Abstrak
Tri Hita Karana adalah hal yang tidak dapat terpisahkan untuk menuju
kehidupan yang sangat harmonis. Konsep Tri Hita Karana ini diwujudkan dengan
parahyangan atau tempat suci sebagai sarana melakukan hubungan antara manusia
dengan Tuhan, pawongan yaitu melakukan hubungan antara manusia dengan
manusia, dan palemahan yaitu melakukan hubungan antara manusia dengan alam
dan makhluk hidup lainnya, tetapi masyarakat Hindu di Desa Abuan, Kintamani
belum memiliki pemahaman tentang Tri Hita Karana dan belum mampu
mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Aktivitas ngayah merupakan salah satu implementasi dari konsep pawongan
dan palemahan tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal katrena umat sibuk
dengan aktivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
Implementasi ajaran Tri Hita Karana Pada Masyarakat Hindu di Desa Abuan,
Kintamani. Subyek penelitian seluruh masyarakat Desa Abuan, Kintamani.
Menggunakan metode yaitu mengumpulkan data observasi serta wawancara. Dan
data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bentuk ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan
masyarakat di bidang Parhyangan diwujudkan dengan pemujaan terhadap Dewa Tri
Murti, di bidang Pawongan diwujudkan dengan saling tolong-menolong antar
sesama, dan di bidang Palemahan diwujudkan dengan pelestarian alam sekitar.
1
Abstract
I.PENDAHULUAN
2
keharmonisan itu. Dalam kehidupan semua aktivitas memiliki aturan dan semua
yang ada di alam bebas maupun di dunia ini harus mengikuti aturan dalam
pergerakannya. Dan jika aturan tersebut tidak diikuti maka akan terjadi sebuah
kehancuran pada dunia. Alam semesta ini memiliki aturan atau hukum tersendiri
dalam pergerakannya yang disebut Rta atau hukum alam. Sebagai contoh bumi
berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari. Jika salah satu bagian alam ini
tidak mengikuti aturan maka akan terjadi kehancuran di alam semesta. Dalam
kehidupan di dunia, setiap aktivitas yang dilakukan manusia memiliki aturan.
Manusia sebagai makhluk tertinggi atau yang paling sempurna diantara makhluk
lainnya di bumi ini dan memiliki peranan paling utama dalam menegakkan aturan
yang ada. Manusia dengan kecerdasannya dapat membuat aturan-aturan dalam
berinteraksi antar sesama manusia dengan aturan-aturan. Jika setiap umat
melanggar maka akan berakibat baginya seperti : akibat ulah setiap manusia yang
melanggar serta tidak mengikuti aturan atau etika dalam pengelolaan lingkungan
alam sekitar, saat ini banyak sekali terjadi bencana alam, seperti banjir,
penggundulan hutan dengan ilegal loging yang dapat mengakibatkan terjadinya
banjir bandang. Selain itu juga dengan membuang sampah pada setiap aliran yang
ada disungai sungai dapat menyebabkan banjir karena merusak saluran sungai, juga
dengan adanya pembangunan gedung atau perumahan tanpa memperhatikan
penyerapan atau saluran yang ada disekitarnya, dan akan mengakibatkan terjadinya
banjir setiap musim penghujan datang. Oleh karena itu, perlu cara
penanggulangannya agar terwujudnya sebuah keharmonisan antara manusia
dengan manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam sekitarnya.
Maka setiap manusia harus memahami serta mengikuti aturan atau etika yang
berlaku dalam melaksanakan setiap hubungan-hubungan yang ada dengan sebuah
kecerdasan yang dimilikinya manusia mentaati aturan dan dapat menjadi contoh
umat yang lain untuk dapat menciptakan aturan atau etika dalam hubungan dengan
sesama manusia, hubungan dengan Tuhan, serta hubungan dengan alam sekitarnya.
Pada masyarakat, khususnya di Bali konsep Tri Hita Karana terlihat dalam
tata kehidupan antar masyarakat Hindu yang terdiri dari tiga bagian yaitu:
Parhyangan merupakan tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa
3
sebagai pemujaan bersama yang dilakukan dengan perwujudan kehadapan
Kahyangan Tiga yaitu: Pura Dalem, Pura Desa/Baleagung dan Pura Puseh. Bagi
setiap umat hindu di Bali hubungan dengan sang Pencipta berperan sangat penting
untuk menciptakan kesejahteraan lahir dan batin hidup mereka. Pawongan
merupakan sekelompok manusia atau masyarakat desa yang bertempat tinggal di
pemukiman desa sebagai perwujudan dari unsur manusianya, dan pawongan lebih
menekankan antar sesame umat beraganma untuk saling menjalin komunikasi
dengan baik. Palemahan adalah hubungan harmonis anatar umat manusia dengan
lingkungan alam sekitarnya, seperti sawah, tegalan dan batas-batasnya yang dapat
dibedakan dengan wilayah atau pemukiman tertentu sebagai bentuk perwujudan
unsur alamnya. Manusia memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui sebuah
ajaran-ajaran-Nya seperti meyakini keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
tidak terbatas dan dalam hubungannya dengan Tri Hita Karana, Parhyangan atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Pawongan atau manusia, dan Palemahan yaitu alam
sekitar itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Pada setiap desa pakraman adat di Bali dibangun sebuahh Kahyangan Tiga
yaitu untuk sang catur warna. Desa pakraman merupakan tempat atau wadah sang
catur asrama dan catur warna untuk mewujudkan tujuan hidupnya mencapai catur
warga yang disebut dengan dharma, artha, kama, dan moksah. Di desa pakraman
juga diciptakan suatu tatanan masyarakat untuk mengembangkan cinta kasih pada
alam lingkungan beserta dengan isinya. Konsep hidup yang sangat ideal diterapkan
pada abad kesebelas, yang bertujuan untuk menata kehidupan antar umat beragama
Hindu di Bali. Pada abad tersebut Mpu Kuturan mendampingi raja, menata
kehidupan umat Hindu di Bali. Terdapat pada lontar Mpu Kuturan dinyatakan
bahwa Mpu Kuturanlah yang menganjurkan kepada raja untuk menata kehidupan
di Bali, “Manut Lingih Sang Hyang Aji”, yang artinya menata kehidupan
berdasarkan ajaran kitab suci. Sesuai dengan yang tercantum dalam kitab
“SARASAMUSCAYA (135) dengan istilah PRIHEN TIKANG BHUTA HITA”,
artinya usahakan kesejahteraan semua makhluk itu akan menjamin tegaknya catur
marga atau empat tujuan hidup yang terjalin satu sama lainnya. Oleh karena
masyarakat belum memahami arti serta makna yang terkandung dalam Tri Hita
4
Karana, hal ini yang menyebabkan masih terdapatnya berbagai permasalahan-
permasalahan di lingkungan masyarakat umat beragama yang tidak sesuai dengan
ajaran agama Hindu khususnya Tri Hita Karana didalam kehidupan masyarakat
Hindu. Dengan permasalahan itu dapat di pandang perlu adanya penelitian tentang
Implementasi Ajaran Tri Hita Karana Pada Masyarakat Hindu di Desa Abuan,
Kintamani, Bangli.
II.PEMBAHASAN
5
dekat sebagai wujud peduli terhadap alam di sekitar. Lingkungan tampak asri,
bersih, tertata rapi berarti kita sudah bisa mewujudkan salah satu dari ajaran tri hita
karana, yaitu palemahan. Dalam Bhagawadgita dikatakan bahwa “Satatam
kirtayatom mam. Yatantas ca drsha vrtatah. Namasyantas ca mam bhatya. Ni
tyayuktah upsate”(IX.14) ”Berbuatlah selalu hanya untuk memuji-Ku dan
lakukanlah tugas pengabdian itu dengan tiada putus-putusnya. Engkau yang
memujaku dengan tiada henti-hentinya itu serta dengan kebaktian yanbg kekal
adalah dekat dengan-Ku” Selain itu rasa bhakti kepadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa timbul dalam hati setiap manusia berupa sembah, dan doa, rasa rendah hati
dan rasa berkorban untuk kebaikan. Sebagai umat manusia yang beragama dan
bersusila harus menjunjung serta memenuhi kewajiban, seperti tunduk terhadap
kebenaran, kejujuran, keikhlasan, dan keadilan antar sesamsa. Jadi hubungan antara
manusia dengan Sanghyang Widi harus dipupuk dan ditingkatkan lagi kearah yang
lebih tinggi dan lebih suci lahir bhatin dan tentunya lebih baik yang sesuai dengan
swadharmaning umat yang religius, yaitu untuk mendapatkan atau mencapai
moksartam jagadhita ya ca iti dharma yang diartikan kebahagiaan hidup dunia atau
sering disebut dengan sekala niskala yang dilandasi oleh Dharma atau kebenaran
dalam umat beragama.
Kedua ada Pawongan yang berasal dari kata wong (wwang dalam bahasa
Jawa/Kawi) yang artinya orang. Pawongan adalah sesuatu yang berkaitan dengan
orang dalam kehidupan bermasyarakat. Pawongan juga diartikan sebagai
sekelompok manusia yang bermasyarakat dan tinggal dalam satu wilayah. Manusia
sebagai mahluk sosial dan manusia tidak dapat hidup menyendiri serta memerlukan
bantuan dan kerja sama dari orang lain di sekitarnnya. Oleh karena itu hubungan
antara sesama manusia atau masyarakat khususnya masyarakat hindu harus selalu
baik dan harmonis. Hubungan antara manusia harus diatur atas dasar saling asah,
asih dan asuh, yang artinya saling menghargai, saling mengasihi dan saling
membimbing. Dimana hubungan antar keluarga harus harmonis. Selain itu
hubungan dengan masyarakat lainnya juga harus tetap harmonis karena hubungan
yang baik akan menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batin dikalangan
6
masyarakat. Masyarakat yang aman dan damai akan menjadikan negara yang
tenteram dan juga sejahtera.
Istilah Tri Hita Karana ini berkembang dan meluas serta memasyarakat di
kalangan masyarakkat. Tri Hita Karana berasal dari Bahasa Sansekerta terdiri dari
kata Tri, Hita, dan Karana. Tri artinya tiga, Hita artinya kesejahteraan dan
kebahagiaan dan Karana adalah penyebab. Jadi Tri Hita Karana adalah tiga ajaran
dalam agama hindu untuk mencapai kesejahteraan manusia yang hidup di
masyarakat. Tri Hita Karana juga diartikan sebagai tiga hal pokok yang
menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia (Wirawan, 2015: 2).
3. Hubungan antara manusia dengan alam atau lingkungan sendiri yang disebut
dengan Palemahan.
7
Jadi, dalam ajaran Tri Hita Karana pada penelitian ini adalah suatu ajaran
yang sangat diyakini oleh masyarakat Hindu di Desa Abuan sebagai suatu petunjuk
falsafah kehidupann bermasyarakat, dan dapat menyebabkan terjadinya
kesejateraan baik jasmani maupun rohani serta lahir dan batin. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dengan dilaksanakannya ketiga ajaran Tri Hita Karana
tersebut maka akan terciptanya sebuah keharmonisan dalam kehidupan di dunia ini
yang dapat mewujudkan sebuah keserasian dan kesejahteraan hidup dalam
masyarakat terutama pada masyarakat, khususnya masyarakat hindu di Desa
Abuan, Kintamani, Bangli. Karena dengan menjalankan ajaran Tri Hita Karana
dapat menuntun kita untuk berbuatan baik. Perbuatan yang baik akan menyebabkan
seseorang mendapatkan sorga atau disebut dengan Moksa. Hanya manusia yang
dapat berbuat baik karena manusia adalah makhluk yang utama dan tertinggi.
Sehingga perbuatan yang tidak baik hendaknya tidak dilakukan karena perbuatan
negative sangat bertentangan dengan ajaran agama Hindu.
8
berbangsa dan bernegara serta semuanya beragama Hindu yang ada di Desa Abuan,
Kintamani, Bangli.
9
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, inovatif, mandiri, dan menjadi seorang warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Hal ini erat kaitannya
dengan Susila dalam masalah suatu pembinaan tingkah laku kurang baik untuk
membentuk kepribadian yang lebih baik lagi kedepannya, dan memiliki sikap
berbudi pekerti yang baik serta luhur. Dan dapat diartikan pula bahwa Pendidikan
sebagai suatu proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan diri setiap manusia melalui upaya pengajaran dalam
proses perbuatan dan cara mendidiknya.
10
III.KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Budiastika, I. M. (2022, Januari 17). Implementasi Ajaran Tri Hita Karana Dalam
Kehidupan. Retrieved from kemenag.go.id:
https://kemenag.go.id/read/implentasi-ajaran-tri-hita-karana-dalam-kehidupan-
01nv1
Falsafah Tri Hita Karana: Pengertian dan Penerapannya dalam Kehidupan. (2022,
September 24). Retrieved from detik.com:
https://www.detik.com/bali/budaya/d-6309757/falsafah-tri-hita-karana-
pengertian-dan-penerapannya-dalam-kehidupan/amp
Hindu Dan Kebhinekaan Bermasyarakat. (2021, Mei 10). Retrieved from kemenag.go.id:
https://kemenag.go.id/read/hindu-dan-kebhinnekaan-bermasyarakat-9n4l8
Nurdiyansyah, H. (2022, Juni 9). Unsur-Unsur Tri Hita Karana dan Implementasinya dalam
Kehidupan Sehari-hari. Retrieved from kumparan.com:
https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/unsur-unsur-tri-hita-karana-dan-
implementasinya-dalam-kehidupan-sehari-hari-1yElcsL0MwB
Purana, I. (2016). Pelaksanaan Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Umat Hindu. Kajian
Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra, 68-71.
Sin, B. (2018, November 22). Pengertian Tri Hita Karana dan Bagian-Bagiannya Serta
Contohnya Dalam Kehidupan Agama Hindu. Retrieved from Mutiara Hindu:
https://www.mutiarahindu.com/2018/11/pengertian-tri-hita-karana-dan-
bagian.html?m=1
12