Anda di halaman 1dari 23

Krisis yang multi aspek dan dimensional,

menimbulkan anggapan bahwa agama-


agama tidak mampu menjadi pilihan yang
relevan bagi umat manusia. Mengapa?
1. Agama berhenti pada persoalan doktrinal,
ritual, dan simbol superioritas keagamaan
sehingga tidak mampu membawa
pengikutnya memahami secara esensial
makna agama dalam hidupnya.
Fundamentalisme
• Gerakan/aliran/paham yang percaya untuk kembali kepada
ajaran yang diyakini sebagai dasar-dasar/asas-asas fundamental.
• Sikap pemeluk agama yang fundamentalistik cenderung
menganggap berbeda adalah pertentangan.
• Pemeluk agama hanya menerima ajaran agama dalam konteks
keyakinan, bukan pemahaman. Artinya, agama hanya didudukan
sebagai suatu sistem kredo yang eksklusif dan tidak affair.

Ekses: terisolir-statis, menajamnya konflik antar umat,


masing-masing agama berjalan secara parsial
Fanatisme
• Tidak rasional atau keyakinan yang terlalu
kuat dan kurang gunakan budi sehingga
tidak dapat menerima faham yang lain
• Fanatisme warna kulit, fanatisme
etnik/kesukuan, fanatisme klas sosial,
fanatisme ajaran
Ekses: faham sentris, suku sentris, konflik antar suku, ego
sektoral, moralistis
2. Agama menjadi ancaman bagi kemanusiaan dan menunjukkan cita-cita dehumanisasi.
1) Agama dibangun sebagai oposisi terhadap adat istiadat dan keyakinan sebelumnya
– agama berjuang untuk mempertahankan integritas dan eksistensinya.
2) Teks-teks dan tradisi-tradisi dipergunakan sebagai pembenaran penggunaan
kekerasan.
 Dalam Yudaisme terdapat aturan-aturan kuno dan mutlak dari kitab
Ulangan yang merekomendasikan pemusnahan orag-orang Kanaan, atau
memberikan kepemilikan tanah orang-orang Yahudi antara Sungai Nil dan
Efrat, dll.
 Dalam tradisi Islam, jihad berarti berjuang. Pertama-tama diinterpretasikan
sebagai perjuangan hati untuk mentaati perintah Allah, juga dibatasi
mempertahankan Islam terhadap penyerangan yang tidak adil.
 Mayoritas gereja Kristen menyesalkan terjadinya Perang Salib dan
penganiayaan orang-orang Yahudi sebagai kesalahpahaman atas perintah
Yesus untuk mengasihi Allah, interpreatsi yang salah terhadap teks ‘gigi
ganti gigi’, dll.
Ekses: jika diperdebatkan, apakah teks-teks religius menghasilkan intoleransi?
Radikalisme
• Faham yang menghendaki adanya perubahan/pergantian terhadap sistem di
masyarakat sampai ke akar-akarnya, percaya untuk kembali kepada ajaran
yang diyakini sebagai dasar-dasar/asas-asas fundamental.
• Keberadaan radikalisme berkembang secara trans nasional dan trans religion di
berbagai negara dan dialami semua agama
• Gerakan radikal sering menggunakan simbol-simbol agama dengan dalih
pemurnian atau purifikasi ajaran agama
• Perubahan menyeluruh hanya bisa dilakukan dengan cara radikal, bukan
dengan cara evolusioner dan damai.
• Pemahaman literal terhadap teks dan cenderung mudah menggunakan
kekerasan dalam memaksakan.

