Anda di halaman 1dari 23

Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.

id/hima

TOPIK VIII
HAK HAK ASASI MANUSIA
HAM adalah kumpulan hak yang melekat erat (inheren) di dalam diri setiap individu
sejak ia lahir kedunia ini hingga ia kembali pada tuhanNya. Hak hak dasar yang menempel pada
setiap manusia didapatkan berdasarkan martabat asasinya sebagai manusia hak itu diperoleh
karena hakikat diri sebagai manusia ini adalah hak yang tidak dapat dihilangkan atau
dimusnahkan oleh otoritas negara sekalipun.

Hak hak asasi manusia tersebut bersifat universal, umum, dan publik yang artinya hak
hak ini dimiliki semua orang di bumi ini, berlaku di mana mana, kapan saja dan terhadap siapa
saja. misal hak hidup, hak bekerja, hak bekeluarga, dll.

Komitmen bersama negara negara anggota perserikatan bangsa bangsa (PBB) 10


desember 1948 di Paris, anggota PBB mendeklarasikan sebuah piagam HAM yang berlaku
universal. Hak hak dalam piagam tersebut, sebagai berikut:
 Hak hak sipil dan politik : berkaitan erat dengan relasi warga negara dan pemerintahan
serta jaminan perlindungan agar setiap warga negara mendapatkan
kebebasan/kemerdekaan
 Hak hak ekonomi, sosial, dan budaya : Menyangkut hidup kemasyarakatan yang
menjamin setiap orang agar kebebasannya dilindungi

Hakikat hak hak asasi manusia:


1. HAM berkaitan dengan hidup dan kehidupan (pasal 28A)
2. HAM berkaitan dengan keluarga (28B)
3. HAM berkaitan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi (28C)
4. HAM berkaitan dengan pekerjaan (28D)
5. HAM berkaitan dengan kebebasan beragama dan menyakini kepercayaan,
kebebasan bersikap, berpendapat dan berserikat (28E)
6. HAM berkaitan dengan informasi dan komunikasi (28F)
7. HAM berkaitan dengan rasa aman dan perlindungan dari perlakuan yang
merendahkan derajat dan martabat manusia (28G)
8. HAM berkaitan dengan kesejahteraan sosial (28H)
9. HAM berkaitan dengan persamaan keadilan (28I)
10. 1HAM berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain (28J)
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

Isu aktual-relevan HAM terdiri dari empat isu utama:


1. Korupsi
2. Kekerasan atas dasar unsur primodial seperti latar belakang agama, ras, etnis,
dst
3. Isu kemiskinan/pengangguran
4. Diskriminasi

Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan pancasila adalah membangun


mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat. Penanaman
nilai nilai pancasila melawan korupsi paling efektif adalah dengan media dan pendidikan.
Pendidikan informal di keluarga adalah yang utama dan didukung dengan pendidikan formal di
sekolah/perguruan tinggi/institusi pendidikan lainnya. Upaya perlindungan HAM di indonesia
sudah cukup maksimal dirumuskan pada tataran normatif-konstitusional. 

TOPIK IX
MULTIKULTURALISME
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan
seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan
tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural)
yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan
politik yang mereka anut.

Karakteristik masyarakat multikultural menurut Pierre Van der Berghe, di antaranya


adalah sebagai berikut.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

 Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok yang seringkali memiliki


subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain.
 Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
 Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar.
 Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lainnya.
 Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di
dalam bidang ekonomi.
 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.

Secara horizontal atau lazim disebut dengan diferensiasi sosial ciri masyarakat multikultural
dasarkan pada keanekaragaman ras, suku bangsa, dan agama. Sementara itu secara vertikal atau
lazim disebut dengan stratifikasi sosial, ciri masyarakat multikultural di antaranya dapat dilihat
dari tolok ukur kriteria ekonomi, sosial, politik, dan masyarakat feodal.
Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya masyarakat multikultural adalah kondisi
geografis, pengaruh budaya asing, dan iklim.

1. Pandangan Monisme dan Monokultural


Monoisme moral adalah aliran pemikiran yang paling purba (awal), dimana aliran
pemikiran ini mencoba memberikan penilaian kritis atas realitas perbedaan manusia yang ada di
bumi ini.
monoisme moral mengklaim bahwa hanya ada 1 jalan hidup yang sungguh manusiawi,
yang paling benar dan paling baik, dan yang lain tidak utuh. Artinya hanya ada satu bagian nilai
tertinggi dalam hidup manusia dan nilai nilai itu hanya sebagai instrument atau sarana saja bagi
manusia untuk mencapai hal itu.
kaum monisme menganggap bahwa nilai kebenaran harus bersifat tunggal. Sedangkan
kesalahan serti kejahatan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, namun yang baik seperti
kebenaran, dasarnya bersifat tunggal atau seragam menurut kodratnya.
Untuk meneguhkan pandangannya, mereka membuat asumsi sebagai dasar argumentasi
klaim mereka, sbb:
1. Keseragaman kodrati semua manusia kendatipun terkotak-kotak oleh ruang dan waktu,
sama-sama kapasitas unik, motivasi dan cita-cita hidup
2. Terdapat keunggulan moral dan ontologies akan kesamaan atas perbedaan yang ada.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

3. Menegaskan karakter manusia yang transedentalsecara social


4. Terdapat ilmu pengetahuan total atau mutlak tentang sifat manusia
5. Kodrat manusia sebagai dasar hidup baik menegaskan kesatuan, kebaikan. Dan
kebenaran.
Bentuk riil monism terdapat dalam 2 aliran besar yakni naturalisme dan kulturalisme.
Naturalisme menentukan kesetaraan subjek manusia pada segala lapisan budaya masyarakat
sedangkan kulturalisme menegaskan bahwa manusia tidak sama secara individual, tapi sama
secara kultural
Rancangan universalitas budaya seperti ini akan membentuk model budaya yang
homogen. Muncullah istilah monokulturalisme yang mengidealkan keseragaman, penyatuan dan
kesatuan budaya – budaya bangsa. Monokulturalisme equivalen dengan homogenitas dan
bertentangan dengan heterogenitas.

2. Pandangan Tentang Pluralisme


Adapula aliran yang mengkritik monikultur-monistik yaitu Pluralisme budaya.
Pluralisme budaya memiliki pandangan yaitu, bahwa realitas social manusi pada dasarnya
merupan suatu keberagaman dan pluralistic.
Dalam aliran pluralisme terdapat 3 pemikiran utama yaitu:
 Vico
factor geografis, sejarah dan refleksi diri, organisasi masyarakat berbeda
memungkinkan setiap masyarakat tidak seragam, melaikan berdiri diatas
prinsip prinsip hidup yang berbeda. Hal ini menentukan kompleksitas setiap
masyarakat dan kebudayaan manusia.
 Montesquieu
berpendapat bahwa, keanekaragaman kultural adalah sifat kehidupan manusia
yang berkembang perlahan – lahan dan mutlak. Mustahil bagi kita menemukan
2 orang yang persis di bumi ini. Karena tiap masyarakat memiliki adat-istiadat,
praktik system hukum strukur keluarga, bentuk pemerintahanyang mendorong
keinginan, sikap dan cita cita moral yang berbeda satu sama lain.
 Herder
setiap kebudayaan secara unik dihubungkan dengan pengalamn sebuah
kelompok maysarakat, nenek moyang dan keturunan historisnya, dan
mengungkapkan cara dimana para anggota kelompok masyarakat tersebut
memahami secara imajinatif menafsirkan pengalaman-pengalaman. Bagi
Herder, pengaruh budaya meresap kedalam cara piker, perasaan dan penilaian,
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

makana, pakaian, gerak secara fisik, berbicara, cara mengendalikan diri atau
social, kesenangan, sakit, cita – cita, mimpi,kepekaan estetika dan moral.
Ketiga pemikiran itu sama – sama menunjukan kritik terhadap monism moral dan
memberikan dasar alternatifbagi munculnya suatu prespektif puralisme budaya.

Kelemahan pemikiran pluralisme


 mereka memandang kebudayaan sebagai satu – satunya organis dan terintegrasi, dan
mengabaikan keanekaragaman serta ketegangan internalnya.
 Mereka mengasumsikan kebudayaan merupakan unit tersendiri, memiliki jiwa, etos
atau prinsip organisasi.
 Mereka cenderung memiliki pandangan statis tentang kebudayaan
 Mereka melihat kebudayaan sebagai ekspresi organis dan unit dari semangat, jiwa,
karakter nasional, tingkat perkembangan mental, atau hasrat dan insting terdalam dari
masyarakat yang bersangkutan.
 Mereka memiliki pandangan yang sangat konservatif terhadap kebudayaan

3. Menuju Multikulturalisme
Pada awalnya multikulturalisme muncul untuk menyikapi para imigran dari negara lain
masuk kedalam negara tertentu. Ketika para imigran masuk ke suatu negara baru, mereka pun
menuntut pengakuan atas identitas budaya mereka dinegara baru sebagai wujud aspirasi
memperjuangkan hak-haknya. Disini muncul problem dilematis budaya. Disuatu sisi perbedaan
budaya tidak dapat ditolak secara informal, disisi lain identitas dimaksud perlu diakui secara
formal dalam konteks nasional negara tujuan yang baru.
Hans George Gadamer pernah mengatakan “kita harus belajar hidup bersama”. Gadamer
sesungguhnya mendeklarasikan suatu kebenaran mendasar bahwa kita manusia masih harus
terus belajar untuk hidup bersama dalam peraksis social kita. Penghayatan koeksistensi sebagai
manusia bukanlah suatu pengalaman yang sudah final, melainkan sebuah ziarah dalam proses
menjadi yang belum tuntas. Perjalanan menuju peradaban selalu mengandaikan capaian puncak-
puncak karena masih harus bergerak menuju puncak lain. Persoalan baru dalam konteks
kebersamaan sebagai makhluk social (zoon politicon), menyitir istilah filosofinya Aristoteles.
Ziarah dinamika kebudayaan seolah-olah menjadi perjalanan menuju horizon yang tak terbatas.
Kebersamaan makhluk berbudaya selalu tak pernah bebas dari masalah. Kebersamaan kita
masih mencuat seabrek persoalan dalam berbagai ekspresi (konflik agama, konflik suku, konflik
kelompok, komflik koma dll). Kebersmaan kita bukan tanpa masalah, namun justru eksistensi
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

