SWASTYASTU
Bagaimana Membangun Kerukunan
sesuai ajaran Hindu.
Karl Max
sedang dialami bangsa Indonesia
Konflik antar
agama Terorisme
Radikalisme
tantangan kehidupan beragama
kita sebenarnya lebih
disebabkan
“model keberagamaan umat yang
diekspresikan secara simbolik”
Keberagaman Simbolik
melahirkan konflik
atas nama agama
Konflik di
Maluku
kehidupan
beragama kita
justru
mempersubur
konflik
agama memiliki dua sisi
paradoksal:
sebagai kenyamanan spiritual menjadi media subur
untuk kedamaian untuk menciptakan peperangan.
TERORISME
sering dilekatkan pada pemahaman agama yang fanatik,
militan, dan radikal
akibatnya
• Oleh sebab itu, konsep Tat Tvam Asi, Dharma Agama, Dharma Negara yang dapat diwujudkan dalam pengamalan ajaran Tri
Hita Karana adalah konsep pemikiran Hindu yang menjadi dasar umat berpola perilaku dan berinteraksi dengan sesama
mahkluk, termasuk dengan Tuhan. Tentu dalam hal ini menjalankan kewajiban hidup, sebagai mahluk pribadi, warga negara,
maupun sebagai umat beragama yang sadar akan hak dan kewajibannya dapat terlaksana dengan baik.
• Cita-cita keadilan sosial dalam agama Hindu terdapat dalam konsep loksamgraha atau kesejahteraan untuk seluruh masyarakat.
Dalam konsep loksamgraha, terkandung kesetiakawanan, kerelaan untuk berkorban demi kepentingan orang lain yang kurang
beruntung
• Veda meneguhkan kehidupan dan ketika Veda menyanyikan Sarve Bhavantu Sukhinah mantra ini menekankan
bahwa keselamatan pribadi bukanlah satu-satunya tujuan, tetapi bahwa kesejahteraan masyarakat, terutama
masyarakat pemeluk Hindu, adalah sama pentingnya bahkan jauh lebih penting.
• Loksamgraha sebagai suatu yang ideal dari masyarakat Hindu dapat diwujudkanmelalui suatu proses. Dimulai
dengan proses tumbuhnya kesadaran sosial di kalangan para pemeluk agama, bahwa masing-masing dari kita
adalah bersaudara satu sama lain: Vasudhaiva Kuṭumbakam. Bahkan, hakikat diri kita sebetulnya sama.
Penderitaan bagi yang satu adalah penderitaan bagi yang lain. Kebahagiaan bagi yang satu adalah kebahagiaan
bagi yang lain, aku adalah engkau: Tat Twam Asi.
• Masyarakat yang sejahtera adalah merupakan jumlah total dari individu dan keluarga Hindu
yang sejahtera dan merupakan bagian dari masyarakat dunia yang sejahtera pula. Pada
hakikatnya, setiap individu para pemeluk agama harus mampu menciptakan kesejahteraannya
sendiri melalui karma atau tindakannya sendiri. Untuk itu, dia haruslah memiliki kemampuan,
kecerdasan, keahlian, dan pengetahuan serta keterampilan untuk menunjang profesinya dan
mencapai kesejahteraan diri dan keluarganya termasuk masyarakat dunia.
• Umat Hindu diharapkan bersatu untuk membangun dan peka terhadap penyakit masyarakat
dan ikut memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh mereka yang tidak beruntung. Agama
yang tidak peka terhadap penyakit masyarakat dan tidak ikut ambil bagian dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat tidak akan mendapat tempat dalam masyarakat
modern dan tidak menarik bagi manusia modern.
• Konsep pemikiran Hindu tentang hidup rukun dan damai ini merupakan refleksi dari ajaran
Kitab suci Veda. Apabila konsep tersebut dapat dilaksanakan secara utuh, hasil akhir yang
dicapai adalah ”Anandam dan Santih”, yakni kerukunan, kebahagiaan, dan kedamaian.
• Setidaknya ada tiga strategi yang tidak hanya merupakan sebuah cara, tetapi juga merupakan tujuan yang di
dalamnya memelihara kerukunan antarumat beragama. Pertama, memperbesar aktor perdamaian. Asumsinya
adalah mengubah pandangan masyarakat untuk memiliki pandangan dan pemahaman agama dan kebudayaan
yang inklusif serta toleran yang sifatnya evolutif yang akan membutuhkan waktu cukup lama. Hal ini disebabkan
karena eksklusitas keagamaan juga merupakan sebuah budaya.
• Kedua, memperluas forum-forum perdamaian di masyarakat. Semakin banyakforum-forum kultural yang
mendiskusikan uapaya-upaya perdamaian maka akan semakin mempersempit gerak konflik. Forum-forum
perdamaian merupakan sarana yang paling efektif untuk mengumpulkan dan memperkuat soliditas masyarakat
damai yang aktif. Forum-forum rutin yang menghadirkan komunitas elitis-struktural dan populis-kultural akan
menjadi jembatan bagi komunikasi antarkelompok masyarakat.
• Ketiga, memperkuat jaringan perdamaian. Jaringan merupakan alat yang efektif untuk mengakselerasi
kepentingan perdamaian dengan jaringan yang kuat, baik dalam hubungan dengan sesama
masyarakat, sesama tokoh agama/adat, media, pemerintah, DPRD, kepolisian, LSM, dan stakeholder
lainnya. Upaya pencegahan konflik biasanya berbasis jaringan untuk mengomunikasikan dan
menyosialisikan setiap temuan potensi konflik atau strategi penyelesaian konflik.
• Keempat, mengadvokasi perdamaian. Inilah bagian dari upaya mengubah kebijakan agar negara
semakin peduli terhadap eksistensi perdamaian, terutama bagaimana Negara tidak membuat kebijakan
yang menyulut konflik atau tidak melindungi korban konflik. Advokasi biasanya dilakukan kepada
Pemda, Kepolisian, DPRD, dan lembaga Negara lainnya. Advokasi tidak bisa dilakukan secara
sederhana karena memerlukan kepercayaan, otoritas, legitimasi, dan kemauan untuk mengintervensi
kebijakan negara.
• Gambar diatas adalah Upacara Unan-Unan Masyarakat Hindu Tengger berlangsung dengan penuh kerukunan dan
kedamaian.
• Banyak sekali contoh kerukunan antarumat beragama di Indonesia yang terjadi secara natural. Sebagian besar
kelompok masyarakat ini memupuk kerukunan berdasarkan anjuran atau petuah para leluhur. Bahkan, salah satu
factor penyebab terjadinya kerukunan tersebut adalah karena mereka lebih memedomani ”agama”
kepercayaannya tersebut ketimbang agama-agama yang diakui secara konstitusi.
• Dalam usaha meningkatkan kerukunan intern, antar dan antara umat beragama ini, terdapat kutipkan
pernyataan Svami Vivekananda pada penutupan sidang Parlemen Agama-Agama sedunia, seratus tiga
tahun yang lalu tepatnya tanggal 27 September1893 di Chicago karena pernyataan yang disampaikan
oleh pemikir Hindu terkenal akhir abad yang lalu itu senantiasa relevan dengan situasi saat ini. Pidato
yang menggemparkan dunia dan memperoleh penghargaan yang tinggi seperti ditulis oleh surat kabar
Amerika sebagai berikut: "An orator by divine right and undoubted greatest in the Parliament of
Religion"(Benyamin Walker,1983:580). Kutipan yang amat berharga itu diulas pula oleh Jai Singh
Yadav (1993) dan diungkapkan kembali oleh I Gusti Ngurah Bagus (1993) sebagai berikut:
• "Telah banyak dibicarakan tentang dasar-dasar umum kerukunan agama. Kini saya tidak sekadar
mempertaruhkan teori saya. Namun, jika ada orang yang berharap bahwa kerukunan ini akan tercapai
melalui kemenangan dari suatu ajaran agama terhadap penghancuran agama lainnya, maka
kepadanya saya akan katakan: "Saudara, harapan Anda itu hanyalah impian yang mustahil" (Svami
Mumukshananda, 1992: 24).
F. RANGKUMAN TENTANG HAKITAT DAN PENTINGNYA
MEMBANGUN KERUKUNAN
• Kita semua merindukan
suasana kerukunan dan
perdamaian.
• Namun, untuk
mewujudkannya perlu sebuah
konsep pemikiran yang
dijadikan pedoman.
• Konsep pemikiran yang
dimaksud menekankan pada
masalah etika dan moral
berdasarkan ajaran Veda.
Melihat permasalahan dan ketidakharmonisan yang
terjadi di Indonesia belakangan ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a) Filsafat Tat Tvam Asi, Dharma Agama, Dharma
Negara adalah dasar pijakan atau pedoman
hidup bagi umat Hindu dalam menjalankan
kewajibannya sebagai individu maupun sebagai
warga negara.
b) Berpedoman pada ajaran Tat Tvam Asi Umat
Hindu disarankan untuk menjalankan kehidupan
sosial ke arah saling menghargai, menghormati,
dan menjalin persahabatan antarsesama
manusia dan mahluk ciptaan Tuhan yang lain.
c) Pengamalan Dharma Agama tidak disarankan
menyimpang dari petunjuk Veda.
d) Ajaran Tat Tvam Asi, Dharma Agama dan
Dharma Negara, hendaknya dapat mewujudkan
konsep ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan
sehari-hari
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
2014
SUMBER
-----------. 2014. Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) Pendidikan Agama Hindu.
Jakarta: Kemendikbud RI
MATA KULIAH WAJIB UMUM (MKWU)
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
PERGURUAN TINGGI
AGAMA HINDU
OM SANTI
SANTI SANTI
OM