Anda di halaman 1dari 9

DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA

SEBAGAI SISTEM FILSAFAT SERTA URGENSINYA


Oleh:
Intan Nuraini- (A1A322039)
Fitri Yani - (A1A322043)
Gadis Anggraini - (A1A322052)
Gisela Agustin - (A1A322054)
Indah Permatasari - (A1A322040)

I. Abstract

Indonesia has Pancasila as the basis for thinking that comes from a framework of philosophical values based
on the identity of the Indonesian nation. Pancasila as a philosophical system moves dynamically following
society where social life always has challenges both from within or from outside a country. The values
contained in Pancasila are essential in the thought process of the Indonesian nation and become a guide in
behavior and in the conception of the Indonesian nation's thinking.

Keywords: Pancasila, Philosophical System, Urgency

Abstrak

Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar pemikiran yang bersumber dari kerangka nilai-nilai filosofis yang
berlandaskan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai sistem filsafat bergerak dinamis mengikuti
masyarakat dimana kehidupan sosial selalu mendapat tantangan baik dari dalam maupun dari luar suatu
negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat penting dalam proses berpikir bangsa Indonesia
dan menjadi pedoman dalam berperilaku dan dalam konsepsi pemikiran bangsa Indonesia.

Kata kunci: Tantangan,Pancasila,Sistem,Urgensi


II. Pendahuluan

Sebagai falsafah negara, Pancasila merupakan buah pikiran dari perenungan dan pemikiran
nilai – nilai filosofis yang terkandung dalam identitas bangsa. Pancasila dapat bertahan dari
berbagai guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik
dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia
menentang toleransi. Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga
dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi.

Kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari
kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta
Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh.Beberapa pengertian filsafat menurut ahli yaitu diantaranya:
1.Socrates(469-399 s.M.), 2.Plato (472-347 s. M.),

Terdapat dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:

1.Filsafat sebagai Produk yang mencakup:

-Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsep, pemikiran-pemikiran


(misalkan : rasionalisme, materialisme, pragmatisme)

-Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil
dari aktivitas berfilsafat. Manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu
persoalan yang bersumber pada akal manusia.

2.Filsafat sebagai suatu Proses mencakup: Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini
filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu
permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan
objeknya.

Pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-masing, antara lain:

1.Berfilsafat secara Rationalisme yang mengagungkan akal


2.Berfilsafat secara Materialisme yang mengagungkan materi

3.Berfilsafat secara Individualisme yang mengagungkan individualitas

4.Berfilsafat secara Hedonisme yang mengagungkan kesenangan

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang
tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.
a.Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :
1.Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai
suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
2.Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh.
Penjelasannya adalah bahwa Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur
asli/permanen/primer .Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-
unsurnya berasal dari dirinya sendiri.Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada
dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup
bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
b.Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,
dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri.
b.Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal)
c.Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
d.Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :
1.Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
2.Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
3.Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
4.Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
5.Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
III. Review Literatur

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang
tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.

a.Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang


berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :

1.Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai
suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.

2.Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh.

Penjelasannya adalah bahwa Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur


asli/permanen/primer .Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-
unsurnya berasal dari dirinya sendiri.Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada
dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup
bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

b.Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila

Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :


a.Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,
dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri.

b.Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,


Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal)

c.Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.

d.Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :

1.Tuhan, yaitu sebagai kausa prima

2.Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial

3.Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri

4.Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong

5.Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.

IV. Data, diskusi, dan hasil/temuan


Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam
bentuk-bentuk sebagai berikut:
Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik
modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-
besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk
tantangan kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah meletakkan
kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak
negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.
Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan
kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran yang
meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
ialah dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam
kehidupan bernegara.
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
a.Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Hakikat (esensi) pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai berikut.
Pertama; hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya,setiap mahluk hidup,
termasuk warga negara harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan, kemandirian)
di satu pihak, dan berkesadaran sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang akan dimintai
pertanggungjawaban atas semua tindakan yang dilakukan. Artinya,kebebasan selalu
dihadapkan pada tanggung jawab, dan tanggung jawab tertinggi adalah kepada Sang
Pencipta.
Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas3
monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial),
kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
Ketiga,hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air
real, tanah air formal, dan tanah air mental. Tanah air realadalah bumi tempat orang
dilahirkan dan dibesarkan, bersukaadalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan,
bersuka,dan berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari.
Keempat,hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah.Artinya,keputusan
yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan
membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal,
dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara kepada
warga negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau
dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan antara sesama warga
negara.
b.Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan pancasila sebagai sistem filsafat
meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pertama,meletakkan pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam
mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun
spiritual.
Kedua,pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang berakar dari
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendirisehingga mampu dalam menghadapi berbagai
ideologi dunia.
Ketiga,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan
sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
Keempat,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of
thinkingbangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan
dan pemikiran.Bahaya yang ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini adalah
ketidakseimbangan antara cara bertindak dan cara berpikirsehingga menimbulkan
kerusakan lingkungan dan mental dari suatu bangsa.

Tabel 1. Kasus pelanggaran nilai pancasila 2022

xxxx Jenis pelanggaran Presentase

…. Tindak Pidana 8.853,00


Konvensional

…. Pencurian dengan 412,00


Pemberatan

…. Pencurian dengan 24,00


Kekerasan

…. Aniaya Ringan 341,00

…. Aniaya Berat 6,00

Pembunuhan 9,00

Perkosaan 13,00

Penggelapan / Fidusa 347,00

Penipuan / Perbuatan 789,00


Curang

Narkoba 10.000.000.000.000.000.
000.000,00

Cyber Crime 10.000.000.000.000.000.


000.000,00

Sumber: Data Vertikal Kepolisian Republik Indonesia


Daerah
Gambar 1. Angka korupsi di infonesia
Sumber: kompas.id
V. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu
kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu
dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

Daftar Pustaka

Prof.DR.H.Kaelan, M. (2016). Pendidikan Pancasila edisi revisi. yogyakarta: PARADIGMA.

Darmodiharjo, Darji, 1996, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fukuyama, F. 1989, The End of History, dalam National Interest, No. 16 (1989), dikutip dari
Modernity and Its Future, H. 48, Polity Press, Cambridge.

Kaelan, 2005, Filsafat Pancasila sebagai Filasfat Bangsa Negara Indonesia, Makalah pada
Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta.

Notonagoro, 1971, Pengertian Dasar bagi Implementasi Pancasila untuk ABRI, Departemen
Pertahanan dan Keamanan, Jakarta.

Poespowardoyo, Soeryanto, 1989, Filsafat Pancasila, Gramedia, Jakarta.

Pranarka, A.W.M., 1985, Sejarah Pemikiran tantang Pancasila, CSIS, Jakarta.


Suseno, Franz, Magnis, 1987, Etika Politik : Prinsip-prinsip Moral Dasar Modern, PT
Gramedia, Jakarta.
Titus Harold, and Marilyn S., Smith, Richard T. Nolan, 1984, Living Issues Philosophy, Penerbit
Bulan Bintang, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai