Anda di halaman 1dari 140

ILMU SOSIAL

BUDAYA DASAR

1.PENGANTAR:
REALITAS MANUSIA
DALAM BUDAYA
Adalah kenyataan yang tak terelakan
bahwa setiap kita terlahir dalam suatu
situasi sosial dan budaya tertentu yang
membantu mengkonstruksikan identitas
kita sebagai seseorang dengan latar
belakas sosial budaya tertentu.
Keragaman budaya itu dikonstruksi oleh
keragaman sosiologis demografis mulai
dari unitnya yang terkecil yaitu keluarga,
hingga bangsa dan negara menuju ke
ruang lingkup yang semakin universal
humanitas. Juga ruang lingkup geografis
eksistensi kita membantu kita dalam
perkembangan identitas kita. Singkatnya,
ruang dan waktu serta intimitas kita
dengan orang dan alam akan membantu
menjadikan kita sebagai seseorang dari
budaya dan masyarakat tertentu dengan
segala macam kekhasannya.
Ruang eksistensi kita menjadikan kita
sebagai seseorang dari budaya terntentu
sesuai tempat, sedangkan eksistensi kita
dalam waktu menjadikan diri kita sebagai
orang pada masa tertentu, seperti manusia
tradisional, manusia modern, post modern,
atau juga yang sering disebut generasi Y,
generasi Z dan seterusnya.

Pembelajaran tentang ilmu sosial budaya


dasar, diarahkan selain pada pemahaman
akan keragaman dan keunikan budaya,
tetapi juga terlebih untuk memampukan
kita membangun relasi dan
memungkinkan adanya adaptasi yang
berarti demi perkembangan sosialitas dan
kultur manusia yang semakin kaya dan
harmonis, yang menjadikan kita berarti
untuk perkembangan sesama dan
lingkungan, juga sebaliknya memahami
betapa berartinya alam dan sesama lain
bagi perkembangan kemanusiaan kita.
2. BEBERAPA DEFINISI
DAN DESKRIPSI
BUDAYA
2.1 Ilmu Sosial Budaya Dasar

a. Ilmu

Asal katanya adalah dari bahasa


Yunani: logos (λογοσ) yang berarti kata,
pemahaman, pengertian , ilmu (science).
Selanjutnya dikenal juga dengan logika
yang berhubungan dengan metode berpikir
dan berargumentasi secara benar. Sesuatu
dikatakan ilmu bila memenuhi kriteria-
kriteria ilmiah yang tersusun dalam teori
tertentu. Sesuatu menjadi ilmu bila terjadi
kesuaian antara data-fakta dan
perumusannya dalam kata-kata. “Ilmu
didapatkan dari rasionalisasi secara kritis
dan analisis terhadap obyek yang dituju
atau yang akan diselidiki. Dari hal inilah,
ilmu-ilmu yang ada, adalah hasil dari
pemikiran yang tajam terhadap masalah
atau obyek penyelidikan.”1

Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan


yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan
lainnya. Albert Einstein menyatakan
bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan
diakhiri dengan fakta apa pun juga teori

1
Stenley. R. Paparang, P. Pasande, Ilmu
Budaya Dasar (Sulawesi Tengah, Pustaka
Star’s Lub, 2019)13.
yang disusun di antara mereka. Hakekat
ilmu adalah tidak berhubungan dengan
titel, profesi atau kedudukan. Hakekat
keilmuan ditentukan oleh cara berpikir
yang dilakukan menurut persyaratan
keilmuan. Ilmu bersifat terbuka,
demokratis dan menjunjung kebenaran di
atas segala-galanya. Ciri- ciri keilmuan
didasarkan pada jawaban yang diberikan
ilmu kepada ketiga pertanyaan pokok
yakni: Apakah yang ingin kita ketahuai
(ontologi)? Bagaimanakah kita
memperoleh pengetahuan (epistemologi)?
Dan apakah nilai pengetahuan tersebut
bagi kita (aksiologi)2

b. Sosial

Kata Latin yang menjadi akar kata


sosial adalah socius yang berarti teman
atau sahabat. Kata sosial merujuk pada
realitas diri manusia sebagai makhluk
yang bersahabat, makhluk yang berelasi
dengan orang lain. Realitas sosial ini
bahkan secara teologis dinarasikan sejak
awal kisah penciptaan manusia, bahwa

2
Stenly R. Paparang, Kamus Multi Terminologi: Sebuah Kamus dengan Multi Bahasa
(Jakarta: Delima, 2013), 439.
tidak baik manusia itu seorang diri saja.
Kitab Suci Kristiani dan Yahudi mencatat
sejak awal tentang maksud penciptaan,
“Aku akan menjadikan penolong baginya
yang sepadan dengan dia” (Kej 2:18).
Sosialitas adalah aspek hakiki yang
melekat dalam diri seorang manusia, ada
bersama yang lain.

c. Budaya

Budaya atau yang disebut cultura


atau culture adalah seluruh manifestasi
seni dan intelektualitas manusia dalam
suatu masyarakat yang membuatnya
bertumbuh dan berkembang.
Sesungguhnya kata budaya juga
berhubungan dengan kata dasar bahasa
Sansekerta, buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi yaitu budi yang
berhubungan dengan kemampuan
intelektual dan daya sebagai kemampuan
atau potensi.

Masyarakat Eropa menyebutnya


cultura atau culture dari akar kata bahasa
Latin colere (mengolah tanah atau
bertani), dipahami sebagai kemampuan
atau daya manusia mengolah atau
mengatur alam lingkungan demi kebaikan
manusia dan dunianya. Kemampuan
mangatur diri dan alam ini sangat
bergantung pada lingkungan dan warisan
budaya yang dihidupinya dan
mempengaruhinya. Inilah yang sering
disebut determinisme budaya (cultural
determinism) sebagaimana dikatakan
Melwille J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski.

E. B. Taylor, antropolog besar Inggris


abad 19, dengan karya utama “primitive
culture” 1871, untuk pertama kali
memakai kata “culture” dalam bahasa
Inggris dengan arti seperti yang dipakai
oleh antropolog dewasa ini. Taylor
mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu
keseluruhan yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, hukum, moral, adat-istiadat serta
kemampuan dan kebiasaan manapun dari
manusia yang diperolehnya sebagai
anggota suatu masyarakat.

Dari berbagai perspektif di atas dapat


disimpulkan bahwa kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian
menyangkut nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur
sosial, religius dan lain-lain, serta segala
pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercyaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. 3

Kemampuan atau daya budi


manusia yang kemudian membentuk
pola hidup manusia juga bersifat
integral dalam diri manusia, mulai dari

3
M. S. A. Nasution dkk, Ilmu Sosial
Budaya Dasar, Jakarta, Rajawali Pers,
2017, 15.
aspek intelegensi dan intuisi, aspek
perasaan atau emosi, kemaun atau
kehendak, juga fantasi dll yang
terimplementasi dalam perilaku.
Makna kebudayaan itu identik dengan
nilai-nilai kebudayaan sehingga setiap
sistem budaya selalu menetapkan ethos
(semangat dan sikap hidup yang
dianggap baik), logos (pikiran,
imajinasi, dan ajaran yang dianggap
benar), pathos (perasaan dan hasrat
yang dianggap halus, tulus, dan indah)
dalam relasinya dengan Yang Sakral,
dengan sesama manusia, dan dengan
alam lingkungannya.
Kebudayaan adalah perwujudan
manusia dalam kehidupan bersama, yang
mencerminkan watak serta kepribadian
suatu masyarakat. Kebudayaan itu melekat
dengan kehidupan mereka. Boleh
dikatakan, eksistensi manusia tercermin
dalam kebudayaannya dan kebudayaan
tercermin dalam kepribadiannya. Di dalam
kebudayaan tercakup baik segala sesuatu
yang terjadi dalam dan dialami oleh
manusia secara perorangan dan secara
bersama, maupun bentuk-bentuk yang
dimanifestasikan sebagai ungkapan
pribadi dan kelompok manusia
d. Ilmu Sosial Budaya Dasar

Berdasarkan uraian per bagian di atas


dapat disusun suatu sintesis tentang ilmu
budaya dasar, sebagai ilmu atau
pemahaman metodis rasional tentang hal-
hal dasariah hidup manusia sebagai
makhluk sosial dan berbudaya.

Pemahaman tentang kebudayaan


atau hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sosial bermasyarakat
manusia dikaji atau ditelaah sesuai
dengan kaidah atau tata cara keilmuan.

Kajian keilmuan sosial budaya dasar ini


bersifat integral, berhubungan dengan
seluruh aspek kehidupan sebagai
manifestasi daya akal budi. Kajian itu
mencakup sistem komunikasi, sistem
organisasi, sistem pengetahuan, sistem
teknologi, sistem mata pencaharian,
sistem kesenian, sistem religi, sistem
permainan, dan sistem kuliner. dan
lain-lain, serta segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat.
2.2 Wujud Dan Nilai

Kebudayaan

Koentjoroningrat menguraikan tentang


wujud kebudayaan menjadi tiga macam:

a. Wujud kebudayaan sebagai


kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai nilai, norma
norma, peraturan dan
sebagainya.

Ini adalah wujud ideal kebudayaan sifatnya

abstrak, tidak dapat diraba dan difooto.


Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide

ide dan gagasan manusia ini banyak yang

hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa

kepada masyarakat. Gagasan gagasan itu

tidak terlepas satu sama lain, melainkan

saling berkaitan menjadi suatu sistem,

disebut sistem budaya atau kultural, yang

juga disebut adat istiadat.

b. Wujud kebudayaan sebagai


suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.

Wujud kedua ini adalah yang disebut

sistem sosial atau sosial sistem, yaitu


mengenai tindakan berpola manusia itu

sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari

aktivitas aktivitas manusia yang

berinteraksi satu dengan yang lainnya dari

waktu ke waktu, yang selalu menurut pola

tertentu. Sistem sosial ini bersifat kongkrit

sehingga bisa di observasi dan

didokumentasikan.

c. Wujud kebudayaan sebagai


benda benda hasil karya
manusia.

Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik,

yaitu seluruh hasil karya fisik manusia

dalam masyarakat. Sifatnya sangat kongkrit


berupa benda benda yang bisa diraba dan

didokumentasikan.

Tiga wujud kebudayaan tersebut di


atas, dalam kehidupan ideal kan ada Disti
adat mengatur dan mengarahkan tindakan
manusia, baik gagasan, tindakan dan karya
manusia, menghasilkan benda benda
kebudayaan secara fisik. Sebaliknya,
kebudayaan fisik membentuk lingkungan
hidup tertentu yang makin menjauhkan
manusia dari lingkungan alamnya
sehingga bisa mempengaruhi pola berfikir
dan bertindaknya.
2.3 Orientasi nilai budaya

Ada lima elemen mendasar dalam hidup


yang menentukan orientasi nilai budaya
manusia:

a. Hakikat hidup:

a)Hidup itu baik


b) hidup itu buruk
c)hidup bisa buruk dan baik, tetapi manusia tetap
harus bisa ber ikhtiar agar hidup bisa menjadi
lebih baik dan tetap baik.
d) Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah
ditentukan.
b. Hakikat karya:

a) Karya itu untuk menafkahi hidup


b) kayak itu untuk kehormatan dan
Aktualisasi diri.

c. Presepsi manusia tentang


waktu:

a. Berorientasi hanya kepada masakini. Apa yang


dilakukannya hanya untuk hari ini atau waktu
dekat. Yang memiliki orientasi kepada masa kini
akan bekerja semaksimal mungkin untuk hari
harinya.
b.Orientasi masa lalu. Masa lalu memang perlu
untuk di orientasikan untuk menjadi sebuah
evaluasi diri mengenai apa yang sepatutnya
dilakukan dan yang tidak dilakukan.
c. Orientasi masa depan. Manusia yang futuristik
pasti lebih maju dibandingkan dengan yang
lainnya, pikirannya terbentang jauh ke depan dan
mempunyai pemikiran yang lebih matang
mengenai langkah langkah yang harus
dilakukannya.

d. Pandangan terhadap alam

a)Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat.


b) Manusia berusaha menjaga keselarasan
dengan alam.
c)Manusia berusaha menguasai alam.
e. Hubungan manusia dengan
manusia:

a)Orientasi kolateral (horisontal), Rasa


ketergantungan kepada sesamanya, berjiwa
gotongroyong.
b) Orientasi vertikal, rasa there ketergantungan
kepada toko toko yang mempunyai otoritas untuk
memerintah dan memimpin.
c)Individualisme, menilai tinggi usaha atas
kekuatan sendiri.
2.4 Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah suatu
keadaan dalam masyarakat yang terjadi
karena ketidaksesuaian di antara unsur
unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak
serasi fungsinya bagi kehidupan. Contoh,
penemuan teknologi pertanian modern
menghapus tata cara atau sistem pertanian
tradisional dengan berbagai unsur
pendukungnya.

Perubahan kebudayaan akan berjalan terus


menerus tergantung dari dinamika
masyarakatnya.
Ada faktor faktor yang mendorong dan
ada juga faktor faktor yang menghambat
perubahan kebudayaan.
1.Faktor yang mendorong perubahan kebudayaan
antara lain karena adanya unsur unsur kebudayaan
yang memiliki potensi mudah berubah, terutama
teknologi dan ekonomi (Faktor material). Juga
karena adanya individu-individu yang mudah
menerima unsur unsur perubahan kebudayaan,
terutama generasi muda. Selain itu, adanya faktor
adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah
berubah.
2.Faktor yang menghambat perubahan kebudayaan,
Antara lain, adanya unsur unsur kebudayaan yang
memiliki potensi sukar berubah, seperti adat
istiadat dan keyakinan agama (Faktor non
material). Juga adanya individu individu yang
sukar menerima unsur unsur perubahan, terutama
generasi yang kolot.
Selain itu ada juga faktor faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan
kebudayaan:
a. Faktor intern:
1.perubahan demografis: Yaitu perubahan
kependudukan yang mempengaruhi
perubahan faktor faktor lain.
2.Konflik sosial. Konflik sosial dapat
mempengaruhi terjadinya perubahan
kebudayaan dalam suatu masyarakat.
Misalnya, konflik kepentingan antara kaum
pendatang di daerah transmigrasi, untuk
mengatasinya pemerintah mengikut sertakan
penduduk setempat dalam program
pembangunan bersama sama para
Transmigran
b.Faktor ekstern:
1.Perdagangan: Indonesia terletak pada jalur
perdagangan Asia Timur dengan India, timur
tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya
Indonesia sebagai Persinggahan pedagang
pedagang besar selain berdagang mereka juga
memperkenalkan budaya mereka pada
masyarakat setempat sehingga terjadilah
perubahan budaya dengan percampuran
budaya yang ada.
2.Penyebaran agama: masuknya unsur unsur
agama Hindu dari India atau budaya Arab
bersamaan proses penyebaran agama Hindu
dan Islam ke Indonesia, demikian pula,
masuknya unsur unsur budaya barat Melalui
proses penyebaran agama Kristen dan
kolonialisasi.
3.Peperangan kedatangan bangsa barat ke
Indonesia umumnya menimbulkan
perlawanan keras dalam bentuk peperangan,
dalam suasana tersebut ikut masuk pula
bangsa asing ke Indonesia.
2.5 Tiga Tahap Kebudayaan.
Menurut van Peursen, ada tiga tahapan
kebudayaan, antara lain:

a. Tahap pemikiran mistis

Tahap pemikiran mistis, yaitu sikap manusia yang


merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan
kekuatan gaib sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa
dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan, seperti
dipentaskan dalam mitologi mitologi bangsa
bangsa Primitif.

b. Tahap pemikiran ontologis

Tahap pemikiran ontologis, ialah sikap manusia


yang tidak hidup lagi dalam Kepungan kekuasaan
mistis, melainkan yang secara bebas ingin
meneliti segala hal. Manusia mengambil jarak
kepada sesuatu yang dahulu dirasakan sebagai
kepungan.

c. Tahapan pemikiran
Fungsional

Tahapan pemikiran Fungsional, yaitu sikap dan


alam pikiran yang makin tampak pada manusia
modern yang tidak lagi Terpesona oleh
lingkungannya, dan tidak lagi mengambil jarak
dengan obyek penyelidikannya, namun ingin
mengadakan relasi relasi baru, suatu kebertautan
yang baru terhadap segala sesuatu dalam
lingkungannya.

