MEWUJUDKAN KEHARMONISAN
MELALUI AJARAN CATUR PARAMITHA
Oleh
ABSTRACT
Realizing harmony in a society is everyone's desire. For those who always
try to spread social conflicts in order to destroy unity between communities, of
course they are seen as people who do not understand the teachings and ethics of
life. In Indonesia, these social conflicts are more prone to occur because of the
diversity of ethnicity, race, religion, and culture. Therefore it is deemed necessary
for every society to respect these differences, especially regarding religious
pluralism. Religion is an important part of the life of the Indonesian people, because
the values of truth and goodness are taught in detail by each religion. To avoid
conflicts between religions, a strong understanding of religious teachings related
to harmony is needed. In Hinduism, one of the concepts towards harmony between
communities is taught, namely Catur Paramitha which contains noble and noble
actions towards fellow human beings. This teaching views that every human being
is the same, brothers and sisters, originating from one source, namely God.
Keywords: harmony, religious pluralism, Catur Paramitha
I. PENDAHULUAN
Keberagaman kehidupan sebagai semboyan Negara Kesatuan
beragama merupakan salah satu ciri Republik Indonesia. Maksudnya,
khas kehidupan masyarakat di sekalipun Indonesia ini terdiri dari
Indonesia yang sudah ada sejak dulu ragam budaya, agama, suku, ras,
kala. Sejarah mencatat masyarakat golongan, maupun bahasa namun
kerajaan Majapahit pada waktu itu semuanya itu tetap satu negara yaitu
memeluk agama Budha dan Hindu Indonesia. Agar persatuan itu dapat
yang dapat hidup berdampingan. tetap tercapai maka diperlukan sikap
Konon Islam pun juga sudah dianut rukun antar warga negara Indonesia
oleh sebagian masyarakat pada waktu (Nurwardani, dkk 2016:238). Sikap
itu. Keharmonisan kehidupan yang rukun dan saling toleransi antar warga
ditunjukkan pada waktu itulah yang negara wajib dilakukan sebagai
kemudian ditulis oleh Mpu Tantular bentuk bela negara untuk
dalam kitab Sutasoma sebagai menghindari terjadinya perpecahan
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana atau perang saudara. Jika suatu negara
Dharma Mangrwa (berbeda-beda menjaga kerukunan antar warganya
tetapi tetap satu jua, tidak ada dan mampu menyelesaikan konflik
kerancuan dalam kebenaran). Kata yang ada, maka negara tersebut telah
Bhinneka Tunggal Ika itulah yang berhasil menjalankan visi misinya
oleh para pendiri negara ini dijadikan untuk menjadi negara maju.
Page 32
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 33
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Hindu diajarkan untuk selalu menjaga nirmala sadakala, satia bakti ring
kesejahteraan sosial dan meyakinkan pasamurat
diri bahwa kita umat beragama Artinya:
sesungguhnya adalah bersaudara, “Selain itu ada juga pengertian
sama-sama berasal dari sumber yang lain, Empat warga yaitu: Metri,
sama yaitu Tuhan dan menjaga Karuna, Mudita dan Upeksa.
kerukunan dan kedamaian menjadi Metri artinya senang bergaul
salah satu kebahagiaan dunia. Konsep pada semua makhluk hidup, tidak
loksamgraha tersebut dapat seharusnya mempunyai rasa
direalisasikan melalui ajaran Catur saling menyakiti adalah tidak
Paramitha. Oka (dalam Suartini, baik. Selalu rukun dengan rasa
2021:62) menjelaskan bahwa Catur kasih sayang atau belas kesihan,
Paramitha merupakan bagian dari rukun dengan orang lain dan
ajaran susila yang merupakan alat terhadap orang miskin serta
atau sarana dari manusia untuk dapat orang nista. Karuna artinya
menciptakan hubungan yang perkataan baik selalu merendah
harmonis, saling pengertian antara berkata yang baik, perkataannya
manusia yang satu dengan manusia membahagiakan, selalu
yang lainnya, dalam usahanya untuk menenangkan. Mudita artinya
mencapai tujuan hidup Moksartham selalu ceria pastinya tidak
Jagadhita yaitu kebahagiaan di dunia menemukan kejelekan. Selalu
dan kebahagiaan di akhirat. Dengan berdasarkan pikiran ikhlas
demikian diantara sesama makhluk menolong, hatinya akan bahagia.
ciptaan Tuhan hendaknya dapat hidup Upeksa artinya kukuh dalam
berdampingan serasi, selaras, kebajikan suci tidak ada halangan
harmonis damai dan sejahtera (Putra, dalam kehidupan, setia dan bakti
2021). pada semua makhluk di dunia”
Berdasarkan pendapat tersebut Suparna (dalam Sudiarta,
Catur Paramitha dapat dijabarkan ke 2019:64).
dalam 4 bagian penting dan utama Sesuai dengan sloka tersebut
yang dijelaskan dalam Lontar Tattwa dapat disimpulkan bahwa Catur
Jnana, 19a-19b sebagai berikut: Paramitha menjadi salah satu konsep
Nihan ta waneh kangetakna den untuk mewujudkan keharmonisan
ta, catur karma, nga., luirnia: antar maupun inter umat beragama,
metri, karuna, Mudita . Upeksa; karena dalam bagian-bagiannya
pat kwehnia. Metri, nga., terdapat ajaran-ajaran mulia dalam
mahasing ring sarwa maurip, menjalin hubungan sesama manusia.
away amati-mati yan tan sayogia Maitri (persahabatan), Karuna (welas
patinia, lewih asih ring kawelas asih), Mudita (simpatik), dan Upeksa
asih, asih ring wang pahilan (toleransi) menjadi pokok ajaran
muang ring wong tiwas wang penting dalam Catur Paramitha.
naraka. Karuna, nga., sabda Dilihat dari arti masing-masing
rahayu apes asor, swajatmika, bagian tersebut tentu jelas dapat
semiasrenggara arum, maruru dikatakan bahwa ajaran tersebut
ing sama. Mudita , nga., abungah mewujudkan keharmonisan dan
tan anemu ala, darana ring budi kerukunan umat beragama jika
santosa wirarti, manah lega. dilakukan dengan ketulusan hati dan
Upeksa, nga., adnyana rahayu kesadaran pikiran. Mewujudkan
Page 34
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
keharmonisan melalui ajaran Catur hanya taat kepada Tuhan tetapi juga
Paramitha adalah hal yang bisa menyayangi mahkhluk hidup ciptaan-
dilakukan dalam kehidupan sehari- Nya terutama manusia sebagai
hari. makhluk yang paling mulia. Manusia
yang dibekali dengan akal dan pikiran
II. METODE harus mampu memilah hal-hal baik
Penelitian ini menggunakan menuju kebahagiaan hidup. Dengan
metode penelitian kualitatif melalui Catur Paramitha inilah, manusia
studi pustaka dengan pendekatan khususnya umat Hindu menerapkan
teologis. Tulisan ini merupakan salah perilaku-perilaku mulia dan luhur
satu luaran dari mata kuliah teologi untuk menciptakan kehidupan
kerukunan pada semester. Sumber harmonis, damai, dan bahagia dalam
data yang digunakan meliputi buku- menjalani kehidupan beragama.
buku literatur dan hasil penelitian Pudja (dalam Suhardana,
yang membahas tentang Catur 2009:20) menyatakan bahwa Catur
Paramitha. Teknik analisis data Paramitha diibaratkan sebagai
dilakukan dengan tahapan reduksi sebuah kapal yang akan
data atau pemilahan data, memberangkatkan umat manusia
mengklasifikasi, mengintepretasi dan menuju suatu tujuan. Agar kapal itu
memaparkan data dalam bentuk dapat berjalan dengan baik, maka
deskripsi dan analisis. Proses analisis umat manusia selaku penumpangnya
dan tahap verifikasi dilakukan harus mempunyai akal yang
melalui analisis teoretik, sempurna, mempunyai bekal berupa
mendiskusikannya dengan teori-teori perilaku yang baik, mulia, dan luhur,
yang relevan dan menafsirkannya pendek kata yang penuh dengan
untuk menggali dan menunjukkan kebijaksanaan dan kepradnyanan.