kita masih menimbulkan masalah. Maka, multikulturalisme hadir sebagai term yang urgent –
relevan bagi wacana diskursif kita akan realitas perbedaan (diversity).
Filosofi multikulturalisme merupakan refleksi kritis dalam konteks realitas pluralisme
masyarakan kontemporer dalam berbagai dimensi termasuk ras, etnis, sub-etnis, golongan,
agama dll. Diperlukan filosofi multikulturalisme sebagai trategi kebudayaan yang masih relevan
– urgent diaplikasikan di dunia. Multikulturalisme merujuk pada suatu konstruksi cara pandang
yang bertujuan menjelaskan, menjustifikasi, dan mempromosikan diversitas budaya, kesadaran
akan perbedaan kultur, dan semkaan keterbukaan dalam menghayati identitas perbedaan social
kita. Multikulturalisme perlu di rujuk sebagai ideology penting yang perlu di sosialisasikan
secara meluas dalam rana social kemasyarakatan. Multikulturalisme juga harus menjadi strategi
kebudayaan untuk menyiasati globalisasi – modernisasi melalui penciptaan kebijakan politik.

4. Hakikat multikulturalisme
Multi artinya banyak, sedangkan kulturalisme artinya aliran / ideology budaya,
multikulturalisme berarti pandangan yang mengakomodasi banyak aliran atau ideology budaya.
Multikultiralisme mengkonsepkan pandangan terhadap keanekaragaman kehidupan ataupun
kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman yang
dianut dalam konteks tertentu. Multikulturalisme sudah diuraikan oleh banyak pemikir budaya
diantaranya Raz dan Will Kymlicka. Tokoh ini dan beberapa tokoh lain sudah membuka ruang
wacana penting kearah munculnya fajar matahari kulturalisme. Multikulturalisme adalah kajian
yang berkembang decade ini ketika kenyataan pluralisme tidak mendapatkan ruang ekspresi
toleransinya untuk tumbuh unik dan berbeda terutama ketika system polotik negara hukum
dengan ‘equality before the law’. Padahal substansi multikulturalisme merujuk pada tatanan
ideal dimana individu – individu biasa yang ada bersama dalam realitas masyarakat, dengan
identitas berbeda bisa saling menerima tanpa takut ditolak, apalagi didiskriminasi.
Dimensi dasar filosofi multikulturalisme memiliki banyak kristalisasi makna. Masyarakat
multicultural merujuk pada masyarakat yang menunjukan tiga keanekaragaman utama yakni:
keanekaragaman subcultural, keanekaragaman perspektif, dan keanekaragaman komunal.
Multikulturalisme menjadi suatu strategi budaya dalam memahami dan mengkonsepkan
manusia serta hubungan-hubungan social yang di bangun sebagai makhluk social dan makhluk
kebudayaan.

5. Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakan indonesia sebagai suatu bangsa dengan latarbelakang primordial yang tumbuh
di dalamnya, maka indonesia tak mungkin mengadopsi monokultiralisme sebagai perekat hidup
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

bersama yang serba beraneka ini. Multikulturalisme mengakui dan menghormati perbedaan
social dan unsur-unsur latarbudaya kita sebagai suatu rahmat, suatu anugerah, suatu kekayaan,
suatu hadiah. Indonesia sebagai penganut multikulturalisme satu satunya nation stape dengan
etnis terbanyak menyebar di seantero ribuan pulau negeri ini,dalam kondisi pluralistic inilah kita
hidup bersama menuju peningkatan kualitas kehidupan lebih baik. Indonesia patut menerapkan
filosofi multikulturalisme karena negara ini sungguh kaya akan perbedaan. Indonesia berbeda
dalam aspek etnis, budaya, agama dan ras. Ini semua terjadi karena negeri kita memiliki kondisi
geografis, iklim dan linhgkungan alam yang berbeda-beda. Semua ini memungkinkan suku-
etnis di Indonesia berbeda dalam dimensi sosio-budaya. Multikulturalisme perlu disadari dan
diperjuangkan dalam praksis hidup harian menuju kebaikan bersama sebagai negara bangsa.

6. Relevansi Multikulturalisme untuk NKRI


Realitas negara Indonesia tidak memungkiri kenyataan pluralisme yang ada.dari pluralisme
itu kita menuju multikulturalisme. Tidak mudah dalam merumuskan relevansi multikulturalisme
dalam konteks NKRI. Relevansi multikulturalisme untuk MKRI sebagai berikut.
Pertama, teks yang sudah dihidupkan dalam sejarah bhinekanya identitas yang pluralis-
majemuk dalam momen historis 28 Oktober 1928. Menggumpalkan toleransi atas identitas
kultur etnik, agamis menjadi identitas negara yang 1 dalam sumpah pemuda. Bukti kesediaan
menghormati generasi ’28 untuk berproses menjadi warga bangsa yang prularisme. Dengan
identitas satu Bahasa namun, tetap hidup Bahasa – Bahasa kedua yaitu suku dan lokal.
Kedua, saat bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan sebagai negara yang
berdaulat, terlihat bukti dokumen bagaimana pendiri bangsa mewujudkan tujuan hidup bersama.
Dalam cita dan visinya dalam konstitusi UUD ’45 dengan sila perekat bangsa yaitu Pancasila.
Ketiga, komplikasi muncul ketika formalisasi 5 agama resmi diakui di RI. Ternyata
melupakan religi nusantara yaitu kepercayaan terhadap ketuhanan, identitas – identitas kultural
etnik, religi – religi lokal. Akibatnya dalam hukum positif kenegaraan terasa timpang manakala
yang resmi hanyalah Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Pasca era reformasi, atas
kesadaran bersama mencantumkan konfucianisme sebagai bagian dari formalisme religi itu.
Kempat, konteks relevansi keburuhan perumusan strategi kebudayaan dari Bahasa budaya
sampai Bahasa politik kebudayaan. Kebersamaan kita menantang dan sudah masuk kedalam
wujud materialisme; ekonomisasi yang melulu kepentingan untung nomor satu serta politisasi
yang menafsirkan kebenaran absolut identitas kelompok sebagai satu – satunya yang paling
benar.
Bertitik tolak dari ke-4 relevansi diatas, menjadi keharusan kita sebagai bangsa yang
pancasialis untuk merefleksikan koeksistensi kita berasama dalam realitas pluralisme. Jika
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

masih ingin komit bersama menjadi bangsa Indonesia dalam bingkai NKRI maka kita perlu
kritis, arif dan bijak untuk merefleksikan kenyataan hidup bersama.
TOPIK X
INTERAKSI ANTAR BUDAYA

A. Budaya dan Kebudayaan


 Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, Buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal.
 Budaya berhubungan dengan daya – daya akal budi yang mewujud-nyata dalam
berbagai modifikasi bentuk cipta, rasa dan karsa subjek manusia dalam menghayati
eksistensinya.
 Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani demi
memenuhi kehidupan hidup manusia untuk survive.
 Budaya merupakan unsur yang sangat hakiki dalam dinamika dan totalitas kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial. Budaya mengkristalisasika endapan nilai dan makna
yang sungguh berarti bagi setiap manusia.
 Unsur Fundamental dari sebuah budaya, yaitu Nilai.

Definisi lebih luas tentang Kebudayaan menuut para ahli :


1. E.B. Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleksitas yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
lain kemampuan – kemampuan serta kebiasaan – kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Clifford Geertz mengkonseptualisasikan kebudayaan sebagai pola – pola arti yang
mewujud dalam simbol yang diwariskan, dikomunikasikan, dilestarikan dan
dikembangkan secara historis melalui sistem pengetahuan dan sikap terhadap hidup.
3. Koentjaraningrat (1990) mengkategorikan tiga (3) wujud kebudayaan yang dimiliki
oleh manusia, yaitu:
a. Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide – ide, gagasan,
nilai – nilai, norma – norma, peraturan dan sebagainya.
b. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya manusia.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

Kebudayaan dalam aplikasi praktis hidup manusia, umumnya memiliki banyak fungsi
dan peranan.
Fungsi kebudayaan bagi masyarakat : melindungi diri terhadap alam dan menguasainya,
mengatur hubungan antarmanusia, dan sebagai wadah pengungkapan perasaan. Kebudayaan
sangat menentukan harkat dan martabat manusia.

B. Interaksi Antar Budaya


 Interkultural interaksi dapat dilakukan melalui komunikasi.
 Keanekaragaman budaya → Manusia saling berhubungan atau berkomunikasi satu
sama lain (menggunakan tanda, lambang atau symbol budaya tertentu yang
dimilikinya).
 Komunikasi antarbudaya terjadi antara orang-orang yang memiliki budaya yang
berbeda (dalam ras, etnisitas, sosioekonomi, atau kombinasi dari semua perbedaan ini).
 Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang – orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda. Umumnya komunikasi antarbudaya terealisasi
melalui tindakan interaksi antara orang dengan orang dari latar budaya berbeda – beda.
Ada yang mengatakan “Intercultural communication generally refers to face-to-face
interaction among people of diverse culture” yang artinya Komunikasi antarbudaya
umumnya mengacu pada interaksi tatap muka di antara orang-orang dengan beragam
budaya.
 Satu pertemuan kelompok budaya dengan kelompok budaya lain menciptakan interaksi
dan saling mempengaruhi satu sama lain yang membawa pengaruh positif dan negatif.
 Pengaruh positif yang muncul dari Interaksi Budaya yang terjadi diantaranya :
menguatkan perasaan nasionalisme dan solidaritas universal sebagai satu keluarga
masyarakat dunia Internasional, munculnya rasa bangga atas warisan budaya dunia
yang begitu indah, kaya dan beraneka ragam untuk manusia, memperoleh pembelajaran
dan manfaat praktis dari budaya satu dan yang lainnya, dapat menjadi ajang promosi
dan sosialisasi kemampuan/kelebihan budaya sendiri pada orang lain, serta menciptakan
unsur rekreatif/hiburan bagi orang lain maupun diri sendiri.