Ketiga tahapan di atas memiliki peran nya


masing-masing. Pada tahap Mistis misalnya,
sekalipun bentuk kebudayaan dan cara pemanfaatan
benda benda sangat berbeda dengan dunia modern,
namun dalam sebuah mitos kita dapat menyaksikan
bagaimana manusia menyusun strategi, dan mengatur
hubungan antara kekuatan alam dan manusia.
2.6 Proses Pembudayaan

budaya

Proses pembudayaan budaya dapat tercipta melalui


beberapa tahap, di antaranya:

a. Proses belajar budaya:

a. Proses internalisasi: Sepanjang kehidupan,


manusia menanamkan dalam kepribadiannya hal
hal yang diperlukan dalam kehidupan. Individu
berusaha memenuhi hasrat dan motivasi dalam
dirinya; yakni beradaptasi, belajar dari alam dan
lingkungan sosial dan budaya.
b.Proses sosialisasi, yaitu proses belajar anggota
masyarakat untuk mengenal dan menghayati
kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
c. Proses enkulturasi: Individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan
adat istiadat, sistem norma, dan pengaturan
pengaturan dalam kebudayaan.

b. Proses perkembangan
budaya:

a)Cultural evolution:
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan
kebudayaan dapat dianalisis oleh seorang peneliti
seolah olah dari dekat secara detail atau dapat
juga dipandang dari jauh hanya dengan
memperhatikan perubahan perubahan yang besar
saja. Proses evolusi sosial budaya yang dianalisis
secara detail akan membuka mata seorang
peneliti Untuk pelbagai macam proses perubahan
yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-
hari dalam setiap masyarakat di dunia.
b) Diffusion Process.
Proses difusi ini terjadi karena adanya
penyebaran dan migrasi kelompok kelompok
manusia di muka bumi. Oleh karena itu, unsur
unsur kebudayaan dan sejarah juga ikut
menyebar. Salah satu bentuk Difusi dibawa oleh
kelompok kelompok yang bermigrasi. Namun,
bisa juga tanpa adanya migrasi, tetapi karena ada
individu individu yang membawa unsur unsur
kebudayaan itu, seperti para pedagang dan
Pelaut.
c)Alculturation Process:
Adalah proses sosial yang timbul bila ada
golongan golongan manusia dengan latar
kebudayaan yang berbeda beda, Yang saling
bergaul langsung secara intensif untuk waktu
yang lama, sehingga kebudayaan golongan
golongan tadi masing masing berubah sifatnya
yang khas, dan juga unsur unsur nya masing
masing berubah wujudnya menjadi unsur unsur
kebudayaan yang campuran.
d) Inovation
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari
penggunaan sumber sumber alam, energi dan
modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan
penggunaan teknologi baru yang semuanya akan
menyebabkan adanya sistem produksi, Dan
dibuatnya produk produk baru. Proses inovasi
sangat erat kaitannya dengan teknologi dan
ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan
melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan
invention.
e)Discovery and invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu
unsur kebudayaan yang baru baik berupa suatu
alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu
atau suatu rangkaian dari beberapa individu
dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery
baru menjadi invention apabila masyarakat sudah
mengakui, menerima dan menerapkan penemuan
baru itu.
arakat atau di dalam dunia ini.

3. Manusia dan
Relasinya

a. Manusia Makhluk Tuhan

Kitab Kejadian bab pertama dan kedua,


dengan jelas menunjukkan asal-usul kita
manusia, yakni sebagai makhluk yang
diciptakan Allah. Menurut Kitab Kejadian,
penciptaan manusia ditempatkan pada hari
keenam yang diyakini sebagai mahkota
atau puncak dari setiap ciptaan Allah.
Dalam kerangka teologi, kisah
penciptaan manusia dinarasikan secara
khusus, bahwa Allah tidak hanya bersabda
“jadilah” sebagaimana semua ciptaan
lainnya, tetapi Allah melakukan pekerjaan
atau tindakan, yakni mengambil tanah dan
membentuknya menjadi manusia, lalu
meniup menghembuskannya dengan
nafasNya kepada manusia yang
membuatnya hidup.

Kitab Kejadian juga menarasikan


bahwa penciptaan manusia direncanakan
oleh Allah lalu diciptakan sesuai gambar
dan rupa Allah sendiri. Hal ini
menerangkan keagungan martabatnya
yang istimewa di antara segala ciptaan
lainnya.

Walalupun diciptakan sesuai dengan


gambar dan rupa Allah, dinyatakan juga
bahwa manusia dicptakan dengan materi
dasarnya adalah tanah dan urutan
waktunya adalah hari keenam yang juga
ditafsirkan sebagai lambang kerapuhan
dan keterbatasan manusia. Ia hanya akan
sempurna bila ada bersama Allah, yang
pada hari ke tujuh beristirahat untuk
bersama ciptaanNya, menopang
ciptaanNya.
Penegasan
Dengan demikian, kesimpulan dari
refleksi teologi biblis Kitab Kejadian atas
hakikat manusia sebagai ciptaan Tuhan
atau makhluk Tuhan, menyatakan
beberapa hal berikut:

 Diciptakan sesuai perencanaan

khusus oleh Allah, yakni sesuai

gambar dan rupaNya (Kej 1:26)

 Diciptakan oleh Allah dengan

tindakanNya (membentuk
tanah dan menghembuskan

nafas dari mulutNya, Kej 2:7)

 Diciptakan oleh Allah dengan

hakikat diri sebagai penolong

yang sepadan (seharkat dan

semartabat, tidak superior atau

pun inferior terhadap yang

lainnya)
 Diciptakan dengan keunikan

dan sisi misterinya yang tak

terselami

 Diciptakan untuk turut bekerja

agar berkembang biak dan

mengolah alam semesta

 Memiliki keterbatasan dan

kerapuhan sebagai ciptaan


yang diciptakan dari tanah

pada hari keenam

b. Manusia Makluk Individu

Dalam kisah penciptaan menurut Kitab


Kejadian bab satu dan dua, Allah
menciptakan manusia sebagai individu,
tidak diciptakan secara serempak.

 Adam dibentuk dari tanah

(adamah) lambang keunikannya

yang seperti tanah


 Hawa diciptakan dari rusuk

Adam saat ia sedang tidur (Kej

2:21). Penafsiran teologis

menyimpulkan kisah ini dengan

keunikan atau kekhasan

manusia sebagai seorang

pribadi. Tertidurnya Adam saat

Allah menciptakan Hawa mau

menyimbolkan sisi misteri

temannya yang sepadan itu,


bahwa walaupun mereka

sepadan dan saling menjadi

penolong bagi yang lainnya,

tetapi tetap ada sisi misteri tak

terselami dalam diri yang lain.

 Diciptakan dengan kemampuan

akal budi yang

membedakannya dari makhluk

lain. Ia menjadi tuan yang akan


memelihara dan mengatur

semua semesta. Kemampuan

rasional manusia juga bersifat

privat, sehingga hanya diri

sendirilah yang paling

mengenal pribadi dirinya

secara lebih baik. Kemampuan

akal budi dan kebijaksanaan

manusia yang istimewa ini

yang membuatnya disebut ens


rationale (Aristoteles) atau

juga homo sapiens.

Di hadapan misteri individualitas


seseorang, kita hanya boleh berusaha
untuk mengenal pribadi yang lain itu, dan
dalam keterbatasan pengenalan itu, kita
manusia diharapkan bisa memahami untuk
selanjutnya bisa menerima yang lain
seadanya, dengan kekayaan pribadinya
yang unik tak terselami. Orientasi
pengenalan dan penerimaan pribadi lain
itu. Salah satu tugas kita dengan
mempelajari ilmu sosial budaya dasar
adalah agar mampu mengenal dan
beradaptasi dengan yang lain.

c. Manusia Makhluk Sosial

Narasi teologi kitab suci Yudeo Kristiani


juga merefleksikan hakekat manusia
sebagai makhluk sosial (homo socius)
sejak awal kisah penciptaan.

