Anda di halaman 1dari 38

OM

SWASTYASTU
Bagaimana Membangun Kerukunan
sesuai ajaran Hindu.

Drs. I Nyoman Warta. M.Hum


PENDAHULUA
NKerusuhan
 terjadi dalam berbagai bentuk
perwujudan dan disebabkan oleh berbagai
macam faktor.
 Contoh bentuk kerusuhan : kekerasan,
penjarahan, dan perusakan.
 Faktor-faktor yang dapat memicu kerusuhan :
masalah SARA (Suku, Ras, Agama, Antar-
golongan), kesenjangan ekonomi, masalah
politik.
 Fenomena kekerasan
 merupakan ancaman yang harus menjadi
perhatian bersama
 Indikasi memudarnya sikap pluralitas di
masyarakat
 Kekerasan rentan terjadi karena pluralitas
masyarakat dihadapkan dengan krisis politik,
ekonomi, sosial yang cukup serius
A. Menulusuri urgensi kerukunan
dalam membangun masyarakat yang
damai.
Kerukunan hidup di negara kita sering mendapat sorotan. Beberapa
konflik yang terjadi berkaitan dengan SARA.
Berikut adalah identifikasi penyebab dari masalah - masalah tersebut,
yaitu :
1. Eksklusivisme kelompok yang memperhatikan dirinya saja
2. Purinitas Agama usaha memurnikan agama dari unsur luar
3. Dilema solidaritas loyalitas yang kerap disalahgunakan
4. Dilema kepatuhan berhubungan dengan seorang pemimpin
5. Analisa satu sisi “melihat apa yang ingin dilihat saja”
6. Dilema Prasangka prasangka muncul dari tindakan yang
berlebihan
7. Dilema kepentingan politik & kekuasaan kepentingan politik yg
sesaat
B. Menanya alasan mengapa
diperlukan membangun kerukunan
Untuk apa sih kerukunan? Agamaku, Agamamu, Tuhan
kita.
Kita memang diciptakan berbeda, untuk membuat hidup ini
berwarna. Namun berbeda bukan berarti ada sekat di
antara kita, bukan juga berarti kita harus mengkotak-
• Se j a r a h diri
kotakan keru kunan
sendiri b e r a g ayang
terhadap ma d i Indonesia sudah
lainnya.
ada sejak jaman Majapahit
• NKRI berlambang Garuda, dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, diadaptasi dari kitab
Sutasoma sebagai Bhinneka tunggal ika tan hana
dharma mangrwa.
• H o m o g e n i t a s b e r s i f a t r e l a t i f, H e t e r o g e n i t a s t a k
terelakan.
• Pluralitas bagian dari kekayaan, perbedaan
bukanlah pertentangan.
Kerukunan sesuai ajaran hindu
ahimsā satyavacanam sarvabhūtahitam param
ahimsā paramo dharmah sa ca satye pratisthitah
satye krtvā pratisthām tu pravartante pravrttayah

• Mereka yang bathinnya mulia tidak menyakiti dan penuh kebaikan


kepada semua mahluk.
• Ahimsa [tidak menyakiti] adalah dharma yang tertinggi, mereka tidak
pernah menyakiti dalam perbuatan, perkataan dan pikiran.
• Mereka sepenuhnya sadar kepada sebab dan akibat dari perbuatan
[hukum karma], menuju evolusi bathin.

Dalam membangun kerukunan menurut ajaran hindu, hendaknya setiap


perjuangan membela kebenaran tidak dengan perusakan-perusakan,
karena sifat merusak, menjarah, memaksakan, mengancam, menteror,
membakar dan lain sebagainya sangat bertentangan dengan ahimsa
karma, termasuk menyakiti hati umat lain dengan niat yang tidak baik,
atau dengan berkata-kata kasar, pedas dan mengumpat.
kekakuan berfikir / fanatisme sempit kelompok
yang anti pluralisme, serta superioritas diri.

• Kurang mengerti hakikat agama, dan keTuhanan


yang Esa. Agama merupakan jalan yang dipilih sesuai
dengan kenyamanan rohani pribadi untuk
menghubungkannya dengan Sang Pencipta. Sang Pencipta
itu Satu adaNya, namun orang bijak menyebutNya dengan
berbagai nama. Apapun itu jalan yang mereka pilih, tetap
satu tujuannya yakni Tuhan itu sendiri.
• Ye Yatha Mam Prapadyante, Tams Tathal Va Bhajamy
Aham, Mama Vartma Nuvartante, Manusyah Partha
Arvasah, (Bhagawadgita, IV.II) Jalan manapun ditempuh
manusia, ke arah-Ku semuanya Kuterima, Dari manapun
Faktor-faktor yang
menyebabkannya
• Kesenjangan ekonomi yang tinggi.
• Kepentingan politik penguasa.
• Fanatisme sempit terhadap agama.
• Komersialisasi agama oleh individu tertentu.
• Rendahnya pendidikan masyarakat sehingga mudah
menerima doktrin mentah.
C. Menggali sumber historis,
sosiologis, politik, dan filosofis
dalam membangun
kerukunan
Terjadi
beragam
akulturasi

Pada zaman Majapahit, Mpu Tantular menyuratkan


pemikirannya, “bhineka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa” dalam pustaka Sutasoma. Artinya: “walaupun itu
berbeda tetapi pada hakikatnya satu, tak ada kebenaran yang
ganda”.
Piagam Campuhan (17-23 Nopember
1961 di Ubud)

Dharma Agama dan Dharma Negara.

Dharma Agama, yaitu menjalankan


Tattva, Etika, dan Upacara.

Samjnanam nah svebhih, Samjnanam Dharma Negara, yaitu hubungan umat


aranebhih, Samjnanam asvina yunam, sebagai warga negara kesatuan Republik
ihasmasu ni ‘acchalam. (Atharvaveda Indonesia.
VII.52.1)
Artinya :
Semoga kami memiliki kerukunan yang
sama dengan orang-orang yang dikenal menjunjung tinggi Pancasila dan Undang
dengan akrab, Semoga kami memiliki Undang Dasar 1945.
kerukunan yang sama dengan orang-
orang asing, semoga Engkau
memberkahi kami dengan keserasian
Pedoman filsafat dalam bersikap dan
berperilaku bagi umat Hindu dalam
menjalani hidupnya sehingga ia dapat
melaksanakan kewajiban di dunia ini
dengan harmonis.
Petugas keamanan tradisional Bali, Pecalang, menemani umat muslim yang
menuju masjid untuk melaksanakan Jumatan, bertepatan dengan Hari Nyepi, di
Sanur, Bali,
Jumat (23/3/12). Nyepi menandai tahun baru warga Hindu, di mana warga tinggal
di rumah
untuk melaksanakan meditasi dalam keheningan dan tanpa penerangan.
Sumber: www.pikiran-rakyat.com
PERTANYAAN :

1. Berikan tanggapan Anda mengenai gambar 3 di atas! Bandingkanlah


dengan kondisi lingkungan di tempat Anda saat pelaksanaan Nyepi!
2. Sampaikan pula pengalaman Anda sebagai mahasiswa ketika
melakukan berbagai aktivitas selama Bulan Suci Ramadhan!
3. Munculnya usaha-usaha untuk memurnikan agama dari pengaruh
unsur luar yang bukan asal agamanya dan belum optimalnya
kesadaran masyarakat Indonesia tentang nilai-nilai hakiki agamanya,
dianggap sebagai faktor munculnya perilaku yang tidak beradab
dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Bagaimana peran pendidikan karakter (Agama, Pancasila dan
Kewarganegaraan) yang selama ini berlangsung di sekolah dan
perguruan tinggi?
D. Membangun argumen tentang
dinamika dan tantangan dalam
membangun
kerukunan
agama selalu hidup di tengah kehidupan umat
manusia sepanjang masa. Tidak seperti yang diyakini Nietzsche dan
Feurbach, Tuhan
(agama) telah mati.
agama dapat kehilangan
makna substansialnya dalam menjawab
problem kemanusiaan, yakni ketika
agama tidak lagi berfungsi sebagai
pedoman hidup yang mampu melahirkan
kenyamanan spiritual dan objektif dalam
segala aspek kehidupan umat manusia
agama telah
menjadi candu
bagi
masyarakat.

Karl Max
sedang dialami bangsa Indonesia
Konflik antar
agama Terorisme

Radikalisme
tantangan kehidupan beragama
kita sebenarnya lebih
disebabkan
“model keberagamaan umat yang
diekspresikan secara simbolik”
Keberagaman Simbolik

melahirkan konflik
atas nama agama

Contohnya Syariat Islam,


tidak dimaknai secara substantif sebagai jalan agama menuju
pembebasan, perdamaian, dan harmoni sosial
Konflik di
Poso

Konflik di
Maluku
kehidupan
beragama kita
justru
mempersubur
konflik
agama memiliki dua sisi
paradoksal:
sebagai kenyamanan spiritual menjadi media subur
untuk kedamaian untuk menciptakan peperangan.
TERORISME
sering dilekatkan pada pemahaman agama yang fanatik,
militan, dan radikal

akibatnya

sikap-sikap beragama intoleran


atas kelompok-kelompok
di luarnya
Bom Bali
Peristiwa Bom Bali mestinya bisa
menjadi pelajaran bagi umat
beragama dan untuk tidak
mempromosikan pemahaman agama
yang fanatik, militan, dan radikal,
tetapi mempromosikan pemahaman
agama yang moderat.
E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi membangun kerukunan

• Svami Chinmayananda dalam bukunya The Art Of Living menyatakan:


• “sekelompok manusia yang tinggal di suatu bagian geografis tertentu tidak dapat disebut bangsa, tapi hanya merupakan
sekelompok manusia. Apabila kelompok semacam itu hidup bersama dalam kerukunan dan berupaya untuk mencapai suatu
tujuan yang sama, barulah ia dapat disebut bangsa. Kualitas suatu bangsa sangat tergantung pada kualitas individu warga
negaranya, yang memiliki rasa persaudaraan, kasih saying, dan pengertian yang integratif”.

• Oleh sebab itu, konsep Tat Tvam Asi, Dharma Agama, Dharma Negara yang dapat diwujudkan dalam pengamalan ajaran Tri
Hita Karana adalah konsep pemikiran Hindu yang menjadi dasar umat berpola perilaku dan berinteraksi dengan sesama
mahkluk, termasuk dengan Tuhan. Tentu dalam hal ini menjalankan kewajiban hidup, sebagai mahluk pribadi, warga negara,
maupun sebagai umat beragama yang sadar akan hak dan kewajibannya dapat terlaksana dengan baik.

• Cita-cita keadilan sosial dalam agama Hindu terdapat dalam konsep loksamgraha atau kesejahteraan untuk seluruh masyarakat.
Dalam konsep loksamgraha, terkandung kesetiakawanan, kerelaan untuk berkorban demi kepentingan orang lain yang kurang
beruntung
• Veda meneguhkan kehidupan dan ketika Veda menyanyikan Sarve Bhavantu Sukhinah mantra ini menekankan
bahwa keselamatan pribadi bukanlah satu-satunya tujuan, tetapi bahwa kesejahteraan masyarakat, terutama
masyarakat pemeluk Hindu, adalah sama pentingnya bahkan jauh lebih penting.

• Loksamgraha sebagai suatu yang ideal dari masyarakat Hindu dapat diwujudkanmelalui suatu proses. Dimulai
dengan proses tumbuhnya kesadaran sosial di kalangan para pemeluk agama, bahwa masing-masing dari kita
adalah bersaudara satu sama lain: Vasudhaiva Kuṭumbakam. Bahkan, hakikat diri kita sebetulnya sama.
Penderitaan bagi yang satu adalah penderitaan bagi yang lain. Kebahagiaan bagi yang satu adalah kebahagiaan
bagi yang lain, aku adalah engkau: Tat Twam Asi.
• Masyarakat yang sejahtera adalah merupakan jumlah total dari individu dan keluarga Hindu
yang sejahtera dan merupakan bagian dari masyarakat dunia yang sejahtera pula. Pada
hakikatnya, setiap individu para pemeluk agama harus mampu menciptakan kesejahteraannya
sendiri melalui karma atau tindakannya sendiri. Untuk itu, dia haruslah memiliki kemampuan,
kecerdasan, keahlian, dan pengetahuan serta keterampilan untuk menunjang profesinya dan
mencapai kesejahteraan diri dan keluarganya termasuk masyarakat dunia.

• Umat Hindu diharapkan bersatu untuk membangun dan peka terhadap penyakit masyarakat
dan ikut memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh mereka yang tidak beruntung. Agama
yang tidak peka terhadap penyakit masyarakat dan tidak ikut ambil bagian dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat tidak akan mendapat tempat dalam masyarakat
modern dan tidak menarik bagi manusia modern.

• Konsep pemikiran Hindu tentang hidup rukun dan damai ini merupakan refleksi dari ajaran
Kitab suci Veda. Apabila konsep tersebut dapat dilaksanakan secara utuh, hasil akhir yang
dicapai adalah ”Anandam dan Santih”, yakni kerukunan, kebahagiaan, dan kedamaian.
• Setidaknya ada tiga strategi yang tidak hanya merupakan sebuah cara, tetapi juga merupakan tujuan yang di
dalamnya memelihara kerukunan antarumat beragama. Pertama, memperbesar aktor perdamaian. Asumsinya
adalah mengubah pandangan masyarakat untuk memiliki pandangan dan pemahaman agama dan kebudayaan
yang inklusif serta toleran yang sifatnya evolutif yang akan membutuhkan waktu cukup lama. Hal ini disebabkan
karena eksklusitas keagamaan juga merupakan sebuah budaya.
• Kedua, memperluas forum-forum perdamaian di masyarakat. Semakin banyakforum-forum kultural yang
mendiskusikan uapaya-upaya perdamaian maka akan semakin mempersempit gerak konflik. Forum-forum
perdamaian merupakan sarana yang paling efektif untuk mengumpulkan dan memperkuat soliditas masyarakat
damai yang aktif. Forum-forum rutin yang menghadirkan komunitas elitis-struktural dan populis-kultural akan
menjadi jembatan bagi komunikasi antarkelompok masyarakat.
• Ketiga, memperkuat jaringan perdamaian. Jaringan merupakan alat yang efektif untuk mengakselerasi
kepentingan perdamaian dengan jaringan yang kuat, baik dalam hubungan dengan sesama
masyarakat, sesama tokoh agama/adat, media, pemerintah, DPRD, kepolisian, LSM, dan stakeholder
lainnya. Upaya pencegahan konflik biasanya berbasis jaringan untuk mengomunikasikan dan
menyosialisikan setiap temuan potensi konflik atau strategi penyelesaian konflik.
• Keempat, mengadvokasi perdamaian. Inilah bagian dari upaya mengubah kebijakan agar negara
semakin peduli terhadap eksistensi perdamaian, terutama bagaimana Negara tidak membuat kebijakan
yang menyulut konflik atau tidak melindungi korban konflik. Advokasi biasanya dilakukan kepada
Pemda, Kepolisian, DPRD, dan lembaga Negara lainnya. Advokasi tidak bisa dilakukan secara
sederhana karena memerlukan kepercayaan, otoritas, legitimasi, dan kemauan untuk mengintervensi
kebijakan negara.
• Gambar diatas adalah Upacara Unan-Unan Masyarakat Hindu Tengger berlangsung dengan penuh kerukunan dan
kedamaian.

• Banyak sekali contoh kerukunan antarumat beragama di Indonesia yang terjadi secara natural. Sebagian besar
kelompok masyarakat ini memupuk kerukunan berdasarkan anjuran atau petuah para leluhur. Bahkan, salah satu
factor penyebab terjadinya kerukunan tersebut adalah karena mereka lebih memedomani ”agama”
kepercayaannya tersebut ketimbang agama-agama yang diakui secara konstitusi.
• Dalam usaha meningkatkan kerukunan intern, antar dan antara umat beragama ini, terdapat kutipkan
pernyataan Svami Vivekananda pada penutupan sidang Parlemen Agama-Agama sedunia, seratus tiga
tahun yang lalu tepatnya tanggal 27 September1893 di Chicago karena pernyataan yang disampaikan
oleh pemikir Hindu terkenal akhir abad yang lalu itu senantiasa relevan dengan situasi saat ini. Pidato
yang menggemparkan dunia dan memperoleh penghargaan yang tinggi seperti ditulis oleh surat kabar
Amerika sebagai berikut: "An orator by divine right and undoubted greatest in the Parliament of
Religion"(Benyamin Walker,1983:580). Kutipan yang amat berharga itu diulas pula oleh Jai Singh
Yadav (1993) dan diungkapkan kembali oleh I Gusti Ngurah Bagus (1993) sebagai berikut:

• "Telah banyak dibicarakan tentang dasar-dasar umum kerukunan agama. Kini saya tidak sekadar
mempertaruhkan teori saya. Namun, jika ada orang yang berharap bahwa kerukunan ini akan tercapai
melalui kemenangan dari suatu ajaran agama terhadap penghancuran agama lainnya, maka
kepadanya saya akan katakan: "Saudara, harapan Anda itu hanyalah impian yang mustahil" (Svami
Mumukshananda, 1992: 24).
F. RANGKUMAN TENTANG HAKITAT DAN PENTINGNYA
MEMBANGUN KERUKUNAN
• Kita semua merindukan
suasana kerukunan dan
perdamaian.
• Namun, untuk
mewujudkannya perlu sebuah
konsep pemikiran yang
dijadikan pedoman.
• Konsep pemikiran yang
dimaksud menekankan pada
masalah etika dan moral
berdasarkan ajaran Veda.
Melihat permasalahan dan ketidakharmonisan yang
terjadi di Indonesia belakangan ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a) Filsafat Tat Tvam Asi, Dharma Agama, Dharma
Negara adalah dasar pijakan atau pedoman
hidup bagi umat Hindu dalam menjalankan
kewajibannya sebagai individu maupun sebagai
warga negara.
b) Berpedoman pada ajaran Tat Tvam Asi Umat
Hindu disarankan untuk menjalankan kehidupan
sosial ke arah saling menghargai, menghormati,
dan menjalin persahabatan antarsesama
manusia dan mahluk ciptaan Tuhan yang lain.
c) Pengamalan Dharma Agama tidak disarankan
menyimpang dari petunjuk Veda.
d) Ajaran Tat Tvam Asi, Dharma Agama dan
Dharma Negara, hendaknya dapat mewujudkan
konsep ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan
sehari-hari
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
2014

SUMBER
-----------. 2014. Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) Pendidikan Agama Hindu.
Jakarta: Kemendikbud RI
MATA KULIAH WAJIB UMUM (MKWU)
PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PERGURUAN TINGGI
AGAMA HINDU
OM SANTI
SANTI SANTI
OM

Anda mungkin juga menyukai