Ekses: kehidupan berbangsa, kekayaan budaya dan tradisi akan tereduksi


dengan hadirnya formalisasi agama, munculnya ektrimisme agama
Dr. Phil. Syafiq Hasyim
(Direktur International Center for Islam and Pluralism dan Pengajar
FISIP UIN Jakarta)
Rujukan 20 indikator sebagai parameter untuk mengukur
“kecenderungan ekstremisme keagamaan” (Schmid, 2004, h. 21-2):
1. Gerakan ini memiliki kecenderungan untuk menempatkan diri mereka
di luar arus utama atau menolak tatanan dunia, politik dan sosial;
2. Berusaha menggulingkan tatanan politik dalam rangka membangun
kembali apa yang mereka pertimbangkan tatanan alamiyah di dalam
masyarakat, apakah ini didasarkan pada ras, kelas, keyakinan,
superioritas etnis;
3. Memiliki program ideologi dan perencanaan aksi yang ditujukan untuk
meraih kekuasaan politik atau komunal;
4. Menolak atau mengacaukan konsepsi tatanan hukum masyarakat
demokratis; menggunakan ruang politik yang disediakan oleh sistem
demokratis untuk memajukan tujuan mereka dalam mengambil
kekuasaan politik;
5. Menolak deklarasi internasional hak asasi manusia dan menunjukkan
ketidakempatian mereka serta tidak mengakui hak orang lain;
6. Menolak prinsip-prinsip demokrasi yang didasarkan pada kedaulatan
rakyat;
7. Menolak kesetaraan secara umum terutama untuk kaum perempuan
dan minoritas;
8. Menolak diversitas dan pluralisme bahkan memajukan sistem budaya
yang monolitik (mono culture society);
9. Menggunakan filsafat segala cara (ends justify means) dalam
mencapai tujuan;
10. Secara aktif dan mendorong dan mengutamakan penggunaan
kekerasan untuk memerangi apa yang mereka pandang kejahatan dan
meraih tujuan politik mereka;
11. Menunjukkan kecenderungan untuk terlibat dalam kekerasan massa
terhadap musuh-musuh mereka ketika dalam kekuasaan atau
keadaan impunitas;
12. Mereka biasanya menggunakan satu sudut pandang, hitam atau
putih, ingin memurnikan dunia, mengumbar kebencian kepada musuh-
musuh mereka;
13. Mengenyampingkan kebebasan individu untuk kepentingan kolektif;
14. Menolak kompromi dan ingin mengeliminasi musuh mereka;
15. Menunjukkan intoleransi untuk seluruh pandangan di luar
pandangan mereka dan menampakkan penolakan mereka dengan cara-
cara kemarahan, agresif, kebencian baik dalam perilaku maupun
ucapan;
16. Menampilkan fanatisisme dan memposisikan diri sebagai
pihak yang terancam serta menggunakan teori konspirasi
tanpa mengaku bahwa tindakan mereka adalah irasional;
17. Menampilkan sikap diktator, otoriter dan totaliter;
18. Tidak mau dikritik dan mengintimidasi dan mengancam
mereka yang berbeda, mereka yang heretik dan mereka yang
kritik dengan kematian;
19. Mereka meminta agar tuntutan mereka dipatuhi.
20. Mereka memiliki ide yang tidak bisa diubah dan tertutup
atas kebenaran yang mereka yakini bahkan mereka bersedia
mati untuk mempertahankannya.
3. Agama tidak berfungsi sebagai sesuatu yang memberikan kekuatan
etis dalam perilaku manusia.
• “Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih
benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-
orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga” (Matius 5:20).
• Misi agama haruslah dipahami sebagai “percakapan”
(conversation), bukan “ubah-menjadi” (conversion). Ubah-
menjadi atau apapun namanya adalah suatu bentuk
penindasan. Penindasan selalu memosisikan adanya pihak
yang kuat atau benar pada satu sisi, dan pihak yang lemah
atau tidak benar pada sisi yang lain. Pola relasinya adalah
subordinasi. Sedangkan percakapan selalu memosisikan “yang
lain” dalam pola relasi egaliter dan setara (equal).
• Komunikasi egaliter antar komunitas bukan hanya dibangun
berdasarkan asas persamaan budaya atau nenek moyang
(homogenitas) tetapi juga memperkaya pengalaman hidup
bersama setiap komunitas (pendekatan multikultural).
4. Agama tidak dapat membawa manusia menemukan nilai-nilai autentik
dalam hidupnya, seperti keadilan, kebenaran, kemanusiaan, martabat dan
beradab.
Karl Marx lahir di Trier, Jerman Barat, 5
Mei 1818
1. Agama sebagai instrumen
penindasan. Agama telah dijadikan
alat dari kaum kapitalis (dengan
dukungan para tokoh agama), dalam
melanggengkan penindasan terhadap
kaum proletariat (yakni kaum tani dan
buruh).
2. Agama adalah candu masyarakat.
agama memberikan harapan-harapan
semu, yang dapat membantu manusia
untuk sementara waktu melupakan
masalah real hidupnya.
3. Peniadaan agama sebagai
kebahagiaan real. peniadaan agama
“sebagai kebahagiaan khayali”
masyarakat adalah tuntutan demi
kebahagiaan nyata. Manusia adalah
hakekat tertinggi bagi manusia.
SOLUSI (PERLU DIKEMBANGKAN)
1. Spiritualitas keberagaman
(dominasi tanggung jawab vs
dominasi kepelbagaian)
• Dominasi Kepelbagaian (majemuk: suku, budaya,
daerah, agama, kelas soaial) → kelompok terbaik
dibanding dengan yang lainnya.
• Dominasi Tanggung jawab → kemajemukan
sebagai potensi untuk memperindah, merawat
atau memelihara kehidupan yang dianugerahkan-
Nya.
2. Spiritualitas keagamaan (Mat 5:20)
3. Spiritualitas kemanusiaan (Q.S. Al-Hujurat [49] : 13,
Lukas 10:30-37)
َ ‫َيـٰٓأ َ ُّي َہا ٱل َّناس إِ َّنا َخلَ ۡق َنـكم مِّن َذ َكر َوأن َثى َو َج َع ۡل َنـكمۡ شعوبا َو َق َبآٰ ِٮ َل ِل َت َع‬
• ‫ارف ٰٓو ْۚا‬
‫ٱّلل َع ِليم َخ ِبير‬ َ َّ َّ‫ٱّلل أَ ۡت َقٮكمۡ ۚ إِن‬ ۡ َ‫إِنَّ أ‬
ِ َّ َ‫ڪ َر َمكمۡ ِعند‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat [49]
: 13). http://www.mirajnews.com
• Satu Bumi Banyak Agama, Dialog Multi-Agama dan
Tanggung Jawab Global oleh Paul F. Knitter
4. Membangun budaya Persaudaraan/
kekeluargaan/kekerabatan yang universal
Secara kodrati, manusia diciptakan Allah dalam realitas
kehidupan bersama.
• Bersama makluk ciptaan Allah lainnya (manusia
diciptakan kemudian setelah Allah menciptakan langit
dan bumi serta segala isinya).
• Bersama sesamanya manusia. Allah memulai
kebersamaan melalui lembaga yang bernama keluarga.
Di dalam keluargalah manusia belajar apa artinya
kesepadanan dengan dirinya, yang tidak ada pada
ciptaan lainnya. Dalam keluarga manusia belajar saling
menghormati dan mengasihi.
• Dengan dirinya sendiri. “Karena tubuh juga tidak
terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota”
(1 Kor 12:14).
5. Mengembangkan budaya
bertoleransi (menghargai dan
menghormati).
Bukan menyeragamkan, tetapi
menghargai dan menerima,
melindungi setiap perbedaan dengan
duduk berdampingan. Romo Franz-
Magnis Suseno (1998:11) mengatakan
toleransi adalah sikap menerima
dengan sepenuh hati akan
keberadaan yg berbeda dengannya.
6. Pendekatan kesejahteraan (soteria)

