Anda di halaman 1dari 16

Kebhinekaan Dan Toleransi

Umat Beragama
 Nama: Raditya Haikal Suhendra
 Kelas: XI IPS 1
TOLERANSI UMAT BERAGAMA
AGAMA DI INDONESIA:
 Indonesia, secara tipikal merupakan masyarakat
yang plural, terutama pluralitas yang bercorak
primordial, pluralitas yang disebabkan adanya
perbedaan karena unsur bawaan, termasuk agama.
 Secara historis, tuduhan bahwa agama ikut andil
dalam memicu konflik dan sebagai sumber konflik
antar umat bergama memang sulit dibantah.
 Umat beragama seringkali bersikap memonopoli
kebenaran ajaran agamanya.
 Umat beragama seringkali bersikap konservatif,
merasa benar sendiri (dogmatis).
TOLERANSI BERAGAMA

 Di kalangan umat beragama senantiasa


berkembang pandangan yang bercorak
partikular, yaitu klaim kebenaran agama
(religious truth claim). klaim ini berarti
menegasikan (to exclude) agama lain.
adanya monopoli kebenaran yang eksklusif-
konservatif.
TOLERANSI BERAGAMA

 Berkembangnya faham
supersessionisme, yaitu faham dan
keyakinan doktrinal-teologis bahwa
agama yang datang belakangan
berfungsi mengabrogasi atau menggeser
agama yang datang sebelumnya.
TOLERANSI UMAT BERAGAMA
PENGERTIAN:
 Toleransi berasal dari kata Latin tolerare yang berarti
bertahan atau memikul.
 Toleran diartikan dengan saling memikul walaupun
pekerjaan itu tidak disukai atau memberi tempat
kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak
sependapat
 Padanan kata toleransi dalam bahasa adalah
tasamuh yang berarti saling mengizinkan dan saling
memudahkan
 Toleransi berarti sikap menenggang, membiarkan,
membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan,
dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang
lainnya.
TOLERANSI UMAT BERAGAMA
TOLERANSI DALAM ISLAM:
 Ketika Nabi Muhammad hijrah ke kota Madinah,
Nabi melihat kenyataan adanya pluralitas agama.
 Pasal 25 Piagam Madinah menyebutkan bahwa bagi
orang-orang Yahudi agama mereka dan bagi orang
Islam agama mereka.
 Pasal 20 Piagam Madinah mengisyaratkan bahwa
orang-orang musyrik atau kafir Madinah tidak
dinyatakan sebagai musuh kaum Muslimin.
 Kebebasan beragama pada masa Nabi Muhammad
s.a.w. juga ditunjukkan dengan adanya kebebasan
dalam melakukan propaganda keagamaan
TOLERANSI UMAT BERAGAMA
TOLERANSI DALAM ISLAM:

‫ ِلُك ٍّل ْلَنا ِم ْنُك ِش َعًة ِم ا ا َل َش ا الَّلُه َل َلُك ُأَّمًة اِح َد ًة َلِك‬
‫َو ْن‬ ‫َجَع ْم َو‬ ‫ْم ْر َو ْنَه ًج َو ْو َء‬ ‫َجَع‬
‫ُك‬‫ُئ‬‫ِّب‬‫َن‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ِل ْبُل ُك ِفي ا اَتاُك َفاْس َتِبُقوا اْلَخ ْي اِت ِإَلى الَّلِه ِج ُك ِم‬
‫َمْر ُع ْم َج ًع َفُي ْم‬ ‫َر‬ ‫َي َو ْم َم َء ْم‬
) ٤٨:‫ِبَم ا ُك ْنُتْم ِفيِه َتْخ َتِلُفوَن (المائدة‬
 Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-
lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (QS al-
Maidah (5):48).
TOLERANSI UMAT BERAGAMA
TOLERANSI DALAM ISLAM:

 Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik


dan bertindak adil kepada siapapun yang tidak
memerangi umat Islam karena agama yang dianut.
 Islam mengutamakan terciptanya suasana
perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang di
antara umat Islam dengan umat beragama lain
 Kerjasama yang baik antara umat Islam dan umat
beragama lain tidaklah menjadi halangan dalam
Islam
TOLERANSI UMAT BERAGAMA
SEBAB KONFLIK KEAGAMAAN DI INDONESIA:

 Sifat agama yang mengandung tugas dakwah;


 Pengetahuan keagamaan yang rendah;
 Tidak mampu menahan diri;
 Kaburnya batas antara sikap memegang teguh
keyakinan agama dan toleransi
 Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak
lain;
 Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi
perbedaan
TOLERANSI UMAT BERAGAMA
DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA:
 Dialog agama diselenggarakan sebagai usaha untuk
mempertemukan tokoh-tokoh agama dalam rangka pembinaan
kerukunan umat beragama.
 Dialog bukan debat untuk saling mengemukakan kebenaran
pendapat dari seseorang dan mencari kesalahan pendapat
orang lain.
 Dialog antar umat beragama,adalah suatu percakapan bebas,
terus terang dan bertanggung jawab, yang didasari oleh saling
pengertian dalam menanggulangi masalah kehidupan bangsa,
baik materil maupun spiritual.
 Prinsip “agree in disagreement” (setuju dalam perbedaan
berarti setiap peserta dialog agama harus berlapang dada.
TOLERANSI BERAGAMA

 Hans Kung, seorang teolog kristen, mengatakan “no


peace among the nations without peace among
religions; no peace among religions without dialogue
between the religions; no dialo-gue between religions
without investigation the foundation of the religions”.
 Ungkapan lain mengatakan “apabila kamu hanya
mengetahui dirimu sendiri, berarti kamu tidak
mengenal dirimu”.
MODEL DIALOG AGAMA

 Dialog parlementer (parliementary


dialogue) yang melibatkan tokoh-tokoh
umat beragama se-dunia. misalnya
world’s parliement of reli-gions (1980-
1990-an) dan conference on reli-gions
and peace, dan the world congress of
faiths. tujuannya mengembangkan
kerjasama dan perdamaian di antara
umat beragama.
MODEL DIALOG AGAMA

 Dialog kelembagaan (institutional


dialogue) yang melibatkan organisasi-
organisasi keagamaan. tujuannya
mendiskusikan dan memecah-kan
persoalan keumatan dan
mengembangkan komunikasi di antara
organisasi keagamaan (pgi, walubi, kwi,
mui, parisadha hindu dharma, nu,
muhammadiyyah, dll).
MODEL DIALOG AGAMA

 Dialog teologi (theological dialogue).


tujuan-nya adalah membahas persoalan-
persoalan teologis-filosofis.
memberikan pemahaman mengenai
konsep teologis masing-masing agama.
membangun pemahaman sesuai yang
dikehendaki agama masing-masing, dan
menghindari pemahaman yang subyektif.
MODEL DIALOG AGAMA

 Dialog dalam masyarakat (dialogue in


community). tujuannya untuk menggarap
dan menyelesaikan masalah-masalah
praktis dalam kehidupan bersama.
TOLERANSI BERAGAMA

 Mengembangkan model pemahaman


keagamaan yang tidak semata
menegaskan perbedaan, melainkan
mencari persamaan-persamaan di
antara agama.
 Mengarahkan paradigma ‘kesalehan
ritual’ dan ‘kesalehan individual’
menjadi ‘kesalehan sosial’.

Anda mungkin juga menyukai