Narasi itu menyiratkan makna berikut:

 Diciptakan dalam perecanaan

komunitas, (“Baiklah kita


menjadikan manusia menurut

gambar dan rupa kita, Kej 1:26-

27).

 Ada untuk fungsi sosial:

sebagai penolong bagi yang

lain (Kej 2:18).

 Ada dalam kesetaraan harkat

dan martabat: yang sepadan

dengan dengan dia (Kej 2:18).


 Memiliki intimitas mendalam

satu dengan yang lain, sebagai

satu tulang dan satu daging

(Kej 1:23: inilah dia, tulang dari

tulangku, dan daging dari

dagingku). Ia dinamakan

perempuan karena ia diambil

dari laki-laki (Kej 1:23).


 Diberkati secara bersama-sama

untuk menlanjutkan institusi

sosial manusia:

“beranakcuculah dan

bertambah banyak, penuhilah

bumi dan taklukanlah itu (Kej

1:28).
d. Manusia Makhluk Alam

Entah narasi teologi kitab suci maupun


releksi ilmiah modern menampilkan sisi
baru yang sesungguhnya menjadi hakekat
asalinya, yaitu sebagai makhluk semesta
atau makhluk alam. Simpulan refleksi
teologi biblis itu muncul dari kenyataan
berikut:

 Materi dasar penciptaan

manusia (Adam) adalah tanah

(adamah) yang merupakan


salah satu unsur dasar alam

(Kej 2:7).

 Ditempatkan di Eden untuk

mengusahakan dan memelihara

taman itu (Kej 2:15).

 Manusia itu diberi tugas

memberi nama kepada semua

binatang ciptaan yang

melambangkan kepemilikan
atau tuan, sebagai symbol

intimitas relasi (Kej 2:19).

Intimitas yang menumbuhkan rasa hormat


dan penghargaan terhadap alam ini
diuraikan dengan rinci dan jelas dalam
ensiklik Laudato si oleh Paus Fransiskus.
4. Manusia dan
peradaban 4

a. Pengertian dan definisi adab


dan peradaban

E. B. Taylor, antropolog besar Inggris


abad 19, dengan karya utama “primitive
culture” 1871, yang pertama kali memakai
kata “culture” meyakini bahwa
kebudayaan manusia berkembang dari
yang sederhana menjadi kompleks, dan

4
M. S. A. Nasution dkk, Ilmu Sosial,
Jakarta, Rajawali Pers, 2017, 65
bahwa masyarakat manusia melewati tiga
tahap evolusi:

- savagery (liar),

- barbarism (biadab)

- civilization (peradaban).

Taylor memberi tekanan di dalam


proses evolusi itu kepada kesamaan yang
ada di antara bangsa. Ada unsur yang
sama pada kebudayaan yang berbeda-
beda. Karena ada kesamaan dasar di antara
manusia, maka masyarakat yang berbeda
secara sendiri-sendiri sering menemukan
cara pemecahan masalah yang sama dalam
menghadapi lingkungan. Ia juga mengakui
adanya difusi kebudayaan sebagai akibat
dari perjumpaan antar budaya.

Tahapan perkembangan tertinggi dalam


perspektif Taylor adalah civilization atau
peradaban. Yang dimaksudkan dengan
terminology peradaban yang dipahami
sebagai tertatanya kecerdasan budi dan
akhlak yang terwujud dalam perilaku
manusiawi suatu masyarakat. Kata
dasar adab merujuk pada budi pekerti
yang halus; akhlak yang baik; budi
bahasa; kesopanan.

Menurut M. S. A. Nasution dkk, adab


erat hubungannya dengan:
 Moral, yaitu nilai-nilai dalam

masyarakat yang berhubungan

dengan kesusilaan

 Norma, yaitu aturan, ukuran atau pedoman

yang dipergunakan dalam menentukan

sesuatu yang baik atau salah

 Etika, yaitu nilai-nilai dan norma moral

tentang apa yang baik dan buruk yang

menjadi pegangan dalam mengatur tingkah

laku manusia
 Estetika, yaitu berhubungan dengan segala

sesuatu yang tercakup dalam keindahan,

kesatuan dan keselarasan

Selanjutnya, ada beberapa definisi


peradaban menurut beberapa ahli, antara
lain:

1. Fairchild mendefinisikan
peradaban sebagai perkembangan
kebudayaan yang telah mencapai
tingkat tertentu yang diperoleh
manusia.
2. Koentjaraningrat, menyatakan
peradaban untuk menyebut bagian
dan unsur kebudayaan yang halus,
maju dan indah, seperti kesenian,
ilmu pengatahuan, adat sopan
santun, kepandaian menulis,
organisasi kenegaraan,
kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi dan masyarakat
kota yang maju dan kompleks.
3. Ibnu Khaldun, melihat peradaban
sebagai keseluruhan kompleksitas
produk pikiran kelompok manusia
yang mengatasi, negara, ras, suku,
agama, yang membedakannya dari
yang lain tetapi tidak monolitik
dengan sendirinya.
Untuk menjadi makhluk yang beradab,
manusia perlu menjunjung tinggi aturan-
aturan, norma-norma, adat-istiadat, dan
berbagai nilai kehidupan yang ada di
masyarakat yang diwujudkan dengan
menaati berbagai pranata atau aturan
sosial, sehingga dalam kehidupan di
masyarakat itu akan tercipta ketenangan,
kenyamanan, ketentraman dan kedamaian.
Inilah sesungguhnya makna hakiki
manusia beradab.5

Dalam ideologi Bangsa Indonesia, konsep


kehidupan yang beradab termaktub sejajar
5
M. S. A. Nasution dkk, Ilmu Sosial,
Jakarta, Rajawali Pers, 2017, 69
dengan praktek kehidupan yang adil
sebagaimana tertuang dalam sila kedua
pancasila. Keadaban itu ditandai oleh
pelaksanaan hak dan kewajiban secara
seimbang. Seseorang mesti melakukan
kewajibannya dengan bertanggung jawab
dan menerima haknya dengan sewajarnya.

b. Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah


masyarakat yang berkembang sesuai
dengan potensi budaya, adat istiadat,
dan agama.
Bangsa kita ini diarahkan untuk menuju
masyarakat madani. Dengan masyarakat
madani diharapkan akan "terwujudnya
kemandirian masyarakat, terwujudnya
nilai-nilai tertentu dalam beradab dan
memiliki nasionalisme yang tinggi.

Seluruh masyarakat diharapkan mampu


berpikir sehingga terbentuk masyarakat
yang mampu mengatasi berbagai
persoalan hidup berdasarkan pada
Pancasila dan semboyan Bhinneka tunggal
ika.

Definisi Masyarakat Madani menurut


para ahli:
1. Syamsudin Haris
Masyarakat madani adalah suatu lingkup
interaksi sosial yang berada di luar
pengaruh negara dan model yang tersusun
dari lingkungan masyarakat paling akrab
seperti keluarga, asosiasi suka rela
gerakan kemasyarakatan dan pelbagai
bentuk lingkungan komunikasi antarwarga
masyarakat

2. Ernest Gellner
Civil society atau masyarakat madani
merujuk pada masyarakat yang terdiri atas
pelbagai institusi non pemerintah yang
otonom dan cukup kuat untuk dapat
mengimbangi negara

3. Zbigniew Rau
Masyarakat madani adalah sebuah
ruang dalam masyakat yang bebas dari
pengaruh keluarga dan kekuasaan negara
yang diekspresikan dalam gambaran ciri-
cirinya. Yakni individualis dan pluralis.

4. Nurcholis Madjid
Masyarakat madani adalah masyarakat
yang merujuk pada masyarakat yang
menjunjung tinggil nilai-nilai: egaliteran,
(kesederajatan), menghargai prestasi,
keterbukaan, toleransi dan musyawarah.

5. Muhammad AS Hikam
Wilayah-wilayah kehidupan sosial
yang terorganisasi dan bercirikan antara
lain kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self-generating),
keswadayaan (self-supporting), dan
kemandirian yang tinggi berhadapan
dengan negara, dan keterikatan dengan
norma-norma dan nilai-nilai diikuti oleh
warganya.
6. M. Ryaas Rasyid
Masyarakat madani merupakan suatu
gagasan masyarakat yang mandiri yang
dikonsepsikan sebagai jaringan-jaringan
yang produktif dari kelompok-kelompok
sosial yang mandiri, perkumpulan-
perkumpulan, serta lembaga-lembaga
yang saling berhadapan dengan negara.

Dalam hal ini masyarakat madani


memiliki karakteristik tersendiri, di
antaranya:
1. Free public sphere (ruang publik yang
bebas)
yaitu masyarakat memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik, mereka
berhak melakukan kegiatan secara
merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasikan kepada
publik.
2. Demokratisasi

yaitu proses untuk menerapkan prinsip-


prinsip demokrasi sehingga mewujudkan
masyarakat yang demokratis.

Untuk menumbuhkan demokratisasi


dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat
berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan
kemandirian serta kemampuan untuk
berperilaku demokratis kepada orang lain
dan menghargai perlakuan demokratis dari
orang lain. Demokratisasi dapat terwujud
melalui penegakan pilar demokrasi yang
meliputi:

 Lembaga swadaya masyarakat


 Pers yang bebas
 Suprememasi hukum
 Perguruan tinggi
 Partai politik
3. Toleransi

yaitu kesediaan individu untuk menerima


pandangan-pandangan politik dan sikap
sosial yang berbeda dalam masyarakat,
sikap saling menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan
oleh orang atau kelompok lain

4. Pluralisme

yaitu sikap mengakui dan menerima


kenyataan masyarakat yang majemuk
disertai dengan sikap tulus bahwa kemana
kemajemukan sebagai nilai positif dan
merupakan arrahmah dari tuhan yang
maha kuasa

5. Keadilan sosial

yaitu keseimbangan dan pembagian yang


proporsional antara hak dan kewajiban
serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya

6. Partisipasi sosial

yaitu partisipasi masyarakat yang benar-


benar bersih dan dari rekayasa intimidasi
ataupun intervensi penguasa atau pihak
lain sehingga masyarakat memiliki
kedewasaan dan kemandirian berpolitik
yang bertanggung jawab.

7. Supermasi hukum

yaitu upaya untuk memberikan jaminan


terciptanya keadilan. Keadilan harus
diposisikan secara netral artinya setiap
orang memiliki kedudukan dan perlakuan
hukum yang sama tanpa kecuali

Sejarah Masyarakat Madani

Sejarah awal masyarakat madani tidak


bisa dilepas dari filsuf yunani Aristoteles
tahun 384 sampai 322 sm yang
memandang konsep masyarakat madani
sebagai sistem kenegaraan atau identik
dengan negara itu sendiri. Istilah-istilah
civil society di masa sekarang sering
dikenal sebagai istilah koinonia politik
yaitu sebuah komunikasi politik tempat
warga dapat terlibat langsung dalam
percaturan ekonomi politik dan
pengambilan keputusan.

Thomas hobbes pada tahun 1588 sampai


1678 masahei dan John Locke pada tahun
1632 sampai 1704 masahei memandang
civil society sebagai kelanjutan dari
evolusi masyarakat yang berlangsung
secara alamiah. Selanjutnya di tahun 1767
Adam Ferguson yang menekankan secara
khusus pada civil society dalam kehidupan
sosial. Menurutnya ketimpangan sosial
akibat kapitalisme harus dihapuskan
dikarenakan semakin banyaknya sikap
individualis dan berkurangnya tanggung
jawab sosial.

Selanjutnya dikembangkan pada tahun


1770 sampai 1831 masehi oleh G.W.F
Hegel, Karl Marx 1018-1883 dan Antonio
Gramsci; dalam pandangan ketiganya civil
society merupakan elemen ideologis kelas
dominan. Kemudian dikembangkan lagi
oleh alexis de Tocqueville, berdasarkan
pengalamannya mengamati budaya
demokrasi Amerika. Ia memandang
bahwa civil society sebagai kelompok
penyeimbang negara. Menurutnya
kekuatan politik dan masyarakat sipil
merupakan kekuatan utama yang
menjadikan demokrasi Amerika
mempunyai daya tahan yang kuat.

Gagasan tentang civil society kemudian


meluas menjadi sebuah landasan ideologis
untuk perjuangan kelompok demokrasi di
belahan dunia yang lain untuk
membebaskan masyarakat dari
cengkraman negara yang secara sistematis
melemahkan kreativitas dan kemandirian
masyarakat.

Di dalam tatanan kepemerintahan yang


demokratis, komponen rakyat yang
disebut masyarakat madani harus
memperoleh peran utama.

Moral menjadi landasan bagi rakyat untuk


berperan dalam menciptakan tata
pemerintahan yang baik. Moral
merupakan operasional dari sikap dan
pribadi seseorang dalam beragama,
sehingga peranan moral dalam tiga
komponen yaitu sektor swasta, pemerintah
dan rakyat merupakan kerangka
masyarakat madani.
Kendala Mencapai Masyarakat
Madani
untuk mencapai apapun yang dianggap
hak dan yang diinginkan pasti akan ada
kendala dan untuk mengaplikasikan
konsep masyarakat madani ini juga akan
ada kendala yang akan dihadapi di
antaranya:

 Kualitas SDM yang belum

memadai karena pendidikan

yang belum merata


 Masih rendahnya pendidikan

politik masyarakat

 Kondisi ekonomi nasional yang

belum stabil pasca berbagai

krisis

 Tingginya angkatan kerja yang

belum terserap karena

lapangan kerja yang terbatas


 Pemutusan hubungan kerja

sepihak dalam jumlah yang

besar

 Kondisi sosial politik yang

belum pulih pasca reformasi –

pasca pandemi

Dalam menghadapi perkembangan dan


perubahan zaman, pemberdayaan civil
society perlu ditekankan, antara lain
melalui peranannya sebagai berikut:
 Sebagai pengembangan masyarakat
melalui upaya peningkatan pendapatan
dan pendidikan
 Sebagai advokasi bagi masyarakat
yang teraniaya tidak berdaya membela
hak-hak dan kepentingan mereka yaitu
masyarakat di yang terkena
pengangguran kelompok buruh yang di
gaji atau di phk secara sepihak dan
lain-lain
 Sebagai kontrol terhadap negara
 Menjadi kelompok kepentingan atau
kelompok penekan
Masyarakat madani pada dasarnya
merupakan suatu ruang yang terletak
antara negara di satu pihak dan
masyarakat di pihak lain. Dalam ruang
lingkup tersebut, terdapat sosialisasi warga
masyarakat yang bersifat sukarela dan
terbangun dari sebuah jaringan hubungan
di antara asosiasi tersebut misalnya berupa
perjanjian koperasi kalangan bisnis, rukun
warga, rukun tetangga dan bentuk
organisasi-organisasi upaya mengatasi
kendala yang dihadapi bangsa Indonesia
dalam mewujudkan masyarakat madani,
maka pemberdayaan yang perlu
ditekankan antara lain melalui peranannya
sebagai pengembangan masyarakat
melalui upaya peningkatan pendapatan
dan pendidikan sebagai advokasi bagi
masyarakat yang teraniaya, tidak berdaya
membela hak-hak dan kepentingan
mereka, sebagai kontrol terhadap negara,
menjadi kelompok pembela kepentingan
atau kelompok penekan.

Nurcholis Madjid memberikan penjelasan


mengenai keterkaitan antara masyarakat
madani dengan demokratisasi.
Menurutnya, masyarakat madani
merupakan tempat tumbuhnya
demokrasi. Pemilu merupakan simbol
bagi pelaksanaan demokrasi.

Masyarakat madani merupakan elemen


yang signifikan dalam membangun
demokrasi. Salah satu syarat penting bagi
demokrasi adalah terciptanya partisipasi
masyarakat dalam proses-proses
pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh negara atau pemerintahan.
Masyarakat madani mensyaratkan adanya
civic engagement yaitu keterlibatan warga
negara dalam asosiasi-asosiasi sosial.
Civic engagement ini memungkinkan
tumbuhnya sikap terbuka percaya dan
toleran antara satu dengan yang lainnya.

Menurut Ernest Gelnner demokrasi


dianggap sebagai hasil dinamika
masyarakat yang menghendaki adanya
partisipasi. Proses demokratisasi menuju
masyarakat madani merupakan faktor
pendorong bagi negara untuk selalu
mengusahakan perbaikan terus menerus
dan menjaga agar tidak terjadi
kemerosotan demi kesejahteraan rakyat.
Syarat Menuju Masyarakat
Madani
Proses menuju masyarakat madani pada
dasarnya tidaklah mudah, harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

 Kualitas sumber daya manusia

yang tinggi yang tercermin

antara lain dari kemampuan

tenaga-tenaga profesionalnya

untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan serta
penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi

 Memiliki kemampuan

memenuhi kebutuhan pokok

sendiri agar tidak menimbulkan

kerawanan terutama di bidang

ekonomi.

 Semakin mantap

mengandalkan sumber-sumber
pembiayaan dalam negeri yang

berarti ketergantungan kepada

sumber pembangunan dari luar

negeri semakin kecil dan tidak

ada sama sekali.

 Secara umum telah memiliki

kemampuan ekonomi sistem

politik sosial budaya dan

pertahanan keamanan yang


dinamis tangguh serta

berwawasan global.

Dalam rangka menuju masyarakat


madani, melalui beberapa proses dan
tahapan-tahapan yang konkret dan
terencana dengan matang, serta adanya
upaya untuk mewujudkan dengan
sungguh-sungguh. Langkah pertama yang
perlu diwujudkan adalah adanya
pemerintahan yang baik.

Pemerintahan yang baik dalam rangka


menuju kepada masyarakat madani adalah
berorientasi kepada dua hal sebagai
berikut:

1. Orientasi ideal negara yang diarahkan


pada pencapaian tujuan nasional yaitu
mengacu pada demokratisasi dengan
elemen legitimasi akuntabilitas,
otonomi, devolusi (pendelegasian
wewenang) kekuasaan kepada daerah
dan adanya mekanisme kontrol oleh
masyarakat.
2. Pemerintahan yang berfungsi secara
ideal yaitu secara efektif dan efisien
melakukan upaya pencapaian tujuan
nasional. Hal ini tergantung pada
sejauh mana pemerintah memiliki
kompetensi struktur dan mekanisme
politik serta administrasi yang
berfungsi secara efektif dan efisien.

Dalam kehidupan demokrasi agar


masyarakat dapat hidup secara madani
harus mempunyai tiga syarat yaitu:

1. Ketertiban dalam pengambilan


suatu keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama
2. Adanya kontrol masyarakat dalam
jalannya proses pemerintahan
3. Adanya kemerdekaan memilih
pemimpinnya

Ketiga hal tersebut merupakan sarana


untuk mewujudkan kehidupan yang
demokratis yaitu kehidupan yang dalam
pemerintahan yang bersumber dari,oleh
dan untuk rakyat itu sendiri.

c. Tradisi dan Modernisasi

Tradisi:
Berasal dari kata bahasa Latin (tradere)
tradisi artinya diteruskan atau kebiasaan
dalam pengertian yang paling sederhana
adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompok masyarakat, biasanya dari
suatu negara kebudayaan waktu atau
agama yang sama.

Hal yang paling mendasar dari tradisi


adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi
baik tertulis maupun lisan karena tanpa
adanya ini suatu tradisi dapat punah.

Dalam pengertian lain tradisi adalah adat


istiadat atau kebiasaan yang turun-
temurun yang masih dijalankan di
masyarakat. Dalam suatu masyarakat
muncul semacam penilaian bahwa cara-
cara yang sudah ada merupakan cara yang
terbaik untuk menyelesaikan persoalan.
Biasanya sebuah tradisi tetap saja
dianggap sebagai cara atau model terbaik
selagi belum ada alternatif lain.

Sebenarnya banyak sekali pengertian dari


tradisi namun pengertian tradisi menurut
para ahli secara garis besar adalah suatu
budaya dan adat istiadat yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi dan
diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Nenek moyang kita tentu menginginkan
para generasi penerus tetap menjaga
kelestarian peninggalan mereka.
Peninggalan material contohnya adalah
lukisan, patung dan arca. Sementara itu,
peninggalan non material berupa bahasa
atau dialog, upacara adat, dan norma.

Tradisi yang dimiliki masyarakat


bertujuan membuat hidup manusia kaya
akan budaya dan nilai-nilai bersejarah.
selain itu, tradisi juga akan menciptakan
kehidupan yang harmonis. Namun hal
tersebut akan terwujud hanya apabila
manusia menghargai, menghormati, dan
menjalankan suatu tradisi secara baik dan
benar serta sesuai aturan.

Aturan dan norma yang ada di masyarakat


tentu dipengaruhi oleh tradisi yang ada
dan berkembang di masyarakat.

Tradisi merupakan roh dari sebuah


kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin
suatu kebudayaan akan hidup dan
langgeng. Dengan tradisi hubungan antara
individu dengan masyarakat bisa
harmonis. Dengan tradisi sistem
kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila
tradisi dihilangkan, maka ada resiko suatu
kebudayaan akan berakhir. Setiap sesuatu
menjadi tradisi biasanya telah teruji
tingkat efektivitasnya. Efektivitas dan
efisiensinya selalu terupdate mengikuti
perjalanan perkembangan unsur
kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan
tindakan dalam menyelesaikan persoalan
kalau tingkat efektivitas dan efisiensinya
rendah akan segera ditinggalkan
pelakunya dan tidak akan pernah menjadi
sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi
akan pas dan cocok sesuai situasi dan
kondisi masyarakat pewarisnya.
Modernisasi:
Modernisasi adalah proses penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam
semua segi kehidupan manusia dengan
tingkat yang lebih maju. Tujuan utamanya
untuk mencari taraf hidup yang lebih baik
dan nyaman. Modernisasi yang telah
dilandasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak hanya bersifat fisik
material saja melainkan lebih jauh dari itu
dilandasi oleh sikap mental yang dalam.

Pengertian modernisasi menurut para ahli:


Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah
suatu transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pra modern
dalam arti teknologi serta organisasi
sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan
politis.

Soerjono Soekanto, modernisasi adalah


suatu bentuk dari perubahan sosial yang
terarah didasarkan pada suatu perencanaan
yang biasanya dinamakan social planning

Dengan dasar pengertian di atas, maka


secara garis besar istilah modern
mencakup pengertian sebagai berikut:
 Modern berarti berkemajuan

yang rasional dalam segala

bidang dan meningkatnya taraf

kehidupan masyarakat secara

menyeluruh dan merata

 Modern berarti

berkemanusiaan dan tinggi

nilai peradabannya dalam


pergaulan hidup dalam

masyarakat.

Syarat-syarat modernisasi:

 Cara berpikir ilmiah: sesuai

metode keilmuan

 Sistem administrasi negara

yang baik (transparansi dan

akuntabilitas)
 Adanya sistem pengumpulan

data yang baik dan teratur

yang terpusat pada suatu

lembaga tertentu

 Penciptaan iklim yang baik dan

teratur dari masyarakat

terhadap modernisasi dengan

cara penggunaan alat

komunikasi massa
 Tingkat organisasi yang tinggi

di satu pihak disiplin yang

tinggi pada pihak lain

 Netralisasi wewenang dalam

pelaksanaannya

d. Peradaban dan Problematika

Peradaban adalah istilah yang


digunakan untuk menyebutkan bagian-
bagian atau unsur kebudayaan yang
telah berkembang dan dianggap halus,
indah dan maju.

Peradaban merupakan perkembangan


kebudayaan yang telah mencapai tingkat
tertentu yang tercermin dalam tingkat
intelektual, keindahan, teknologi, spiritual
yang terlihat pada masyarakatnya.

Faktor utama dalam perkembangan ini


adalah adanya globalisasi.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus


dalam peradaban manusia yang bergerak
terus dalam masyarakat dunia.

Kehadiran teknologi informasi dan


teknologi komunikasi mempercepat
akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek
penting kehidupan.

Globalisasi menciptakan berbagai


tantangan dan permasalahan baru yang
harus dijawab dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk
kepentingan kehidupan.

Wacana globalisasi sebagai sebuah proses


ditandai dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
ia mampu mengubah dunia secara
mendasar.
Dengan didukung teknologi komunikasi
dan transportasi yang canggih dampak
globalisasi akan sangat luas dan
kompleks. Akibatnya, akan mengubah
pola pikir, sikap, dan tingkah laku
manusia. Hal seperti ini kemungkinan
dapat mengakibatkan perubahan aspek
kehidupan yang lain seperti hubungan
kekeluargaan, kemasyarakatan,
kebangsaan atau secara umum
berpengaruh pada sistem budaya bangsa.

Globalisasi memberi pengaruh dalam


berbagai kehidupan, seperti politik
ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan.
Pengaruh globalisasi terhadap ideologi
dan politik adalah akan semakin
menguatnya pengaruh ideologi liberal
dalam perpolitikan negara-negara
berkembang yang ditandai menguatnya
ide kebebasan dan demokrasi.

Pengaruh globalisasi di bidang politik


antara lain membawa internasionalisasi
dan penyebaran pemikiran serta nilai-nilai
demokratis termasuk di dalamnya hak
asasi manusia

Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi


antara lain menguatnya kapitalisme dan
pasar bebas hal ini ditunjukkan dengan
semakin tumbuhnya perusahaan-
perusahaan transnasional yang beroperasi
tanpa mengenal batas-batas negara.
Kapitalisme juga menuntut adanya
ekonomi pasar yang lebih bebas untuk
mempertinggi asas manfaat,
kewiraswastaan, akumulasi modal,
membuat keuntungan serta manajemen
yang rasional.

Garis baru pengaruh globalisasi terhadap


sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai
dari peradaban lain. Hal ini berakibat
timbulnya erosi nilai-nilai sosial budaya
suatu bangsa yang menjadi jati dirinya.
Pengaruh ini semakin lancar dengan
pesatnya media informasi dan komunikasi
seperti televisi, komputer satelit, internet
dan sebagainya.

Garis baru globalisasi juga memberikan


dampak terhadap pertahanan dan
keamanan negara.

Garis baru problematika peradaban di


Indonesia yang timbul akibat globalisasi di
antaranya dapat dilihat dalam bidang
bahasa, kesenian, juga dalam berbagai
aspek kehidupan sosial.

Akibat perkembangan teknologi yang


begitu pesat, terjadi transkulture dalam
kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau
akan berpengaruh terhadap keberadaan
kesenian kita. Padahal kesenian tradisional
kita merupakan bagian dari khazanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.

Dengan teknologi informasi yang semakin


canggih, seperti saat ini, kita disuguhi
banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan
dengan kesenian tradisional kita.
Dengan televisi, masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan
yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi. Hal ini
menyebabkan terpinggirkannya kesenian
asli Indonesia.

Kehidupan sosial juga merupakan salah


satu unsur pembentuk peradaban yang
banyak dipengaruhi oleh globalisasi.
Dimensi nilai dalam kehidupan yang
sebelumnya berdasarkan pada konsep
kolektivisme kini berubah menjadi
individualisme. Manusia tidak lagi merasa
senasib penanggungan dengan manusia
lainnya dikarenakan perkembangan
teknologi dan informasi menuntut mereka
untuk saling berkompetisi dalam
memenuhi kehidupan yang semakin
mendesak hal ini juga berdampak pada
berkurangnya kontak sosial antara sesama
manusia dalam konteks hubungan
kemasyarakatan.

Problematika peradaban yang penting


lainnya adalah adanya kemungkinan
punahnya suatu bahasa di daerah tertentu
disebabkan penutur bahasanya telah
terkontaminasi oleh pengaruh globalisasi.
5. Manusia: Keragaman
dan Kesetaraan 6

a. Unsur-unsur keragaman
b. Hakikat keragaman dan
kesetaraan Manusia
c. Pelapisan sosial dan
kesamaan derajat
d. Kemiskinan dan Masalah
Sosial

6
M. S. A. Nasution dkk, Ilmu Sosial,
Jakarta, Rajawali Pers, 2017, 91
a. Unsur-unsur keragaman
Fakta fakta sejarah mengandaikan adanya
hal hal yang bervariasi, lebih dari satu
keragaman menunjukkan keberadaan yang
heterogen. Keragaman Indonesia terlihat
pada berbagai aspek kehidupan seperti
geografis, etnis, sosiokultural dan agama
serta kepercayaan.

Agar keragaman itu menjadi kekayaan


Dan berkat, maka harus dikelola dengan
sebaik mungkin, antara lain dengan cara:

1. Mendekonstruksi stereotipe dan


prasangka terhadap identitas lain
2. Mengenal dan bergaul dengan
sebanyak mungkin orang dengan
identitas yang berbeda
3. mengembangkan ikatan- ikatan
pertemanan, bisnis, organisasi asosiasi
dan lain lain yang bersifat inklusif dan
lintas identitas, bukan eksklusif.
4. Mempelajari ritual dan falsafah
identitas lain.

Berikut adalah beberapa unsur keragaman


yang terdapat dalam masyarakat kita,
antara lain:

1. Suku bangsa dan ras. Indonesia


terdiri dari berbagai suku bangsa dan
ras. Semuanya ini memperkaya
Indonesia sebagai bangsa yang
beranekaragam.
2. Agama dan keyakinan.

Dalam praktiknya, Agama sangat


bermanfaat dan berpengaruh dalam
kehidupan sosial antara lain:

a. Manfaat edukatif: ajaran agama


secara hukum berfungsi menyuruh dan
melarang
b. berfungsi menginspirasi ajaran
keselamatan
c. berfungsi sebagai sarana
perdamaian
d. berfungsi Sebagai sarana kontrol
sosial
e. Berfungsi sebagai pemupuk rasa
solidaritas
f.Berfungsi transformatif.
3. Ideologi dan politik

Idiologi adalah suatu istilah umum bagi


sebuah gagasan yang berpengaruh kuat
terhadap dalam situasi khusus karena
merupakan kaitan antara tindakan dan
kepercayaan.

4. Tata krama

Kata gram adalah segala tindakan,


perilaku, adat istiadat, sopan Santun, ucap
dan cakap sesuai dengan kaidah atau
norma tertentu.

b. Hakikat keragaman dan


kesetaraan Manusia
Keragaman sangat berhubungan dengan
ciri manusia sebagai makhluk yang unik.
Karena keunikan itulah manusia, selain
memiliki kesamaan dan Kesetaraan, Juga
menunjukkan kekhasannya. Ia memiliki
perbedaan dengan yang lain, Misalnya
perbedaan sikap, watak, kelakuan,
temperamen, Hasrat dan lain lain.

Keragaman individual maupun sosial


adalah implikasi dari kedudukan manusia
baik sebagai makhluk individu maupun
sebagai makhluk sosial.

Sebaliknya, walaupun memiliki


keragaman dan perbedaan, pada
hakikatnya manusia memiliki Kesetaraan.
Ia memiliki harkat, martabat dan derajat
yang setara. Tidak ada superioritas dan
inferioritas di dalam hakikatnya sebagai
manusia.

Kesetaraan manusia bermakna manusia


sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Tingkatan
atau kedudukan yang sama itu bersumber
dari pandangan bahwa semua manusia
tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan
kedudukan yang sama, yaitu sebagai
makhluk mulia.

c. Pelapisan sosial dan


kesamaan derajat
1. Pelapisan sosial atau social
stratification.

Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan


sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas kelas secara
bertingkat atau hirarkis.

Menurut B. J. Boman, Pelapisan sosial


adalah golongan manusia yang ditandai
dengan suatu cara hidup dalam kesadaran
akan beberapa hak istimewa tertentu. Oleh
karena itu, mereka menuntut Gensi
kemasyarakatan.

