Oleh
Akuntansi 2C
Dosen Pengampu :
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan serta agar dapat bermanfaat sebagai media sumber
informasi dan pengetahuan.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,
teman-teman dan semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan dalam bentuk moril
maupun materil dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami butuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Muzacky Sulaiman R
BAB 2
ISI
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Dari segi etimologi istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan
“falsafah” dalam kata Arab. Sedangkan menurut kata inggris “philosophy”, kata latin
“philosophia”, kata belanda “philosophie”, yang kesemuanya itu diterjemahan dalam kata
Indonesia “Filsafat”. “Philosophia” ini adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiata
“philosophien” sebagai kata kerjanya. Sedangkan kegiatan ini dilakukan oleh philosophos atau
filsuf sebagai subjek yang berfilsafat. Menurut Dr. Harun Nasution, istilah “falsafah” berasal dari
bahasa yunani “philein” dan kata ini mengandung arti “cinta” dan “sophos” dalam arti hikmah
(wisdom) (Nasution, 1973).
Istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, bagsa Yunani-lah yang mula-mula berfilsafat
seperti lazimnya dipahami oleh orang sampai sekarang. Kata ini bersifat majemuk, berasal dari
kata “philos” yag berarti “sahabat” dan kata “Sophia” yang berarti “pengetahuan” yang bijaksana
(wished) dalam bahasa Belanda, atau wisdom kata inggris, dan hikmat menurut kata Arab. Maka
philosophia menurut arti katanya berarti cinta pada pengetahuan yang bijaksana, oleh karena itu
mengusahakannya. (Sidi Gazalba, 1977). Jadi terdapat sedikit perbedaan arti, disatu pihak
menyatakan bahwa filsafat merupakan bentuk majemuk dari “philein” dan “sophos”, (Dr.Harun
Nasution,1973) di lain pihak filsafat dinyatakan dalam bentuk majemuk dari “philos” dan
“Sophia” (Sidi Gazalba, 1977) namun secara sistematis memiliki makna yang sama.
Dengan demikian “filsafat” yang dimaksudkan sebagai kata majemuk dari philein dan
sophos mengandung arti menintai hal-hal yang sifatnya bijaksana, sedangkan filsafat yang
merupakan bentuk majemuk dari philos dan Sophia berkonotasi teman dari kebijaksanaan.
Jadi istilah filsafat merupakan suatu istilah yang pada mulanya secara umum
dipergunakan untuk menyebutkan usaha kearah keutamaan mental (the persuit of mental
exellance) (Ali mudhofir, 1980).
B. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang
bersifat formal logis saja, namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistimologis,
serta dasar aksiologis dari sila Pancasila.
Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki hakekat
mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini dijelaskan sebagai
berikut :
“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social adamah manusia (Notonegoro,
1975:23). Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok
Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau
dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologism memiliki hal-hal
yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat kodrat
manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta kedudukan kodrat manusia
sebagai pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan
inilah maka secara hirarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai
keempat sila-sila pancasila lainnya (notonegoro, 1975-53).
Dasar Epistemologis
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya juga merupakan
suatu system pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila merupakan pedoman atau
dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian yang demikian ini
telah menjadi suatu system cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis,
karena dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi ideology
(Abdul Gani, 1998). Sebagai suatu ideology maka panasila memiliki 3 unsur pokok agar dapat
menarik loyalitas dari para pendukungnya yaitu :
Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya
Pathos, yaitu penghayatannya
Ethos, yaitu kesusilaannya (Wibisono, 1996:3)
Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka pancasila harus memiliki unsur rasional
terutama dalam kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.
Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya,
sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga merupakan satu
kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai
material dan vital. Dengan demikian nilai-nilai pancasila tergolong nilai kerohanian, yang juga
mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran, nilai keindahan, atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral ataupun nilai kesucian
yang secara keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai basisnya
sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).
A. Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai bagi bangsa Indonesia.
2. Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:
a. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
b. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai sumber hukum dasar bangsa Indonesia
B. Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara
Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau
mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang
telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila
adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini
dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA