Anda di halaman 1dari 8

Nama kelompok : M.

Rifqi Zulfahmi (0319040005)


Aditya yuta prawiratama (0319040008)
Bima putra satrya (0319040015)
Daffa pratama ali asy’arI (0319040016)
Syahdan firza hendarto (0319040026)
Muhammad Faruq As’ary (0319040029)

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai ideology kolektif (cita-cita bersama)
seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatankan sebagai filsafat karena merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilaukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian
dituangkan dalma suatu system yang tepat. Notonagoro berpendapat bahwa filsafat pancasila
ini memberikan pengetahan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Jika
pancasila mau dipertanggung jawab kan secara sahih, logis, koheren, dan sistematis, di
dalamnya harus memuat kaidah-kaidah filosofis. Pancasila harus memuat juga dimensi
metafisis (ontologis), epitemologis, dan aksiologi.
Jika ditilik dari soal tempat, filsafat pancasila merupakan bagian dari Filsafat Timur (karena
Indonesia kerap digolongkan sebagai Negara yang ada di belahan bagian Timur).
Sebenarnya, ada banyak nilai ketimuran yang termuat dalam Pancasila, misalnya soal
pengakuan akan adanya Tuhan, kerakyatan, keadilan yang diidentikan dengan paham
mengenai „ratu adil‟ dan seterusnya. Pancasila juga memuat paham-paham Barat, seperti :
Kemanusiaan, demokrasi, dan seterusnya. Sebagai sistem filsafat,

Pertama, secara onotologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonarogo, hakikat dasar
ontologies Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum
pokok sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai
sifat dasar kesatuan yang mutlak, yang berupa sifat kodrat monodualis yaitu sebagai
makhluk individu sekaligus juga sebagai makhul social, serta kedudukannya sebagai makhlik
tuhan. Konsekuensinya, pancasila dijadikan dasar Negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila
yang merupakan kodrat manusia monodualis tersebut.

Kedua, kajian epistemologi Filsafat Pancasila dimaksudkan sebagi upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya karena
epsitemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu
tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila ini tidak bisa dipisahkan degan dasar
onotologisnya. Oleh karena itu, dasar epitemologi Pancasila sangat berkaitan dengan konsep
dasarnya hakikat tentang manusia. Sebagai suatu paham epistemology, Pancasila medasarkan
pandanganya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus
diletakan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religious dalam upaya
untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia, oleh karena itu,
Pancasila secara epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun
perkembangan sains dan teknologi pada saat ini.

Ketiga, kajian aksiologi Filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas nilai praksis atau
manfaat suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan karena sila-sila Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat memiliki sutu kesatuan dasar aksiologi, nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Aksiologi Pancasila ini mengandung arti bahwa kita membahas filsafat nilai Pancasila.
Secara aksiologi, bangasa Indonesia pendukung nilai-nilai Pancasila. Sebagai pendukung
nilai, bangsa Indonesia itulah yang mengakui, menghargai, menerima Pancasila sebagai
sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penerimaan, dan penghargaan Pancasila sebagai sesuatu
yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa
Indonesia.

Pancasila sebegai filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia mengandung makna bahwa
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus didasarkan pada
nila-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kenyataan, dan yang terakhir keadilan.
Pemikiran filsafat kenegaraan ini betolak dari pandangan bahwa Negara merupakan suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyrakatan, dimana merupakan masyrakat
hukum.

“Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung): Perikemanusiaan diambil dalam


arti yang seluas-luasnya, sedang sebagai dasar Negara Perikemanusiaan terutama berarti
internasionalisme. Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung): Keadilan Sosial
diambil dalam arti yang seluas-luasnya, harus dilakukan dalam semua kerja sama manusia,
sedang sebagi dasar Negara mempunyai arti yang khusus, yaitu Keadilan Sosial seperti yang
harus dijelmakan oleh Negara. Demikian juga demokrasi dalam filsafat hidup
(Weltanschauung) berarti tiap-tiap kesatuan-karya harus melaksanakan Demokrasi,
sedangkan sebagai dasar Negara Demokrasi mempunyai arti yang tertentu pula, yaitu cara
menegara. Juga Kebangsaan, dalam rumusan filsafat dan dalam undang-undang Negara
artinya tidak tepat sama. Dalam filsafat hidup kebangsaan dinyatakan bahwa manusia itu
dilahirkan dan dicap oleh tanha airnya (bangsanya), dan bahwa dalam membentuk
kesatuankarya. Dalam undang-undang Negara, bangsaan mempunyai arti yang khusus, yaitu
kesatuan yang sudah ada, yang kita sebut bangsa, itu harus menjadi landasan menegara.
Demikian juga halnya dengan sila Ketuhanan”(Driyarkara 2006:859-860).
Gotong royong menggarambarkan secara filsuf manusia dan bangsa Indonesia. Gotong
royong mengandaikan pengakuan akan yang lain (manusia dan Tuhan), kebersamaan, kerja
sama demi keadilan, dan musyawarah. Driyarkara kemudianmenguraikan manusia dan
bangsa Indonesia yang bergotong royong ini menjadi lengkap secara ontologies,
epistemologis, dan aksiologis.
“Sebagai dalil filsafat, Pancasila dapat dijelaskan sebagi berikut:
1. Aku manusia mengakui bahwa adaku itu merupakan ada bersama-dengan-cintakasih, yang
disebut perikemanusiaan.
2. Perikemanusiaan itu harus kujalani bersama-sama menciptakan, dan
mengguankan barang dunia demi keadilan sosial.
3. Perikemanusiaan harus kulaksanakan juga dalam masyarakat. Aku manusia
niscaya memasyarakat …, dan berdemokrasi.
4. Perikemanusiaan harus juga kulaksanakan dalam hubunganku dengan kesatuan
…. Kesatuan yang besar itu, tempat aku pertama harus melaksanakan
perikemanusaan, disebut dengan Kebangsaan.
5. Aku mengakui bahwa adaku itu bersama, serba terhubung, serba tersokong, serba
terganung. Jadi adaku tidak sempurna, tidak atas kekuatan sendiri. Jadi adaku
bukanlah sumber dari adaku … melainkan kepada Yang Mutlak, sang Maha-ada
…. Itulah Tuhan Yang Maha Esa”(Driyarkara 2006:856-857).

Analisis filsuf menunjukan bahwa gotong royong adalah filosofi hidup yang mengakar lama
dalam budaya Indonesia, dan kemudian diusulkan menjadi dasar Negara. Bangsa kita dahulu
memang belum berfilsafat secara sistematis, akan tetapi nilai-nilai filsuf yang berkembang
sejak dulu kala kemudian disistematisasi oleh soekarno, dan kemudian diringkasnya menjadi
gotong royong.
Formulasi formal dari Pancasila (atau bisa disebut sebagai Pancasila formal) itu mempunyai
akar yang dalam pada kegotongroyongan masyarakat Indonesia. Akar inilah yang kemudian
disebut Pancasila material oleh Notonagoro. Pancasila formal tak lain adalah cetusan rasional
(lewat penggalian bertahun-tahun) dari Pancasila material yang hidup dan berkembang dalam
sejarah, peradaban agam, hidup ketatanegaraan, lembaga sisial, dan lain sebagainya yang
bercirikan semangat gotong royong.
BERITA TERBARU TERKAIT PELANGGARAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT

 Ditinjau dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengungkapkan, saat ini masih ada pihak yang
mempertentangkan Pancasila dengan ajaran agama. Namun, kata Ma'ruf, upaya itu
tidak akan pernah berhasil.

"Dalam perjalanan bangsa Indonesia sejak Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945


kita mencatat banyak pihak yang berupaya mempertentangkan antara Pancasila
dengan ajaran agama. Sampai saat ini pun upaya-upaya seperti itu masih terus terjadi.
Saya berkeyakinan insyaallah upaya-upaya tersebut tidak akan pernah berhasil," kata
Ma'ruf dalam pembukaan Simposium Nasional BPIP secara virtual, Kamis (10/9/2020).

Ma'ruf mengatakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan turunan dari
ajaran agama. Selain itu, Pancasila sudah menjadi kesepakatan nasional.

"Orang yang masih mempertentangkan antara Pancasila dan agama adalah termasuk
yang mis-persepsi. Bisa saja mis-persepsi dari pemahaman agamanya atau dari
pemahaman Pancasilanya," ujar Ma'ruf.

Dia menjelaskan Pancasila harus dipahami secara utuh dan tidak boleh dipahami
secara parsial. Lewat pemahaman yang komprehensif, kata Ma'ruf, Pancasila tidak
boleh didorong ke arah pemahaman yang menyimpang.

"Di sisi lain, agama juga seharusnya dipahami secara moderat dengan tanpa
mengorbankan ajaran-ajaran dasar agama; dan sebaliknya, bukan pemahaman yang
bersifat radikal, ekstrem, atau liberal," tutur Ma'ruf.

Selain itu, Ma'ruf mengatakan Pancasila mempunyai nilai-nilai yang kuat untuk menjaga
kerukunan masyarakat dan kehidupan umat beragama. Pancasila telah terbukti
menciptakan integrasi nasional.

"Oleh karena itu, kita harus mampu menangkal berkembangnya paham-paham yang
mengancam Pancasila dan persatuan nasional. Padahal persatuan nasional
merupakan prasyarat bagi terwujudnya stabilitas nasional, sementara stabilitas nasional
merupakan prasyarat bagi kelancaran dan keberhasilan pembangunan nasional," tutur
Ma'ruf.

Sumber : https://news.detik.com/berita/d-5167611/maruf-amin-ungkap-masih-ada-
pihak-yang-pertentangkan-pancasila-dan-
agama?_ga=2.128599880.578763949.1604071624-883852067.160407162
 Ditinjau dari sila kedua, Kemausiaan yang adil dan beradab

Unit Reskrim Polsek Tambora Polres Metro Jakarta Barat telah menangkap
pelaku pencurian disertai penusukan yang mengakibatkan korbannya meninggal dunia.
Korban bernama Ruly Sentiohadi alias Abi warga Jalan Pekapuran 2 Rt/Rw 09/06,
Kelurahan Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat.

"Petugas kami berhasil melakukan penangkapan kurang dari satu jam setelah kami
mendapati adanya laporan atas pembunuhan tersebut serta mencocokkan dengan
database para pelaku," Kapolsek Tambora Kompol M Faruq Rozi dalam keterangan
tulis, Jumat (30/10/2020).

Faruq menjelaskan, pembunuhan tersebut berawal saat pelaku berinisial SH alias UK


(24) kepergok mencuri ponsel genggam milik korban yang saat itu sedang diisi daya di
belakang pintu rumah pada Rabu, (28/10/2020) sekitar pukul 03.30 WIB.
Kemudian istri korban terbangun karena mendengar adanya suara jendela terbuka.
Ketika dilihat ternyata ada seorang laki-laki yang tidak dikenal mengenakan kaos biru
tua dan menggunakan topi warna coklat sedang berusaha mengambil handphone.
"Melihat hal tersebut saksi pelapor langsung berteriak 'maling...maling…', yang
membangunkan korban yang merupakan suami pelapor," ujar Faruq.
Mendengar adanya teriakan dari istrinya, korban lalu terbangun dan ia langsung keluar
mengejar pelaku yang berlari ke lantai 1 yang merupakan tempat kos-kosan milik
korban.
Setelah itu dua saksi lainnya yang sedang berada di lokasi tersebut ikut naik ke atas
menyusul korban. Faruq menuturkan, di sana sempat terjadi dorong-mendorong pintu
kamar gudang antara korban dengan pelaku saat korban berusaha menangkap pelaku.
"Kemudian pelaku menikam tubuh korban yang mengenai rusuk bagian kiri dan tidak
lama kemudian pelaku kabur dengan turun dan berlari kabur meninggalkan tempat
kejadian," beber Faruq.
Faruq menjelaskan, awalnya korban ikut turun. Namun tak lama ia langsung tersungkur
di lantai.
"Melihat hal tersebut saksi pelapor selanjutnya membawa korban ke Puskesmas
Tambora Jakarta Barat untuk mendapatkan pertolongan medis namun korban tidak
terselamatkan dan meninggal dunia," jelasnya.

Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/4395845/kurang-dari-1-jam-polisi-bekuk-pelaku-
pencurian-disertai-pembunuhan-di-tambora
 Ditinjau dari sila ketiga Persatuan Indonesia

Momentum penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan terjadi pada hari
ini, 92 tahun yang lalu, yaitu 28 Oktober 1928, bersamaan dengan Sumpah Pemuda.
Adapun penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berasal dari bahasa
Melayu yang keberadaannya telah memiliki sejarah panjang. Dilansir dari laman Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ketujuh.
Hal itu terbukti dari ditemukannya Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo di
Palembang, Prasasti Kota Kapur di Pulau Bangka, dan Prasasti Karang Brahi di Jambi.
Prasasti-prasasti tersebut berangka tahun 680-an Masehi. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa kebudayaan, yakni dalam buku pelajaran
agama Buddha. Selain itu, bahasa Melayu juga digunakan dalam perdagangan,
sebagai bahasa antarsuku di Nusantara ataupun dengan pedagang yang datang dari
luar Indonesia.

Kemudian, peninggalan kerajaan Islam di abad ke-16 dan ke-17 semakin menunjukkan
pertumbuhan bahasa Melayu di Tanah Air. Bahasa itu pun menyebar ke pelosok negeri
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Masyarakat mudah
menerima bahasa Melayu
Dalam perkembangannya, bahasa Melayu yang digunakan di Indonesia dipengaruhi
oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa,
seperti Sansekerta, Persia, Arab, dan Eropa. Bahasa tersebut juga muncul dalam
berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu tersebut kemudian
menumbuhkan rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2020/10/28/15495011/sumpah-pemuda-
sejarah-lahirnya-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-persatuan
 Ditinjau dari sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.

Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan, pihaknya terus mendukung upaya


pemerintah untuk membuat sistem pertahanan rakyat semesta atau Sishankamrata
abad 21.

Hal ini disampaikannya saat orasi ilmilah secara daring dalam Kuliah Umum di
Universitas Pertahanan, Senin (26/10/2020). Turut hadir Rektor Unhan Laksamana
Madya Amarulla Oktavian bersama civitas akademika, di antaranya mahasiswa doktoral
Unhan Hasto Kristiyanto yang sekaligus menjabat sebagai Sekjen PDI Perjuangan

Menurut Puan, sebagai bentuk dukungannya, DPR terus berupaya melalui fungsi
legislasi, penetapan APBN, pengawasan serta peran diplomasi parlemen.

"Untuk menjaga persatuan, dan melindungi bangsa serta keutuhan wilayah Indonesia,
membutuhkan Sistem Pertahanan Semesta yang kuat dan andal," kata Puan,d alam
keterangannya.

Dia pun mencontohkan, soal perumusan Undang-Undang No 5 Tahun 2018 tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme.

"Undang-Undang ini turut mengatur mengenai pelibatan TNI dalam penanganan


terorisme melalui mekanisme Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dengan bersinergi
bersama Polri untuk memerangi terorisme," ungkap Puan.

"Hal ini juga mencerminkan sishankamrata berupa integrasi institusi sipil dan militer
dalam upaya memberantas terorisme," lanjut dia.

Puan menyebut, DPR RI juga turut merumuskan UU No 23 Tahun 2019 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Pertahanan Negara. Undang-Undang itu bertujuan
membentuk payung hukum bagi usaha bela negara, penataan komponen pendukung,
pembentukan komponen cadangan tentang pengaturan mobilisasi dan demobilisasi
pertahanan negara.