makna penting yang terkandung di Jadi dalam hidup ini diperlukan
dalamnya (Giri dan Wiratmaja, ajaran yang baik, sebagai ajaran
2020). moral dan keimanan yang harus
dimaklumi, dipegang, dan diamalkan,
III. PEMBAHASAN sehingga umat manusia dapat hidup
3.1 Catur Paramitha dalam bahagia, tenang, tenteram dan damai.
Kehidupan Beragama Sesuai dengan pernyataan
Catur Paramitha berasal dari dua tersebut, Catur Paramitha sangat
kata, yaitu Catur berarti empat mempengaruhi tindakan umat
sedangkan Paramitha berarti manusia menuju keharmonisan dan
kebaikan atau kebajikan. Catur kesejahteraan hidupnya. Hal ini
Paramitha dapat diartikan sebagai selaras dengan pernyataan sloka
empat kebaikan atau empat Sarasamuccaya, 162 yang
kebajikan. Banyak pula orang yang menyatakan sebagai berikut:
mengartikan kata Paramitha itu Prawṛtti rahayu kta sādhananing
secara amat sederhana, sebagai rumakṣang dharma, yapwan sang
perbuatan mulia, perbuatan suci, hyang aji, jñāna pageh ekatāna
perbuatan baik atau perbuatan luhur sādhana ri karakṣanira, kunang
(Suhardana, 2009:19). Sesuai dengan ikang rūpa, si radin pangrakṣa
pernyataan tersebut Catur Paramitha irika, yapwan kesujanman,
adalah ajaran yang mengajarkan kasucilan sādhananing rumakṣa
manusia berbudi pekerti luhur, tidak ika
Page 35
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 36
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 37
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 38
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 39
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 40
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 41
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
berdampak baik bagi diri sendiri, kala. Sikap rukun dan saling toleransi
sehingga keharmonisan tetap terjaga antar warga negara wajib dilakukan
walaupun tidak memiliki ikatan darah sebagai bentuk bela negara untuk
(Putra, 2022). menghindari terjadinya perpecahan
Ajaran yang keempat yaitu atau perang saudara. Indonesia yang
Upeksa. Wujud pelaksanaan Upeksa memiliki ideologi Pancasila sudah
(toleransi) ini adalah dengan seharusnya mampu menyatukan
menghargai sesama, baik antar perbedaan-perbedaan yang ada untuk
maupun inter umat beragama. Bali mewujudkan persatuan dan
terkenal dengan toleransinya yang kemajuan. Untuk menjaga kerukunan
kuat, dalam satu banjar setiap agama dan keharmonisan kehidupan
dapat menjalankan kewajibannya beragama perlu adanya konsep ajaran
tanpa ada yang merasa tersaingi. yang dipedomani sebagai upaya
Contoh nyata toleransi di Bali adalah menciptakan kehidupan yang
adanya Pura yang didalamnya tenteram. Dalam agama Hindu ada
terdapat keragaman etnik dan agama salah satu konsep yang diajarkan
di Indonesia, yaitu salah satunya Pura untuk mewujudkan masyarakat yang
Negara Gambur Anglayang di rukun, yaitu ajaran Catur Paramitha.
Kabupaten Buleleng. Di dalam Catur Paramitha dapat diartikan
(jeroan) Pura ini terdapat pelinggih- sebagai empat kebaikan atau empat
pelinggih yang menggambarkan kebajikan. Catur Paramitha
beberapa suku dan agama, seperti mengajarkan manusia berbudi pekerti
suku Sunda, suku Melayu, Etnis luhur, tidak hanya taat kepada Tuhan
China dan Budha, unsur Islam, dan tetapi juga menyayangi mahkhluk
unsur Hindu. Hal tersebut tentunya hidup ciptaan-Nya terutama manusia
mencerminkan bahwa leluhur Bali sebagai makhluk yang paling mulia.
sudah megajarkan pentingnya Ajaran-ajaran tersebut diantaranya
toleransi dan menghargai kebudayaan Maitri (persahabatan), Karuna (welas
lain, sehingga keharmonisan asih), Mudita (simpatik), dan Upeksa
masyarakat di Bali tetap terjaga. (toleransi) yang menjadi pokok ajaran
Demikianlah contoh singkat penting dalam Catur Paramitha.
implementasi dari ajaran Catur Implementasi dari ajaran Catur
Paramitha, khususnya bagi umat Paramitha dapat kita jumpai dalam
Hindu. Dari contoh-contoh tersebut kehidupan sehari-hari. Catur
tentu penting bagi setiap umat untuk Paramitha tidak secara langsung
mengamalkan keempat ajaran luhur dikenal oleh seluruh umat Hindu,
tersebut agar tercipta masyarakat tetapi pelaksanaan dari ajaran-
yang harmonis dan damai. Semua ajarannya sering diterapkan bahkan
orang menginginkan adanya oleh seluruh umat manusia dari muda
kedamaian, oleh karena itu mulailah hingga tua, misalnya persahabatan
dari hal-hal terkecil seperti apa yang dalam pertemanan, kasih sayang antar
dijelaskan diatas. keluarga, berbagi dengan sesama,
menjenguk orang yang sakit, saling
IV. KESIMPULAN menghargai, meminta maaf apabila
Keberagaman kehidupan salah, berterimakasih, dan masih
beragama merupakan salah satu ciri banyak penerapan ajaran Catur
khas kehidupan masyarakat di Paramitha di kehidupan umat
Indonesia yang sudah ada sejak dulu beragama.
Page 42
Swara Vidya / Volume 3 Nomor 1 2023
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Page 43