tidak terdapat kesewenang-wenangan yang bisa
dilakukan atas nama hukum. Oleh karena itu, pemerintahan harus didasari oleh
hukum yang berpihak pada keadilan (Rule of Law)9

d. Pers yang bebas


Dalam sebuah negara demokrasi, kehidupan dan kebebasan pers harus
dijamin oleh negara. Pers harus bebas menyuarakan hati nuraninya terhadap
pemerintah maupun diri seorang pejabat.

e. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;


Suatu negara tidak bisa melihat terwujudnya pluralisme politik yang sejati tanpa
adanya pluralisme ekonomi. Untuk itu, suatu pemerintahan harus membangun
sebuah proyek politik yang menjamin terwujudnya pluralitas politik, partisipatori
demokrasi, tidak berpihak pada salah satu kubu yang bertarung dalam perang
antar negara besar, serta ekonomi campuran yang memungkinkan terjadinya
kerjasama antara sektor swasta dengan individualismenya dan sektor koperasi.10

3. UNSUR-UNSUR DEMOKRASI.
Beberapa Unsur demokrasi yang dikemukakan oleh para Ahli adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Sargen,Lyman Tower(1987)
Yaitu keterlibatan rakyat dalam mengambil keputusan politik,tingkat
persamaan hak antarmanusia,tingkat kebebasan dan kemerdekaan yang di miliki
oleh warga Negara,system perwakilan dan sistem pemilihan ketentuan
manyoritas.
2. Munurut AfanGaffar(1999)

9
Budiyanto, Kewarganegaraan (Jakarta : Erlangga, 2004), hlm. 131
10
Prof. Zamroni, Ph. D , Pendidikan Demokrasi (Yogyakarta: Ombak,2007) hlm. 65

28
Yaitu akuntabilitas, rotasi kekuasaan, rekruitmen politik yang terbuka,
pemilihan umum, dan hak-hak dasar.
3. Menurut Merriam Budiardjo(1977)
Yaitu perlunya dibentuk lembaga-lembaga demokrasi untuk melaksanakan
nilai-nilai demoktasi,yaitu pemerintahan yang bertanggung jawab,Dewan
Perwakilan Rakyat, organisasi politik, pers dan media massa, serta peradilan yang
bebas.

4. PERKEMBANGAN SERTA PELAKSANAAN DEMOKRASI DI


INDONESIA
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam lima priode :
1. Pelaksanaan demokrasi masa revolusi 1945-1950.
2. Pelaksanaan demokrasi masa orde lama.
a. Masa demokrasi liberal 1950-1959.
b. Masa demokrasi terpimpim tahun 1959-1965.
3. Pealaksanaan demokrasi masa orde baru tahun 1966-1998.
4. Pelaksanaan demokrasi masa transisi tahun 1998-1999.
5. Pelaksanaan demokrasi masa reformasi tahun 1999 sampai sekarang.

1. Pelaksanaan Demokrasi Masa Revolusi


Tahun 1945-1950 Indonesia masih berjuang mengghadapi belanda yang
ingin kembali ke Indonesia. Pada masa itu penyelenggaraan pemerintah dan
demokrasi Indonesia belum berjalan baik. Hal itu disebabkan masih adanya
revolusi fisik.Berdasarkan pada konstitusi Negara, yaitu UUD 1945, Indonesia
adalah Negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat.Masa pemerintahan tahun
1945-1950 mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin Negara untuk
membentuk pemerintahan demokratis.
Adapun penyimpangan yang terjadi pada periode 1945-1950 adalah
berlakunya demokrasi liberal dan adanya maklumat pemerintah tanggal 14
November 1945 merubah sistem presidensil menjadi parlementer.11

11
Tim Akademik Adzkia Stan. Panduan Belajar TKD, (Medan : Adzkia Stan, 2017) hlm 34

29
2. Pelaksanaan Demokrasi masa Orde Lama.
Masa Demokrasi Liberal
Proses demokrasi pada masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin
stabilitas politik,kelangsungan pemerintahan,dan penciptaan kesejahteraan rakyat.
Kegagalan pratik demokrasi parlementer atau liberal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal,yaitu sebagai berikut:
a) Dominannya politik aliran.
b) Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah.
c) Tidak mempunyai para anggota konstituante dalam bersidang menetapkan
dasar Negara sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.Hal ini menjadikan
presiden soekarno mengeluarkan Dekrit Presidan tanggal 5 juli 1959.
Dengan turunnya dekrit presiden tersebut,berakhirlah masa
demokrasi parlementer atau demokrasi liberal di Indonesia.selanjutnya Indonesia
memasuki masa demokrasi terpimpin.

Masa Demokrasi Terpimpin.


Masa antar tahun 1959-1965 adalah periode demokrasi
terpimpin.Pengertian dasar demokrasi terpimpin menurut ketetapan MPR S No.
VIII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif
revulusioner dengan berporoskan nasakom.
Adapun ciri-ciri demokrasi terpimpin adalah sebagai berikut:
a) Dominasi presiden, artinya Presiden Soekarno sangat berperan dalam
menentukan penyelenggaraan pemerintahan Negara.
b) Terbatasnya peran partai politik.
c) Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial politik di
Indonesia.

3. Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Baru.

30
Masa Orde baru dimulai tahun 1966. Demokrasi masa orde baru bercirikan
pada kuatnya kekuasaan presiden dalam menopang dan mengatur seluruh proses
politik yang terjadi.
Orde baru sesungguhnya telah mampu membangun stabiliats
pemerintahan dan kemajuain ekonomi.Namun,makin lama semakin jauh dari
semangat demokrasi dan kontrol rakyat.
Pemerintahan orde baru berakhir pada saat Presiden Soeharto
mengumumkan pengunduran dirinya dari kekuasaannya pada tanggal 29 Mei
1998. Berakhirnya orde baru membuka jalan munculnya Masa Transisi dan
periode Reformasi.

4. Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi.


Di masa Reformasi ini juga terdapat peningkatan prinsip-prinsip
demokrasi yang terpenting,yaitu jaminan penegakan hak asasi manusia dengan di
keluarkannya Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-
Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak asasi manusia.
Pelaksanaan demokrasi yang sangat penting pada masa reformasi ini
adalah adanya amandemen terhadap UUD 1945. Amandemen UUD 1945
dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaharui konstitusi Negara agar sesuai
dengan prinsip-prinsip Negara demokrasi.Proses amandemen terhadap UUD 1945
adalah:
a). Amandemen pertama tahun 1999
b). Amandemen kedua tahun 2000
c). Amandemen ketiga tahun 2001.
d). Amandemen keempat tahun 2002.12

A. Pengertian Demokrasi Pancasila

Beberapa pengertian Demukrasi Pancasila menurut beberapa ahli :

12
Jurnal TAPIs Vol.7 No.12 Januari-Juli 2011

31
1.      Prof. Dardji Darmodihardjo,S.H.
Demokrasi pancasila adalah Paham demokrasi yang bersumber pada
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti
dalam ketentuan-ketentuan seperti dalam pembukaan UUD 1945.
2.       Ensiklopedi Indonesia
Demokrasi Indonesia berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang-bidang
politik sosial ekonomi, serta yang dalam penyelesaian masalah-masalah nasional
berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai
mufakat.\

B. Fungsi Demokrasi Pancasila

Adapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut[6]:


1.      Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara
Contohnya:
a.       Ikut menyukseskan Pemilu
b.      Ikut menyukseskan pembangunan
c.       Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.
2.      Menjamin tetap tegaknya negara RI
3.      Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem
konstitusional
4.      Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila
5.      Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga
negara
6.      Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab,
Contohnya:
a.       Presiden adalah mandataris MPR,
b.      Presiden bertanggung jawab kepada MPR.

CIRI-CIRI DAN PRINSIP DEMOKRASI PANCASILA


Ciri demokrasi Pancasila:
1.      Pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi

32
2.      Adanya pemilu secara berkesinambungan
3.      Adanya peran-peran kelompok kepentingan
4.      Adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas.
5.      Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk
menyelesaikan masalah.
6.      Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak

B.   Prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:


1.      Perlindungan terhadap hak asasi manusia
2.      Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah
3.      Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan
yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR atau lainnya
4.      Adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat
5.      Pelaksanaan Pemilihan Umum
6.      Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar (pasal 1 ayat 2 UUD 1945)
7.      Keseimbangan antara hak dan kewajiban
8.      Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan
YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain
9.      Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasionalPemerintahan berdasarkan
hukum, dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:
Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat) b. Pemerintah berdasar atas sistem
konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas) c.
Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat.

CONTOH KASUS DEMOKRASI DI INDONESIA


A. Tragedi Trisakti

33
Pada tahun 1998 terjadi puncak gerakan mahasiswa Indonesia dan gerakan
rakyat pro-demokrasi, gerakan ini menjadi monumental karena dianggap berhasil
memaksa Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 21 Mei 1998, setelah berkuasa selama 28 tahun. Partai Golkar
merupakan partai yang menguasai Indonesia selama hampir 30 tahun pada saat
itu, sehingga terpilih kembalinya Soeharto mendapatkan kecaman dari mahasiswa,
juga karena KKN dan krisis ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh
penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.
Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa
tuntutan, yaitu :
 Adili Soeharto dan kroni-kroninya.
 Laksanakan amandemen UUD 1945.
 Hapuskan Dwi Fungsi ABRI.
 Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya.
 Tegakkan supremasi hukum.
 Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.
Unjuk rasa ini tidak dapat dihindari mengingat angka kemiskinan yang
sangat besar dan harga-harga yang semakin meningkat pada waktu itu, seperti
bbm dan lainnya, serta KKN yang turut menodai jalannya pemerintahan. Para
pemimpin-pemimpin yang seharusnya menjadi wakil rakyat tidak bisa mewakili
suara suara rakyat. Sehingga rakyat merasa kegagalan pemimpinan Presiden pada
periode tersebut (yang bahkan sudah menjabat sejak berpuluh-puluh tahun
sebelumnya.)
Tragedi Trisakti ini selain sebagai bukti kegagalan demokrasi di Indonesia, juga
menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM yang berat, dikarenakan sepanjang
aksi unjuk rasa itu terdapat 4 korban penembakan aparat kepolisian yaitu Elang
Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie. Mereka
tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di organ-organ vital
seperti kepala, tenggorokan dan dada. Demokrasi pada kenyataannya bukanlah
berasal dari rakyat tetapi kelompok-kelompok yang memiliki kekuasaan
mayoritas yang kurang memahami hak dan kewajibannya dan hanya

34
mementingkan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarganya sendiri dan
kelompoknya sendiri. Aparat keamanan yang seharusnya menjaga keselamatan
masyarakat, justru menjadi oknum yang membahayakan keselamatan dan bahkan
merenggut nyawa masyarakat. Menurut beberapa narasumber pun, tidak ada
penyasalan yang tersirat di wajah-wajah aparat keamanan tersebut. Mereka
bersorak sorai merayakan selesainya unjuk rasa yang menyebabkan terbakarnya
gedung-gedung disekitar lokasi kejadian dan hilangnya beberapa nyawa akibat
peluru-peluru yang mereka tembakkan.
Tragedi ini pastinya diharapkan sebagai pembelajaran bangsa Indonesia untuk
lebih baik kedepannya. Menjalankan pemerintahan yang bebas KKN dan sesuai
dengan UUD 1945 dalam mencapai cita-cita bangsa sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

35
BAB V

HAM DAN RULE OF LAW

Oleh : Emtiqha Dela Putri dan Fauzi Fadilla

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

HAM yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai mahluk allah dan merupakan anugrah yang wajib di hormati di
junjung tinggi dan di lindungi oleh negara, hukum pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia (uu no 39 th 99).

HAM adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan
tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia. (Jan Materson).

Setiap manusia dianugrahi akal budi dan nurani oleh Tuhan Yang Maha
Esa.Dengan itu manusia mempunyai kemampuan membedakan yang baik dan
yang buruk.Kebebasan dasar dan hak-hak dasar manusia disebut hak asasi
manusia.Hak asasi manusia melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugrah
Tuhan Yang Maha Esa.Hak-hak ini tidak dapat diingkari, oleh karena itu Negara,
pemerintah, atau organisasi apapun mengembankan kewajiban untuk mengakui
dan melindungi hak manusi tanpa terkecuali. Artinya, hak manusia harus selalu
menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (Aim Abdulkarim,2006, “Pendidikan
Kewarganegaraan,Membangun Negara yang Demokratis” hal 73-74)

Setiap orang mempunyai kebebasan, tetapi setiap orang juga wajib


mengakui dan menghormati hak asasi orang lain. Kewajiban ini berlaku juga bagi
setiap organisasi, baik organisasi sosial maupun pemerintah. Dengan
demikian,oragnisa-organisasi lain dan pemerintah bertanggungjawab untuk
menghoramati, melindungi, membela, dan menjamin hak asasi setiap warga
Negara dan penduduknya tanpa perbedaan.(Aim Abdulkarim,2006 “Pendidikan
Kewarganegaraan, Negara yang Demokratis” hal 74)

36
Di dalam Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dijelaskan, bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh Negara, hukum, dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. (P.N.H. Simanjuntak, S.H,2007
“Pendiidkan Kewarganegaraan” hal 46)

Sementara itu berdasarkan MukadimahUniversitas Declaration of Human


right (Deklarasi Universitas Hak Asasi Manusia) Tahun 1948, hak asasi manusia
merupakan pengakuan akan martabat yang terpadu dalam diri setiap orang akan
hak-hak yang sama dan tidak teralihkan dari semua anggota keluarga manusia
ialah dasar dari kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia.

a) Pengertian Rule of Law

Rule of Law adalah memposisikan hukum sebagai landasan bertindak dari


seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara. Inti pengertian Rule of Law adalah
jaminan apa yang disebut sebagai keadilan sosial. (Sunartaji Hartono,1976:30).

Pengertian Rule of Law dan negara hukum pada hakikatnya sulit


dipisahkan.Menurut Philipus M. Hadjon negara hukum yang menurut istilah
bahasa Belanda rechtsstat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme,
yaitu dari kekuasaan raja yang sewenang-wenang untuk mewujudkan negara yang
didasarkan pada suatu peraturan perundang – undangan. Oleh karena itu dalam
proses perkembangannyarechsstat itu lebih memiliki ciri yang revolusioner.
Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun
penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui satu peraturan perundang
– undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan
perundang – undangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule of Law.Yang
menurut Hadjon Rule of Law memiliki ciri yang evolusioner, sedangkan upaya
untuk mewujudkan negara hukum atau rechts-staat lebih memiliki ciri yang
revolusioner.Oleh karena itu menurut Friedman, antara pengertian antara

37
pengertian negara hukum dan Rule of Law sebenarnya saling mengisi.Dengan
demikian berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of Law adalah kekuasaan
publik yang diatur secara legal.Rule of law sifatnya endogen, artinya muncul dan
berkembang dari suatu masyarakat tertentu. (Friedman,1960:546).

Menurut Friederich J. Stahl, terdapat empat unsur pokok berdirinya


rechsstaat yaitu :

1.         Hak-hak manusia;

2.         Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;

3.         Pemerintahan berdasarkan peraturan – peraturan; dan

4.         Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa negara


Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum.Hal itu tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea IV.Dalam negara hukum, harus diadakan jaminan
hukum itu sendiri dibangun dan ditegakan menurut prinsip – prinsip
demokrasi.Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri
pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat.Oleh karena itu prinsip negara
hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip – prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratische rechtsstaat.

B. KONSEP DASAR HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DAN LATAR


BELAKANG RULE OF LAW
a) Konsep dasar Hak Asasi Manusia ( HAM )

Konsep Hak Asasi Manusia ( HAM ) dapat diuraikan dengan pendekatan


bahasa ( etimologi ) maupun pendekatan istilah. Secara etimologi, kata “ hak “
merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman prilaku, melindungi
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam
menjaga harkat dan martabatnya. Sedangkan kata “ asasi “ berarti yang bersifat

38
paling mendasar yang dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun
makhluk dapat mengintervensinya apalagi mencabutnya.

Menurut John Locke; hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan sebagai hak yang kodrati, yang terperinci :

 Hak hidup ( the right of life )


 Hak kemerdekaan ( right of liberty )
 Hak memiliki ( right to property )

Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena diyakini
bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang bangsa, ras, atau
jenis kelamin. Hak asasi manusia juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung
pada Negara atau undang-undang dasar, dan kekuasaan pemerintah. Bahkan HAM
memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi,
yaitu Tuhan. Di Indonesia tercantum dalam UU No. 39 / 1999 tentang Hak Asasi
manusia.

b) Latar belakang Rule Of Law

Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-
19, bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi, ia lahir dengan
sejalan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam
penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap Negara absolute yang
berkembang sebelumnya. Rule of law adalah konsep tentang common law yaitu
seluruh aspek Negara menjujung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas
prinsip keadilan dan egalitarian.

Latar belakang kelahiran rule of law

 Diawali dengan adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan


pemerintah Negara
 Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu demokrasi dan konstitusi
 Perumusan yuridis dan demokrasi konstitusional adalah konsepsi Negara
hukum

39
Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakatnya. Khususnya keadilan social. Pembukaan UUD 1945 memuat
prinsip-prinsip rule of law, yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara
formal terhadap “ rasa keadilan “ bagi rakyat Indonesia.

C. PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW

Negara yang menganut sistem Rule of Law harus memiliki prinsip-prinsip


yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan realisasi Rule of Law itu
sendiri.Menurut Albert Venn Dicey dalam ‘Introduction to the Law of The
Constitusion ‘, memperkenalkan istilah the rule of law yang secara sederhana
diartikan sebagai suatu keteraturan hukum. Menurut dicey terdapat tiga unsur
yang fundamental dalam Rule of Law, yaitu :

1.      Supremasi aturan – aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang –


wenang, dalam arti seseorang hanya boleh dihukum jika memang melanggar
hukum;

2.      Kedudukan yang sama dimuka hukum. Hal ini berlaku baik bagi masyarakat
biasa maupun pejabat negara; dan

3.      Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-


keputusan pengadilan.

Pada pertemuan – pertemuan yang dialakukan International Comission of Jurists


(ICJ), dihasilkan pandangan baru tentang negara hukum. Dalam pertemuan ICJ di
Bangkok pada tahun 1965 digariskan bahwa disamping hak-hak politik bagi
rakyat harus diakui pula adanya hak-hak sosial  dan ekonomi, sehingga perlu
dibetuk standar-standar sosial ekonomi. komisi ini merumuskan syarat-syarat
pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law yang dinamis, yaitu :

1.      Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual,


konstitusi harus pula menentukan teknis prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin;

40
2.      Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

3.      Pemilihan umum yang bebas;

4.      Kebebasan menyatakan pendapat;

5.      Kebebasan berserikat/berorganisasi atau beroposisi;

Pendidikan kewarganegaraan (Azhary, 1995:59)

D. HAKIKAT HAK ASASI MANUSIA

Negara Indonesia adalah Negara yang beranekaragam, baik suku,bahasa


agama, maupun golongan. Tidak seorangpun boleh merendahkan satu sama
lainnya, baik karena warna kulit,suku bangsa, asal-usul keluarga, kedudukan,
maupun perbedaan lain yang tampak dari manusia. Hal tersebut merupakan dasar
pandangan bahwa semua orang memiliki hak dasar yang sama. (Aim Abdulkarim,
2006, “Pendidikan Kewarganegaraan,Membangun Negara yang Demokratis”
hal 73)

E. PENJABARAN HAM DALAM UUD 1945

HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhakmempertahankan hidup dan


kehidupannya.**)

Pasal 28 B

(1)         Setiap orang berhak membentuk keluargadan melanjutkan keturunan


melalui perkawinanyang sah.**)

(2)         Setiap orang berhak atas kelangsunganhidup, tumbuh dan berkembang


serta berhakatasperlindungan dari kekerasan dandiskriminasi.**)

Pasal 28 C

41
(1)         Setiap orang berhak mengembangkan dirimelalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya,berhak mendapatkan pendidikan danmemperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuandan teknologi, seni dan budaya demimeningkatkan kualitas hidupnya
dan demikesejahteraan umat manusia.**)

(2)         Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan


haknya secarakolektif untuk membangun masyarakat,bangsa dan negaranya.**)

Pasal 28 D

(1)         Setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan, perlidungan dan kepastian


hokumyang adil serta perlakuan yang samadihadapan hukum.**)

(2)         Setiap orang berhak untuk berkerjasertamendapat imbalan dan perlakuan


yang adildan layak dalam hubungan kerja.**)

(3)         Setiap warga negara berhak memperolehkesempatan yang sama dalm


pemerintahan.**)

(4)         Setiap orang berhak atas statuskewarganegaraan.**)

Pasal 28 E

(1)         Setiap orang bebas memeluk agama danberibadah menurut agamanya,


memilihpendidikan dan pengajaran, memilihpekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilihtempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya
serta berhak kembali.**)

(2)         Setiap orang berhak atas kebebasanmeyakini kepercayaan, menyatakan


pikirandan sikap sesuai hati nuraninya.**)

(3)         Setiap orang berhak atas kebebasanberserikat, berkumpul dan


mengeluarkanpendapat.**)

Pasal 28 F

42
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi danmemperoleh informasi untuk
mengembangkanpribadi dan lingkungan sosialnya serta berhakuntuk mencari,
memperoleh, memiliki,menyimpan, mengolah dan menyampaikaninformasi
dengan menggunakan segala jenissaluran yang tersedia.**)

Pasal 28 G

(1)         Setiap orang berhak atas perlindungdiripribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, danharta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman danperlindungan dari ancaman ketakutan untukberbuat atau tidak berbuat
sesuatu yangmerupakan hak asasinya.**)

(2)         Setiap orang berhak untuk bebas daripenyiksaan atau perlakuan yang


merendahkanderajat martabat manusia dan berhakmemperoleh suaka politik dari
negara lain.**)

Pasal 28 H

(1)         Setiap orang berhak hidup sejahtera lahirdan batin, bertempat tinggal dan
mendapatlingkungan hidup yang baik dan sehat sertaberhak memperoleh
pelayanan kesehatan.**)

(2)         Setiap orang berhak mendapat kemudahandan perlakuan khusus untuk


memperolehkesempatan dan manfaat yang sama gunamencapai persamaan dan
keadilan.**)

(3)         Setiap orang berhak atas imbalan jaminansosial yang memungkinkan


pengembangandirinya secara utuh sebagai manusia yangbermartabat.**)

(4)         Setiap orang berhak mempunyai hak milikpribadi dan hak milik tersebut
tidak bolehdiambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.**)

Pasal 28 I

(1)         Hak untuk hidup, hak untuk tidakdisiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hatinurani, hak beragama, hak untuk tidakdiperbudak, hak untuk diakui sebagai

43
pribadidihadapan hukum, dan hak untuk tidakdituntut atas dasar hukum yang
berlakusurut adalah hak asasi manusia yang tidakdapat dikurangi dalam keadaan
apapun.**)

(2)         Setiap orang berhak bebas dariperlakuanyanbg bersifat diskriminatif


atasdasarapaun dan berhak mendapatperlindungan terhadap perlakuan
yangbersifat diskriminatif itu.**)

(3)         Identitas budaya dan hak masyarakattradisional dihormati selaras


denganperkembangan zaman dan peradaban.**)

(4)         Perlindungan, pemajuan, penegakan danpemenuhan hak asasi manusia


adalahtanggung jawab negara terutamapemerintah.**)

(5)         Untuk menegakkan dan melindungi hakasaso manusia sesuai dengan


prinsip Negarahukum yang demokrastis, maka pelaksanaanhak asasi manusia
dijamin, diatur dandituangkan dalam peraturan perundang-undangan.**)

Pasal 28 J

(1)         Setiap orang wajib menghormati hakasasi manusia orang lain dalam


tertibkehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara.**)

(2)         Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk


kepadapembatasan yang ditetapkan denganundang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan sertapenghormatan atas hak dan
kebebasanorang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimabanganmoral, nilai-nilai agama, keamanan danketertiban umum dalam
suatu masyarakatdemokrastis.**)

(PROF.DR.H.KAELAN,M.S.,2010 “Pendidikan Kewarganegaraan, untuk


PerguruanTinggi, hal 104-106)

F. KASUS-KASUS HAM DI INDONESIA


a) Pengertian Pelanggaran HAM

44
Pelanggaran HAM adalah segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang termasuk aparat negara baik disegaja maupun tidak
disengaja yang dapat mengurangi, membatasi, mencabut, atau menghilangkan hak
asasi orang lain yang dilindungi oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak mendapatkan penyelesaian hukum yang benar dan adil sesuai
mekanisme hukum yang berlaku.( UU No. 39 tahun 1999)

b) Bentuk-bentuk Pelanggaran HAM

Pelanggaran yang sering dijumpai dalam masyarakat antara lain :

 Deskriminasi adalah pembatasan, pelecehan, dan pengucilan yang


dilakukan langsung atau tidak langsung yang didasarkan perbedaan
manusia atas Suku, ras, etnis, dan Agama.
 Penyiksaan adalah perbuatan yang menimbulkan rasa sakit atau
penderitaan baik jasmani maupun rohani.
 Pelanggaran HAM menurut sifatnya terbagi dua yaitu :
 Pelanggaran HAM berat yaitu pelanggaran HAM yang mengancam nyawa
manusia.
 Pelanggaran HAM ringan yaitu pelanggaran HAM yang tidak mengancam
jiwa manusia.
c) Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia

1.         Kasus Pembunuhan Munir pada September 2004

Munir Said Thalib adalah aktifis HAM yang pernah menangani kasus-
kasus pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang, tanggal 8 Desember 1965.
Munir meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda
Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.
Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita yang mengabarkan bahwa Munir
meninggal di pesawat karena dibunuh, serangan jantung bahkan diracuni.Namun,
sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena diracuni dengan
Arsenikum di makanan atau minumannya saat di dalam pesawat.Kasus ini sampai

45
sekarang masih belum ada titik jelas, bahkan kasus ini telah diajukan ke Amnesty
Internasional dan tengah diproses. Pada tahun 2005,Pollycarpus Budihari
Priyanto selaku Pilot Garuda Indonesia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena
terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir, karena
dengan sengaja ia menaruh Arsenik di makanan Munir dan meninggal di pesawat.

2.         Kasus Dukun Santet di Banyuwangi pada tahun 1998.

3.         Penembakan Mahasiswa Trisakti (Tragedi Trisakti)pada tahun 1997

4.         Peristiwa 27 Juli 1996

5.         Penculikan Aktivisdan Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah


pada 8 Mei 1993

6.         Pembantaian Santa Cruzpada tanggal 12 November 1991

7.         Penembakan Misterius Diantara tahun 1982-1985

8.         Peristiwa Tanjung Priokpada tanggal 12 September 1984

9.         Pembantaian Rawagedeoleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember


1947

Itulah beberapa kasus-kasus yang berkaitan denganpelanggaran HAM di


Indonesia.

46
BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA

Oleh : Intan Savila Zarco dan Martina Dwi Lestari

A. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN PENDUDUK


Warga negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat
tertentu dalam hubunganya dengan negara.

Dalam hubungan internasional di setiap wilayah negara selalu ada warga


negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warga negara
adalah penduduk suatu negara, sedangkan setiap penduduk belum tentu warga
negara, karena mungkin seorang asing. Penduduk suatu negara mencakup warga
negara dan orang asing, yang memiliki hubungan berbeda dengan negara.

Setiap warga negara mempunyai hubungan yang tak putus meskipun dia
bertempat tinggal di luar negeri. Sedangkan seorang asing hanya mempunyai
hubungan selama dia bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.

Menurut UUD 1945, negara melindungi segenap penduduk misalnya


dalam pasal 29 ayat(2) disebutkan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk berubadah
menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Di bagian lain UUD 1945
menyebutkan hak-hak khusus bagi warga negaranya, misal dalam pasal 27 ayat
(2) yang menyebutkan “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan dalam pasal 31 ayat (1) yang
menyebutkan “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

47
B. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA MENURUT UUD 1945

HAK WARGA NEGARA


Dalam UUD 1945 telah dinyatakan hak warga negara sebagai berikut:

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

2. Berhak berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan fikiran.

3. Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.

4. Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui


perkawinan.

5. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan


berkembang serta perlindungan kekerasan dan diskriminasi.

6. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan


kebutuhan dasarnya.

7. Berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi,


seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan
hidup manusia.

8. Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan


haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.

9. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan


kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.

10. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

11. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama


dalam pemerintahan.

12. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

48
13. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali.

14. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,


menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

15. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan


mengeluarkan pendapat.

16. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh


informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.

17. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,


kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

18. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh
suaka politik negara lain.

19. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

20. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus


untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.

49
21. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

22. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

23. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui secara pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.

24. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersikap


diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

25 .Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras


dengan perkembangan zaman dan peradaban.

Kewajiban warga negara adalah:

1. Wajib menjunjung hukum dan pemerintah.

2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.

4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-


undang untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain.

6. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

7. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

50
C. ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN
Setiap negara berdaulat dan berwenang menentukan siapa-siapa yang
menjadi warga negaranya. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang,
dikenal adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.

a. Penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua


asas yaitu asas Ius Soli dan asas Ius Sanguinis.
1. Ius Soli (Ius = Hukum, dalil, pedoman, dan Soli/solum = negeri),
dimana kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat
kelahiran atau daerah tempat seseorang dilahirkan yang
menentukan kewarganegaraannya. Artinya, kalau anak dilahirkan
di daerah hukum B, makan dengan sendirinya sang anak menjadi
warga negara B, walaupun kemungkinan bahwa orang tuanya
bukan warga negara B. Pengecualian diberikan kepada anggota
korps diplomatic dan anggota tentara asing yang masih dalam
ikatan dinas di sebuah negara yang menganut asas ius soli.
2. Ius Sanguinis (Ius = Hukum, dalil, pedoman, dan Sanguinis =
darah, keturunan), dimana kewarganegaraan seseorang ditentukan
berdasarkan keturunan atau pertalian darah atau kewarganegaraan
dari orang ta yang menentukan kewarganegaraan anaknya. Artinya,
kalau anak dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara A,
makan dengan sendirinya si anak memiliki kewarganegaraan A.
b. Penentuan kewarganegaraan didasarkan pada aspek perkawinan mencakup
asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.
1. Asas Kesatuan Hukum, didasarkan pada paradigma suami istri
ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang
meniscayakan suasana sejahtera, sehat, dan tidak terpecah. Dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakatnya ikatan keluarga
yang baik perlu mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat.

51
2. Asas Persamaan Derajat, dimana suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing
pihak. Baik suami ataupun istri tetap memiliki kewarganegaraan
asalnya.

Problem Status Kewarganegaraan

Problem status kewarganegaraan seseorang apabila asas kewarganegaraan


di atas diterapkan secara tegas dalam sebuah negara akan mengakibatkan status
kewarganegaraan seseorang sebagai berikut:

a. Apatride, yaitu seseorang tidak mendapat kewarganegaraan disebabkan


oleh orang tersebut lahir di sebuah negara yang menganut asas ius
sanguinis.
b. Bipatride, yaitu seseorang akan mendapatkan dua kewarganegaraan
apabila orang tersebut berasal dari orang tua yang mana negaranya
menganut sanguinis sedangkan dia lahir di suatu negara yang
menganut asas ius soli.
c. Multipatride, yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal di perbatasan
antara dua negara.

Dalam rangka memecahkan problem kewarganegaraan di atas setiap negara


memiliki peraturan sendiri-sendiri yang prinsip-prinsipnya bersifat universal
sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945 pasal 28D ayat (4) bahwa setiap orang
berhak atas status kewarganegaraan.

Oleh sebab itu negara Indonesia melalui UU No.62 Tahun 1958 tentang
kewarganegaraan Indonesia dinyatakan bahwa cara memperoleh kewarganegaraan
Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Karena kelahiran
b. Karena pengangkatan
c. Karena dikabulkan permohonan
d. Karena pewarganegaraan

52
e. Karena perkawinan
f. Karena turut ayah dan ibu
g. Karena pernyataan

D. KEDUDUKAN DAN PERAN WARGA NEGARA

Kedudukan warga negara di dalam suatu negara sangat penting statusnya


terkait dengan hak dan kewajiban yang dimiliki sebagai warga negara. Perbedaan
status/kedudukan sebagai warga negara sangat berpengaruh terhadap hak dan
kewajiban yang dimiliki baik yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial-
budaya maupun hankam. Berikut dijabarkan mengenai kedudukan warga negara
dalam negara:

1. Dengan memiliki status sebagai warga negara, maka orang akan memiliki
hubungan hukum dengan negara. Hubungan itu berwujud status sebagai
warga negara, peran sebagai warga negara, serta hak dan kewajiban
sebagai warga negara.
2. Sebagai warga negara, maka ia memiliki hubungan timbal balik yang
sederajat dengan negaranya.
3. Secara teori, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negative, dan
positif.
4. Peran (rule) warga negara juga meliputi peran yang pasif, aktif, negative,
dan positif (Cholisin,2000).

Berkaitan dengan peran (rule) warga negara, dapat dijelaskan bahwa peran warga
negara dalam negara adalah sebagai berikut:

1. Peran pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-


undangan yang berlaku.
2. Peran aktif merupakan aktivitas warga negara untuk terlibat (berpatisipasi)
serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam
memengaruhi keputusan publik.

53
3. Peran positif merupakan aktivitas warga negara untuk meminta pelayanan
dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Peran negative merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur
tangan negara dalam persoalan pribadi.

54
BAB VII

GEOPOLITIK INDONESIA

OLEH : NIA Z.R DAN MELIA K

Konsep wawasan bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan pada akhir


abad ke XIX masehi dan awal abad ke XX masehi sebagai “geopolitik” yang
mulanya membahas geografi dari sisi politik. selanjutnya perkembangan konsep
politik dalam arti distribusi kekuatan pada hamparan geografi suatu Negara. Oleh
karena itu, membahas masalah wawasan nasional suatu bangsa disamping
membahas sejarah, dibahas pula teori geopolitik dan implementasinya. Konsep
wawasan nasional setiap bangsa berbeda tergantung dengan sejarah, pandangan
hidup, dan idiologi (profil bangsa), serta ruang hidupnya (geografi).

1. PENGERTIAN GEOPOLITIK

Secara etimologi, geopolitik berasal dari bahasa yunani, yaitu “geos” yang
berarti bumi (termasuk ruang/wilayah atau geografi). Sementara politik berasal
dari kata “politeia” berasal dari kata “polis” yang berarti kota/Negara atau
kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan “teia” yang berarti
“kebijakan/urusan” yang bermakna kepentingan umum warga Negara suatu
bangsa. Jadi, “politeia” adalah kebijakan penyelenggaraan Negara.

Berdasarkan uraian di atas, maka geopolitik dapat diartikan sebagai


“sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan stategi
nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik
beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah, atau teritorial dalam arti
luas) suatu Negara apabila dilaksanakan dan ber hasil akan berdampak langsung
atau tidak langsung kepada sistem politik suatu Negara” (kaelan dan acmad
zubaidi, 2007:122)

2. TOKOH TEORI GEOPOLITIK

1. Teori Ratzel

Teori geopolitik pertama dikembangkan oleh Frederich Ratzel, yang


memandang negara sebagai suatu organisme hidup yang berevolusi. Ratzel
terpengaruh teori organisme Darwin, dengan pokok-pokok teorinya sebagai
berikut:

 Bahwa pertumbuhan negara dianologikan dengan pertumbuhan organisme


(makhluk hidup), yang memerlukan ruang hidup cukup, agar dapat

55
tumbuh dengan baik, mulai dari kelahiran,pertumbuhan, mempertahankan
hidup, menyusut, dan akhirnya mati.
 Kekuatan negara harus mampu mewadahi pertumbuhannya. Makin luas
ruang dan potensi geografi yang ditempatkan oleh kelompok politik dalam
arti kekuasaan, maka makin besar kemungkinan kelompok politik itu
tumbuh.
 Suatu negara dalam mencapai cita-cita dan mempertahankan kelangsungan
hdupnya, tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja,
yang dapat bertahan hidup.
 Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhan akan
sumber daya alam. Apabila ruang tidak mendukungnya, bangsa tersebut
dapat mencari kekayaan alam di luar wilayahnya (ekspansi).

2. Teori Rudolf Kjellen

Teori geopolitik Frederich Ratzel memandang Negara sebagai suatu organisme


hidup yang berevolusi, dipengaruhi teori organisme Darwin, kemudian diikuti dan
dikembangkan oleh Rudolf Kjellen. Pokok-pokok teori diajukan Kjellen adalah :

 Negara merupakan satuan biologi, suatu organism hidup yang mewakili


intelektual. Negara dimungkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup
luas, agar kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara
bebas.
 Negara merupakan sistem politik yang meliputi bidang-bidang, geopolitik,
ekonomi politik, demopolitik, sosial politik dan kratopolitik
(politikpemerintahan).
 Negara harus mampu berswasembada dan tidak tergantung pada sumber
penghasilan dari luar, serta mampu meningkatkan kebudayaan dan
teknologi, untuk meningkatkan kekuatan nasional

3. Teori Karl Haushofer

Pokok-pokok teori Haushofer adalah :

 Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak


terlepas dari hukum alam,
 Kekuasaan imperium daratan dapat mengejar kekuasan imperium maritim
untuk menguasai pengawasan di laut,
 Beberapa negara besar akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika dan
Asia Barat (Jerman dan Italia), serta Jepang di Asia Timur Raya
 Geopolitik adalah doktrin negara yang menitikberatkan perhatian kepada
strategi perbatasan,

56
 Ruang hidup bangsa dan tekanan kekuasaan ekonomi dan sosial yang
rasial mengharuskan pembagian baru dari kekayaan alam di dunia,
 Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan
mendapatkan ruang hidup.

3. GEOPOLITIK INDONESIA

a) Zaman Kolonial Belanda

Berdasarkan Ordonansi Tahun 1939 (Territorial Zeeen Maritieme Kringen


Ordonnantie 1939). Wilayah Hindia Belanda (Indonesia) adalah berupa pulau-
pulau, yang terpisah satu dengan yang lainnya. Wilayah laut diukur 3 mil dari
wilayah air surut, sehingga di antara laut di wilayah Hindia Belanda terdapat laut
bebas, di luar penguasaan Belanda. Kepentingan Belanda yang terpusat pada
penghasilan di wilayah daratan, maka masalah laut bebas di antara pulau-pulau di
Indonesia bukan merupakan permasalahan Belanda. Setelah Indonesia merdeka
yang menyata-kan wilayah Indonesia adalahwilayah bekas jajahan Belanda, maka
di wilayah Indonesia terdapat laut-laut bebas, sebagaimana masa penjajahan
Belanda. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi negara Indonesia, karena adanya
laut bebas di dalam wilayah Indonesia yang menjadikan ruang bebas bagi
orang/negara asing dalam wilayah negara Indonesia yang dapat mengancam
kesatuan wilayah serta bertentangan dengan tujuan negara, yakni melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Kondisi inilah yang mendasari pemikiran Juanda untuk mewujudkan


Indonesia sebagai satu wawasan yang bulat tidak terpisah di antara laut bebas
sebagaimana masa penjajahan Belan-da yang akhirnya dikenal dengan Deklarasi
Juanda. Sekali lagi ini adalah salah satu pemikiran unggul dan teladan dari putra
terbaik bangsa, guna mewujudkan kesatuan dan persa-tuan bangsa Indonesia,
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional Indonesia.

a) Deklarasi Juanda

Dalam pemerintahan Perdana Menteri Juanda,bangsa Indonesia


menyatakan dirinya, bahwa Territorial Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie
1939, tentang wilayah daratan Indonesia tidak sesuai dengan kepentingan bangsa
Indonesia yang sejak lama wilayah Indonesia adalah wilayah kepulauan dan
bukan pulau-pulau. Dengan demikian, adanya laut bebas dalam kepulauan Indon-
esia bertentangan dengan konsep suatu kepulauan. Kepulauan adalah kumpulan
dari pulau-pulau, yakni antara pulau satu dengan yang lain merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Ko-nsep negara kepulauan, dan upaya
mewujudkan tujuan nasional, maka adanya laut bebas dalam Negara kepulauan

57
Indonesia adalah kondisi yang bertentangan dengan kepentingan nasional ba-ngsa
Indonesia. Untuk mewujudkan eksistensi negara Indonesia sebagai Negara
kepulauan tidak dibenarkan adanya laut bebas di antara pulau-pulau yang ada di
Indonesia, maka pada tanggal 13 Desember 1957, Juanda sebagai Perdana
Menteri Indonesia saat itu menyatakan pada dunia tentang menyangkut perairan
wilayah Indonesia, yaitu:

Bahwa bentuk gografi Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki


sifat dan becorak tersendiri bahwa menurut sejarahnya sejak dahulu kala
kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Bahwa batas laut teritorial
sebagaimana termasuk dalam Ordonasi 1939 memecah keutuhanterritorial
Indonesia, karena membagi wilayah daratan Indonesia kedalam bagian-bagian
terpisah dengan teritorialnya sendiri-sendiri.

Dengan Deklarasi Juanda bangsa Indonesia menunjukan eksistensinya


sebagai bangsa yang besar, berdaulat dan berani menyatakan sikap yang
bertentangan dengan sikap negara-negara maritim besar di dunia yang
menghendaki adanya laut bebas dalam continental wilayah Indonesia. Deklarasi
Juanda tidak lain adalah pernyataan “Kemerdekaan Wilayah” dari bangsa
Indonesia terhadap dunia, menyangkut :

Pernyataan bangsa Indonesia tentang bentuk wilayah NKRI yang bulat dan
utuh, dengan meniadakan Ordonasi 1939, sehingga di antara pulau-pulau di
wilayah Indonesia tidak lagi adanya laut bebas, Penentuan batas-batas negara
Indonesia harus disesuaikan dengan asas negara kepulauan. Pelayaran lalu lintas
damai yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan NKRI, dimana kapal-
kapal asing masuk perairan dalam wilayah Indonesia dijamin sebagai dalam
Konferensi Internasional mengenai Hukum Laut Internasional.

Deklarasi Juanda dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-undang (Perpu) No. 4 tahun 1960, yang menetapkan batas luar wilayah
Indonesia adalah 12 mil laut dari titik terluar, yang saling menghubungkan antara
pulau satu dengan pulau lainnya. Dalam pemerin-tahan Orde Baru kedaulatan
Deklarasi Juanda ditegaskan dalam GBHN, yang selalu ditetapkan dengan
ketetapan MPR mulai dari tahun 1973 sampai pada GBHN 1998. Upaya
mewujudkan keutuhan dan kedatuan wilayah Indonesia juga dilakukan pada
Pemerintahan Presiden Suharto menetapkan Deklarasi tentang Landas Kontinen
tanggal 17 Februari 1969 dengan penegasan kembali penetapan Landas Kontinen
12 mil, yang kemudian ditegaskan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1973,
serta penetapan Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) tanggal 21 Maret 1980, dan
dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zone Ekonomi
Eksklusif tanggal 18 Nopember 1982. Dengan UU No.5 Tahun 1983, maka

58
wilayah ZEE Indonesia sejauh 200 mil dari titik luar air surut. Dalam ZEE
Indonesia memiliki kewenangan :

Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi,pengelolaan, dan


pelestarian sumberdaya hayati dan nonhayati, dan hak berdaulat lain atas
eksplorasi dan eksplorasi sumberdari air, arus dan angin.

• Hak yurisdikasi yang berhubungan dengan :

1. Pembuatan dan penggunaan pulau buatan, instalasi, dan bangunan lainnya


2. Penelitian ilmiah mengenai laut
3. Pelestarian lingkungan laut
4. Hal lain-lain berdasarkan hukum internasional.

WAWASAN NUSANTARA

4. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA

Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti


pandangan,tinjauan, atau penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk
kata’mawas’ yang berarti memandang,meninjau,atau melihat. Sedangkan
‘wawasan’ berarti cara pandang,cara tinjau, atau cara melihat. Sedangkan istilah
Nusantara berasal dari kata ‘nusa’ yang berarti pulau-pulau, dan ‘antara’ yang
bberarti diapit di antara dua hal. Istilah Nusntara dipakai untuk menggambarkan
kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di
antara samudra Pasifik dan samudra Indonesia serta diantara benua Asia dan
benua Australia.

Wawasan nusantara sebagai geopolitik dan landasan visional bangsa


Indonesia pada hakikatnya merupakan perwujudan ideologi pancasila. Wawasan
nusantara mengarahkan visi bangsa Indonesia untuk mewujudkan kesatuan dan
keserasian dalam berbagai bidang kehidupan nasional : bidang ideology, politik,
ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan.

5. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN NASIONAL


INDONESIA

Sebagai bangsa majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam


membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik
pada aspek politik, ekonomi, sosbud maupun hankamnya, selalu mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Untuk itu pembinaan dan
penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan dasar dasar hubungan timbal balik
antara falsafah, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi sosial budaya dan

59
pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan
kebhinekaannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.

Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhi¬nekaan


tersebut merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya, yang dikenal dengan istilah Wawasan Kebangsaan atau Wawasan
Nasional Indonesia dan diberi nama Wawasan Nusantara, disingkat “Wasantara.”
Dari pengertian-pengertian seperti di atas, pengertian yang digunakan sebagai
acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara ialah Wa¬wasan Nusantara sebagai
geopolitik Indonesia, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang serba¬beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta
menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai
tujuan nasional.

• Landasan Ideal : Pancasila

Pancasila telah diakui sebagai ideologi dan dasar negara yang terumuskan
dalam pembu-kaan UUD 1945. Pada hakikatnya, Pancasila mencerminkan nilai
keseimbangan, kesera-sian, keselarasan, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan,
kebersamaan dan kearifan dalam membina kehhidupan nasional. Pancasila
merupakan sumber motivasi bagi perjuangan seluruh bangsa Indonesia dalam
tekadnya untuk menata kehidupan di dalam Negara Kes-atuan Republik Indonesia
secara berdaulat dan mandiri. Pancasila sebagai falsafah, ide-ologi bangsa, dan
dasar negara mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para penye-lenggara
negara, para pimpinan pe¬merintahan, dan seluruh rakyat Indonesia.

• Landasan Konstitusional : UUD 1945

Bangsa Indonesia menyadari bahwa bumi, air, dan dirgantara di atasnya


serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Karena itu, bangsa
Indonesia bertekad mendayagunakan se¬genap kekayaan alam, sumber daya, serta
seluruh potensi nasionalnya berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, seimbang,
serasi, dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah dengan tetap memperhatikan kepentingan
daerah penghasil secara proporsional dalam keadilan. Dengan demikian, UUD
1945 seharusnya dan sewajarnya menjadi landasan konstitusional dari Wawasan
Nusantara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

6. HAKIKAT WAWASAN NUSANTARA

60
Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara, dalam pengertian
cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi
kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa se¬tiap warga bangsa dan
aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh
demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga produk yang
dihasilkan oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan demi kepentingan
bangsa dan negara Indonesia, tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti
ke¬pentingan daerah, golongan, dan orang per orang.

7. ASAS WAWASAN NUSANTARA

Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-


kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi tetap
taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia (suku bangsa atau
golongan) terhadap kesepakatan bersama. Harus disadari bahwa jika asas
wawasan nusantara diabaikan, kom-ponen pembentuk kesepakatan bersama akan
melanggar kesepakatan bersama tersebut, yang berarti bahwa tercerai berainya
bangsa dan ne¬gara Indonesia. Asas Wawasan Nusantara terdiri dari: kepentingan
yang sama, tujuan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan
kesetiaan terhadap ikrar atau kesepakatan bersama demi terpeliharanya persatuan
dan kesatuan dalam kebhinekaan.

a. Latar Belakang Wawasan Nusantara

a. Falsafah Pancasila

Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nasional. Nilai-nilai


tersebut adalah: Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi
kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing- masing.

Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada individu dan golongan.

Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

• Aspek Kewilayahan Nusantara; Pengaruh geografi merupakan suatu


fenomena yang perlu diperhitungkan, karena Indonesia kaya akan aneka Sumber
Daya Alam (SDA) dan suku bangsa.

• Aspek Sosial Budaya; Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang
masing – masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan yang
berbeda – beda, sehingga tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan
interaksi antargolongan mengandung potensi konflik yang besar.

61
• Aspek Kesejarahan; Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
wawasan nasional Indonesia yang diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak
menghendaki terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara
Indonesia. Hal ini dikarenakan kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa
Indonesia merupakan hasil dari semangat persatuan dan kesatuan yang sangat
tinggi bangsa Indonesia sendiri. Jadi, semangat ini harus tetap dipertahankan
untuk persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan Indonesia.

b. Kedudukan Wawasan Nusantara

• Wawasan nusantara sebagai ajaran yang diyakini kebenarannya oleh


masyarakat dalam mencapai dan mewujudkan tujuan nasional.

• Wawasan nusantara dalam paradigma nasional memliki spesifikasi:

Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara berkedudukan


sebagai landasan idiil.

Undang – Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara, berkedudukan


sebagai landasan idiil.

Wawasan nasional sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan


konsepsional.

Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan


konsepsional.

GBHN sebagai politik dan strategi nasional, berkedudukan sebagai landasan


operasional.

c. Fungsi Wawasan Nusantara

Menjadi pedoman, motivasi, dorongan serta rambu dalammenentukan segala


kebijaksanaan, keputusan, tindakan danperbuatanbagi penyelenggara negara di
tingkat pusat dan daerah maupun bagiseluruh rakyat indonesia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

d. Tujuan Wawasan Nusantara

Mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan bangsa


Indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional. Nasionalisme yang tinggi
demi tercapainya tujuan nasional merupakan pancaran dari makin meningkatnya
rasa, paham dan semangat kebangsaan dalam jiwa kita sebagai hasil pemahaman
dan penghayatan wawasan nusantara.tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua,
yaitu:

62
• Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan
bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah “untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial”.

• Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan


baik alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa
Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan
kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan
budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia.

e. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara

Kedudukan (status) wawasan nusantara adalah posisi, cara pandang, dan perilaku
bangsa Indonesia mengenai dirinya yang kaya akan berbagai suku bangsa, agama,
bahasa, dan kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan,
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Secara hierarki, posisi atau status wawasan
nusantara menempati urutan ketiga setelah UUD 1945. Urutan sistem kehidupan
nasional Indonesia adalah:

Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar negara.

UUD 1945 sebagai konstitusi negara.

Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.

Petahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia.

Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam


pembangunan nasional.

8. OTONOMI DAERAH

Otonomi daerah dan desentralisasi pada hakikatnya mempunyai makna yang


sama, walaupun di dalm UU,No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, kedua
hal tersebut memiliki perbedaan yang sangat esensial. Tapi pada hakikatnya, kata
otonomi daerah harus diberi makna yang sama dengan pengertian desentralisasi.
Karena otonomi daerah adalah istilah bahasa Indonesia untuk kata
desentralisasiSecara konseptual, otonomi daerah dipahami dalam berbagai ragam
makna, sesuai derajat kebebasan atau keleluasaan (discreation) yang dimiliki

63
daerah dalam mengelola kegiatan kemasyarakatan atau pemerintahan yang ada di
wilayahnya.

Bahkan dalam UU. No. 22/1999 disebutkan bahwa otonomi daerah berarti
kewenangan daerah otonom, untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi marayakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Jadi pada hakikatnya, konsep
otonomi daerah atau desentralisasi mengandung pengertian kebebasan untuk
mengambil keputusan, baik yang berhubungan dengan politik maupun
administrasi, menurut prakarsa sendiri untuk kepentingan masyarakat setempat
dengan tetap menghormati peratiuran perundang-undangan nasional.

Dalam kerangka suasana dan kondisi masyarakat Indonesia yang seperti sekarang
ini, otonomi daerah yang sifatnya vertikal menjadi tidak bermakna, karena adanya
berbagai keterbatasan kemampuan pemerintah, untuk mengurusi segala bentuk
kegiatan pemerintahan dan pembangunan masyarakat yang semakin kompleks.
Bahkan dengan sifat otonomi daerah yang vertikal, memungkinkan timbulnya
penguasa- penguasa tunggal (sentralistis) yang ada di daerah. Jadi, otonomi
daerah yang tepat bukan hanya sekedar reorientasi paradigma self local
government menjadi self local governance sebagai yang disitir oleh Stoker (1998)
melalui teori Governance, tetapi juga harus ditindak lanjuti dengan restrukturisasi
pelaksanaan otonomi daerah yang sarat dengan nilai kebebasan (liberty),
partisipasi, demokrasi accountability dan eficiensi

64
BAB VIII

GEOSTRATEGI INDONESIA

Oleh: Nurhazlina dan Nofitria

A. Pengertian Geostrategi dan Geostrategi Indonesia


Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan
arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang
terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik , lebih
aman, dan bermartabat.  Bangsa Indonesia mengartikan Geostrategi sebagai
metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional. Pernyataan dalam
pembukaan UUD 1945 tersebut sebagai landasan fundamatal geostrategi
Indonesia. Hal ini sejalan dengan kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam
Negara Indonesia merupakan suatu dasar fundamental negara, atau dalam ilmu
hukum disebut sebagai ‘staatsfundamentalnorm’, atau pokok kaidah negara yang
fundamental, yang merupakan sumber hukum dasar negara. Berdasarkan
pengertian tersebut maka berkembangnya Geostrategi Indonesia sangat terkait erat
dengan hakikat terbentuknya bangsa Indonesia yang terbentuk dari berbagai
macam etnis, suku, ras, golongan,agama bahkan terletak dalam teritorial yang
terpisahkan oleh pulau-pulau dan lautan. Selain itu hal itu terwujud karena adanya
proses sejarah, nasib serta tujuan untuk mencapai martabat kehidupan yang lebih
baik.
Geostrategi Indonesia merupakan suatu cara atau metode dalam
memanfaatkan segenap konstelasi geografi negara Indonesia dalam menentukan
kebijakakan, arahan serta sarana-sarana dalam mencapai tujuan seluruh bangsa
dengan berdasar asas kemanusiaan dan keadilan sosial.

B. Tujuan Geostrategi Indonesia


1. Menyusun dan Mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang
berbasis pada aspek ideologi, politik, sosial budaya, bahkan aspek-aspek

65
alamiah. Hal ini untuk upaya kelestarian dan eksistansi hidup Negara dan
Bangsa dalam mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
2.  Menunjang  tugas pokok pemerintah Indonesia dalam:
a) Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order)
b) Terwujudunya kesejahteraan dan kemakmuran (walfare and prosperity)
c) Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prosperity)
d) Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridical justice and
social justice)
e)  Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (freedom
of the people)

C. Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang
berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan
Nasional Indonesia.
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan
nasional. Dalam hubungan ini cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan
nasional, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu bagi
bangsa Indonesia ketahanan nasional dibangun diatas dasar falsafah bangsa dan
negara Indonesia yaitu Pancasila. Sebagai falsafah bangsa dan negara, Pancasila
tidak hanya merupakan hasil pemikiran seseorang saja, melainkan nilai-nilai
Pancasila telah hidup dan berkembang dalam kehidupan objektif bangsa Indonesia
sebelum membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Hal inilah
yang menurut Notonagoro disebut sebagai kausamaterialis Pancasila. Kemudian
dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila dirumuskan oleh para
pwndiri negara Indonesia (Founding Fathers), dan secara formal yuridis Pancasila

66
ditetapkan sebagai suatu dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia, dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh arena itu dalam pengertian ini
Pancasila sebagai suatu dasar filsafat  dan sekaligus sebagai landasan ideologis
Ketahanan Nasional Indonesai.
Dalam hubungan dengan realisasi pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara, maka filsafat Pancasila merupakan esensi dari
‘staatsfundamentalnorm, atau pokok kaidah negara yang fundamental.
Konsekuensinya Pancasila merupakan suatu pangkal tolak derivasi dari seluruh
peraturan perundang-undangan di Indonsia, termasuk hukumdasar dan seluruh
sistem hukum positif lainnya. Sementara itu dalam hubungan nya dengan
ketahanan nasional, dalam konsepsi dan seluruh pelaksanaannya harus memiliki
landasan yuridis yang jelas. Atas dasar pengertian inilah maka landasan
konstitusional atau landasan yuridis ketahanan nasional Indonesia adalah UUD
1945, yang bersumber pada dasar falsafah Pancasila.

D. Konsepsi Ketahanan Nasional


Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatar belakangi oleh:
a. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia
selalu mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun
mengalami berbagai gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam
maupun dari luar.
c.  Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna
keteraturan (regular) dan stabilitas, yang didalamnya terkandung potensi
untuk terjadinya perubahan (the stability idea of changes).

Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud


dengan ketahananadalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara
dapat bertahan, kuat menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.
Konsekuensinya suatu ketahanan harus disertai dengan keuletan, yaitu suatu usaha

67
secara terus-menerus secara giat dan berkemauan keras menngunakan segala
kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan dan cita-cita nasional.
Identitas merupakan ciri khas suatu negara yang dilihat sebagai suatu totalitas,
yaitu suatu negara yang dibatasi oleh wilayah, penduduk, sejarah, pemerintahan
dan tujuan nasionalnya,serta peranan yang dimainkan di dunia Internasional.
Adapun pengertian lain yang berkaitan dengan integritas adalah kesatuan yang
menyeluruh dalam kehidupan bangsa, baik sosial maupun alamiah, potensial
maupun tidak potensial. Tantangan adalah merupakan suatu usaha yang bersifat
menggugah kemampua, adapun ancaman adalah suatu usaha untuk mengubah
atau merombak kebijaksanaan atau keadaan secara konsepsional dari sudut
kriminal maupun politis. Adapun Hambatan adalah suatu kendala yang bersifat
atau bertujuan melemahkan yang bersifat konseptual yang berasal dari dalam
sendiri. Apabila hal tersebut berasal dari luar maka dapat di sebut sebagai kategori
gangguan.
Berdasarkan pengertian sifat-sifat dasarnya maka ketahanan nasional adalah:
a.      Integratif
Hal itu mengandung pengertian segenap aspek kehidupan kebangsaan
dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya, lingkungan alam dan
suasana ke dalam saling mengadakan penyesuaian yang selaras dan serasi.
b.      Mawas ke dalam
Ketahanan nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan negara
itu sendiri, untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya. Pengaruh
luarnya adalah hasil yang wajar dari hubungan internasional dengan
bangsa lain.
c.       Menciptakan Kewibawaan
Ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat integratif
mewujudkan suatu kewibawaan nasional serta memiliki deterrent effect,
yang harus diperhitungkan pihak lain.
d.      Berubah menurut waktu
Ketahanan nasional suatu bangsa pada hakikatnya tidak bersifat tetap,
melainkan sangat dinamis. Ketahanan nasional dapat meningkat atau

68
bahkan dapat juga menurun, dan hal itu sangat tergantung kepada situasi
dan kondisi.

Konsepsi ketahanan nasional dapat juga dipandang sebagai suatu pilihan


atau alternatif dan konsepsi tentang kekuatan nasional (national power), yang
biasanya dianut oleh negara-negara besar didunia. Konsepsi tentang kekuatan
nasional bertumpu pada kekuatan, terutama bertumpu pada kekuatan fisik militer
dengan politik kekuasaannya (power politics), sedangkan ketahanan nasional tidak
semata-mata mengutamakan kekuatan fisik, melainkan memanfaatkan daya dan
kekuatan lainnya pada suatu bangsa. Ketahanan nasional pada hakikatnya
merupakan suatu konsepsi dalam pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan
dan kemakmuran serta pertahanan dan keamanan didalam kehidupan nasional.
Untuk dapat mencapai suatu tujuan nasional suatu bangsa harus mempunyai
kekuatan, kemampuan, daya tahan dan keuletan. Dengan demikian jelaslah bahwa
ketahanan nasional harus diwujudkan dengan menggunakan baik pendekatan
kesejahteraan, maupun pendekatan keamanan.

E. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional Terhadap Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara
1.   Pengaruh Aspek Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar dan ‘logos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari
kata bahasa Yunani ‘eidos’ yang berarti ‘bentuk’. Disamping itu ada kata
‘idein’ yang berarti ‘melihat’. Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu
tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari, kata
‘idea’ disamakan artinya dengan ‘cita-cita’. Cita-cita yang dimaksud adalah
cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat
tetap itu sekaligus merupakan suatu dasar, pandangan atau faham.
Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya
dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena asas suatu
landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian

69
ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan
dan cita-cita.Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
kepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis  yang menyangkut:
a.       Bidang politik
b.      Bidang sosial
c.       Bidang kebudayaan
d.      Bidang keagamaan
Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
berbasis suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan
bangsa yang bersangkutan pda hakikatnya merupakan asas kerokhanian
yang antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
b.  Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan
dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang
dipelihara, dikembangkan dan dilestarikan kepada generasi berikutnya.
Dalam panggung politik dunia terdapat berbagai macam ideologi
namun yang sangat besar peranannya dewasa ini adalah ideologi
Liberalisme, Komunisme serta ideologi Keagamaan. Dalam masalah inilah
bangsa Indonesia menghadapi berbagai benturan kepentingan ideologis
yang saling tarik menarik sehingga agar bangsa Indonesia memiliki visi
yang jelas bagi masa depan bangsa maka harus membangun ketahanan
ideologi yang berbasis pada falsafah bangsa sendiri yaitu ideologi
Pancasila yang bersifat demokratis, nasionalistis, religiusitas, humanistis
dan berkeadilan sosial.
Pada era reformasi dewasa ini yang sekaligus era global tarik-
menarik kepentingan ideologi akan sangat mempengaruhi postur
ketahanan nasional dalam bidang ideologi bangsa Indonesia, terutama
banyak kalangan aktivis politik yang justru menjadi budak ideologi asing,

70
sehingga berbagai aktivitasnya akan berpengaruh bahkan sering
melakukan tekanan terhadap ketahanan ideologi bangsa Indonesia.
2. Pengaruh Aspek Politik
    a. Pengertian
         Dalam kehidupan bernegara, istilah politik memiliki makna
bermacam-macam, dan semuanya itu dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu
Pertama : Politik sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuasaan
dan dukungan dari masyarakat dalam melakukan kehidupan bersama. Dengan
demikian politik dapat dikatakan menyangkut kekuatan hubungan (power
relationship). Dengan kata lain, politik mengandung makna usaha dalam
memperoleh, memperbesar, memperluas serta mempertahankan kekuasaan yang
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah politics.
Kedua: Politik dipergunakan untuk menunjuk kepada suatu
rangkaiankegiatan atau cara-cara yang dilakukan untuk mencapai
sesuatutujuan yang dianggap baik.Secara singkat politik dapat diartikan
sebagai suatu kebijakan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah policy.
Dalam proses reformasi mekanisme lima tahunan yang tretuang dalam
proses politik selama masa orde Baru kurang memberikan ruang kepada
terwujudnya proses demokrasi. Hal ini dilakukan oleh kalangan eksekutif
maupun legislatif dengan melakukan reformasi pada bidang politik, dan
yang palingesensial adalah melakukan reformasi
terhadap  Undang0Undang politik tahun 1985, dan diganti dengan Undang-
undang politik no. 4 tahun 1999. Atas dasar Undang-undang politik inilah
para wakil rakyat kita sekarang ini.
Dengan demikian hal-hal yang menyangkut ketahanan nasional bidang
politik meliputi beberapa unsur, antara lain :
1..Menempatkan secara proporsional kedaulatan rakyat didalam kehidupan
negara, dalam arti kesempatan, kebebasan yang menempatkan hak dan
kewajiban, partisipasi rakyat yang menentukan kebijaksanaan nasional.

71
2. Memfungsikan lembaga-lembaga negara, sesuai dengan ketentuan
konstitusi yaitu kedudukan, pearan, hubungan kerja, kewenangan dan
produktifitas.
         3. Menegakkan keadilan sosial dan keadilan hukum.
4. Menciptakan situasi yang kondusif, dalam arti memelihara dan
mengembangkan budaya politik.
5. Meningkatkan budaya politik dalam arti luas, sehingga kekuatan sosial
politik  sebagai pilar demokrasi dapat melaksanakan hak dan kewajiban
denga semestinya.
6. Memberikan kesempatan yang optimal kepada salura-saluran politik
untuk memperjuangkan aspirasinya secara proporsional. Salura-saluran
politik itu antara lain : Partai politik, media massa, kelompok moral,
kelompok kepentinagn agar tumbuh rasa memiliki, partisipasi dari seluruh
rakyat.
7. Melaksanakan pemilihan umum, secara demokratis secara langsung,
bebas, rahasia.
8. Melaksanakan sosial kontrol yang bertanggung jawab kepada jalannya
pemerintahan negara, walaupun tidak harus menjadi partai oposisi.
9. Menegakkan hukum dan penyelenggarakan keamanan dan ketertiban
masyarakat.
        10. Mengupayakan pertahan dan keamanan nasional.
        11. Mengupayakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Unsur-unsur tersebut sangat penting direalisasikan demi terwujudnya
ketahanan nasional dalam bidang politik. Namun dalam era reformasi
dewasa ini terdapat bebagai macam perbenturan kepentingan politik dengan
alasan kebebasan, demokrasi , HAM serta pemberantasan KKN, sehingga
tidak menumbuhkan kesadaran bernegara yang positif. Akibatnya
kepentingan nasional sebagai kepentingan rakyat bersama terabaikan, dan
sebagaimana kita lihat sendiri yang menjadi korban adalah rakyat.
Kebijaksanaan negara tidak diarahkan kepada perbaikan kondisi dan nasib
rakyat melainkan sentimen dan persaingan politik yang tidak sehat. Oleh

72
karena itu agar terwujudnya ketahanan politik dalam era reformasi dewasa
ini seluruh lapisan kekuatan sosial politik harus memiliki kesadaran akan
pentingnya bernegara demi terwujudnya kesejahteraan seluruh rakyat.
 3.      Ketahanan pada Aspek Ekonomi
Ketahanan ekonomi adalah suatu kondisi dinamis kehidupan
perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, kekuatan
nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan dan dinamika
perekonomian baik yang datang dari dalam maupun dari luar negara
Indonesia, dan secara langsung maupun tidak langsung menjamin
kelangsungan dan peningkatan perekonomian bangsa dan negara Republik
Indonesia yang telah diatur berdasarkan UUD 1945.
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan
perekonomian bangsa yang mampu memelihara stabilitas ekonomi yang
sehat dan dinamis, mencipatakan kemandirian ekonomi nasional yang
berdaya saaing tinggi, dan mewujuidkan kemakmuran rakyat yang secara
adil dan merata. Dengan demikian, pembangunan ekonomi diarahklan
kepada menetapnya ketahanan ekonomi melalui suatu iklim usaha yang
sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang
dan jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan hidup serta meningkatnya daya
saing dalam lingkup perekonomian global.
Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan memerlukan
pembinaan berbagai hal, yaitu antara lain:
1)     Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh
wilayah negara Indonesia, melaalui ekonomi kerakyatan serta menjamin
kesinambungan pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara yang berdasarkan UUD 1945.
2)     Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan diri dari :
a) sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan
pelaku     ekonomi yang bermodal tinggi dan tidak
memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan.

73
b) sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur ekonomi
negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi
dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
c) pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
bentuk monopoli yang merugikan masyarakat dan bertentangan
dengan cita-cita keadilan social
d) . Stuktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling
menguntungkan dalam keselarasan dan keterpaduan antara
sector pertanian perindustrian serta jasa.
e) Pembangunan ekonomi, yang merupakan usaha bersama atas
dasar asas kekeluargaan dibawah pengawasan anggota
masyarakat, memotivasi dan mendorong peran serta masyarakat
secara aktif. Keterkaitan dan kemitraan antar para pelaku dalam
wadah kegiatan ekonomi, yaitu pemerintah, badan uasaha milik
negara, koperasi badan usaha swasta, dan sector informal harus
di usahakan demi mewujudkan pertumbuhan, pemerataan dan
stabilitas ekonomi.
f) Pemerataan pembangunan dan pemanfaatan hasil-hasilnya
senantiasa dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan
dan keserasian pembangunan antar wilayah dan antar sector.
g) Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan
dinamis untuk mempertahankan serta meningkatkan eksistensi
dan kemandirian perekonomian nasional. Upaya ini dilakukan
dengan memanfaatkan sumber daya nasional secara optimal
serta sarana iptek yang tepat guna dalam menghadapi setiap
permasalahan, dengan tetap memperhatikan kesempatan kerja.
Demikianlah ketahanan ekonomi yang hakikatnya merupakan suatu
kondisi kehidupan perekonomian bangsa berlandaskan UUD 1945 dan dasar
filosofi pancasila, yang menekankan kesejahteran bersama, dan mampu
memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta menciptakan
kemandirian perekonomian nasional dengan daya saing yang tinggi.

74
4.      Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya
Wujud ketahanan bidang sosial budaya tercermin dalam kehidupan
sosial budaya bangsa yang mampu membentuk dan mengembangkan
kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air,
berkualitas, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi
dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak
sesuai denngan kebudayaan nasional. Esensi pengaturan dan
penyelenggaraan kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia dengan
demikian adalah pengembangan kondis sosial budaya dimana setiap warga
masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya
berdasarkan pandangan hidup, filsafat hidup dan dasar nilai yang telah  ada
dan dimilikinya sejak zaman dahulu kala, yang tertuang dalam filsafat
negara pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan
suatu asas kerohanian yang merupakan pedoman sikap bagi setian tingkah
laku setiap bangsa dan kehidupan kenegaraan Indonesia dan sekaligus akan
merupakan sumber semangat, motivasi serta jiwa bagi akselerasi dalam
setiap praktik kenegaraan, kemasyarakatan dan kebangsaan.
Jikalau kita tinjau kondisi bangsa indoneia pada era reformasi
dewasa ini kondisi ketahanan sosial budaya kita sangat memprihatinkan. Hal
ini dapat kita lihat pada berbagai macam peristiwa yang terjadi di seluruh
wilayah tanah air tercinta ini selama reformasi. Kita bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa bahwa bangsa Indonesia dapat mengenyam
kebebasan melalui reformasi. Namun dalam kenyataannya euphoria
kebebasan itu justru berkembang kearah perpecahan bangsa, berbagai
tragedi penderutaan menimpa bangsa, komplek horizontal, serta penderitaan
anak-anak bangsa semakin bertambah. Misalnya akibat kebebasan yang
tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya bangsa itu berbagai peristiwa
seperti tragedy komplek di Ambon, Poso, Sampit, Kalimantan Barat dan lain
sebagainya mengakibatkan penderitaan rakyat. Sampai saat ini beberapa
rakyat kita hidup di kampong pengungsian, segala harapan musnah, masa

75
depannya tidak jelas, pekerjaan- pekerjaan dan harta bendanya hilang
dirampas oleh kelompok bangsa kita sendiri, dikejar- kejar dan dibantai,
namun pemerintah negara hanya asyik berebut kekuasaan dan
mengembangkan sentimen polotik dengan alasan pemberantasan KKN.
Komnas HAM maupun kalangan LSM sering bertindak tidak adil yaitu tidak
pernah menindak pelanggaran HAM berat yang di lakukan oleh kelompok
masyarakat. Mereka hanya curiga terhadap aparat dan penguasa negara,
hukum tidak diterapkan dengan tegas, kalangan elit politik hanya berdiskusi
penting atau tidak penerapan hukum darurat namun setiap menit, setiap jam
banyak nyawa dibantai dengan tidak berperikemanusiaan.
Hal itu sebagai bukti pada era reformasi saat ini kita tidak
memperhatikan ketahanan bidang sosial budaya, sehingga penafsiran yang
keliru akan kebebasan mengakibatkan konflik dan dimanfaatkan oleh
kelompok masyarakat yang ingin menindas kelompok lainnya, bahkan pada
reformasi dewasa ini telah meledak kasus SARA, yang tatkala zaman Orde
Baru dahulu sering dikritik oleh kalangan elit politik serta LSM, namun
dalam kenyataannya pada saat reformasi dewasa ini benar-benar meledak
dan terjadi. Anehnya sampai saat ini sulit mengatasinya, dan korban terus
berjatuhan.
Dalam hubungan ketahanan bidang sosial budaya harus diingat
bahwa demokrasi harus menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan
masyarakat, tidak hanya politik saja melainkan juga dengan sosial, budaya,
ekonomi bahkan umat beragama. Oleh karena itu, sudah saaatnya kalangan
intelektual kampus mengembangkan ketahanan nasional bukannya untuk
kekuasaan, ideology atau sekelompok penguasa atau bahkan bukan untuk
reformasi melainkan untuk kesejahteraan dan kebersamaan seluruh elemen
bangsa untuk hidup aman, tenteram, damai yang Berketuhanan Yang Maha
Esa dan berkemanusiaan yang adil dan beradab.
5.      Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
a) Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiap siagaan
serta upaya bela negara, yang berii ketangguhan, kemampuan dan

76
kekuatan melalui penyelenggaraan Siskamnas (Sishamkamrata)
untuk menjamin kesinambungan Pembangunan Nasional dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang
berdasarkan filsafat Pancasila dan landasan konstitusional UUD
1945.
b) Bangsa Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan
dan kedaulatan.
c) Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
dimanfaatkan untuk menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan
demi kesinambungan pembangunan nasional dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
d) Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
harus dilindungi dari segala ancaman dan gangguan agar dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin
segenap lapisan masyarakat Indonesia.
e) Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan
kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat
mungkin dihasilkan oleh industry dalam negri.
f) Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan
pertahanan dan keamanan harus di selenggarakam oleh manusia-
manusia yang berbudi luhur, arif, bijaksana, menghormati HAM,
dan menghayati makna nilai dan hakikat perang dan
damai.kelangsungan hidup dan perkembangan hidup bangsa
memerlukan dukungan manusia-manusia yang bermutu tinggi,
tanggap, tangguh, bertanggung jawab, rela berjuang, dan berkorban
demi kepentingan bangsa dan negara di atas golongan dan pribadi.
g) Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI
berpedoman pada sapta marga yang merupakan penjabaran dari
asas kerohanian negara pancasila. Dalam keadaan damai TNI
dikembangkan dengan kekuatan kecil, profesional, efektif, efisien,
dan modern bersama segenap kekuatan perlawanan bersenjata

77
dalam wadah Siskamnas ( Sishankamrata) yang strateginya adalah
penangkalan. Sebagai kekuatan inti Kamtibnas, Polri bepedoaman
kepada Tri Brata dan Catur Prasetiya dan dikembangkan sebagai
kekuatan yang mampu melaksanakan penegakan hukum,
pemeliharaan keamanan dan penciptaan ketertiban masyarakat.
h) Kesadaran dan ketaatan masyarakat kepada hukum perlu terus
menerus ditingkatkan.

 6. Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia


Kondisi kehidupan nasional merupakan suatu pencerminan
ketahanan nasional yang mencakup aspek ideology, politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamaanan. Kondisi ini harus ada dalam semua
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan ideal pancasila dan
konstitusional UUD 1945, dan landasan visional wawasan nusantara. Untuk
mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional setiap warga negara Indonesia
perlu :
1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan
non fisik yang disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal
menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam
rangka menghadapi segala tantangan, ancaman, gangguan dan
hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta pencapaian tujuan nasional.
2. Sadar dan peduli dan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek
ideology, politik, ekonomi, soaial budaya dan pertahanan
keamanan sehingga setiap warga negara Indonesia dapat
mengeliminir pengeruh tersebut.

Apabila setiap warga negara Indonesia memiliki semangat


perjuangan bangsa, sadar serta peduli terhadap pengaruh yang timbul serta

78
mengeliminir pengaruh tersebut, Ketahanan Nasional Indonesia akan
berhasil. Perwujudan Ketahanan Nasional memerlukan satu kebijakan
umum dan pengambilan kebijakan yang disebut politik dan strategi nasional
( Polstranas).
Deminkianlah letak pentingnya pengaruh aspek pertahanan dan
keamanan nasional dalam mewujudkan cita-cita nasional, terutama kearah
terwujudnya masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran. Hal ini
menjadi sangat penting sekali terutama pada kondisi bangsa Indonesia yang
sedang melakukan reformasi diberbagai bidang dan kondisi bangsa yang
sedang mengalami krisis multidimensional dewasa ini. Hakikat tujuan
reformasi pada akhirnya adalah perbaikan nasib bangsa agar menjadi lebih
sejahtera, makmur, tenteram, aman dan damai. Hal yang demikian ini dapat
tercapai manakala pertahanan dan keamanan dapat terwujud dengan
proporsional dan memadai.

79
BAB IX

MASYARAKAT MADANI

Oleh : Putri Salsabila Sauqiyah dan Rafikha Amalia

A. Pengertian Masyarakat Madani

Madani, merupakan istilah dari bahasa arab “mudun”,atau “madaniyah”, yang


mengandung arti  peradaban. Dalam bahasa inggris istilah tersebut mempunyai
makna dengan kata civilization

Istilah masyarakat madani sering diartikan sebagai terjemahan dari civil


society, tetapi jika dilacak secara empirik istilah civil society adalah terjemahan
dari istilah latin, civilis societas, yang mula-mula dipakai oleh Cicero (seorang
orator dan pujangga dari Roma), pengertiannya mengacu kepada gejala budaya
perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah
masyarakat politik (Political Society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar
hidup.

Beberapa pengertian masyarakat madani menurut para ahli:

  Mun’im (1994) mendefinisikan istilah civil society sebagai seperangkat


gagasan etis yang mengejawantah dalam berbagai tatanan sosial, dan yang paling
penting dari gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan berbagai konflik
kepentingan antarindividu, masyarakat, dan negara.

   Hall (1998) mengemukakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil


society, artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang
dapat terjewantahkan dalam kehidupan sosial. Pada masyarakat madani pelaku
social akan bepegang teguh pada peradaban dan kemanusiaan.

80
   Mahasin (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan
bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa
Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan society yang berarti
masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti
peradaban. Oleh sebab itu, kata civil society dapat diartikan sebagai komunitas
masyarakat kota yakni masyarakat yang telah berperadaban maju.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani pada


prinsipnya memiliki multimakna atau bermakna ganda yaitu: demokratis,
menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparansi, toleransi, berpotensi,
aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsistensi, memiliki
perbandingan, komparasi, mampu berkoordinasi, simplifikasi, sinkronisasi,
integrasi, mengakui emansipasi, dan hak asasi, sederhana,namun yang paling
dominan adalah masyarakat yang demokratis.

terciptanya masyarakat Indonesia yang demokratis sebagai salah satu tuntutan


reformasi di dalam negeri dan tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar
negeri.

mewujudkan masyarakat madani dibutuhkan motivasi yang tinggi dan partisipasi


nyata dari individu sebagai anggota masyarakat. Hal ini intinya menyatakan
bahwa untuk mewujudkan masyarakat madani diperlukan proses dan waktu serta
dituntut komitmen masing-masing warganya untuk mereformasi diri secara total
dan selalu konsisten dan penuh kearifan dalam menyikapi konflik yang tak
terelakan. Tuntutan terhadap aspek ini sama pentingnya dengan kebutuhan akan
toleransi sebagai instrumen dasar lahirnya sebuah konsensus atau kompromi.

B. Ciri-ciri dan karakteristik masyarakat madani

Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasi


memilikikonsekuensi luas di antaranya menuntut kemampuan partisipasi
masyarakat dalam sistem politik dengan organisasi-organisasi politik yang
independen sehingga memungkinkan kontrol aktif dan efektif dari masyarakat

81
terhadap pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus masyarakat sebagai pelaku
ekonomi pasar.

Hidayat Nur Wahid mencirikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang


memegang teguh ideology yang benar, berakhlak mulia, secara politik-ekonomi-
budaya bersifat mandiri, serta memiliki pemerintahan sipil.

Sedangkan menurut Hikam, ciri-ciri masyarakat madani adalah :

Adanya kemandirian yang cukup tinggi diantara individu-individu dan kelompok-


kelompok masyarakat terhadap negara.

Adanya kebebasan menentukan wacana dan praktik politik di tingkat publik.

Kemampuan membatasi kekuasaan negara untuk tidak melakukan intervensi. 

Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :

Free public sphere(ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses
penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara
merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasikan kepada publik.

Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi


sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi,
kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis
kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain.

Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik


dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan
menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.

Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang


majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif
dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

82
Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya.

Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari


rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat
memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.

Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.


Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan
dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

Masyarakat modern mendambakan sebuah sistem kehidupan dimana elemen-


eleman dalam masyarakat mempunyai peranan yang dominan dalam menata
kehidupan yang mereka inginkan.Masyarakat yang demikian kerap disebut
masyarakat sipil (Civil Society), namun beberapa cendikiawan Muslim di Asia
Tenggara lebih suka menggunakan istilah masyarakat madani sebagai gantinya.
Dan ada beberapa karakteristik mengenai masyarakat madani yaitu :

Masyarakat egaliter, masyarakat egaliter atau masyarakat yang mengemban nilai


egalitarianisme yaitu masyarakat yang mengakui adanya kesetaraan dalam posisi
di masyarakat dari sisi hak dan kewajiban tanpa memandang suku, keturunan, ras,
agama, dan sebagainya.

Penghargaan, bahwa dalam masyarakat madani adanya penghargaan kepada orang


berdasarkan prestise, bukan kesukuan, keturunan, ras, dan sebagainya.

Keterbukaan (partisipasi seluru anggota masyarakat aktif), sebagai ciri masyarakat


madani adalah kerendahan hati untuk tidak merasa selalu benar, kemudian
kesediaan untuk mendengarkan pendapat orang lain untuk diambil dan diikuti
mana yang terbaik.

Penegakkan hukum dan keadilan, hukum ditegakkan pada siapapun dan


kapanpun, walupun terhadap keluarga sendiri, karena manusia sama didepan
hukum.

83
Toleransi dan pluralisme, tak lain adalah wujud civility yaitu sikap kewajiban
pribadi dan sosial yang bersedia melihat diri sendiri tidak selalu benar, karena
pluralism dan toleransi merupakan wujud dari “ikatan keadaban’ ( Bond of
civility), dalam arti masing-masing pribadi dan kelompok dalam lingkunga yang
lebih luas, memandang yang lain dengan penghargaaN, betapapun perbedaan yang
ada tanpa saling memaksakan kehendak, pendapat atau pandangan sendiri.

Musyawarah dan demokrasi, merupakan unsur asasi pembentukan masyarakat


madani. Nur cholis madjid menyatakan, maasyarakat madani merupakan
masyarakat demokratis yang terbangun dengan menegakkan musyawarah, karena
musywarah merupakan interpretasi positif berbagai individu dalam masyarakat
yang saling memberikan hak untuk menyatakan pendapat, dan mengakui adanya
kewajiban mendengar pendapat orang lain.

C. Pilar penegak masyarakat madani

Masyarakat Madani di Indonesia

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani) bahkan jauh
sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang
diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan
nasional dalam dalam perjuangan merebut kemerdekaan, selain berperan sebagai
organisasi perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan
kolonial, organisasi berbasis islam, seperti Serikat Islam (SI), Hahdlatul Ulama
(NU) dan Muhammadiyah, telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil
society yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia.

Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana


seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia :

Pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan bahwa


sistem demokrasi tidak munkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari
dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup berbangsa dan
bernegara.

84
Pandangan reformasi sistem politk demokrasi, yakni pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung
pada pembangunan ekonomi, dalam tataran ini, pembangunan institusi politik
yang demokratis lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan ekonomi.

Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan


demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara dua
pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan demokrasi,
berbeda dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih menekankan proses
pendidikan dan penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan kelas
menengah.

Bersandar pada tiga paradigma diatas, pengembangan demokrasi dan masyarakat


madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan tersebut,
sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan
kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma, setidaknya tiga
paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di masa
transisi sekarang melalui cara :

Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi


kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang
mandiri secara politik dan ekonomi, dengan pandangan ini, negara harus
menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi
nasional, tantangan pasar bebas dan demokrasi global mengharuskan negara
mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses pengembangan
masyarakat madani yang tangguh.

Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga


demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi, sikap pemerintah
untuk tidak mencampuri atau mempengaruhi putusan hukum yang dilakukan oleh
lembaga yudikatif merupakan salah satu komponen penting dari pembangunan
kemandirian lembaga demokrasi.

85
Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara
secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan
demokrasi yang dilakukan secara terus-menerus melalui keterlibatan semua unsur
masyarakat melalu prinsip pendidikan demokratis, yakni pendidikan dari, oleh
dan untuk warga negara.

Pengembangan masyarakat madani di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari


pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri. Kebudayaan, adat istiadat,
pandangan hidup, kebisaan, rasa sepenanggungan, cita-cita dan hasrat bersama
sebagai warga dan sebagai bangsa, tidak mungkin lepas dari lingkungan serta
sejarahnya. Keunggulan bangsa Indonesia, adalah berhasilnya proses akulturasi
dan inkulturasi yang kritis dan konstruktif. Pada saat ini, ada pertimbangan lain
mengapa pengembangan masyarakat madani secara khusus kita beri perhatian.

Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor harus


diperhatikan, yaitu:

Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan pendapatan


masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan.

Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki


komitmen untuk independen.

Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistik


menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.

Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam.

Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik.

Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral


kehidupan.

2 Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Madani

86
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi masyarakat madani, yaitu faktor
pendorong dan faktor penghambat.

Beberapa faktor pendorong timbulnya masyarakat madani:

Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai) masyarakat


agar patuh dan taat pada penguasa.

Masayarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memilkik kemampuan yang


baik (bodoh)  dibandingkan dengan penguasa ( pemerintah).

Adanya usaha untuk membatasiruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan


poitik. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk  mengemukakan
pendapat, karena ruang publik yang bebaslah individu berada dalam posisi setara,
dan melakukan transaksi.

Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di


Indonesia diantaranya :

 Kualitas Sumber Daya Manusiayang belum memadai karena pendidikan


yang belum merata.
 Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
 Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.
 Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang
terbatas.
 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.
 Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi

3.Solusi Mengatasi Masalah

Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani adalah dengan melakukan
demokratisasi pendidikan. Masyarakat madani perlu segera diwujudkan karena
bermanfaat untuk meredam berbagai tuntutan reformasi dari dalam negeri maupun
tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar negeri. Di samping itu, melalui

87
masyarakat madani akan muncul inovasi-inovasi pendidikan dan menghindari
terjadinya disintegrasi bangsa.

Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam jangka panjang adalah dengan cara
melakukan demokratisasi pendidikan. Demokratisasi pendidikan ialah pendidikan
hati nurani yang lebih humanistis dan beradab sesuai dengan cita-cita masyarakat
madani. Melalui demokratisasi pendidikan akan terjadi proses kesetaraan antara
pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajarnya. Inovasi
pendidikan yang berkonteks demokratisasi pendidikan perlu memperhatikan
masalah-masalah pragmatik. Pengajaran yang kurang menekankan pada konteks
pragmatik pada gilirannya akan menyebabkan peserta didik akan terlepas dari
akar budaya dan masyarakatnya. Demokrasi sendiri adalah suatu bentuk
pemerintahan dengan kekuasaan di tangan rakyat. Dalam perkembangannya,
demokrasi bermakna semakin spesifik lagi yaitu fungsi-fungsi kekuasaan politik
merupakan sarana dan prasarana untuk memenuhi kepentingan rakyat.

Dengan demokrasi, rakyat boleh berharap bahwa masa depannya ditentukan oleh
dan untuk rakyat, sedangkan demokratisasi ialah proses menuju demokrasi.
Tujuan demokratisasi pendidikan ialah menghasilkan lulusan yang merdeka,
berpikir kritis dan sangat toleran dengan pandangan dan praktik-praktik
demokrasi.

Generasi penerus sebagai anggota masyarakat harus benar-benar disiapkan untuk


membangun masyarakat madani yang dicita-citakan. Masyarakat dan generasi
muda yang mampu membangun masyarakat madani dapat dipersiapkan melalui
pendidikan. Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat madani adalah melalui
jalur pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Generasi penerus merupakan anggota masyarakat madani di masa mendatang.


Oleh karena itu, mereka perlu dibekali cara-cara berdemokrasi melalui
demokratisasi pendidikan. Dengan demikian, demokratisasi pendidikan berguna
untuk menyiapkan peserta didik agar terbiasa bebas berbicara dan mengeluarkan
pendapat secara bertanggung jawab, turut bertanggung jawab, terbiasa mendengar

88
dengan baik dan menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan keberanian
moral yang tinggi, terbiasa bergaul dengan rakyat, ikut merasa memiliki, sama-
sama merasakan suka dan duka dengan masyarakatnya, dan mempelajari
kehidupan masyarakat. Kelak jika generasi penerus ini menjadi pemimpin bangsa,
maka demokratisasi pendidikan yang telah dialaminya akan mengajarkan
kepadanya bahwa seseorang penguasa tidak boleh terserabut dari budaya dan
rakyatnya, pemimpin harus senantiasa mengadakan kontak dengan rakyatnya,
mengenal dan peka terhadap tuntutan hati nurani rakyatnya, suka dan duka
bersama, menghilangkan kesedihan dan penderitaan-penderitaan atas kerugian-
kerugian yang dialami rakyatnya. Upaya ke arah ini dapat ditempuh melalui
demokratisasi pendidikan. Dengan komunikasi struktural dan kultural antara
pendidik dan peserta didik,  maka akan terjadi interaksi yang sehat, wajar, dan
bertanggung jawab.

89
BAB X
OTONOMI DAERAH
Oleh : Sherel Audry Okvita dan Suryanti

A. Pegertian Otonomi Daerah

Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti
sendiri dan namos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian,
otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri. Sementara dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat 5 Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pengartian otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat 6 UU ini
dinyatakan bahwa daerah otonom adalah daerah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.13

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah


ini terdapat dasar dan sistem hubungan pusat dan daerah pusat yang dirangkum
dalam tiga hal prinsip utama yaitu:

1. Desentralisasi yang mengandung arti penyerahkan pemerintahan oleh


pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem NKRI.

2. Dekonsentrasi yang berarti pelimpahan wewenang pemerintah oleh


pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah atau kepada
instansi vertical diwilayah tertentu.

13
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta 2016, hlm. 175

90
3. Tugas pembantuan yang berarti penugasan dari pemerintah kepada daerah
atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota atau desa serta
dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.

Dengan otonomi daerah tersebut, pemerintah daerah dapat membuat


inisiatif sendiri, mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya
kebebasan untuk berinisiatif merupakan suatu dasar pemberian otonomi daerah,
karena dasar pemberian otonomi daerah adalah dapat berbuat sesuai dengan
kebutuhan setempat. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian tersebut adalah
wujud kesempatan pemberian yang harus dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian hak dan kewajiban serta kebebasan bagi daerah untuk
menyelenggarakan urusan-urusannya sepanjang sanggup untuk melakukannya dan
penekanannya lebih bersifat otonomi yang luas. Meskipun dalam otonomi daerah
ada kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi
dalam kebutuhan daerah senantiasa disesuaikan dengan kepentingan nasional,
ditetapkan dalam perundang-undangan yang lebih tinggi.14

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, kabupaten dan kota berdasarkan asas desentralisasi.
Dengan digunakannya asas desentralisasi pada kabupaten dan kota, maka kedua
daerah tersebut menjadi daerah otonom penuh (Hanif Nurcholis, 2007:29). Dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otonomi daerah dapat diartikan
sebagai wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah baik
kabupaten maupun kota untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan
mengembangkan urusannya sendiri sesuai dengan kemampuan daerah masing-
masing dan mengacu kepada kepada peraturan perundangan yang berlaku dan
mengikatnya.
B. Kebijakan Otonomi Daerah

14
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta 2016, hlm. 176-177

91
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang ini juga menyatakan bahwa daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hokum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal tersebut menunjukkan bahwa makna dasar dari otonomi adalah adanya
suatu kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijakan-
kebijakan sendiri yang ditujukan bagi perlaksanaan roda pemerintahan daerahnya
sesuai dengan aspirasi masyarakatnya. Pratikno menyatakan bahwa kewenangan-
kewenangan tersebut mengacu pada kewenangan pembuat keputusan didaerah
dalam menentukan tipe dan tingkat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,
dan bagaimana pelayanan ini diberikan dan dibiayai.15
Keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah akan ditentukan oleh banyak
hal. Riswandha Imawan menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaran
Otonomi Daerah ditentukan oleh :
1. Semakin rendahnya tingkat ketergantungan (degree of dependency) Pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, tidak saja dalam perencanaan tetapi juga dalam
penyediaan dana. Karena suatu rencana pembanguna hanya akan efektif kalau
dibuat dan dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah.

2. Kemampuan daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka


(growth from inside) dan faktor-luar yang secara langsung memepngaruhi laju
pertumbuhan pembangunan daerah (growth from outside).16

15
Pratikno, Perumusan Pola Hubungan Pusat Daerah dalam Rangka Realisasi Otonomi Daerah.
Laporan Penelitian. Fak.Sospol UGM. Yogyakarta 1991.
16
Riswandha Imawan, Dampak Pembangunan nasional terhadap Peningkatan Kemampuan
Daerah. Laporan penelitian. PAU Studi Sosial UGM Yogyakarta 1991.

92
C. Prinsip Otonomi Daerah
Prinsip Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Undang-undang pertama yang mengatur otonomi daerah adalah Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Tentang Pemerintahan Sendiri di
daerah-daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Dengan demikian prinsip otonomi daerah adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Otonomi Luas
Yang dimaksud otonomi luas adalah kepala daerah diberikan tugas,
wewenang, hak, dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak
ditangani oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh suatu
daerah memiliki banyak ragam dan jenisnya. Disamping itu, daerah diberikan
keleluasaan untuk menangani urusan pemerintahan yang diserahkan itu, dalam
rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu daerah, dan tujuan pemberian
otonomi daerah itu sendiri terutama dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.
Menurut Penjelasaan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah
pusat di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan
peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat.
b. Prinsip Otonomi Nyata
Yang dimaksud prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang dan
kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada dan
berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik
daerah masing-masing.
c. Prinsip Otonomi yang Bertanggungjawab

93
Yang dimaksud dengan prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah
otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan
pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rozali Abdullah, 2007:5).
D. Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah menurut Mardiasmo


(2002:46) adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan
perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan
otonomi daerah yaitu: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik
dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Menurut Deddy S.B. & Dadang Solihin (2004:32), tujuan peletakan
kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan
kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan
terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Dengan demikian pada intinya tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan pelayanan publik kepada
masyarakat dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan.

94
BAB XI
KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG – UNDANGAN INDONESIA
Oleh : Sri Devi, Venny Oktavia, dan Zakia Fitri S.Y

A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis, constituer, yang berarti membentuk.
Maksud dari istilah ini ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan
suatu negara. Dalam bahasa Latin, konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni
cume, berarti “bersama dengan …”, dan statuere, berarti “membuat sesuatu agar
berdiri” atau “mendirikan, menetapkan sesuatu”. Adapun terjemahan dari istilah
Belanda, grondwet. Kata grond berarti tanah atau dasar, dan wet berarti undang-
undang.

Istilah konstitusi dalam bahasa Inggris memiliki makna yang lebih luas dari
Undang-undang Dasar, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana
suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Menurut Miriam
Budihardjo konstitusi adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan
merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa. Sedangkan defenisi
menurut pendapat para ahli :

1. K. C Wheare yang mengatakan, bahwa konstitusi adalah keseluruhan sistem


ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu negara
2. Herman Heller yang mengatakan, bahwa konstitusi mempunyai arti luas dari
pada UUD. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologi dan
politis
3. Lasalle mengatakan, bahwa konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang
terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan di
dalam masyarakat,misalnya kepala angkatan perang,partai politik dan
sebagainya.

95
4. LJ Van Apeldoorn yang mengatakan, bahwa konstitusi memuat baik peraturan
tertulismaupun peraturan tak tertulis.

Jika merujuk pada pendapat Van Apeldoorn di atas, dimana ia mengatakan bahwa
konstitusi memuat peraturan tertulis dan tidak tertulis maka dapat dikatakan bahwa
konstitusi terbagi dua. Konstitusi tertulis (documentary constitution/written
constitution) adalah aturan-aturan pokok dasar negara,bangunan negara dan tata
negara yang mengatur keperikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum
negara. Sementara konstitusi tidak tertulis/konvensi (nondocumentary constitution)
adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul dalam sebuah negara.

Pada hakikatnya, konstitusi bukan hanya diperlakukan untuk membatasi


wewenang penguasa (limited government) akan tetapi untuk menjamin hak
rakyat,mengatur jalannya pemerintahan,mengatur organisasi negara,hingga
merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Dengan lahirnya konstitusi ada
hak dan kewajiban penguasa untuk memerintah dan ada pula hak kewajiban rakyat
yang diperintah. Masing-masing pihak memahami posisi dan kedudukan sehingga
jalannya pemerintahan anegara dapat dikendalikan.

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi


Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakikat dari konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu
pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap
hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:


1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.

96
4. Pertanggung jawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi
utama dari asas kedaulatan rakyat. Keempat cakupan isi konstitusi di atas
merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan yang konstitusional.
Indikator suatu negara atau pemerintahan disebut demokratis tidaklah
tergantung pada konstitusinya.

Konstitusi memiliki tujuan untuk:


a. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang. Jika
tidak demikian, maka konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja
kekuasaan penguasa akan merajalela dan bisa merugikan rakyat banyak.
b. Melindungi HAM, setiap penguasa berkewajiban untuk menghormati HAM
milik orang lain,
c. Pedoman penyelenggaraan negara, tanpa adanyapedoman konstitusi maka
suatu negara tidak akan berdiri dengan kokoh karena tidak memiliki landasan
atau pedoman hukum

Tidak ada satupun negara didunia ini yang tidak memiliki konstitus, meskipun negara
tersebut adalah negara monarki atau negara kerajaan, seperti Inggris, Belanda, Jepang
dan lain sebagainya. Negara dan konstitusimerupakan dua lembaga yang tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Artinya, keduanya saling terkait, saling
melengkapi, dan saling membutuhkan. Konstitusi inilah yang pada hakikatnya akan
melindungi hak dan kewajiban dari setiap warga negara dalam hubungannya dengan
sesama manusia atau dengan negara.

Konstitusi memiliki fungsi sebagai berikut:


 membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak bertindak sewenang –
wenang agar hak-hak bagi warga negara terlindungi dan
tersalurkan (konstitusionalisme).
 sebagai piagam kelahiran suatu negara (a birth certificate of new state).
 sebagai sumber hukum tertinggi.

97
 sebagai alat yang membatasi kekuasaan.
 sebagai identitas nasional dan lambang.
 sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu negara.
 sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social
engineeringatau social reform).
 sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control).
 fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity).
 fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony)
 fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan bangsa (identity
of nation).

Sifat pokok UUD negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).


 Fleksibel (luwes): apabila UUD itu memungkinkan adanya perubahan
sewaktu-waktu sesuai perkembangan zaman.
 Rigit (kaku): apabila UUD itu sulit untuk diubah kapanpun.

Secara teoritis UUD dibedakan menjadi:


 Konstitusi-politik, berisi mengenai norma- norma dalam penyelenggaraan
negara, hubungan rakyat dengan pemerintah, hubungan antar lembaga
negara.
 Konstitusi-sosial, UUD yang mengandung cita-cita sosial bangsa,
rumusan filosofis negara, sistem ekonomi, sosial, dan politik yang ingin
dikembangkan bangsa tersebut.
Bagaimanapun kebijakan pemerintah mengenai undang-undang dasar sudah
sepatutnya kita sebagai warga negara selalu mematuhi nya.

C. Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia


Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki kosntitusi yang dikenal dengan
Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak
29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

98
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dikenal dengan Dokuritsu Junbi
Chosakai yang beranggotakan 62 orang, diketuai oleh Mr. Radjiman
Wedyodiningrat. Tugas pokok badan ini adalah menyusun rancangan Undang-
undang Dasar. Namun dalam praktik persidangannya berjalan berkepanjangan
khususnya pada saat membahas dasar negara.
Persidangan badan ini dibagi dalam dua periode, periode pertama yaitu pada 29
Mei sampai 1 Juni 1945, dan masa kedua dari tanggal 10 Juli sampai 17 Juli 1945.
Dalam kedua masa sidang tersebut, fokus pembicaraan tertuju pada upaya
mempersiapkan pembentukan sebuah negara merdeka. Hal ini terlihat selama
masa persidangan pertama, yang membicarakan mengenai philosofische
grondslag, dasar falsafah yang harus dipersiapkan dalam rangka Indonesia
merdeka . pembahasa mengenai hal-hal teknis tentang bentuk Negara
pemerintahan baru dilakukan dalam masa persidangan kedua dari tanggal 10 Juli
sampai dengan 17 Agustus.
Dalam masa persidangan kedua itulah dibentuk Panitia Hukum Dasar yang
terdiri dari 19 orang dan diketuai oleh Ir.Soekarno. kemudian panitia ini
membentuk Panitia Kecil yang diketui oleh Prof. Dr. Soepomo yang bertugas
untuk menyusun rancangan Undang-Undang Dasar yang kemudian disetujui oleh
BPUPKI. Kemudian setelah pelantikan resmi panitia ini, diadakan sidang PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945, dengan susuna acara untuk menetapkan UUD,
memilih presiden dan wakil presiden, dan lain-lain.
Walaupun UUD 1945 telah resmi disahkan, namun UUD 1945 ini tidak
langsung dijadikan referensi dalam setiap pengambilan keputusan kenegaraan dan
pemerintahan. UUD 1945 pada pokoknya benar-benar dijadikan alat saja untuk
segera mungkin membentuk negara merdeka yaitu Republik Indonesia UUD 1945
memang dimaksudkan sebagai UUD sementara yang memang harus diganti
dengan yang baru apabila negara merdeka sudah berdiri dan keadaan sudah
memungkinkan.
Di akhir sidang I, BPUPKI membentuk panitia kecil yang disebut dengan
Panitia Sembilan. Pada 22 Juni 1945 panitia ini berhasil mencapai kompromi
untuk menyetujui sebuah naskah mukadimah UUD. Hasil Panitia Sembilan ini

99
kemudian diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Juli 1945. Soekarno
membentuk panitia kecil pada tanggal 16 Juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo
dengan tugas menyusun rancangan Undang-undang Dasar dan membentuk panitia
untuk mempersiapkan kemerdekaan, yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).

Konstitusi Negara Republik Indonesia atau Undang-undang Dasar disahkan


dan ditetapkan oleh PPKI pada hari Sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Sejak itu
Indonesia telah menjadi suatu negara modern karena telah memiliki suatu sistem
ketatanegaraan, yaitu Undang-undang Dasar yang memuat tata kerja konstitusi
modern. Istilah Undang-undang Dasar 1945 yang memakai angka “1945” di
belakang sebagaimana dijelaskan oleh Dahlan Thaib dkk, yaitu pada awal bulan
tahun 1959 ketika tanggal 19 Februari 1959 Kabinet Karya mengambil
kesimpulan dengan suara bulat mengenai “pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
dalam rangka kembali ke UUD 1945”.

Sejak tanggal 18 Agustus1945 hingga sekarang, di Negara Indonesia pernah


menggunakan tiga macam UUD yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUD
Sementara 1950. Dilihat dari periodesasi berlakunya ketiga UUD tersebut, dapat
diuraiak menjafi empat periode yaitu:

1. Undang-undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus


1945-27 Desember 1949.
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat – lazim dikenal dengan sebutan
konstitusi RIS – dengan masa berlakunya 27 Desember 1949-17 Agustus
1950.
3. Undang-undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 yang
masa berlakunya sejak 17 Agustus 1950-5 Juli 1959.
4. Undang-undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali
konstitusi pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak Dkerit
Presiden 5 Juli 1959-sekarang.

100
a. Konstitusi RIS
Dalam keadaan tersdesak, atas pengaruh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
pada tanggal 23 Agustus 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar(Round Table
Conference)di Den Haag. Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Indonesia
dan Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) serta wakil Nederland dan Komisi
PBB untuk Indonesia. Konferensi ini berhasil menyepakati tiga hal, yaitu:
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat.
2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS yang berisikan tiga hal, yaitu: (a)
piagam penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintahan
RIS; (b) status uni; (c)persetujuan perpindahan.
3. Mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan
Belanda.

Naskah konstitusi Republik Indonesia Serikat disusun bersama delegasi


Republik Indonesia dan delegasi dari BFO ke konferensi tersebut yang kemudian
disepakati sebagai Undang-Undang Dasar RIS yang berlaku pada tanggal 27
Desember 1949. Dengan berdirinya RIS, wilayah RI sendiri masih berdiri
disamping RIS dengan UUD 1945 sebagai Konstitusinya. Hal itu dikarenakan
sesuai dengan ketentuan pasal 2 Konstitusi RIS, RI diakui sebagai salah satu
negara bagian, yaitu mencangkup wilayah tersebut dalam persetujuan Renville.
Konstitusi RIS yang disusuan dalam rangka Knferensi Meja Bundar di Den
Haag pada tahun 1949 itu, pada pokoknya juga dimaksudkan sebagai UUD 1945
dalam sejarah awal ketatanegaraan Indonesia,  baru berakhir bersamaan dengan
berakhirnya masa berlakunya Konstitusi RIS yaitu tanggal 27 Agustus 1950,
ketika UUDS resmi diberlakukan.

b. Undang-Undang Dasar Sementara 1950


Bentuk negara federal mengandung banyak sekali nuansa politis, berkenaan
dengan kepentingan penjajahan Belanda. Oleh karenanya, penggagasan bentuk

101
negara federal dianggap memiliki relevansi sosiologis yang cukup kuat untuk
diterapkan di Indonesia, tetapi terkait dengan kepentingan penjajahan Belanda
maka ide feodalisme menjadi tidak popular.  Apalagi, sebagai negara yang baru
terbentuk, Indonesia memang membutuhkan tahap-tahap konsolidasi kekuatan
yang efektif sedemikian rupa, sehingga bentuk negara federasi RIS tidak
berlangsung lama dan bentuk negara kesatuan dinilai jauh lebih cocok untuk
diterapkan.
Untuk menuju langkah mempersiapkan kembali naskah UUD, maka
dibentuklah panitia untuk menyusun kerangkanya.setelah rancangan selesai,
kemudian disahkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat pada tanggal 12
Agustus 1950, dan oleh Dewan Perwakilan rakyat serta Senat Republik Indonesia
Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950. Selanjutnya naskah UUD baru ini
diberlakukan secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1950 yaitu dengan
diterapkanya Undang-Undang No. 7 Tahun 1950. Undang-Undang Dasar ini
bersifat megganti, sehingga isisnya tidak hanya mencerminkan perubahan dari
bentuk Konstitusi RIS melainkan juga menerangkan mengenai pengganti naskah
Konstitusi RIS dengan Undang-Undang Dasar Sementara(UUDS) 1950. Undang-
Undang ini berisi dua pasal yaitu: (a) ketentuan perubahan Konstitusi RIS menjadi
UUDS 1950; (b) ketentuan mulai tanggal mulai berlakunya UUDS 1950 itu
meggantikan Konstitusi RIS, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Atas dasar
inilah diadakan pemilu pada tahuN 1955, yanga pada akhirnya terbentuk
Konstituante.
Sayangnya Majelis Konstituante ini tidak atau belum sampai berhasil
menyelesaikan tugasnya untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru. Maka dari
itu Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959
yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD
Republik Indonesia selanjutnya.

c. Kembali kepada Undang-Undang 1945


Pada masa Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintahan sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang justru bertentangan

102
dengan Pancasila dan UUD 1945. Artinya, pelaksanaan UUD 1945 pada mas aitu
belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Selain itu muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang
berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanan dan kehidupan ekonomi
semakin memburuk. Puncak dari situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan
G-30-S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa dan negara.
Mengingat keadaan semakin membahayakan, Ir. Soekarno selaku Presiden RI
memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret
1966(Supersemar) untik mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi
terjaminnya keamanan, ketertiban, dan ketenangan dan kestabilan jalannya
pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.
Terlepas dari kontroversi-kontroversi di atas, yang jelas sejak Dekrit5 Juli
1959 sampai sekarang, UUD 1945 terus berlaku dan diberlakukan sebagai hukum
dasar. Sifatnya masih sebagai UUD sementara. Akan tetapi, karena konsolidasi
kekuasaan yang makin lama makin terpusat dimasa Orde Baru, dan siklus
kekuasaan mengalami stagnansi yang statis karena pucuk pemerintahan tidak
mengalami pergantia selama 32 tahun, akibatnya UUD 1945 mengalami proses
skaraklisasi yang irisional selama kurun masa Orde Baru itu. UUD 1945 tidak
boleh tersentuh dengan ide perubahan sama sekali. Padahal, UUD 1945 itu jelas
merupakan UUD 1945 yang bersifat sementara. Semboyan Orde Baru pada masa
itu  adalah melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Ternyata tidak. Dilihat dari prinsip demokrasi, prinsip negara hokum, dan keadilan
sosial ternyata masih terdapat banyak hal yang jauh dari harapan. Hamper sama
dengan pada masa Orde Lama, sangan dominannya kekuasaan Presiden dan
lemahnya kontrol DPR terhadap kebijakan-kebijakan Presiden/pemerintah.
Selain itu, kelemahan tersebut trletak pada UUD 1945 itu sendiri, yang
sifatnya singkat dan lewes (fleksibel), sehingga memungkinkan munculnya
berbagai penyimpangan. Tuntutan untuk merubah atau menyempurnakan UUD
1945 tidak memperoleh tanggapan, bahkan pemerintaha Orde Baru bertekat untuk
mempertahankan dan tidak merubah UUD 1945.

103
D. Perubahan Konstitusi di Indonesia
Ada dua model perubahan konstitusi, yaitu renewal (pembaruan) dan
amandemen (perubahan). Renewal adalah sistem perubahan konstitusi dengan
model perubahan konstitusi secara keseluruhan, sehingga yang diberlakukan
adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan. Amandemen adalah perubahan
konstitusi yang apabila suatu konstitusi diubah, konstitusi yang asli tetap berlaku.
Amandemen tidak terjadi secara keseluruhan bagian dalam konstitusi asli
sehingga hasil amandemen tersebut merupakan bagian atau lampiran yang
menyertai konstitusi awal.
Menurut Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi,
baiak dalam model renewal (pembaruan) dan amandemen, yaitu:
1. Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat, misalnya dapat
ditetapkan kuorum untuk sidang yang membicarakan usul perubahan
Undang-undang Dasar dan jumlah minimum anggota badan legislatif atau
meneimanya.
2. Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak
usulan perubahan masing-masing.
3. Negara-negara bagian dalam negara federal (misalnya, Amerika Serikat,
tiga perempat dari 50 negara-negara bagian harus menyetujui).
4. Perubahan yang dilakukan dalam stuatu konvensi atau dilakukan oleh
suatu lembaga khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang tatacara perubahan


undang-undang. Bersandar pada Pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa:
1. Usul perubahan pasal-pasal Undang-undang Dasar dapat diagendakan
dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.

104
3. Untuk mengubah pasal-pasal Undang-undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-undang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Wacana perubahan UUD 1945 mulai mengemuka seiring dengan


perkembangan politik pasca Orde Baru. Sebagian kalangan menghendaki
perubahan total UUD 1945 dengan cara membetnuk konstitusi baru. UUD 1945
dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan politik dan ketatanegaraan
Indonesia, sehingga dibutuhkan konstitusi baru sebagai pengganti UUD 1945.
Kelompok lain berpendapat bahwa UUD 1945 masih relevan dengan
perkembangan politik Indonesia. Pendapat kelompok yang terakhir ini didasarkan
pada pandangan bahwa dalam UUD 1945 terdapat Pembukaan yang jika UUD
1945 diubah akan berakibat pada perubahan konsensus politik. Perubahan UUD
1945 akan juga berakibat pada pembubaran Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Sejak Proklamasi 1945, telah menjadi perubahan-perubahan atas UUD


negara Indonesia, yaitu:
1. Undang-undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945- 27 Desember 1949).
2. Konstistusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus
1950).
3. Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus
1950-5 Juli 1959).
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999).
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18
Agustus 2000).
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9
November 2001).

105
7. Undang-undang Dasar dan Perubahan I, II, dan III (9 November 2001-10
Agustus 2002).
8. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, III, dan IV (10 Agustus
2002).

E. Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen UUD 1945


Pada setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan, yaitu legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Ketiga jenis kekuasaan ini terpisah satu sama lainnya,
baik mengani tugas maupun mengenai alat perlengkapan yang melakukannya.
Teori pemisahan kekuasaan pemerintahan ini dalam praktiknya berbeda pada satu
negara dengan negara lainnya. Sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami
perubahan sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan MPR pasca-Orde
Baru. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adalnya kehendak untuk membangun
pemerintahan yang demokratis. Salah satu tujuan utama amandemen UUD 1945
adalah untuk menata keseimbangan antarlembaga negara.

Sejak lengsernya Orde Baru pada 1998, telah terjadi empat kali perubahan
(amandemen) atas UUD 1945 yaitu Perubahan Pertama pada 1999, Perubahan
Kedua pada 2000, Perubahan Ketiga pada 2002, dan Perubahan Keempat pada
2002. Menurut pakar tata negara Jimly Asshiddiqie, materi UUD 1945 yang asli
telah mengalami perubahan besar-besaran dan dengan perubahan materi yang
dapat dikatakan sangat mendasar. Perubahan Pertama atas UUD 1945 pada 19
Oktober 1999 merupakan tonggak sejarah yang berhasil mematahkan semangat
konservatisme dan romantisme pada sebagian kalangan masyarakat Indonesia
yang beranggapan sangat mensakralkan UUD 1945 sebagai sesuatu yang tidak
bisa disentuh sama sekali ole hide-ide perubahan.

Perubahan Kedua UUD 1945 berfokus pada penataan ulang keanggotaan,


fungsi, hak, maupun cara pengisiannya. Perubahan Ketiga UUD 1945
menitikberatkan pada penataan ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan
presiden yang berkaitan dengan tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden

106
secara langsung, pembentukan lembaga negara baru yang meliputi Mahkamah
Konstitusi (MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Komisi Yudisial (KY),
serta aturan tambahan untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Perubahan
Keempat UUD 1945 mencakup materi tentang keanggotaan MPR, pemilihan
presiden dan wakil presiden berhalangan tetap, serta kewenangan presiden.

Dalam konteks perubahan UUD terdapat lima unsur penting yang disepakati oleh
panitia ad hoc perubahan UUD 1945, yaitu:
1. Tidak melakukan perubahan atas Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
yang meliputi sistematika, aspek kesejarahan, dan orisinalitasnya.
2. Tetap mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
3. Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial.
4. Meniadakan penjelasan UUD 1945 dan hal-hal normatif dalam penjelasan
dimasukkan dalam pasal-pasal.
5. Perubahan dilakukan engan cara penambahan (addendum).

Sebelum perubahan UUD 1945, alat-alat kelengkapan negara dalam UUD


1945 adalah Lembaga Kepresidenan, MPR, DPA, DPR, BPK, dan Kekuasaan
Kehakiman. Setelah amandemen secara keseluruhan terhadap UUD 1945, alat
kelengkapan negara yang disebut dengan lembaga tinggi negara menjadi delapan
lembaga, yakni MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK.

a) Lembaga Legislatif
a. MPR
Dari ketiga lembaga legislatif tersebut posisi MPR merupakan lembaga yang
bersifat khas Indonesia. Menurut Asshiddiqie, keberadaan MPR terkandung nilai-
nilai historis yang cenderung dilihat secara tidak rasional dalam arti jika
kedudukannya sebagai suatu lembaga dihilangkan dapat dinilai menghilangkan
satu pilar penting dalam sistem ketatanegaraan kita yang justru dianggap perlu
dilestarikan.

107
b. DPR
DPR adalah lembaga negara dalam sisten ketatanegaraan Republik Indonesia
yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan
membentuk undang-undang. DPR memiliki fungsi legilasi, anggaran, dan
pengawasan. Di antara tugas dan wewenang DPR, antara lain:
a. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
b. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang.
c. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang
berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan.
d. Menetapkan APBN bersama presiden dengan memerhatikan
pertimbangan DPD.
e. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta
kebijakan pemerintah.
f. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaika oleh BPK.
g. Memnerikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang,
membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
h. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat
i. Dan sebagainya.

Anggota DPR memiliki hak interpelasi (yakni, hak meminta keterangan


kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak kepada
kehidupan bermasyarakat dan bernegara), hak angket (hak melakukan
penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan), dan hak menyatakan pendapat. Anggota DPR
juga memiliki hak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, dan

108
menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak
protokoler.

c. DPD
DPD merupakan lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Berdasarkan Perubahan Ketiga UUD 1945, gagasan pembentukan DPD dalam
rangka restrukturisasi parlemen di Indonesia. DPR dimaksudkan untuk mewakili
rakyat, sedangkan DPD dimaksudkan untuk mewakili daerah-daerah. DPD adalah
lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan
wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui pemilihan umum yang memiliki
fungsi:
a. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan
yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu.
b. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

b) Lembaga Eksekutif
Pemerintahan memiliki dua pengertian, yaitu:
a. Pemerintahan dalam arti luas, yaitu pemerintahan yang meliputi
keseluruhan lembaga kenegaraan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
b. Pemerintahan dalam arti sempit, yaitu pemerintahan yang hanya berkenaan
dengan fungsi eksekutif saja.

Lembaga eksekutif terdiri dari kepala negara seperti raja, perdana menteri,
atau presiden, beserta menteri-menterinya. Dalam sistem presidensial, menteri-
menteri merupakan pembantu presiden dan langsung dipimpin olehnya,
sedangkan dalam sistem parlementer para menteri dipimpin oleh seorang perdana
menteri. Tugas utama lembaga eksekutif adalah menjalankan undang-undang.
Kekuasaan eksekutif mencakup beberapa bidang:
a. Diplomatik, yakni menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan
negara-negara lain.

109
b. Administratif, yakni melaksanakan undang-undang serta peraturan-
peraturan lain dan menyelenggarakan administrasi negara.
c. Militer, yakni mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang,
serta keamanan dan pertahanan negara.
d. Yudikatif, yakni member grasi, amnesti, dan sebagainya.
e. Legislatif, yakni membuat rancangan undang-undang yang diajukan ke
lembaga legislatif, dan membuat peraturan-peraturan.

Pada UUD 1945 kekuasaan eksekutif dilakukan oleh presiden yang dibantu
oleh wakil presiden yang dalam menjalankan kewajiban negara, seperti yang
tercantum dalam Pasal 1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menurut
Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A, presiden dan wakil presiden dipilih dalam
satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Sebelum amandemen UUD 1945,
presiden dipilih oleh MPR. Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di
dunia. Presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam cabinet, memegang
kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari.
Dengan adanya perubahan (amandemen) UUD 1945 pasca-Orde Baru, presiden
tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR, dan kedudukan antara presiden dan
MPR adalah setara.

Adapun wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain:


a. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
b. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara.
c. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Presiden melakukan
pembahasan dan pemberian peretujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
d. Menetapkan peraturan pemerintah.
e. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
f. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.

110
g. Mengangkat dua dan konsul serta menerima penempatan duta negara lain
dengan memerhatikan pertimbangan DPR.
h. Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi.
i. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur
dengan UU.

c) Lembaga Yudikatif
Fungsi-fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif dikembangkan sebagai
cabang-cabang kekuasaan yang terpisah satu sama lain. Kekuasaan yudkatif
berpuncak pada kekuasaan kehakiman yang juga dipahami mempunyai dua pintu,
yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Kekuasaan kehakiman
dilaksanakan oleh:
a. Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam
lingungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan
tata usaha negara.
b. Mahkamah konstitusi

UUD 1945 yang telah diamandemen juga mengintroduksi suatu lembaga baru
yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu Komisi
Yudisial. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur
mengenai badan-badan peradilan penyelenggara kekuasaan kehakiman, asas-asas
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, jaminan kedudukan dan perlakuan yang
sama bagi setiap orang dalam hukum dan dalam mencari keadilan.

a. Mahkamah Agung

111
Mahkamah Agung (MA) adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia.
Sesuai dengan UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Menurut Undang-
undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA antara lain:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang.
b. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
c. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.

b. Mahkamah Konstitusi

Makhamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga baru yang diperkenalkan


oleh Perubahan Ketiga UUD 1945. Salah satu landasan yang melahirkan lembaga
ini karena sudah tidak ada lagi lembaga tertinggi negara. Menurut Undang-undang
Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MK antara lain:
a. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terkahir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-undang
Dasar, memutus engketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai
politik, dan memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
b. Memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD
1945.

c. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam
pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan

112
lainnya. Dibentuknya Komisi Yudisial adalah agar warga masyarakat di luar
struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan,
penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Untuk menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim dalam rangka
mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam menjalankan tugasnya, Komisi Yudisial melakukan pengawasan terhadap:
a. Hakim agung di Mahkamah Agung.
b. Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada
di bawah Mahkaman Agung seperti Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer, dan badan peradilan lainnya.
c. Hakim Mahkamah Konstitusi.

F. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. BPK
memiliki tugas dan wewenang yang sangat strategis karena menyangkut aspek
yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan anggaran serta keuangan negara,
yaitu:
a. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahuakn hasil
pemeriksaan kepada DPR, DPRD, dan DPD.
b. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.
c. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara.

BPK memiliki tiga fungsi pokok, yakni:


a. Fungsi operatif, yaitu melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan
penelitian atas penguasaan dan pengurusan keuangan negara.
b. Fungsi yudikatif, yaitu melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan
ganti rugi terhadap pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hukum
atau melalaikan kewajibannya, serta menimbulkan kerugian bagi negara.

113
c. Fungsi rekomendatif, yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah
tentang pengurusan keuangan negara.
G. Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia
Di awal 1966, melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2,
disebutkan bahwa hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia sebagai
berikut:
1. Undang-undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
4. Peraturan pemerintah.
5. Keputusan presiden.
6. Peraturan-peraturan pelaksanaannya
Selanjutnya, berdasarkan Ketetapan MPR No. III Tahun 2000, tata urutan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sebagai berikut:
1. Undang-undang Dasar 1945.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Undang-undang.
4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
5. Peraturan pemerintah.
6. Keputusan presiden.
7. Peraturan daerah.

Dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (PPP), yang berlaku secara efektif pada November 2004.
Tata urutan peraturan perundang-undangan dalam UU PP ini sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 sebagai berikut:
1. Undang-undang Dasar 1945.
2. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
3. Peraturan pemerintah.
4. Peraturan presiden.
5. Peraturan daerah yang meliputi:

114
a. Peraturan daerah provinsi;
b. Peraturan daerah kabupaten/kota; dan
c. Peraturan desa.

Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan, maka segala peraturan


dalam hierarki perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan di
atasnya, tidak bisa dilaksanakan dan batal demi hukum.

BAB XII

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Oleh : Wina Fitriana,Winda Sandra dan Zurry Rachmadina

A.    Pengertian Hubungan Internasional

Hubungan Internasional merupakan hubungan antar Negara atau antar


individu dari Negara yang berbeda-beda, baik berupa hubungan politis, budaya,
ekonomi, ataupun hankam atau dengan kata lain dapat diartikan hubungan antar
Negara yang berbeda-beda dalam segala aspek. Suatu Hubungan Internasional ini
dapat terjadi, pastinya terdapat faktor yang mempengaruhinya salah satunya
adalah kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata di setiap
Negara, hal inilah yang dapat mendorong kerjasama antar Negara yang nantinya
kerjasama tersebut tunduk terhadap hukum sesuai dengan hukum yang dianut
Negaranya masing-masing.

Pentingnya Hubungan Internasional bagi suatu bangsa berkaitan dengan


manfaat yang diperoleh dalam menjalin Hubungan Internasional tersebut.
Hubungan Internasional dilaksanakan atas dasar untuk mencapai tujuan tertentu,
karena adanya tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut, maka seringkali yang
menjadikan mengapa suatu hubungan Internasional dianggap penting bagi
kehidupan suatu bangsa. Negara yang tidak mau melakukan hubungan

115
Internasional biasanya akan terkucil dari pergaulan internasional. Karena
hubungan internasional ini sangat penting yaitu untuk saling memenuhi kebutuhan
hidup bangsa-bangsa atau masyarakat di Negara-Negara yang bersangkutan.
Pelaksanaan Hubungan Internasional oleh suatu bangsa, sangat penting dalam
rangka untuk hal berikut:

1. Membina dan menegakkan perdamaian dan ketertiban dunia


2. Menumbuhkan saling pengertian antar Bangsa / Negara.
3. Memenuhi kebutuhan setiap Negara atau pihak yang berhubungan
4. Mempererat hubungan, rasa persahabatan dan persaudaraan
5. Memenuhi keadilan dan kesejahteraan rakyatnya.
Berkaitan dengan pentingnya hubungan internasional dalam hubungan
antarbangsa/ antarnegara maka dalam piagam PBB dinyatakan tentang makna
Hubungan Internasional tersebut, yaitu bahwa piagam PBB merupakan kristalisasi
semangat atau tekad bangsa-bangsa di dunia untuk menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai sifat kodrati pemberian Tuhan untuk saling
menghormati, bekerja sama secara adil dan damai untuk mewujudkan kerukunan
hidup antarbangsa.

Dalam piagam PBB tersebut dapat diambil maknanya berkaitan dengan


hubungan antarbangsa atau hubungan internasional sebagai berikut.

 Bangsa-bangsa diharapkan saling menghormati dan bekerja sama


atas dasar persamaan dan kekeluargaan.
   Bangsa-bangsa wajib menghormati kedaulatan negara lainnya
 Bangsa-bangsa tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri
negara lain
 Bangsa-bangsa diharapkan hidup berdampingan secara damai
 Bangsa yang satu tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada
orang lain.
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia adalah sebagaimana yang termaktub
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :

116
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Untuk memajukan kesejahteraan sosial
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

B.     Wujud dari hubungan internasional :

1. Individual ( turis, mahasiswa, pedagang, yang mengadakan


kontak-kontak pribadi sehingga timbul kepentingan timbal balik
di antara mereka ).
2. Antar kelompok (Lembaga social dan keagamaan dan
perdagangan yang melakukan kontak secara insidental, periodik
atau permanen).
3. Hubungan antar Negara ( Negara yang satu dengan Negara lain
mengadakan kerjasama dalam bidang ekonomi, kebudayaan,
teknologi, dll ).
C.    Sifat Hubungan Internasional :

1. Persahabatan
2. Persengketaan
3. Permusuhan
4. Peperangan
D.    Pola Hubungan Internasional

a. Penjajahan: Bangsa yang satu menghisap bangsa lain yang disebabkan oleh


perkembangan kapitalisme.  Kapitalisme membutuhkan bahan mentah bagi
industri dalam Negeri, oleh karena bahan mentah itu banyak diluar Negeri
maka timbul kehendak untuk menguasai wilayah bangsa lain untuk
menghisap kekayaan bangsa lain itu.
b. Saling ketergantungan : Hubungan ini terjadi antara Negara-Negara yang
belum berkembang  (Negara-Negara dunia ke tiga ) dengan Negara maju. 
Negara baru merdeka atau Negara berkembang ingin meningkatkan

117
kesejahteraan rakyatnya mereka melakukan hubungan ekonomi,
mengembangkan industri dan bersaing dengan Negara maju di pasar global. 
Namun mereka tidak memiliki modal dan teknologi, maka Negara tadi
bergantung kepada modal dan teknologi Negara maju. Pola hubungan ini
dekat dengan neo-kolonoalisme,yaitu Usaha menguasai Negara lain atas
bidang ekonomi, kebudayaan, ideologi atau kemiliteran  Negara atau
kawasan tertentu tapi dengan cara mengindahkan proforma kemerdekaan
politis.
c. Sama derajat antar bangsa : Hubungan ini dilakukan dalam rangka
kerjasama dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan mereka.  Pola
hubungan ini sulit dilakukan terutama oleh Negara-Negara atau bangsa-
bangsa yang serba ketinggalan  dalam kualitas sumber dayanya, terutama
sumber daya manusianya.
Terkait dengan hubungan sama derajat sila kedua Pancasila mengajarkan
bahwa hubungan antar Negara atau antar Bangsa harus bertolak pada
kodrat manusia.  Dalam Pancasila kodrat manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan YME yang merdeka dan sama derajatnya.  Oleh karena itu hubungan
antar bangsa harus diwarnai dengan penghormatan atas kodrat manusia
sebagai makhluk yang sederajat, tanpa memandang ideologi, bentuk Negara
dan sistem pemerintahan dari Negara lain itu.
Oleh karena itu Nasionalisme bangsa Indonesia tidak jatuh kepaham
Chauvinisme dan Kosmopolitisme. Chauvinisme adalah paham yang
mengagung-agungkan bangsa sendiri dengan memandang rendah bangsa
lain. Kosmopolitisme adalah pandangan yang melihat kosmos (seluruh
Dunia) sebagai polis (negeri sendiri) sehingga cenderung melupakan
nasionalisme yang sehat dan mengabaikan tugas terhadap bangsanya
sendiri.

                  Itulah sebabnya bangsa indonesia memilih politik luar negeri Bebas


Aktif. 

 Bebas berarti

118
1. Banga Indonesia bebas bergaul dengan bangsa manapun.
2. Dalam pergaulan itu bangsa Indonesia tidak Intervensi atau tidak
mencampuri urusan dalam Negeri Negara lain.
3. Dalam pergaulan itu terjadi saling memberi dan menerima bantuan
dan pertolongan yang tidak mengikat.
 Aktif berarti
1. Bangsa Indonesia aktif bekerjasama dengan bangsa lain untuk
perdamaian dunia
2. Bangsa indonesia  aktif membela bangsa yang terancam
keberadaan dan kedaulatannya atas dasar persamaan derajat tidak
termasuk intervensi.
Dalam pelaksanaan kerjasama  dan hubungan Internasional Presiden
sebagai kepala Negara dibantu oleh Menteri dan Departemen Luar
Negeri serta dibantu oleh para Duta dan Konsul yang diangkat oleh
Presiden dan dibantu oleh Duta dan Konsul Negara lain yang
diterimanya.  Pengankatan Duta dan Konsul serta penerimaan Duta
dan Konsul negara lain  telah diatur dalam pasal 13 UUD 1945, yang
berbunyi :

 Ayat 1  Presiden mengangkat duta dan konsul


 Ayat 2  Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR
 Ayat 3  Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan  pertimbangan DPR.

E.     Sarana Hubungan Internasional

a. Diplomasi
Seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu Negara
dalam hubungannya dengan Negara dan bangsa lain.

       Fungsi dasar Diplomat ada 3 yaitu :

119
            a. Sebagai lambang, prestise Negara pengirim

            b. Sebagai wakil yuridis yang sah dari Negara pengirim

            c. Sebagai perwakilan diplomatik suatu Negara di Negara lain. :

                        - Perunding (negotiation)

                        - Melaporkan (reporting)

                         - Perwakilan (refresentation)

                        - Melindungi kepentingan negara dan warga negaranya di luar


negeri.

b. Propaganda
Usaha sistematis untuk mempengaruhi pikiran, emosi demi kepentingan
masyarakat umum. Propaganda : lebih ditujukan kepada warga Negara lain dari
pada pemerintahannya, dan untuk kepentingan Negara yang membuat
propaganda.              

c. Ekonomi
Sarana ekonomi umumnya digunakan secara luas dalam hubungan
internasional  baik dalam masa damai maupun masa perang.  Pada masa tertentu
semua negara harus terlibat dalam perdagangan internasional agar dapat
memperoleh barang yang tak dapat diproduksi dalam negeri., sehingga terjadi
ekspor dan impor.

d. Kekuatan militer dan perang (show of Force)


Peralatan militer yang memadai dapat menambah keyakinan dan stabilitas
untuk berdiplomasi.  Diplomasi tanpa dukungan militer yang kuat dapat membuat
suatu negara tidak memiliki rasa percaya diri sehingga tak mampu menghindari
tekanan dan ancaman negara lain yang dapat mengganggu kepentingan
nasionalnya.  Maka dengan demikian demontrasi senjata, latihan perang bersama
kerap dilaksanakan untuk menampilkan kekuatannya.  Namun yang lebih

120
diutamakan bukanlah perang tetapi tindakan preventif dalam hubungan
internasional.   

F.     Asas-Asas Dalam Hubungan Internasional

1. Asas Teritorial yaitu hak dari suatu Negara atas wilayahnya, berhak


menegakkan hukum terhadap barang dan semua orang yang berada di
wilayahnya.

2. Asas Kebangsaan yaitu Kekuasan Negara atas warga Negaranya, setiap


warga Negara dimanapun ia berada tetap mendapat perlakuan hukum dari
Negaranya. Asas ini memiliki kekuatan eksteritorial yaitu Hukum Negara
tersebut tetap berlaku bagi warga Negaranya walaupun berada di Negara
asing.

3. Asas kepentingan umum yaitu Negara dapat melindungi dan mengatur


kepentingan dalam kehidupan masyarakat.  Negara dapat menyesuaikan diri
dengan semua peristiwa yang ada hubungannya dengan kepentingan
umum.  Hukum tidak terbatas oleh  wilayah suatu Negara.

121
BAB XIII
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Oleh : Windy Yuliarni, Yeni Febbianti, Yudha Adi Wibowo

A. PENGERTIAN PERJANJIAN INTERNASIONAL


Secara umum, pengertian perjanjian internasional adalah suatu perjanjian
yang dibuat berdasarkan hukum internasional oleh beberapa negara atau
organisasi internasional untuk mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Perjanjian internasional menurut para ahli :
1. G. Schwarzenberger (1967), pengertian international agreement adalah
persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional, dapat
berbentuk bilateral ataupun multilateral.
2. Oppenheim (1996), perjanjian internasional adalah suatu persetujuan
antarnegara, yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak.
3. Mochtar Kusumaatmadja (1982), pengertian perjanjian internasional
adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.
4. Konferensi Wina (1969), Perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih
yang bertujuan untuk mengadakan akibat hukum-hukum tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa perjanjian
internasionalakan menimbulkan akibat hukum yang harus dipenuhi oleh masing-
masing Negara agar tujuan diadakannya perjanjian internasional dapat dicapai
dengan baik.

Adapun terdapat beberapa asas dari perjanjian internasinal antara lain :


a. Pacta sun servanda, bahwa setiap perjanjian yang telah dibuat harus
ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian
b. Kesamaan hak, artinya antar pihak yang mengadakan hubungan
mempunyai kedudukan yang sama

122
c. Reciprocitas, yaitu tindakan suatu negara terhadadap negara lain
dapat dibalas secara setimpal baik tindakan positif maupun negatif
d. Courtesy, artinya saling menghormati dan saling menjaga
kehormatan negara

B. PERJANJIAN INTERNASIONAL DAPAT DIGOLONGKAN KE


DALAM 4 (EMPAT) SEGI, YAITU:
1. Perjanjian Internasional ditinjau dari jumlah pesertanya
Secara garis besar, ditinjau dari segi jumlah pesertanya, Perjanjian Internasional
dibagi lagi ke dalam:

a. Perjanjian Internasional Bilateral,


Yaitu Perjanjian Internasional yang jumlah peserta atau pihak-pihak
yang terikat di dalamnya terdiri atas dua subjek hukum internasional saja
(negara dan / atau organisasi internasional, dsb). Kaidah hukum yang lahir
dari perjanjian bilateral bersifat khusus dan bercorak perjanjian tertutup
(closed treaty), artinya kedua pihak harus tunduk secara penuh atau secara
keseluruhan terhadap semua isi atau pasal dari perjanjian tersebut atau sama
sekali tidak mau tunduk sehingga perjanjian tersebut tidak akan pernah
mengikat dan berlaku sebagai hukum positif, serta melahirkan kaidah-
kaidah hukum yang berlaku hanyalah bagi kedua pihak yang bersangkutan.
Pihak ketiga, walaupun mempunyai kepentingan yang sama baik terhadap
kedua pihak atau terhadap salah satu pihak, tidak bisa masuk atau ikut
menjadi pihak ke dalam perjanjian tersebut.

b. Perjanjian Internasional Multilateral,


Yaitu Perjanjian Internasional yang peserta atau pihak-pihak yang
terikat di dalam perjanjian itu lebih dari dua subjek hukum
internasional. Sifat kaidah hukum yang dilahirkan perjanjian multilateral
bisa bersifat khusus dan ada pula yang bersifat umum, bergantung pada

123
corak perjanjian multilateral itu sendiri. Corak perjanjian multilateral yang
bersifat khusus adalah tertutup, mengatur hal-hal yang berkenaan dengan
masalah yang khusus menyangkut kepentingan pihak-pihak yang
mengadakan atau yang terikat dalam perjanjian tersebut. Maka dari segi
sifatnya yang khusus tersebut, perjanjian multilateral sesungguhnya sama
dengan perjanjian bilateral, yang membedakan hanya dari segi jumlah
pesertanya semata. Sedangkan perjanjian multilateral yang bersifat umum,
memiliki corak terbuka.

2. Perjanjian Internasional ditinjau dari kaidah hukum yang dilahirkannya


Penggolongan Perjanjian Internasional dari segi kaidah terbagi dalam 2
(dua) kelompok:
a. Treaty contract
Sebagai perjanjian khusus atau perjanjian tertutup, merupakan
perjanjian yang hanya melahirkan kaidah hukum atau hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang hanya berlaku antara pihak-pihak yang
bersangkutan saja. Perjanjian ini bisa saja berbentuk perjanjian bilateral
maupun perjanjian multilateral. 
b. Law Making Treaty.
             Sebagai perjanjian umum atau perjanjian terbuka, merupakan
perjanjian-perjanjian yang ditinjau dari isi atau kaidah hukum yang
dilahirkannya dapat diikuti oleh subjek hukum internasional lain yang
semula tidak ikut serta dalam proses pembuatan perjanjian tersebut. Dengan
demikian perjanjian itu, ditinjau dari segi isi atau materinya maupun kaidah
hukum yang dilahirkannya tidak saja berkenaan dengan kepentingan subjek-
subjek hukum yang dari awal terlibat secara aktif dalam proses pembuatan
perjanjian tersebut, melainkan juga dapat merupakan kepentingan pihak-
pihak lainnya.
    3. Perjanjian Internasional ditinjau dari prosedur atau tahap
pembentukannya

124
            Dari segi prosedur atau tahap pembentukanya Perjanjian Internasional
dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:
a. Perjanjian Internasional yang melalui dua tahap.
            Perjanjian melalui dua tahap ini hanyalah sesuai untuk masalah-
masalah yang menuntut pelaksanaannya sesegera mungkin diselesaikan.
Kedua tahap tersebut meliputi tahap perundingan (negotiation) dan tahap
penandatanganan (signature).
b. Perjanjian Internsional yang melalui tiga tahap.
          Pada Perjanjian Internasional yang melalui tiga tahap, sama dengan
proses Perjanjian Internasionl yang melalui dua tahap, namun pada tahap
ketiga ada proses pengesahan (ratification). Pada perjanjian ini
penandatangan itu bukanlah merupakan pengikatan diri negara
penandatangan pada perjanjian, melainkan hanya berarti bahwa wakil-wakil
para pihak yang bersangkutan telah berhasil mencapai kata sepakat
mengenai masalah yang dibahas dalam perundingan yang telah dituangkan
dalam bentuk naskah perjanjian. 

4. Perjanjian Internasional ditinjau dari isinya


Dari segi isinya. Perjanjian internasional dibagi ke dalam lima kelompok
yaitu:
a. segi politik, seperti pakta pertahanan dan pakta perdamaian
b. segi ekonomi, aeperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan
c. segi hukum
d. segi batas wilayah
e. segi kesehatan

5. Perjanjian Internasional ditinjau dari subjeknya


Dari segi subjeknya Perjanjian internasional dibagi kedalam 3 kelompok
yaitu :
a. perjanjian antarnegara yang dilakukan oleh banyak negara yang
merupakan subjek hukum internasional

125
b. perjanjian internasional antara negara dan subjek hukum internasional
lainnya
c. perjanjian antarsesama subjek hukum internasional selain negara, yaitu
organisasi internasional dengan organisasi internasional lainnya

C. ISTILAH-ISTILAH PERJANJIAN INTERNASIONAL


1. Traktat (treaty), perjanjian paling formal yang merupakan persetujuan dari
dua Negara atau lebih. Perjanjian ini khusus mencakup bidang politik dan
ekonomi.
2. Konvensi (convention), persetujuan formal yang bersifat multilateral dan
tidak berurusan dengan kebijakan tingkat tinggi (high policy).
3. Protokol (protocol), persetujuan yang tidak resmi dan pada umumnya tidak
dibuat oleh kepala Negara. Biasanya protocol mengatur masalah-masalah
tambahan seperti penafsiran klausal-kalusal tertentu.
4. Persetujuan (agreement), perjanjian yang bersifat teknis atau
administrative. Persetujuan ini tidak perlu ratifikasi karena tidak seresmi
traktat atau konvensi.
5. Charter, istilah yang dipakai dalam perjanjian internasional untuk
pendirian badan yang melakukan fungsi administrative. Misalnya Atlantic
Charter 1941 yang mengilhami berdirinya PBB.
6. Pakta (pact), istilah yang menunjukkan suatu perjanjian yang lebih khusus.
Misalnya Pakta pertahanan NATO, SEATO.
7. Piagam (statute), himpunan peraturan yang ditetapkan oleh peraetujuan
internasional.
8. Deklarasi (declaration), perjanjian internasional yang berbentuk traktat
dan dokumen tidak resmi. Deklarasi sebagai traktat jika menerangkan
suatu judul dari batang tubuh ketentuan traktat, dan sebagai dokumen tidak
resmi apabila merupakan lampiran pada traktat atau konvensi.
9. Convenant, adalah anggaran dasar Liga Bangsa- Bangsa (LBB)
10. Modus vivendi, adaalah sebuah dokumen yang digunakan untuk mencatat
persetujuan internasional yang bersifat sementara

126
11. Proses verbal, adalah suatu catatan- catatan atau ringkasan-ringkasan
konferesnsi diplomatik atau catatan – catatan pemufakatanyang tidak
diratifikasi
12. Ketentuan umum (general act), adalah traktat yang bisa bersifat resmi
maupun tidak resmi
13. Ketentuan penutup (final act), adaalah suatu ringkasan hasil konvensi yang
menyebutkan negara peserta, nama utusan yang turut diundang, serta
masalah yang disetujui konvensi.

D. TAHAP-TAHAP PERJANJIAN INTERNASIONAL


Dalam pelaksanaan perjanjian multilateral terdapat beberapa tahapan penting
yang harus dilalui oleh masing-masing negara, yaitu:

1. Tahap Perundingan (negotiation)


Dalam tahap perundingan, setiap negara yang tergabung wajib mengirimkan
satu delegasi yang memiliki kuasa penuh atas negaranya. Sehingga delegasi
tersebut memiliki wewenang untuk menandatangani perjanjian atas nama
negaranya.
Namun, bisa menjadi pengecualian apabila dalam perjanjian internasional
yang dibentuk tidak perlu melibatkan kuasa penuh. Perundingan ini bertujuan
untuk melakukan musyawarah dan diskusi dalam konferensi diplomatik
mencakup perumusan perjanjian multilateral dalam bentuk naskah.
Keputusan dalam sebuah perjanjian multilateral hanya bisa dianggap sah
apabila disetujui minimaal 2/3 dari negara yang bergabung dan naskah masih
dapat bisa di sempurnakan di kemudian hari untuk menghindari kesalahan tafsir.
Menurut undang-undang nomor 24 tahun 2000 tentang perjanjian
internasional,tahap pembuatan perjanjian internasional adalah sebagai berikut :
 Penjajakan
Dalam proses ini dilakukan telaah terhadap manfaat perjanjian bagi kepentingan
nasional. Delegasi yang memiliki kuasa akan melakukan konsultasi dengan DPR
jika perjanjia tersebut berkaitan dengan kepentingan politis.
 Perundingan

127
Perundingan untuk merancang perjanjian multilateral melibatkan salah stau
delegasi negara terutama menteri atau bisa juga pejabat negara untuk materi
perjanjian sesuai lingkup masing-masing.
 Perumusan Naskah
Seluruh negara yang tergabung dalam perjanjian multilateral berhak secara aktif
untuk ikut dalam perumusan naskah perjanjian
 Penerimaan
Penerimaan yang dimaksud adalah setiap anggota negara yang tergaung berhak
menimbang lalu memutuskan apakah naskah perjanjian diterima atau tidak

2. Tahap Penandatanganan (signature)


Naskah perjanjian internasional yang sudah disempurnakan dan sudah
tidak ada permasalahan prinsip dalam naskah maka naskah tersebut akan
ditandatangani setiap wakil negara yang bergabung dalam perjanjian.
Penandatanganan berarti setiap negara sudah menyetujui dan terikat
terhadap perjanjia tersebut. Penandatanganan ini harus dilakan oleh menteri atau
presiden, bisa juga delegasi yang secara sah sudah mendapatkan kuasa untuk
mewakiliki negaranya.

3. Tahap Pengesahan (ratification)


Naskah perjanjian yang sudah ditandatangani seluruh anggota negara yang
bergabung, akan diserahkan kepada masing-masing negara.
Proses pengesahan terdiri dari tiga macam ratifikasi, yakni Ratifikasi
Badan Eksekutif, Ratifikasi Badan Legislatif dan gabungan keduanya. Beberapa
perjanjian dapat dilakukan dengan UU maupun Kepres seperti masalah politik,
pertahanan, keamanan dan perdamaian.

E. FUNGSI PERJANJIAN INTERNASIONAL


Menurut M. Burhan Tsani, perjanjian multilateral akan memberikan dampak
pada lingkungan kehidupan bermasyarakat di seluruh dunia. Fungsi perjanjian
internasional ini diantaranya adalah:

128
 Sebuah negara akan mendapatkan pengakuan umum dari anggota
masyarakat bangsa-bangsa
 Perjanjian tersebut akan menjadi sumber hukum internasional
 Sebagai sarana untuk mengembangkan kerjasama internasional dan
membangun kedamaian antar bangsa
 Mempermudah proses transaksi dan komunikasi antar negara

F. PEMBATALAN PERJANJIAN INTERNASIONAL


Setelah mengetahui apa itu perjanjian multilateral dan bagaimana tahapannya,
kita juga harus tahu bahwa perjanjian ini bisa batal atas dasar hukum.
International agreement memang bersifat mengikat bagi anggota negaranya
yang tergabung. Namun, ada beberapa hal dapat menyebabkan batalnya perjanjian
internasional meskipun sudah disepakati, diantaranya:
1. Salah satu negara yang tergabung dalam perjanjian tersebut melanggar
ketentuan yang tercantum dalam naskah perjanjian. Maka negara lain
yang merasa dirugikan berhak mengundurkan diri dari ikatan perjanjian
2. Unsur kesalahan dari isi perjanjian sehingga dalam pelaksanaannya
kurang maksimal
3. Indikasi penipuan dari negara satu terhadap negara lain pada saat
pembuatan perjanjian yang bersifat merugikan bisa dalam bentuk
penyalahgunaan perjanjian maupun pencurangan yang bisa dilakukan
dengan segala cara
4. Adanya ancaman atau paksaan dari suatu negara yang dapat berupa
acaman kekuatan
5. Kenyataan bahwa ternyata international agreement yang dibuat tidak
sesuai dengan dasar hukum internasional, maka perjanjian tersebut
dapat dibatalkan melalui kesepakatan.
Suatu kesepakatan internasional memiliki periode, namun jika dalam
rentang periode yang sudah ditetapkan ternyata tujuan sudah tercapai maksimal
maka kesepakatan tersebut dapat dibubarkan. Tentu saja ini berdasarkan
kesepakatan masing-masing anggota.

129
Perjanjian multilateral bukan hanya sekedar hitam diatas putih saja karena
melibatkan berbagai komponen dan materi kesepakatan yang berusaha untuk
saling menguntungkan tanpa adanya dominansi dari salah satu anggota saja.
Sehingga proses perumusannya membutuhkan hasil yang benar-benar matang
agar tidak menimbulkan ketidak optimalan perjanjian.

G. BERAKHIRNYA PERJANJIAN INTERNASIONAL


1. Telah tercapai tujuannya
2. Habis masa berlakunya
3. Salah satu Negara punah
4. Persetujuan dari peserta untuk mengakhiri perjanjian
5. Adanya perjanjian baru yang isinya meniadakan perjanjian terdahulu
6. Pembatalan sepihak/pengunduran diri (demunciation)
7. Perubahan yang mendasar terhadap keadaan saat pembuatan perjanjian

130

Anda mungkin juga menyukai