Anda di halaman 1dari 3

Om Swastyastu

Yang terhormat, bapak ibu guru beserta teman-teman yang saya banggakan.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada kehadiran Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Karena atas kehendak-Nya kita dapat berkumpul bersama-sama dalam kegiatan imtaq pada
pagi hari ini.

Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkan saya menyampaikan Dharma Wacana yang berjudul
“Tri Kerangka Agama Hindu Sebagai Dasar Untuk Menuju Kebahagian.”

Hadirin yang berbahagia seperti yang sudah kita ketahui bahwa Tujuan agama Hindu lahir ke dunia
adalah mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan jasmani, dalam pustaka Weda disebut
“Mokshartham Jagathitaya Ca Iti Dharma”. Yang berarti, Agama atau dharma itu ialah untuk
mencapai moksa atau kebahagiaan rohani. dan jagathita yang artinya mencapai kebebasan jiwatman
terhadap kebahagiaan duniawi.  Untuk mencapai hal tersebut, agama Hindu menjabarkan Tiga
Kerangka dasar sebagai dasar agama hindu untuk menuju kebahagian. Tri Kerangka dasar itu tiada
lain ialah Tattwa, Susila, dan Upacara. Yang pertama ialah Tattwa, Tattwa dalam agama Hindu dapat
diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan yang disebut
Pramana. Tri Pramana ini, menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima
kebenaran hakiki dalam tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan. Seperti
yang kita ketahui, Kepercayaan dan keyakinan dalam Hindu disebut dengan sradha. Dalam Hindu,
sradha disarikan menjadi lima esensi yang disebut Panca Sradha. Yakni, Widhi Tattwa/Brahman,
Atman Tattwa, Karmaphala Tattwa, Punarbawa Tattwa/Reinkarnasi, Moksa Tattwa.

Sebagai contoh yakni Brahman atau keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa, maha
pencipta, dan maha pemelihara. Dalam Reg Weda Mandala I Sukta 164 Mantra ke-46 yang
menyebutkan:

Ekam sad vipra bahudha vadhantyagnim yamam matarisvanam.

Yang Artinya:
Tuhan hanya ada satu oleh orang bijaksana lah disebutkan dengan beberapa nama yakni. Agni,
Yama, Matarisvan

Yang kedua ialah Susila, atau yang sering disebut dengan etika. Susila berasal dari dua kata yang
terdiri dari kata Su dan Sila. Su yang berarti baik dan Sila yang berarti perilaku atau tata laku.
Menurut pandangan Agama Hindu Susila adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan
harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta atau lingkungan yang berlandaskan atas
korban suci atau Yadyna. Dalam ajaran Susila sendiri kita agama hindu memiliki tantangan prinsip
dengan yang disebut Tri Kaya Parisudha. Yakni, Manacika Berpikir yang benar, Wacika berkata yang
benar, dan Kayika berbuat yang benar. kita juga memiliki moto yang disebut dengan Tat Twam Asi
yang berarti “Kau adalah aku dan aku adalah engkau” jadi. Persaudaraan, toleransi serta kerukunan
sudah menjadi daging bagi umat hindu.
Setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya. hendaknya selalu menjaga
kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan. Di lingkungan keluarga misalnya, anak-anak hendaknya
berbicara dan bertingkah laku yang sopan terhadap orang tua. Orang tua juga hendaknya memberi
contoh/teladan tentang perilaku yang baik kepada anaknya, sehingga terjadi hubungan yang harmonis
di lingkungan keluarga.

Dalam menjaga hubungan dengan alam, ketika akan menebang pohon untuk digunakan, maka
hendaknya menanam pohon baru sebagai pengganti. Setiap orang hendaknya merawat lingkungan
sekitar sehingga alam tetap lestari.

Sementara untuk menjaga hubungan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa, dapat dilakukan dengan
Nitya Yadnya atau melakukan persembahyangan Tri Sandhy dan Naimitika Yadnya atau
persembahyangan pada waktu-waktu tertentu seperti hari-hari suci yakni Tilem, Purnama, Galungan,
Kuningan, Nyepi dan hari suci lainya. Selain kedua cara di atas, hubungan dengan Tuhan dapat pula
dilakukan dengan berdoa dalam kegiatan sehari-hari yakni doa makan, sebelum makan, sebelum
memulai pekerjaan dan sebagainya.

Dan yang ke tiga adalah Upacara, yakni adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas
karena getaran jiwa/rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu
yang ada Weda. Made menjelaskan Yadnya dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban,
mengabdi, berbuat baik kebajikan, pemberian, dan penyerahan dengan penuh kerelaan tulus ikhlas
berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan
Sang Hyang Widhi Wasa. Di dalamnya terkandung nilai- nilai Rasa tulus ikhlas dan kesucian, Rasa
bakti dan memuja Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara dan Bangsa, dan
kemanusiaan, Di dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan masing- masing menurut
tempat, waktu, dan keadaan.

Didalam ajaran agama hindu kita mengenal lima yadnya yang disebut dengan pancha yadnya, yakni
dewa yadnya, rsi yadnya, prita yadnya, manusa yadnya dan bhuta yadnya. Dalam Bahgawadgita bab
III sloka 10 menyebutkan bahwa;

saha-yajñāḥ prajāḥ sṛṣṭvā


purovāca prajāpatiḥ
anena prasaviṣyadhvameṣa
vo 'stv iṣṭa-kāma-dhuk

Yang Artinya;
Pada awal ciptaan, Penguasa semua makhluk mengirim generasi-generasi manusia dan dewa, beserta
korban-korban suci untuk Visnu, dan memberkahi mereka dengan bersabda, Berbahagialah engkau
dengan korban suci ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan segala sesuatu yang dapat
diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan.
Hadirin yang berbahagia, dapat kita petik inti dari dharma wacana ini ialah tattwa Susila dan upacara
merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan saling mengisi ketiga nya harus di khayati dan
diamalkan guna tercapainya “Moksartam Jagathita Ya Ca Iti Dharma”. Sejalan dengan itu ketiganya
harus di lakukan secara berkesinambungan. Tidak hanya ritual saja melainkan dengan pengetahuan
yang luas dan tingkah laku yang baik agar terciptanya hindu yang beragama.

Demikianlah, dharma wacana yang dapat saya sampaikan apabila ada salah kata saya mohon maaf.
Untuk perhatian saya ucapkan terimakasih. Saya tutup dengan pramasanti.

Om Santi Santi Santi Om

Anda mungkin juga menyukai