5. AKTUALISASI (kesuksesan,
DIRI (Self- kuasa).
actualization
Needs)
(harga diri/ dihormati, status,
4. EGO (Esteem Needs) percaya diri,

3. SOSIAL (Social Needs) (berteman, rasa cinta),

(hukum dibuat, undang2,


2. RASA AMAN (Safety/Security Needs) peraturan2),

(makan, minum, pakaian,


1. FISIOLOGIS (Physiological Needs) rumah),
Pengungsi Suriah adalah orang-orang yang merupakan warga negara
dan penduduk tetap Suriah yang telah melarikan diri dari negara
mereka sejak terjadinya Perang Saudara Suriah pada tahun 2011
dan telah mencari suaka di negara lain (Wikipedia)
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok
pemantau yang berbasis di Inggris, melaporkan pada bulan Desember
2017 bahwa mereka telah mendokumentasikan kematian lebih dari
346.600 orang, termasuk 103.000 warga sipil. Namun tercatat bahwa
angka tersebut tidak termasuk 56.900 orang yang hilang dan diduga
meninggal dunia.
"Atheis dimusuhi karena tidak bertuhan.
Bertuhan dimusuhi karena tuhannya beda.
Tuhannya sama dimusuhi karena nabinya beda.
Nabinya sama dimusuhi karena alirannya beda.
Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya beda.
Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda.
Partainya sama dimusuhi karena pendapatannya beda"
Akhlak itu alat, dan alat bisa juga untuk
menipu. Semua penipu hampir memakai
akhlak untuk menjalankan misinya.
Tentu, yang baik dan utama adalah
berakhlak dan digunakan untuk
kebaikan. Namun toh itu sulit di zaman
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai