Anda di halaman 1dari 2

Nama : Made Widi Indrawan

NIM : 2311021005

Rombel : 11

Prodi : Teknologi Pendidikan

Fakultas : Ilmu Pendidikan

RESUME TRI HITA KARANA

SEJARAH TRI HITA KARANA DAN DIMENSI TRI HITA KARANA

DALAM AGAMA

Konsep Tri Hita Karana menggambarkan tiga aspek penting dalam kehidupan manusia
yaitu hubungan dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan antar sesama manusia (Pawongan), dan
hubungan dengan alam sekitar (Palemahan) yang menekankan pentingnya keseimbangan dan
harmonisasi antara ketiga aspek ini dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Tri Hita
Karana berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu "Tri" berarti tiga, "Hita" berarti kesejahteraan,
dan "Karana" berarti penyebab. Istilah "Tri Hita Karana" pertama kali muncul pada konferensi
daerah pertama Badan Perjuangan Umat Hindu Bali diadakan di perguruan Dwijendra
Denpasar, Bali, pada tanggal 11 November 1966 yang tujuan untuk menciptakan masyarakat
yang sejahtera dan harmonis, serta bertujuan untuk mendukung visi pembangunan bangsa
Indonesia yang maju dan damai, yang berlandaskan Pancasila. Tri Hita Karana telah menjadi
bagian penting dari kehidupan masyarakat Hindu Bali sejak saat itu. Konsep ini terus
berkembang dan dipraktikkan hingga hari ini sebagai pedoman untuk hidup yang seimbang
dan harmonis.

THK ini bersifat umum karena secara leksikal yang berarti tiga penyebab kesejahteraan
sehingga dapat diterima dalam berbagai dimensi agama yang terdapat di Indonesia. Dalam
agama Hindu disebutkan sebagai istilah “Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan”, dalam
agama Islam disebutkan sebagai istilah “habluminallah, habluminannas, dan habluminalam”,
dalam agama Budha dikenal istilah “saddhasampada, silasampada, cagasampada, panna”, dan
berbagai istilah tersebut juga terdapat dalam agama Kristem, Katolik, Konghuchu dengan
sebutan yang berbeda, namun tetap memiliki makna yang sama.

Pada awal era orde Baru, Tri Hita Karana dirumuskan kembali untuk mendukung
pembangunan pada masa tersebut. Pada akhirnya aspek Tri Hita Karana yang mencakup
Parahyangan, Pawongan dan Palemahan ketiganya berjalan beriringan hingga saat ini
mengikuti perkembangan era. Meskipun telah mengikuti perkembangan era konsep Tri Hita
Karana tetap menjadi ajaran yang universal bagi seluruh masyarakat di dunia.

Adapun dimensi Tri Hita Karana dalam agama-agama yang ada di Indonesia

❖ Tri Hita Karana dalam Hindu berakar dalam Bhagavad-gita, mengajarkan


bahwa Tuhan menciptakan manusia melalui proses yajna (persembahan) agar
mereka dapat mencapai kehidupan yang sejahtera dengan mendukung baik
kehidupan manusia maupun lingkungan alam.
❖ Tri Hita Karana dalam keimanan Kristen yakni pengorbanan Tuhan sebagai
manusia mengundang umat untuk mengekspresikan kasih kepada Tuhan
melalui kasih kepada sesama manusia dan alam.
❖ Tri Hita Karana dalam keimanan Islam menjadi keharmonisan antara manusia
dengan Tuhan serta manusia dengan manusia dan alam. Harmoni antara
manusia, Tuhan, dan alam disebut sebagai "habluminallah, habluminannas, dan
habluminalam".
❖ Tri Hita Karana dalam keimanan Buddha merupakan salah satu cara untuk
mencapai tujuan agama Buddha yakni mencapai kesejahteraan atau
kebahagiaan yang abadi (Nirvana).
❖ Tri Hita Karana dalam keimanan Konghucu mampu menjadi cara untuk meraih
kebahagiaan dengan membaktikan hidup pada Thian (Tuhan), empati sesama
manusia dan lingkungan.
❖ Tri Hita Karana dalam keimanan Katolik, cinta kasih, keadilan, dan pengabdian
kepada Tuhan dan sesama manusia mendorong terciptanya keseimbangan dan
harmoni dalam kehidupan manusia.

Dengan demikian, Tri Hita Karana ada dari dulu hingga saat ini, melekat dalam
kehidupan masyarakat beragama di Indonesia. Ajaran Tri Hita Karana yang universal dan
berdasarkan atas kebenaran mampu memberikan harmonisasi serta menjadi tiga penyebab
kebahagiaan manusia.

Anda mungkin juga menyukai