C. Tantangan Interaksi Antar Budaya


 Interkultural interaksi dapat membawa keluar konflik antara / antar budaya
 Tantangan serius interaksi budaya dapat terdapat dalam berbagai multidimensi
aspeknya. Dari sisi dimensi psikologis, munculnya hambatan perasaan (emosional)
seperti kurang percaya diri, inferior, kesulitan beradaptasi, kesulitan verbal-linguistik,
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

kesulitan berkomunikasi, kesulitan pemahaman atau pengetahuan dan lain – lain. Dari
sisi aplikasi tentang konsep yang baik (etis) akan suatu hal dalam kegiatan
pembangunan dapat mencuatkan hambatan bahakan konflik horizontal maupun vertical
yang fundamental.
 Dinamika Budaya menerapkan nilai – nilai etik, suatu aspirasi pembangunan yang
kadang – kadang melibatkan pertentangan nilai.
 Tantangan lain yang bersifat personal – individual misalnya cara berpikir, cara bersikap,
cara berperilaku dan cara merespon terhadap orang lain yang berbeda – beda budaya.
Tantangan psiko-pribadi: kecemasan, syok, antipati, rasis, etnosentris, kecurigaan,
intoleransi, pemikiran negatif, eksklusif, dll.
 Seperti yang dilansir oleh Samuel Huntington, Interaksi budaya pasti menimbulkan
Benturan Budaya. Tantangan serius interaksi lintas budaya dalam konteks Indonesia
adalah disorientasi budaya.
Mudji Sutrisno melansir gejala disorientasi nilai budaya yang menyeruak di Indonesia,
antara lain :
1. Disorientasi nilai mengenai yang benar, apa yang baik dan yang indah berubah
radikal dari keakraban/komunitas yang membatinkan nilai – nilai.
2. Orientasi hidup berbangsa dan bernegara dengan dasar utama kultural.
3. Nilai hasil karya kreatif manusia dari nilai intrinsik estetis.
4. Kebudayaan informasi dan digitalisasi serta media massa elektronika.
5. Imaji dan ruang pencecapan dan pengenalannya bergeser antara konstruksi
narasi dan sejarah menuju anti sejarah dan antinarasi.
6. Hidup ekonomi dan sosial dipusatkan pada konsumsi symbol dan gaya hidup
lebih daripada kreasi produksi barang.
7. Bersandingnya produsen barang dagang konsumtif.
8. Berlangsungnya hibrida klasifikasi kultural.

D. Jalan Kultural Menuju Interaksi Antar Budaya


 Langkah awal menyiasati tantangan berinteraksi budaya yakni adanya jalan – jalan
kultural yang terinternalisasi secara definitive di dalam pola piker, pola sikap dan pola
tindakan manusia Indonesia.
 Melalui jalan kultural , setiap individu pemilik budaya diharapkan mengolah identitas
lokalitas (subjektivitas) menuju nasionalitas.
Sutrisno mengajukan tiga jalan kultural yang dapat Indonesia tempuh, yakni:
1. Sintesis
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

2. Transformasi
3. Osmosis

E. Dari Jalan Budaya Menuju Persatuan dalam Perbedaan


 Setiap pemilik budaya harus merasakan budaya positif dari budaya lain pelaku yang
berbeda.
 Interaksi antara budaya perlu dilakukan dalam semangat saling mempromosikan, saling
mendukung, belajar satu sama lain untuk saling memperkaya
 Kerjasama antarbudaya dan pendidikan budaya harus didorong dalam berbagai bidang
menuju kehidupan yang lebih baik di Indonesia
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

TOPIK XI
KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS

A. Konsep kepemimpinan
Suatu organisasi atau komunitas akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar
ditentukan oleh kepemimpinan.

B. Cara untuk mengerti arti dari kepemimpinan ( menurut Hughes, R. L. et. Al., Leadership,
McGraw-Hill, Boston, 2009, p.4) :
1. Proses dimana seorang agen membuat bawahannya untuk berperilaku sesuai dengan
yang diinginkannya
2. Mengarahkan dan mengatur pekerjaan dari anggota grup
3. Sebuah hubhngan interpersonal dimana yang lain mengikuti bukan karena sesuatu
yang harus tetapi oleh karena keinginan mereka
4. Proses untuk mempengaruhi sebuah grup yang telah terorganisir terhadap
penyelesaian tujuan
5. Tindakan yang memusatkan sumber daya untuk menciptakan kesempatan yang
diinginkan
6. Pekerjaan seseorang pemimpin adalah untuk menciptakan sebuah kondisi agar tim
dari pemimpin tersebut menjadi lebih efektif
7. Kepemimpinan bukanlah sebuah pekerjaan tetapi sebuah aktivitas yang dilakukan
seumur hidup
8. Kepemimpinan merupakan sebuah proses bukan sebuah posisi

C. Definisi kepemimpinan menurut Peter. G. Northouse.


Kepemimpinan adalah proses dimasa seseorang individu memengaruhi sekelompok
individu untuk mencapai tujuan bersama.

D. Perbedaan antara seorang pemimpin dan seorang manager, adalah sebagai berikut :

Seorang manager Seorang pemimpin


Merencanakan adalah proses awal dalam Membangun visi adalah membangun
melakukan apa yang akan dikerjakan sesuatu yang berhubungan dengan jangka
kedepan. pendek saja, namun lebih komprehensif dan
panjang.

Mengorganisir merupakan tindakan Berkomunikasi dengan orang lain


merencana, dilakukan dan bukan hanya merupakan kunci yang sangat penting dalam
dalam batas wacana semata. memimpin, karena dengan inilah seorang
pemimpin dapat memberikan srta
menanamkan pengaruh.

Mengontrol adalah tindakan selaanjutnya Memotasi dan menginspirasi merupakan


yang merupakan akhir dari semua proses bagian yang sangat penting dalam
namun tid boleh dipandang tidak perlu. membangun keberlangsungan organisasi
dan komunitas
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

E. Ada 2 pendekatan dalam kepemimpinan, 2 pendekatan itu adalah pendekatan dengan


karakter dan pendekatan dengan tingkah laku.

F. Kesimpulan :
1. Pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
2. Tugas pemimpin dalam kepemimpinan meliputi :
 Menyelami kebutuhan – kebutuhan kelompok.
 Meyakinkan kelompoknya mengenai apa saja yang menjadi
kehendak mereka ( mana yang realistis mana yamg khayalan )
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

TOPIK XII
DEMOKRASI PANCASILA
1. Pengertian
Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang bersumber dari
pandanan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia ang digali berdasarkan
kepribadian rakyat Indonesia sendiri. Dari falsafah hidup bangsa Indonesia, kemdian
akan timbul dasar falsafah negara yang disebut dengan Pancasila yang terdapat,
tercemin, terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan
mekanisme kedaulatan rakyat di setipa penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan
pemerintahan menurut konstitusi yaitu UUD 1945. Sebagai demokrasi Pancasila terikat
dengan UUD 1945 dan implementasinya (pelaksanaannya) wajib sesuai dengan apa
yang terdapat dalam UUD 1945.

2. Pengertian Menurut Para Ahli


Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli - Selain pengertian secara
umum demokrasi Pancasila, terdapat pula pengertian menurut para ahli yang
mengemukakan pendapatnya untuk mendefinisikan pengertian demokrasi Pancasila.
Macam-macam pengertian demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut
a. Profesor Dardji Darmo Diharjo: Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, bahwa
pengertian demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti
dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945.
b. Prof. Notonegoro: Menurutnya, pengertian demokrasi Pancasila adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. GBHN Tahun 1978 dan Tahun 1983: Menurut Gari Besar Haluan Negara
Tahun 1978 dan Tahun 1983 yang menetapkan bahwa pembangunan politik
diarahkan untuk lebih memantapkan perwujudan demokrasi Pancasila. Dalam
rangka memantapkan stabiltias politik dinamis serta pelaksanaan mekanisme
Pancasila, maka diperlukan pemantapan kehidupan kosntitusional kehidupan
demokrasi dan tegaknya hukum.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

3. Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila


Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila - Prinsip yang terdapat dalam demokrasi Pancasila
sediki berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal. Ciri-ciri demokrasi Pancasila
adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah berjalan sesuai dengan konstitusi
b. Terdapat pemilu secara berkesinambungan
c. Adanya penghargaan atas Hak Asasi Manusia dan perlindungan untuk hak
minoritas
d. Merupakan kompetisi dari berbagai ide dan cara dalam menyelesaikan masalah
e. Ide yang terbaik akan diterima ketimbang dari suara terbanyak

4. Isi Pokok Demokrasi Pancasila


Isi pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan UUD 1945 dan penjabarannya dituangkan Batang Tubuh dan
Penjelasan UUD 1945
b. Menghargai dan melindungi HAM (Hak Asasi Manusia)
c. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan beradsarkan dari kelembagaan
d. Sebagai sendi dari hukum yang dijelaskan dalam UUD 1945, yaitu negara
hukum yang demokrasti

5. Fungsi Demokrasi Pancasila


Fungsi Demokrasi Pancasila - Demokrasi Pancasila memiliki banyak fungsi
dalam pelaksanannya terhadap negara Indonesia. macam-macam fungsi demokrasi
Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Menjamin keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara seperti ikut
menyukseskan pemiluh, pembangunan, duduk dalam badan
perwakilan/permusyawaratan
b. Menjamin berdirinya negara RI
c. Menjamin tetap tegaknya NKRI berdasar sistem konstitusional
d. Menjamin tetap tegaknya hukum yang berasal dari Pancasila
e. Menjamin adanya hubungan yang sama, serasi dan simbang mengenai lembaga
negara
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

f. Menjamin pemerintahan yang bertanggung jawab

6. Prinsip Demokrasi Pancasila


Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila - Demokrasi Pancasila merupakan budaya
demokrasi yang dengan karakteristik khas Indonesia yang mengandung prinsip-prinsip.
Prinsip-prinsip pokok demokrasi pancasila adalah sebagai berikut:
a. Perlindungan hak asasi manusia
b. Pengambilan keputusan berdasar musyawarah
c. Badan peradilan merdeka yang berarti tidak terpangaruhi akan kekuasaan
pemerintah dan kekuasaan lain. Misalnya Presiden, BPK, DPR atau yang
lainnya.
d. Terdapat partai politik dan juga organisasi sosial politik yang berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat.
e. Sebagai pelaksanan dalam pemilihan umum
f. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (Pasal 1 Ayat
2 UUD 1945)
g. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
h. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggun jawab secara moral kepada Tuhan
YME diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
i. Menjunjung tinggi tujuan dan juga cita-cita nasional
j. Pemerintah menurut hukum, dijelaskan dalam UUD 1945 yang berbunyi:
- Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstaat dan tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat)
- Pemerintah berdasar dari sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tidak terbatas)
- Kekuasaan yang tertinggi ada ditangan rakyat.

7. Asas Demokrasi Pancasila


Asas Demokrasi Pancasila - Dalam sistem demokrasi Pancasila, terdapat dua asas
antara lain sebagai berikut:
a. Asas Kerakyatan: Pengertian asas kerakyatan adalah asas kesadaran untuk cinta
kepada rakyat, manunggal dengan nasip dan cita-cita rakyat, serta memiliki
jiwa kerakyatan atau menghayati keasadaran senasib dan secita-cita dengan
rakyat.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

b. Asas Musyawarah: Pengertian asas msyawarah adalah asas yang


memperhatikan aspirasi dan kehendak seluruh rakyat yang jumlahnya banyak
dan melalui forum permusyawaratan untuk menyatukan pendapat serta
mencapai kesepatakan bersama atas kasih sayang, pengobaranan untuk
kebahagian bersama.

TOPIK XIII
KEADILAN SOSIAL

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menunjukkan bahwa  manusia
Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
masyarakat Indonesia. Keadilan sosial memiliki unsur pemerataan, persamaan dan kebebasan
yang bersifat komunal
Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap
sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain. Nilai keadilan sosial mengamatkan bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama
dan bahwa semua orang sama di hadapan hukum.
Dengan sikap yang demikian maka tidak ada usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain, juga untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah
serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Demikian juga dipupuk sikap suka kerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai bahwa setiap
peraturan hukum, baik undang-undang maupun putusan pengadilan mencerminkan semangat
keadilan. Keadilan yang dimaksudkan adalah semangat keadilan sosial bukan keadilan yang
berpusat pada semangat individu. Keadilan tersebut haruslah dapat dirasakan oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia, bukan oleh segelintir golongan tertentu.
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah
maupun batiniah.
Penegakan hukum dan keadilan ini ialah wujud kesejahteraan manusia lahir dan batin,
sosial dan moral. Kesejahteraan rakyat lahir batin, terutama terjaminnya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, rasa keamanan dan keadilan, serta kebebasan
beragama/kepercayaan. Cita-cita keadilan sosial ini harus diwujudkan berdasarkan UUD dan
hukum perundangan yang berlaku dan ditegakkan secara melembaga berdasarkan UUD 1945.

A. Pengertian
Definisi keadilan yang dikemukakan dalam konteks hukum menurut pengarang
roma ,Ulpianus ,yang dalam hal ini mengutip orang yang bernama
Celsus,menggambarkan keadilan dengan singkat sekali sebagai :’’tribuere cuique
suum”dalam bahasa inggris “to give everybody his own”dalam bahasa Indonesia “
memberikan kepada setiap orang yang dia empunya”.penjelasan hukum roma
tentang keadilan itu bisa diterjemahkan juga sebagai : “memberikan setiap orang
yang menjadi haknya”.Bagi kita,titik tolak untuk refleksi tentang keadilan memang
sebaiknya demikian : “ keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya”.

Ada tiga ciri khas yang selalu menandai keadilan yaitu :


1. Keadilan tertuju pada orang lain
2. Keadilan harus di tegakkan
3. Keadilan menuntut persamaan

B. Pembagian Keadilan
Berikut adalah jenis – jenis pembagian keadilan yang ada ,antara lain yaitu :
1. Pembagian Klasik
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

Menurut Thomas Aquinas pembagian klasik ini mudah bisa dikaitkan dengan
pengertian keadilan dari zaman kekaisaran roma .Keadilan bisa di bagi atas
Tiga, berkaitan dengan tiga kewajiban (hak ) yang bisa dibedakan di sini
.keadilan dapat menyangkut kewajiban individu – individu terhadap
masyarakat,lalu kewajiban masyarakat terhadap individu – individu ,dan
akhirnya kewajiban antara individu – individu satu sama lain.
Tiga macam keadilan ini masing – masing disebut sebagai :
 Keadilan umum
Berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan
untuk memberi kepada msyarakat (secara konkret berarti : Negara )
apa yang menjadi haknya.keadilan umum ini manyajikan landasan
untuk paham common good (kebaikan umum atau kebaikan bersama).
 Keadilan distributive
Berdasarkan keadilan ini Negara (secara konkret berarti :
pemerintah) harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada
para anggota masyarakat.
 Keadilan komulative
Berdasarkan keadilan ini setiap orang harus memberikan
kepada orang lain apa yang menjadi haknya.
2. Pembagian Pengarang Modern
Pembagian keadilan yang dikemukakan oleh beberapa pengarang
modern tentang etika bisnis ,khususnya Jhon Boatright dan Manuel
Velasquez atas dasar pemikiran Aristoteles dalam teori keadilan adalah
sebagai berikut
a. Keadilan distributive
Benefit and burdens,hal – hal yang enak untuk di dapat maupun
hal – hal yang menuntut pengorbanan ,harus dibagi dengan adil
b. Keadilan retributif
Berkaitan dengan terjadinya kesalahan.Hukuman atau denda
yang diberikan kepada orang yang bersalah harus adil.
c. Keadilan kompensatoris
Menyangkut juga kesalahan yang dilakukan ,tetapi menurut
aspek lain.berdasarkan keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral
untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau
instansi yang dirugikan.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

3. Keadilan Individual Dan Keadilan Social


Menurut hemat kami ,cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan
sosial adalah membedakannya dengan keadilan individual.Dua macam
keadilan ini berbeda,karena pelaksanaanya berbeda.Pelaksanaan keadilan
individual tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang atau bisa juga
dari beberapa orang saja.Sedangkan dalam pelaksanaan keadilan sosial satu
orang atau beberapa orang saja tidak berdaya ,pelaksanaan keadilan sosial
tergantung dari struktur – struktur masyarakat di bidang sosial –
ekonomi,politik,budaya dsb.

4. Keadilan Distributive Pada Khususnya


Dalam teori etika modern ,sering disebut dua macam prinsip untuk
keadilan distributive antara lain yaitu : prinsip formal dan prinsip material.
*Prinsip formal menyatakan bahwa kasus – kasus yang sama harus diperlakukan
dengan cara yang sama,sedangkan kasus – kasus yang tidak sama harus diperlakukan
dengan cara yang tidak sama.Sedangkan prinsip prinsip material menunjukan kepada
salah satu aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil hal – hal
yang di cari oleh berbagai orang.keadilan distributive akan terwujud kalo setiap orang
di berikan :
Prinsip material menurut Beauchamp dan Bowie yaitu :
 Kepada setiap orang bagian yang sama
 Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan individualnya
 Kepada setiap orang sesuai dengan haknya
 Kepada setiap orang sesuai dengan usaha individualnya
 Kepada setiap orang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat
 Kepada setiap orang sesuai dengan jasanya.

Berdasarkan prinsip – prinsip material ini ttelah di bentuk beberapa teori


keadilan distributive diantarnya yaitu :
1. Teori egalitarianisme
Teori yang didasarkan atas prinsip pertama,membagi dengan adil berarti
membagi rata.
2. Teori sosialistis
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

Teori sosialistis tentang keadilan distributive memilih prinsip kebutuhan


sebagai dasarnya.
3. Teori liberalistis
Teori yang menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak
adil.,karena manusia adalah makhluk bebas,kita harus membagi menurut usaha
– usaha bebas dari individu – individu bersangkutan.

5. Jhon Rawls Tentang Keadilan Distributive


Menurut Rawls ,yang harus kita bagi dengan adil dalam masyarakat
adalah The social primary goods (nilai – nilai sosial yang primer) artinya ,hal –
hal yang sangat kita butuhkan untuk bisa hidup pantas dan sebagai manusia dan
warga masyarakat.kadang – kadang pandangan rawls tentang keadilan disebut
Egalitarisme.
Berikut ini adalah nilai - nilai sosial primer menurut Rawls :
 Kebebasan – kebebasan dasar ,seperti kebebasan mengemukakan
pendapat,kebebasan hati nurani,integritas pribadi,dan kebebasan
politik.
 Kebebasan bergerak dan kebebasan dalam memilih profesi
 Kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan – jabatan dan posisi
– posisi penuh tanggung jawab.
 Pendapatan dan milik
 Dasar – dasar sosial dari harga diri( self respect)
Prinsip – prinsip keadilan yang dirumuskan Rawls :
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan –
kebebasan dasar yang paling luas yang dapat dicocokan dengan
kebebasan – kebebasan yang sejenis untuk semua orang.
2. (Prinsip perbedaan) Ketidaksamaan sosial dan ekonomis diatur
demikian rupa sehingga
a) Menguntungkan terutama orang – orang yang minimal
beruntung dan serentak juga
b) Melekat pada jabatan – jabatan dalam keadaan yang
menjamin persamaan peluang yang fair.

6. Robert Nozick Tentang Keadilan Distributive


Teorinya tentang keadilan distributive disebut “entitlement theory”(landasan hak).
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

Menurut Nozick ,kita memiliki tiga prinsip yaitu :


i. Prinsip original acquestion ; kita memperoleh sesuatu untuk pertama
kali dengan – missal – memproduksi hal tersebut.
ii. Prinsip transfer ; kita memiliki sesuatu karena diberikan orang lain.
iii. Prinsip retification of injustice ; kita mendapat suatu kembali yang adil
karena landasan hak.
iv. Ketiga prinsip ini merupakan prinsip – prinsip historis,artinya mereka
tidak saja melihat hasil pembagian tetapi mempertanggungjawabkan
juga proses yang melandaskan pembagian atau pemilikan.

7. Keadilan Ekonomis.
Keadilan memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi dan bisnis.karena
menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk memiliki atau memakai.
Rangkuman CB : Pancasila [UAS] scdc.binus.ac.id/hima

Referensi
1
http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-demokrasi-pancasila-ciri-prinsip-fungsi-para-
ahli.html
2
C. S. T. Kansil, 1986. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia :
Jakarta.
3
Abdulkarim A. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas XII SMA. Cet.1. Bandung:
Grafindo Media Pratama.Hlm25-27
4
Indrayana, Denny (2007). "Indonesia dibawah Soeharto: Order Otoliter Baru". Amandemen
UUD 1945: antara mitos dan pembongkaran. Mizan Pustaka. hlm. 141

5
Israil, Idris. 2005. Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan. Malang :
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.Hlm 27

Anda mungkin juga menyukai