Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai filsafat tertentu yang
menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara
tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa.
Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu
konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang atau
masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau
standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk mengorganisasikan
sistem tingkah laku suatu masyarakat. Indonesia memiliki nilai filsafat sendiri yaitu
Pancasila.

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan lightstar bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam
kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia
sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan UUD 1945.

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-
masing sila tidak bisa ditukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satupun kekuatan yang mampu
memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam
menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan
dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih
bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat membantu kita
dalam berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila merupakan sistem filsafat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi hakekat dari Pancasila?
2. Apa saja objek filsafat Pancasila?
3. Apa yang menjadi bukti bahwa ideologi Pancasila menjadi dasar filsafat negara
Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian pancasila sebagai sistem filsafat
2. Dapat mengetahui apa saja yang menjadi hakekat dari pancasila
3. Dapat mengetahui apa saja yang menjadi objek filsafat pancasila
4. Dapat mengetahui apa yang menjadi bukti bahwa pancasila sebagai dasar filsafat
indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila

Asal kata "Pancasila" berasal dari bahasa Sanskerta, yang merupakan salah satu
bahasa kuno yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan bahasa-bahasa di Asia
Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia. Kata "Pancasila" terdiri dari dua kata dalam
bahasa Sanskerta, yaitu "Panca" Kata "panca" berarti lima. Dalam konteks Pancasila,
"panca" merujuk pada jumlah lima, yang mengacu pada lima asas atau prinsip dasar yang
menjadi landasan ideologi negara Indonesia. "Sila" kata "sila" berarti prinsip, asas, atau nilai.
Dalam konteks Pancasila, "sila" menggambarkan setiap komponen dari lima prinsip yang
menjadi dasar ideologi negara.

Jadi, saat digabungkan, kata "Pancasila" berarti "lima prinsip" atau "lima asas."
Pancasila adalah ideologi negara Indonesia yang mendasari pandangan, nilai, dan norma-
norma yang menjadi dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

2.2 Pengertian Filsafat

Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani Philosophia terdiri dari kata Philo (Philein) artinya Cinta dan Sophia artinya
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya Hasrat yang besar atau
yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati
atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-
sungguh akan kebenaran sejati. Secara umum, filsafat merupakan ilmu yang berusaha
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Berdasarkan pengertian
umum ini, ciri-ciri filsafat dapat disebut sebagai usaha berpikir radikal, menyeluruh, dan
integral, atau dapat dikatakan sebagai suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-
dalamnya.

 Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat

1. Plato (472-347 SM)

3
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada atau ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (384-322 SM)
Filsafat adlah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di
dalamnya terkandung Ilmu-ilmu matefisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika atau filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3. Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu Yang Maha Agung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Immanuel Kant (1724-1804)
Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencangkup didalamnya tiga persoalan, yaitu apakah yang dapat kita ketahui?
(dijawab oleh mate fisika), apakah yang dapat kita kerjakan? (di jawab oleh
etika), sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)

2.3 Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Para ahli dan guru kita dalam beberapa literatur telah membahas bagaimana Pancasila
sebagai sistem filsafat secara jelas dan terperinci. Dalam pembahasnnya mengenai sistem
filsafat para ahli dan guru kita mengkaji mengenai aspek ontologi, aspek epistomologi dan
aspek aksiologi Pancasila sebagai sebuah sistem filsafat. Dalam pembahasan yang lainnya
ditelusuri mengenai sumber historis, sumber sosiologis dan sumber politis Pancasila sebagai
sistem filsafat. Oleh karena itu dalam pembahasan ini tidak akan dibahas lagi mengenai hal-
hal yang telah disebutkan. Pembahasan akan dilakukan dengan menerapkan langsung apa
yang telah dikemukakan oleh para ahli dan guru kita sebelumnya.

Syahrial Syarbaini dan Aliaras Wahid memberikan penjelasan Pancasila sebagai


filsafat sebagai berikut: Pancasila sebagai sebuah filsafat, memiliki karakteristik tersendiri
yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan
sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak
bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.

Untuk memahami apa yang dikemukakan Syahrial Syarbaini dan Aliaras Wahid
terebut maka kita akan membahasnya langkah demi langkah berkaitan dengan pembahasan
sebelumnya menngenai filsafat dan sistem. Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai

4
filsafat dan sistem maka kita akan memaknai Pancasila sebagai sistem filsafat ke dalam dua
tahapan.

Pertama, memaknai Pancasila sebagai sistem filsafat dengan menitik beratkan pada
pemaknaan pada term filsafat. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diartikan bahwa
pancasila merupakan sebuah sistem pemikiran yang mendalam mengenai Indonesia dalam
segala hal. Pancasila merupakan perasan pemikiran mengenai Indonesia yang diwujudkan
dalam sila-sila. Artinya, untuk melihat bagaimana Indonesia atau bagaimana Indonesia
seharusnya kita bisa melihat dan memaknai Pancasila. Bagaimana manusia-manusia
Indonesia kita dapat melihat dan memaknai Pancasila. Bagaimana melihat ekonomi, hukum,
budaya, dsb segala sesuatu yang bersangkutan dengan Indonesia kita dapat mengetahuinya
dengan cara melihat dan memaknai Pancasila.

Kedua, memaknai Pancasila sebagai sebiah sistem filsafat dengan menitik beratkan
pada term sistem. Sebagai sebuah sistem filsafat Pancasila merupakan satu kesatuan utuh
yang terbentuk dari bagian-bagian pembentuknya yang berupa sila-sila, yang masing-masing
sila-sila yang dimaksud mempunyai fungsi sendiri-sendiri tetapisangat berkaitan dan tidak
bisa dilepaskan satu dan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan tujuan untuk
mencapai tujuan berdirinya Negara Republik Indonesia.

Dari kedua uraian di atas mengenai pemaknaan Pancasila sebagai sebagai sistem
filsafat, maka kita dapat memaknai Pancasila sebagai perwujudan pemikiran terdalam bangsa
Indonesia, bersifat menyeluruh dan utuh yang terdiri dari bagian-bagian berupa sila-sila,
dimana masing-masing sila tidak dapat dilepaskan satu dan lainnya untuk mencapai tujuan
berdirinya Negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai sistem filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena
Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the
founding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat
Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila
(Notonagoro).

5
2.4 Hakikat dari Pancasila

Hakikat Pancasila adalah sesuatu yang terkandung dalam nilai-nilai yang terdapat
pada sila Pancasila yang harus dijadikan sebab, sehingga dijadikan sebagai dasar negara.
Hakikatnya Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Segenap peraturan perundang-undangan sejak yang paling rendah tingkatannya bersumber
dari pasal-pasal UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 bersumber dari Pancasila. Pancasila
menunjukan hakikat atau subtansi Pancasila yaitu dasar atau kata dasar Tuhan, manusia,
rakyat, dan adil. Berikut hakikat Pancasila dalam filsafat:

1. Sila pertama
Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya, setiap makhluk
hidup, termasuk warna negara harus memiliki kesadaran yang otonum (kebebasan,
kemandirian), disatu pihak, dan berkesadaran sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
yang akan dimintai pertanggung jawaban atas semua Tindakan yang dilakukan.

Pancasila merupakan suatu


kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
6
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
7
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
8
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
Pancasila merupakan suatu
kesatuan organis atau suatu
keseluruhan yang bulat. Susunan
9
sila-sila Pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya
kelima sila Pancasila itu
2. Sila Kedua
Hakikat sila kemanusian adalah manusia monopluralis yang terdiri atas 3
bagian, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial),
kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk tuhan).

3. Sila Ketiga
Hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah
air real, tanah air formal, dan tanah air mental. Tanah air real adalah bumi tempat
orang dilahirkan dan dibesarkan, bersuka, dan berduka, yang dialami secara fisik
sehari-hari. Tanah air formal adalah negara bangsa yang berundang- undang dasar,
yang membuat undang-undang, menggariskan hukum dan peraturan, menata,
mengatur dan memberikan hak serta kewajiban, mengesahkan atau membatalkan,
memberikan perlindungan, dan menghukum, memberikan paspor atau surat pengenal
lainnya. Tanah air mental bukan bersifat territorial karena tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu, melainkan imajinasi yang dibentuk dan dibina oleh ideologiatau
seperangkat gagasan vital (Daoed Joesoef, 1987)

4. Sila keempat
Makna sila ke-4 Pancasila adalah hakikat dari demokrasi yang sebenarnya.
Sila ini melambangkan bahwa pemerintahan berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Kerakyatan adalah kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Demokrasi menjadi suatu hal yang mutlak. Sila ke-empat mengharuskan negara untuk
menjamin bahwa rakyat dalam menjalankan kedaulatannya benar-benar secara
demokratis dan tanpa diskriminasi melalui wakil-wakilnya. Negara wajib menampung
dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan dari seluruh rakyat yang memiliki
kedaulatan tersebut. Hakikat sila ini, yaitu:
a) Demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

10
b) Pemusyawaratan, yaitu membuat putusan secara bulat, dengan dilakukan
secara bersama melalui jalan kebikjasanaan.
c) Melaksanakan keputusan berdasarkan kejujuran.

5. Sila kelima
Makna sila ke-5 dalam Pancasila adalah menegaskan bahwasanya keadilan
sosial merupakan keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materil maupun spiritual. Makna adil dalam sila kelima ini adalah
adil secara individu dan adil secara sosial. Prinsip kelima dari Pancasila jelas
terkandung makna tentang kesetaraan hak asasi manusia dan kewajiban dalam
menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Setiap orang memiliki martabat yang
sama seperti makhluk Tuhan. Setiap rakyat Indonesia mendapatkan hak dan
kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia. Tidak ada yang membedakan
baik secara ekonomi, sosial, politik dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa makna sila ke 5 memprioritaskan terkait keadilan dan bersikap baik
dengan orang lain. Sila ke 5 juga menegaskan untuk memahami hak dan kewajiban
sesama manusia dan menentang kekerasan.

2.5 Objek Filsafat Pancasila

Ditinjau dari sudut isi atau substansi objek fisafat Pancasila dapat dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu:

1. Objek material ialah menyelidiki segala sesuatu yang tak terbatas dengan tujuan
memahami hakikat ada (realitas dan wujud). Objek material filsafat kesemestaan,
keuniversalan, dan keumuman bukan partikular secara mendasar atau sedalam-
dalamnya.

2. Objek formal ialah metodologi, sudut, atau cara pandang khas filsafat, pendekatan dan
metode untuk meneliti atau mengkaji hakikat yang ada dan mungkin ada baik yang
konkret fisik dan bukan fisik; abstrak dan spiritual; maupun abstrak logis,
konsepsional, rohaniah, nilai-nilai agama, dan metafisika, bahkan mengenai Tuhan
pencipta dan penguasa alam semesta.

11
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa objek material ilmu logika adalah
ilmu yang menyelidiki pemikiran manusia sementara objek formalnya menyelidiki
pemikiran yang lurus. Pemikiran yang lurus adalah sudut atau aspek khusus atau cara
pandang mengenai pemikiran. Dengan demikian yang menjadi pokok bahasan
bukanlah setiap pemikiran akan tetapi pemikiran yang lurus. Tentu saja untuk melihat
apakah suatu pemikiran itu lurus atau tidak, orang dapat menyusun kategori-kategori
mengenai pemikiran yang tidak lurus sebagai lawan dari pemikiran tidak lurus agar
yang terakhir menjadi jelas. Objek material berkaitan dengan bahan dan data yang
dijadikan pokok pembahasan.

Objek formal berhubungan dengan cara pandang yang dipergunakan untuk


membahas objek tersebut. Sebagai contoh Ilmu logika, menjadikan berpikir sebagai
bahan kajian atau objek material, sementara sifat lurus dari berpikir merupakan objek
formal ilmu logika. Oleh karena itu bahan analisis logika bukanlah setiap bentuk dan
kegiatan berpikir, melainkan berpikir lurus, sehingga hanya berpikir luruslah yang
dibahas. Sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, filsafat Pancasila sebagai ilmu juga
menetapkan secara khusus bahan yang dijadikan objek atau pokok bahasan.

2.6 Bukti Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara

Ada beberapa alasan mengapa Pancasila disebut sebagai sistem filsafat, yaitu:

1. Dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan
nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Pancasila sebagai dasar
filsafat negara (Philosophische Grondslag), nilai-nilai filosofis yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia. Yang mengandung pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, diri sendiri, dengan sesama, dan dengan masyarakat sebagai sebuah bagian
dari bangsa.

2. Menurut Noor Bakry 1994, Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan
itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain
itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi
ciri-ciri berpikir kefilsafatan.

12
3. Menurut Sastrapratedja, 2001, Fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan
dapat disebut dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi
negara. Pancasila adalah dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala
kegiatan yang berkaitan dengan hidup kenegaraan, seperti perundang-undangan,
pemerintahan, perekonomian nasional, hidup berbangsa, hubungan warga negara
dengan negara, dan hubungan antarsesama warga negara, serta usaha-usaha untuk
menciptakan kesejateraan bersama.

4. Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu


yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian
disepakati sebagai dasar filsafat negara. Contohnya: Pancasila sebagai dasar filsafat
negara nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari
seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Contoh konkritnya:
a) Undang-Undang No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a)
berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang
beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-
undang tersebut memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari
semangat pelaksanaan untuk menolak segala bentuk pornografi yang tidak
sesuai dengan nlai-nilai agama dan martabat kemanusiaan.
b) Tidak melakukan pemaksaan dan menghormati kebebasan beragama
c) Tidak merendahkan atau mencemooh agama maupun pemeluk agama lain

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diartikan bahwa pancasila merupakan sebuah
sistem pemikiran yang mendalam mengenai Indonesia dalam segala hal. Pancasila
merupakan perasan pemikiran mengenai Indonesia yang diwujudkan dalam sila-sila. Artinya,
untuk melihat bagaimana Indonesia atau bagaimana Indonesia seharusnya kita bisa melihat
dan memaknai Pancasila. Bagaimana manusia-manusia Indonesia kita dapat melihat dan

13
memaknai Pancasila. Bagaimana melihat ekonomi, hukum, budaya, dsb segala sesuatu yang
bersangkutan dengan Indonesia kita dapat mengetahuinya dengan cara melihat dan memaknai
Pancasila.

3.2 Saran

Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun wawasan kami yang
masih minim, kemungkinan pada makalah ini ditemukan berbagai kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu dengan lapang dada penyusun berharap serta bersedia menerima kritik dan
saran dari teman-teman, serta dosen pengajar yang membangun guna untuk menambah
wawasan kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil, Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pendidikan Pancasila Di


Perguruan Tinggi), Jakarta: PT. Pradnya Paramita, Cetakan XIX, 2000, Hlm. 65.

Kaelan, 2014, Pendidikan Pancasila, Edisi revisi kesepuluh,Paradigma, Yogyakarta, hlm.49

Dr. Ahmad Jamalong, M.Pd. Sukino, Sulha, ( Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan di
perguruan tinggi ) PT RajaGrafindo Persada, Cetakan II, Januari 2020, Depok, Hlm. 35.

14
15

Anda mungkin juga menyukai