Kelompok 2 Pancasila
Kelompok 2 Pancasila
I. Abstract
Indonesia has Pancasila as the basis for thinking that comes from a framework of philosophical values based
on the identity of the Indonesian nation. Pancasila as a philosophical system moves dynamically following
society where social life always has challenges both from within or from outside a country. The values
contained in Pancasila are essential in the thought process of the Indonesian nation and become a guide in
behavior and in the conception of the Indonesian nation's thinking.
Abstrak
Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar pemikiran yang bersumber dari kerangka nilai-nilai filosofis yang
berlandaskan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai sistem filsafat bergerak dinamis mengikuti
masyarakat dimana kehidupan sosial selalu mendapat tantangan baik dari dalam maupun dari luar suatu
negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat penting dalam proses berpikir bangsa Indonesia
dan menjadi pedoman dalam berperilaku dan dalam konsepsi pemikiran bangsa Indonesia.
Sebagai falsafah negara, Pancasila merupakan buah pikiran dari perenungan dan pemikiran
nilai – nilai filosofis yang terkandung dalam identitas bangsa. Pancasila dapat bertahan dari
berbagai guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik
dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia
menentang toleransi. Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga
dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi.
Kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari
kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta
Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh.Beberapa pengertian filsafat menurut ahli yaitu diantaranya:
1.Socrates(469-399 s.M.), 2.Plato (472-347 s. M.),
-Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil
dari aktivitas berfilsafat. Manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu
persoalan yang bersumber pada akal manusia.
2.Filsafat sebagai suatu Proses mencakup: Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini
filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu
permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan
objeknya.
Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang
tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.
a.Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :
1.Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai
suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
2.Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh.
Penjelasannya adalah bahwa Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur
asli/permanen/primer .Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-
unsurnya berasal dari dirinya sendiri.Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada
dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup
bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
b.Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,
dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri.
b.Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal)
c.Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
d.Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :
1.Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
2.Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
3.Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
4.Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
5.Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
III. Review Literatur
Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang
tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.
1.Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai
suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
c.Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
4.Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
5.Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
Pembunuhan 9,00
Perkosaan 13,00
Narkoba 10.000.000.000.000.000.
000.000,00
Daftar Pustaka
Darmodiharjo, Darji, 1996, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fukuyama, F. 1989, The End of History, dalam National Interest, No. 16 (1989), dikutip dari
Modernity and Its Future, H. 48, Polity Press, Cambridge.
Kaelan, 2005, Filsafat Pancasila sebagai Filasfat Bangsa Negara Indonesia, Makalah pada
Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta.
Notonagoro, 1971, Pengertian Dasar bagi Implementasi Pancasila untuk ABRI, Departemen
Pertahanan dan Keamanan, Jakarta.