"Undang-undang ini merupakan arsitektur DPR bersama Pemerintah dalam rangka


mempersiapkan secara dini Sumber Daya Nasional agar lebih siap menghadapi
tantangan dan ancaman kekinian, baik ancaman militer maupun nonmiliter," tukas
politisi PDIP ini.

Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/4392202/puan-maharani-sebut-
indonesia-butuh-sistem-pertahanan-rakyat-semesta
 Ditinjau dari sila kelima ,Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Eko Sulistiyono dan Effendi Putra, dua orang petugas satpam di Kota Padang, divonis penjara
karena tak sengaja membunuh Adek Firdaus, terduga pencuri yang masuk di kawasan Pelabuhan
Teluk Bayur. Eko divonis 1 tahun 6 bulan penjara, sedangkan Effendi Putra divonis 4 tahun 6 bulan
penjara saat sidang yang digelar pada Selasa (20/10/2020). Pembunuhan yang melibatkan dua
orang satpam tersebut terjadi pada 1 Januari 2020.

Saat itu Eko dan Effendi melakukan patroli di Dermaga VII Pelabuhan Teluk Bayur dan memergoki
Adek Firdaus masuk ke area obyek vital negara. Kemudian, dua satpam tersebut meminta Adek
Firdaus untuk keluar area tersebut. Namun, Adek malah masuk ke mes PT CSK Dermaga Beton
Umum. Lagi-lagi, Adek Firdaus diminta untuk segera meninggalkan lokasi oleh kedua satpam
tersebut. Namun, ia menolak. Dengan emosi, ia mengeluarkan pisau dan menyerang Eko dan
Effendi.

Mereka pun berkelahi dan pisau yang dibawa Adek Firdaus untuk menyerang dua satpam tersebut
terlepas. Pisau tersebut kemudian diambil oleh salah satu satpam. Perkelahian tak berhenti di situ.
Adek Firdaus kemudian mengeluarkan golok yang ia simpan di pinggangnya dan kembali
menyerang dua satpam di obyek vital tersebut. Karena diserang, Effendi secara spontan
menusukkan pisau rampasan yang ia pegang ke paha dan dada Adek Firdaus. Terduga pencuri
tersebut kemudian meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit karena mengeluarkan banyak
darah.

Sementara itu, penasihat hukum kedua satpam tersebut memutuskan untuk melakukan banding
karena menilai putusan hakim tidak adil. Ia mengatakan, pembunuhan tersebut dilakukan tak
sengaja dan kedua terdakwa membela diri saat bertugas menjaga keamanan di lokasi obyek vital.
"Kami tidak puas dengan putusan ini. Dalam hukum pidana juga kita tidak hanya melihat bagaimana
matinya orang, tapi bagaimana kronologi seseorang itu bisa mati," katanya.

Sementara itu, salah satu rekan seprofesi terdakwa mengatakan bahwa kedua terdakwa hanya
menjalankan tugas untuk melindungi keamanan di kawasan yang menjadi tanggung jawabnya.
"Kami merupakan perpanjangan tangan kepolisian untuk menjaga keamanan, kami menjaga aset
negara, rekan kami dikorbankan," katanya. Sementara itu, istri terdakwa yang hadir dalam
persidangan tersebut histeris mendengar putusan dari majelis hakim.

Bahkan, sang istri sempat terlihat jatuh pingsan. Mereka menilai putusan tersebut tidak adil karena
suaminya saat kejadian itu hanya berusaha membela diri demi menjalankan tugas untuk menjaga
keamanan aset negara. "Suami saya saat bertugas itu menjaga aset negara," kata istri Effendi.

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2020/10/26/06070031/2-satpam-dipenjara-karena-tak-
sengaja-bunuh-terduga-pencuri-yang-masuk-obyek?page=all

Anda mungkin juga menyukai