Sistem Pelapisan sosial yang terjadi dalam


masyarakat sangatlah mungkin terjadi,
karena adanya kesenjangan kesenjangan
yang didasari dari beberapa hal, misalnya
aspek ekonomi, jabatan, ekonomi dan lain-
lain. Stratifikasi sosial pasti akan terjadi di
mana pun kita berada, namun kita perlu
menyikapinya secara Arif agar tidak
menciptakan kesenjangan yang berakibat
pada kecemburuan, diskriminasi sosial dan
penindasan terhadap kelompok yang lain.
Menurut Muhamad Syukri, pelapisan
sosial dibagi menjadi dua:

1. Terjadi dengan sendirinya.

Proses ini berjalan sesuai dengan


pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
Adapun orang-orang yang menduduki
lapisan tertentu dibentuk bukan
berdasarkan atas kesengajaan yang
disusun sebelumnya dalam masyarakat,
tetapi bersifat alamiah. Dasar dari
stratifikasi ini Bervariasi menurut tempat,
waktu, dan kebudayaan masyarakat di
mana sistem itu berlaku.

2. Terjadi dengan sengaja.


Sistem Pelapisan ini dengan sengaja
ditujukan untuk mengejar tujuan bersama.
Dalam sistem ini ditentukan secara jelas
dan tegas adanya kewenangan dan
kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang. Di dalam sistem organisasi
yang disusun secara sengaja, mengandung
dua sistem yaitu:

a. Sistem Fungsional, merupakan


pembagian kerja kepada kedudukan
yang tingkatnya berdampingan dan
harus bekerjasama dalam kedudukan
yang sederajat.
b. Sistem skalar, merupakan
pembagian kekuasaan menurut tangga
atau jenjang secara vertikal dari atas ke
bawah.

STRATIFIKASI SOSIAL MENURUT


PARA AHLI:

a. Pitirin A. Sorikin: Stratifikasi sosial


adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas kelas yang
tersusun secara bertingkat.
b. Theodorson:

Stratifikasi sosial adalah jenjang status dan


peranan yang relatif permanen yang
terdapat dalam sistem sosial di dalam
perbedaan hak, pengaruh dan kekuasaan.

Masyarakat yang berstratifikasi Sering


dilukiskan sebagai suatu kerucut atau
piramida, di mana lapisan bawah adalah
paling lebar dan lapisan ini menyempit ke
atas.

Indikasi Stratifikasi sosial sejak zaman


kuno:

a. Adanya kelompok berdasarkan jenis


kelamin dan usia dengan perbedaan
perbedaan hak dan kewajiban.
b. Adanya kelompok kelompok
pemimpin suku yang berpengaruh dan
memiliki hak hak istimewa.
c. Adanya pemimpin yang saling
berpengaruh.
d. Adanya orang orang yang di kecil
kan di luar Kasta dan orang yang di
luar perlindungan hukum.
e. Adanya pembagian kerja di dalam
suku itu sendiri.
f.Adanya perbedaan standar ekonomi.

Beberapa teori tentang Pelapisan


masyarakat:
1. Aristoteles: Di dalam setiap negara
terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang
kaya sekali, mereka yang melarat
sekali, dan mereka yang berada di
tengah tengahnya.
2. Prof. Dr. Selo Sumardjan:
Selama di dalam masyarakat, pasti ada
sesuatu yang dihargai olehnya, dan
setiap masyarakat pasti mempunyai
sesuatu yang dihargai.
3. Vilfredo Pareto: ada dua kelas yang
senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu
golongan Elit dan golongan non Elit.
Pangkal perbedaan itu karena ada
orang orang yang memiliki kecakapan,
watak, keahlian dan kapasitas yang
berbeda beda.
4. Gaotani Mosoa dalam “the ruling
class” di dalam seluruh masyarakat dari
masyarakat yang kurang berkembang,
sampai kepada masyarakat yang paling
maju dan penuh kekuasaan, dua kelas
selalu muncul: ialah kelas pertama
yang jumlahnya selalu sedikit dan kelas
kedua yang jumlahnya selalu lebih
banyak.
5. Karl Marx: terdapat dua macam
kelas di dalam setiap masyarakat, yaitu
kelas yang memiliki tanah dan alat alat
produksi lainnya Dan kelas yang tidak
mempunyai dan hanya memiliki tenaga
untuk di sumbangkan di dalam proses
produksi.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


dalam masyarakat terjadi Pelapisan sosial
yang sering dilandasi oleh ukuran
kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran
kehormatan, dan ukuran ilmu
pengetahuan.

2. Kesamaan derajat

Dalam deklarasi hak asasi manusia atau


declaration of human right tahun 1948
Dinyatakan:
pasal 1: setiap orang dilahirkan merdeka
dan mempunyai martabat dan hak yang
sama. Mereka Dikaruniai akal budi dan
hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.

Pasal 2 ayat satu: Setiap orang berhak atas


semua hak dan kebebasan yang tercantum,
tanpa terkecuali, seperti bangsa warna
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik
dan lain-lain.

Teologi kitab Suci Katolik juga


menjelaskan tentang kesamaan derajat
manusia ini. Menurut kitab Kejadian 2:18
Manusia adalah Penolong yang lain yang
sepadan dengan dia. Manusia laki-laki dan
perempuan diciptakan sesuai gambar dan
rupa Allah. Keduanya sama-sama adalah
citra Allah. Menyikapi perbedaan dan
Pelapisan sosial yang ada secara otomatis
dalam masyarakat, kitab Suci perjanjian
baru Menyatakan dalam sebuah analogi
bahwa kita ibarat satu tubuh banyak
anggota (1Kor 12:12 “Karena sama seperti
tubuh itu satu dan anggota anggotanya
banyak, dan segala anggota itu, sekalipun
banyak, merupakan satu tubuh, demikian
pula Kristus.” Rom 12:4-5: “Sebab sama
seperti pada satu tubuh kita mempunyai
banyak anggota, tetapi tidak semua
anggota itu mempunyai tugas yang sama.
Demikian juga kita, walaupun banyak,
adalah satu tubuh di dalam Kristus, Tetapi
kita masing masing adalah anggota yang
seorang terhadap yang lain.

Kita bangsa Indonesia menyatakan


penghargaan akan kesetaraan di tengah
keanekaragaman itu dalam semboyan
negara: bhineka tunggal ika. Juga UUD 45
dan dasar negara kita menyatakan dengan
tegas tentang kesetaraan di tengah
keanekaragaman.

a. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945: setiap


warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
b. Pasal 28: setiap warga negara
memiliki kemerdekaan untuk berserikat
dan berkumpul menyampaikan pikiran
secara lisan maupun tertulis.
c. Pasal 29 ayat 2: negara menjamin
kebebasan memeluk agama.
d. Pasal 31 tentang hak asasi mengenai
pengajaran.
e. Pasal 4 UUD 1945 bicara tentang
hak asasi. Hak asasi adalah hak dasar
atau hak pokok yang dimiliki manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan
yang Maha Esa. HAM ini merupakan
anugerah Tuhan.

MACAM-MACAM HAM:

1. Hak asasi pribadi. Contoh hak asasi


beragama, menentukan jalan hidup
2. Hak asasi politik. Contoh: hak
menyampaikan pendapat, pemilu,
berorganisasi.
3. Hak asasi ekonomi: berhubungan
dengan kegiatan perekonomian
4. Hak asasi budaya: berhubungan
dengan kehidupan bermasyarakat:
pendidikan, pekerjaan,
mengembangkan seni budaya.
5. Hak kesamaan kedudukan dalam
hukum dan pemerintahan

6. Hak untuk diperlakukan sama dalam


tata cara pengadilan.

d. Kemiskinan dan Masalah


Sosial

6. Manusia dan
Moralitasnya
a. Etika dan Moral
b. Manusia dan moralitas7
c. Manusia dan agama
d. Hukum dan Moralitas

7. Manusia dan
Lingkungan Hidupnya 8

7
M. S. A. Nasution dkk, Ilmu Sosial,
Jakarta, Rajawali Pers, 2017, 131
8
M. S. A. Nasution dkk, Ilmu Sosial,
Jakarta, Rajawali Pers, 2017, 207.
a. Definisi
b. Relasi Manusia dan
Lingkungan hidup
c. Jumlah Penduduk dan
Lingkungan Hidup
d. Kerusakan Alam dan
Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai