Anda di halaman 1dari 4

TRI HITA KARANA DAN RELEVANSINYA

Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera,
Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian
tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara:

1. Manusia dengan Tuhannya. (Perahyangan)


2. Manusia dengan alam lingkungannya. (Palemahan)
3. Manusia dengan sesamanya. (Pawongan)

Penjelasan :

1. Manusia dengan Tuhannya. (Perahyangan)

Konsepsi Prahyangan dalam Tri Hita Karana dijelaskan adanya hubungan


harmonis antara Tuhan dengan manusia, dalam artian bahwa setiap
kegiatan yang berupa keagamaan akan dihubungkan dengan sang pencipta.
Parhyangan merupakan hubungan yang terjalin antara Manusia dengan
Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan, yang di dalam tubuh seseorang
terdapat atman yang merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang
menyebabkan manusia bisa hidup. Dalam ajaran Agama Hindu, dapat
diwujudkan dengan Dewa Yadnya yaitu upacara persembahan suci yang
tulus ikhlas kehadapan para dewa-dewa, bukan hanya persembahan kepada
Dewa Yadnya tetapi terdapat juga terdapat persembahan kepada Pitra
Yadnya, Manusia Yadnya, dan Bhuta Yadnya.

2. Manusia dengan alam lingkungannya. (Palemahan)

Palemahan di mana merupakan hubungan yang terjalin antara Manusia


dengan alam lingkungan di sekitarnya. Hubungan manusia dengan alam
dapat tercipta dengan lingkungan yang mencakup tumbuhan, hewan, dan
hal yang bersifat sekala-niskala. Menjaga kebersihan dan keseimbangan
lingkungan di sekitar, mutlak harus dilakukan oleh manusia

3. Manusia dengan sesamanya. (Pawongan)

Pawongan merupakan hubungan yang terjalin antara manusia dengan


sesamanya. Manusia adalah makhluk sosial, manusia juga harus menjaga
hubungan keharmonisan dengan keluarga, teman, dan orang disekitarnya.

Unsur- unsur Tri Hita Karana ini meliputi: Sanghyang Jagatkarana, Bhuana,
dan Manusia. Unsur- unsur Tri Hita Karana itu terdapat dalam kitab suci
Bagawad Gita (III.10), berbunyi sebagai berikut:

Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih anena prasawisya dhiwan esa
wo'stiwistah kamadhuk

Yang memiliki makna :

Pada jaman dahulu Prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan


bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk dari
keinginanmu.

Dengan menerapkan Tri Hita Karana secara mantap, kreatif dan dinamis akan
terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia
seutuhnya yang astiti bakti terhadap Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha
Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan
sesamanya
KERANGKA AGAMA HINDU

Tujuan agama Hindu adalah mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan


jasmani. Dalam pustaka Weda disebut “Mokshartham Jagathitaya Ca Iti
Dharma”. Agama atau dharma itu ialah untuk mencapai moksa (kebahagiaan
rohani) dan jagathita yang artinya mencapai kebebasan jiwatman terhadap
kebahagiaan duniawi.

Untuk mencapai hal tersebut, agama Hindu menjabarkan menjadi tiga kerangka
dasar, yaitu: “Tatwa (filsafat), Etika (susila), dan Upacara (ritual).

1. Tatwa

Sebenarnya agama Hindu mempunyai kerangka dasar, dan kebenaran


yang sangat kokoh karena masuk akal dan konseptual. Konsep pencarian
kebenaran yang hakiki di dalam Hindu diuraikan dalam ajaran filsafat
yang disebut Tattwa.

Di dalam filsafat (Tattwa) diuraikan bahwa agama Hindu membimbing


manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup seutuhnya. Oleh sebab itu,
ajaran sucinya cenderung kepada pendidikan sila dan budi pekerti yang
luhur.

2. Etika

Etika atau susila berasal dari kata “su” yang berarti baik, indah, harmonis
dan “sila” yang berarti prilaku, tata cara/tata laku. Jadi susila berarti
tingkah laku manusia yang baik dalam mengadakan hubungan timbal balik
yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta
dan dengan tuhan (tri hita karana). Setiap individu guna mencapai
kesempurnaan dan kesucian hidupnya hendaknya selalu menjaga kesucian
pikiran, perkataan, dan perbuatan (tri kaya parisudha).
3. Upakara

Upacara yaitu kegiatan agama Hindu dalam bentuk ritual. Ada lima
upacara/yadnya yang dikenal dalam Hindu atau yang disebut dengan Panca
Yadnya, yaitu: Dewa Yadnya (upacara hari suci tilem, purnama, galungan),
Rsi Yadnya (upacara pewintenan, diksa, dan lainnya), Pitra Yadnya
(upacara ngaben/kematian), Manusia Yadnya (upacara otonan, potong
gigi, pewiwahan/nikah, dan lainnya), Bhuta Yadnya (upacara Mecaru,
mesegeh).

Tatwa, Etika, Susila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan lainnya. Ketiganya mesti dimiliki dan dilaksanakan oleh umat Hindu.
Begitu eratnya kaitan antara ketiga dasar ini, sehingga diumpamakan seperti
sebuah telur ayam yang terdiri dari: kuning telur dan sarinya adalah tatwa, putih
telur adalah susila, sedangkan kulit telur adalah upacara.

Telur itu sempurna. Jika ketiga bagiannya sempurna dan dipanaskan dengan tepat
dan baik oleh sang induk ayam, maka akan menetaslah telur itu atau lahirlah anak
ayam sebagai tujuan akhir dari diciptakannya telur.

Anda mungkin juga menyukai