Anda di halaman 1dari 5

PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT

Agung Suaini Hidayat (3311711077)


Daulat Ganda Tua (3311711089)
Ester Veronica Br. Simanjuntak (3311711009)
Agustin Putri Utami (3311711086)
Teknik Informatika, Politeknik Negeri Batam

ABSTRAK
Pancasila adalah dasar dan ideologi bagi negara Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa
sanskerta yang berarti lima prinsip atau lima asas. Selain itu, Pancasila juga merupakan rumusan
dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima asas atau isi dari Pancasila tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
tepatnya pada paragraf ke-4. Pancasila dikenal sebagai sistem filsafat yang maksudnya adalah
suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur, masing-masing unsur mempunyai fungsi
sendiri- sendiri, mempunyai tujuan yang sama, saling keterkaitan dan ketergantungan, sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh. Kelima sila pada Pancasila memiliki saling keterkaitan yang
kuat antar sila yang tidak dapat saling dipisahkan. Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila,
diharapkan seluruh rakyat Indonesia dapat menjalankan kehidupan yang berdasarkan filsafat
Pancasila.
Kata kunci : Pancasila, filsafat, asas , undang-undang dasar1945

PENDAHULUAN
Masyarakat dunia berkembang semakin cepat dan hal ini mengakibatkan perubahan baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi berbagai bangsa di dunia. Perubahan yang jelas terihat ialah
terjadinya perubahan nilai-nilai dalam kehidupan suatu bangsa yang disebabkan adanya benturan
antara kepentingan nasionalisme dan kepentingan internasionalisme. Permasalahan yang terjadi di
Indonesia cukup kompleks, di satu sisi maraknya tuntutan rakyat yang mengalami kehidupan jauh dari
kesejahtreraan dan keadilan sosial, disisi lainnya permasalahan yang terjadi didalam negeri sering sekali
berbenturan dengan tuntutan internasional.
Benturan antara konflik internal dan tuntutan dari luar mengakibatkan terjadinya tarik menarik
kepentingan yang dapat mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk menyebabkan
terjadinya pergeseran nilai pada masyarakat yang pada akhirnya dapat merusak prinsip-prinsip hidup
berbangsa masyarakat Indonesia.
Para pendiri negara Indonesia telah menemukan dan menetapkan Pancasila sebagai prinsip-
prinsip dasar filsafat bernegara. Dengan demikian maka peran pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia saat ini mengalami ancaman yang datang dari munculnya nilai-nilai luar yang masuk ke
bangsa Indonesia. Tidak sedikit nilai-niai yang baru masuk bertentangan dengan nilai-nilai yang
sudah ada pada masyarakat Indonesia.
Perlu diketahui bahwa setiap masyarakat dari suatu negara senantiasa memiliki suatu pandangan
hidup atau filsafat yang berbeda dengan bangsa lainnya di dunia, hal inilah yang disebut dengan
local wisdom (kearifan lokal) bangsa. Dengan demikian bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki
filsafat hidup yang sama dengan bangsa lain di dunia atau dengan kata lain tidak ada bangsa lain
didunia yang memiliki filsafat Pancasila selain bangsa Indonesia.
Ketika para pendiri negara Indonesia menyiapkan berdirinya negara Indonesia merdeka, mereka
sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental ‘di atas dasar apakah
negara Indonesia merdeka ini didirikan’. Jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu
menjadi dasar dan tolok ukur utama bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia akan selalu
bertolok ukur pada nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia.
Pada hakikatnya Pancasila merupakan sistem filsafat yang terdiri dari lima sila. Pemahanan
mengenai pancasila sebagai sistem filsafat perlu dikaji lebih lanjut dalam aspek ontologi,
epistimologi dan aksiologi dari kelima sila pada Pancasila.

FILSAFAT PANCASILA
Filsafat merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani “philein “ yang artinya cinta
dan “sophia“ yang artinya kebijaksanaan. Jadi filsafat menurut kata asalnya berarti cinta akan
kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran. Dalam hal ini cinta yang dimaksud mempunyai arti yang
luas, yang dapat diartikan sebagai keingian yang sungguh-sungguh terhadap suatu hal. Kebijaksanaan
yang dimaksud juga dapat diartikan sebagai suatu kebenaran yang sejati. Jadi filsafat dapat diartikan
sebagai keinginan yang sungguh-sungguh akan sebuah kebenaran yang sejati.
Menurut J. Gredt dalam bukunya yang berjudul “Elementa Philosophiae” dijelaskan bahwa
filsafat ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip. Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila
merupakan filsafat bangsa yang lahir sebagai cita-cita bersama dari seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
dilakukan oleh pendiri bangsa Indonesia yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.
Sedangkan menurut Notonagoro, filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah
tentang hakikat dari Pancasila.

KARAKTERISTIK SISTEM FILSAFAT PANCASILA


Sebagai filsafat bangsa Indonesia, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri
yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :
• Butir-butir sila Pancasila merupakan suatu kesatuan sistem yang utuh. Dengan pengertian lain,
apabila tidak utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
• Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer Pancasila sebagai
suatu yang mandiri, unsur-unsur yang ada pada Pancasila berasal dari dirinya sendiri.
• Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri masyarakat Indonesia sebagai suatu
kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

PRINSIP FILSAFAT PANCASILA


Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kausa Materialis, maksudnya berhubungan dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali
dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
2) Kausa Formalis, maksudnya berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam
pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal)
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan
Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
4) Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia.

HAKIKAT NILAI-NILAI PANCASILA


Nilai merupakan suatu ide atau konsep tentang suatu hal penting yang difikirkan oleh manusia.
Nilai dibagi menjadi dua kawasan yaitu kognitif dan afektif. Nilai adalah suatu ide, bisa dikatakan
konsep dan bisa dikatakan abstraks (Sidney Simon,1986). Nilai a d a l a h hal yang terkandung
dalam hati nurani tiap manusia dan lebih memberi dasar serta prinsip akhlak. Langkah awal dari nilai
layaknya ide manusia yang merupakan potensi pokok human being. Nilai tidak tampak dalam dunia
pengalaman, tetapi nyata dalam jiwa manusia. Menurut Sidney B. Simon (1986) bahwa
sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur tapi benar dari pertanyaan
“what you are really, really, really, want.”. Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika
dan etika. Estetika lebih cenderung kepada studi dan justifikasi yang menyangkut tentang manusia
memikirkan keindahan, atau apa yang disenangi oleh manusia. Misalnya mempersoalkan atau
menceritakan si rambut pendek, pria pemakai topi, orang yang memiliki tato ditubuhnya dan bentuk-
bentuk seni lain. Sedangkan etika lebih mengarah kepada aturan atau bagaimana manusia
berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari hal-hal yang mempertentangkan antara benar
salah, baik atau buruk. Pada dasarnya studi tentang etika adalah pelajaran tentang moral yang
secara langsung d a n merupakan pemahaman tentang apa itu benar dan salah.
Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, bertekad untuk memegang dan menganut
Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral bangsa. Pancasila sebagai anutan untuk
pengembangan nilai dan moral bangsa ini secara ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang
normatif. Secara epistemologikal bangsa Indonesia memiliki keyakinan bahwa nilai dan
moral yang terpancar dari asas Pancasila sebagai suatu hasil sublimasi dan kritalisasi dari sebuah
sistem nilai budaya bangsa dan agama yang semuanya bergerak s e c a r a vertikal dan horizontal
serta dinamis dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selanjutnya untuk menyesuaikan dasar
ideologi menjadi wujud jati diri bangsa yang nyata dan konsekuen secara aksiologikal bangsa dan
negara Indonesia berkehendak untuk mengerti, memahami, membudayakan dan melaksanakan
n i l a i - n i l a i Pancasila. Upaya ini dikembangkan melalui jalur keluarga, masyarakat dan sekolah.
Filsafat yang dikembangkan oleh Notonegoro untuk menggali nilai-nilai abstrak, hakikat nilai-
nilai Pancasila, kemudian dijadikan titik awal pelaksanaannya yang berwujud konsep pengamalan
yang bersifat subyektif dan obyektif. Pengamalan secara obyektif adalah pengamalan pada
bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan, yang berupa suatu perangkat ketentuan hukum
yang secara hierarkhis berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR, Undang- undang. Sedangkan
pengamalan secara subyektif merupakan pengamalan yang dilakukan oleh manusia secara individual,
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau juga sebagai pemegang kekuasaan,
yang penerapannya berupa tingkah laku dan sikap dalam hidup sehari-hari.
Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat keTuhanan, kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan
dijabarkan menjadi konsep etika Pancasila. Hakikat masyarakat Indonesia adalah untuk memiliki
sifat dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi kemanusiaan, berperi
kebangsaan, berperi kerakyatan dan berperi keadilan sosial. Konsep filsafat Pancasila dapat
dijabarkan menjadi sistem etika Pancasila yang bercorak normatif. Ciri-ciri berfikir filsafat yaitu :
• Sistematis
• Mendalam
• Mendasar
• Analitik
• Komprehensif
• Spekulatif
• Representatif
• Evaluatif
Ilmu filsafat meliputi berbagai bidang atau aspek yaitu ontologi, epistemologi dan aksilogi. Ketiga
bidang tersebut dianggap mencakup kesemestaan.
 Kajian onologis sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat
dasar dari sila sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakekat dasar ontologies Pancasila
adalah manusia. Karena manusia merupakan subyek hokum pokok dari sila sila Pancasila.

 Kajian epistemology sebagai upaya untuk mencari hakekat pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Hal ini merupakan kajian untuk membahas hakekat ilmu pengetahuan
(ilmu tentang ilmu). Kajian ini tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Oleh karena itu dasar epistimologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya
tentang hakekat manusia.

 Kajian aksiologi Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya Karena sila-sila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
Pancasila. Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak
yang dapat juga diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodnes), dan
kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan
penilaian ( Frankena, 229).

Pancasila sebagai sistem filsafat untuk kewarganegaraan:


1. Hakikat sila pertama => Negara yang didirikan oleh manusia itu
berdasarkan pada kodrat bahwa manusia sebagai warga negara sebagai
persekutuan hidup adalah berkedudukan kodrat manusia sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Hakikat sila kedua => Negara yang merupakan persekutuan hidup
manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, pada hakikatnya bertujuan
untuik mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang
berbudaya atau mahluk yang beradab.
3. Hakikat sila ketiga => Untuk mewujudkan suatu negara sebagai suatu
organisasi hidup manusia harus membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa.
4. Hakikat sila keempat => Terwujudnya persatuan dan kesatuan akan
melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah negara
tertentu. Konsekuensinya dalam hidup kenegaraan itu haruslah mendasarkan pada
nilai bahwa rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Maka negara harus
bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin, baik sebagai
individu maupun secara bersama.
5. Hakikat sila kelima => Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan
bersama, maka dalam hidup kenegaraan harus mewujjudkan jaminan
perlindungan bagi seluruh warga, sehingga untuk mewujudkan tujuan seluruh
warganya harus dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam
kehidupan bersama/kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai