Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM

RUMAH TANGGA DAN KELUARGA

Oleh:
Ni Made Puspawati 2005010215

PROGRAM STUDI KESEHATAN AYURWEDA


FAKULTAS KESEHATAN (Padet & Krishna, 2018)
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................

Daftar Isi........................................................................................................................

I. Pendahuluan...........................................................................................................

1.1. Latar Belakang................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................

1.3. Tujuan.............................................................................................................

II. Pembahasan............................................................................................................

2.1. Pengertian Tri Hita Karana.............................................................................

2.2. Implementasi Tri Hita Karana dalam kehidupan keluarga.............................

III. PENUTUP..............................................................................................................

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman manusia dituntut untuk mampu
mengikuti perkembangan dan perubahan zaman, Bali selaku pulau yang memiliki
julukan pulau seribu pura tidak luput dalam tuntutan ini. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini menuntut masyarakat Bali untuk mampu menjadi
manusia yang cerdas secara spiritual dan mampu untuk tetap menerapkan nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai agama yang harus diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari adalah Tri Hita Karana.
Konsep Tri Hita Karana ini mengajarkan mengenai kebahagiaan akan
terwujud apabila terjadi hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan
(Parhyangan), manusia dengan manusia (Pawongan) dan manusia dengan alam
(Palemahan). Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan
keharmonisan antara ketiga faktor tersebut. Dalam kehidupan ini semua aktivitas
memiliki aturan. Semua yang ada di alam bebas maupun di dunia harus mengikuti
aturan dalam pergerakannya. Jika aturan ini tidak diikuti maka pasti akan terjadi
kehancuran. Alam semesta memiliki aturan/hukum tersendiri dalam
pergerakannya yang disebut Rta (hukum alam). Contohnya bumi berputar pada
porosnya dan mengelilingi matahari. Tuhan menciptakan Rta (hukum alam) untuk
kehidupan. Jika salah satu bagian alam ini tidak mengikuti aturan maka akan
terjadi kehancuran. (Budiantara, 2018).
Manusia selaku makhluk ciptaan tuhan paling sempurna memiliki peranan
dalam menegakkan aturan Rta ini, hal ini dikarenakan manusia dengan kecerdasan
yang dimiliki mampu membuat aturan dalam berinteraksi baik dengan sesama
manusia, dengan Tuhan maupun dengan alam sekitar. Apabila diamati dewasa ini
banyak terjadi bencana alam, seperti banjir bandang, tanah longsor, pemanasan
global dan angin puting beliung, apabila ditelusuri penyebab bencana alam ini
adalah interaksi antara manusia dengan alam yang kurang baik. Sebagai contoh

1
banjir bandang disebabkan oleh penggundulan hutan secara illegal loging,
aktivitas sehari-hari yang mengeluarkan emisi gas karbon menyebabkan
terjadinya global warming. Dari urain singkat diatas dapat disimpulkan bahwa:
(1) Agar terwujudnya keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan Tuhan dan manusia dengan alam maka manusia harus memahami dan
mengikuti aturan/etika dalam melaksanakan masing-masing hubungan tersebut;
(2) Manusia dengan kecerdasan yang dimilikinya dapat menciptakan aturan/etika
dalam hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan Tuhan, serta
hubungan dengan alam (Budiantara, 2018).
Apabila diamati dalam kehidupan sehari-hari khususnya masyarakat di Bali
belum secara penuh mengamalkan nilai Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-
hari. Pengamalan arti dan nilai yang terkandung dalam Tri Hita Karana belum
diterapkan secara seutuhnya. Sebagai contoh dalam interaksi masyarakat dalam
melaksanakan ngayah di Pura, masih terdapat kurangnya rasa persaudaraan dan
lebih cenderung memikirkan kepentingan pribadi. Hal ini akan berujung kepada
terganggunya interaksi antara manusia dengan Tuhan. Berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan ini penulis merasa perlu membuat sebuah karya tulis
ilmiah yang membahas mengenai pengamalan ajaran Tri Hita Karana khususnya
dalam bermasyarakat dan dalam kehidupan sehari-hari.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan rumah tangga dan
keluarga?
I.3. Tujuan
1. Mengetahui penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan rumah tangga dan
keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tri Hita Karana


Istilah Tri Hita Karana muncul pertama kali pada tanggal 11 Nopember
1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah I Badan Perjuangan Umat
Hidu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut
diadakan berlandaskan kesadaran umat hindu akan dharmanya untuk berperan
serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera,adil,dan Makmur
berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini
berkembang,meluas,dan memasyarakat. Tri Hita Karana bersifat universal
merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan lahir dan batin (Padet & Krishna,
2018).
Apabila dilihat secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab
kesejahteraan dan kebahagiaan (tri = tiga, hita = sejahtera, karana = penyebab).
Tri Hita Karana terdiri dari:
1. Pharayangan (hubungan manusia dengan Tuhan)

2. Pawongan (hubungan manusia dengan sesama manusia)

3. Palemahan (hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitar)


Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab
kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya,manusia dengan alam lingkungannya,dan manusia dengan sesamanya.
Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan
hidup modern yang lebih mengedepankan individualism dan materialisme.
Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang
mendorong konsumerisme,pertikaian dan gejolak (Padet & Krishna, 2018).
2.2. Implementasi Tri Hita Karana dalam Kehidupan Rumah Tangga dan
Keluarga
Pada hakikatnya Tri Hita Karana harus diamalkan dalam kehidupan
individu sehari-hari, hal ini dikarenakan manusia hidup berdampingan baik

3
dengan sesama manusia, alam sekitar dan Tuhan. Menurut Purana (2016) terdapat
beberapa tahapan penerapan ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari
yaitu:
1. Pengamalan dalam kehidupan individu
Tri Hita Karana harus diwujudkan dalam kehidupan individu, yaitu
pengabdian Tuhan melayani orang lain menurut swadharma (profesi atau
bakat masing-masing) berdasarkan rasa saling menghormati dan kasih
sayang
berbasis yadnya dan aktif dalam konservasi alam disekitar merupakan salah
satu implementasi pengajaran Tri. Hita Karna.
2. Pengamalan dalam kehidupan keluarga
Setiap anggota keluarga harus memiliki iman dan pengabdian yang rajin
terhadap Tuhan, saling mengasihi di antara anggota keluarga dan tanamkan
kasih saying dengan lingkungan alam. Membangun sikap ini harus
diimbangi dengan pemujaan yang memadai. Salah satu yang bisa diterapkan
adalah pembuatan apotek hidup di lingkungan rumah, dengan menerapkan
hal ini hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya juga akan
terpelihara. Seperti diketahui, ruang tempat tinggal umat Hindu terbagi
menjadi tiga bagian (tiga) bagian, yaitu utama mandala yang merupakan
ruang tempat ibadah biasanya ditemukan dalam Uranus. Madya Mandala
adalah ruang investasi untuk pembangunan rumah, dan terakhir, Nista
Mandala adalah tempatnya pembuangan sampah.
3. Pengamalan dalam kehidupan desa adat
Setiap desa harus memiliki unsur Tri Hita Karana, yaitu keberadaan
Parhyangan sebagai tempat untuk melakukan srada dan berserah diri kepada
tuhan ada, kemudia ada pawongan yaitu aturan yang mengatur hubungan
antara krama desa dengan para anggotanya dan palemahan yaitu wilayah
desa setempat dengan batas-batas wilayah yang jelas dan tegas. Itulah
sebabnya di setiap desa adat ada awig-awig yang berisikan tatanan agama
4. Pengamalan dalam kehidupan kerja

4
Setiap tempat kerja memiliki ruang kerja. Hal ini tercermin di ruang kerja
unsur dr Hita Karana. Sebagai contoh. Ada kuil di ladang dan ladang untuk
berdoa untuk pendalamannya Bekerja untuk mendapatkan Wara Nugraha
Ida Sang Hyang Widi Wasa. Di ladang terdapat candi Alas Rasmin.
5. Pengamalan dalam kehidupan secara global
Di era global saat ini, perubahan telah terjadi di semua aspek kehidupan
manusia. Model kehidupan manusia yang semakin langsung dan pragmatis
menuntut manusia untuk berpikir secara cerdas. menjaga untuk memenuhi
kebutuhannya. Di sisi lain, kehidupan global saat ini terkadang juga
menghancurkan cara berpikir masyarakat untuk meninggalkan pola
kehidupan bermasyarakat, sehingga setelah melanggar konsep kajian Tri
Hita Karana, masyarakat terkadang sumbang dengan kehidupannya.
Ajaran Tri Hita Karana menyatakan bahwa umat manusia selalu berupaya
untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan, antar manusia
dan hubungan yang harmonis dengan alam dan lingkungan. Realitas yang
muncul sebenarnya adalah hubungan yang sangat berlawanan antara
harapan dan kenyataan. Manusia tidak lagi serius menjalin hubungan
dengan Ida Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai Pencipta
dan Pemelihara kehidupan seluruh makhluk di dunia ini, selain menciptakan
hubungan yang harmonis dengan manusia dan lingkungan alam.
Bukti empiris bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan kurang
harmonis, manusia dengan manusia dan lingkungan alam perilaku manusia
dalam beberapa kasus belakangan ini. Seperti Bom gereja di Surabaya, Bom
Mako Brimob di Surabaya, pemerkosaan. pelecehan seksual, pelecehan
anak. Perampokan motor, pencurian sadis dan masih banyak kejadian
lainnya yang dilakukan oleh kelompok tertentu, yang jelas merupakan
akibat dari kurangnya pemahaman akan hubungan yang harmonis dengan
Tuhan dan sesama manusia. Nyawa manusia tidak ada harganya, apalagi
nyawa hewan. Banyak hewan/binatang yang disembelih untuk kepentingan
pribadi guna memenuhi kebutuhan hidup. Perusakan lingkungan yang masif

5
seperti penebangan liar. kebakaran hutan dan sebagainya. Hal ini tentunya
terkait dengan kemerosotan moralitas manusia dewasa ini.
Jika hal ini terjadi terus menerus, kehidupan manusia di dunia ini terancam.
Manusia tidak bisa lagi hidup damai karena perbuatannya sendiri. Alam
marah karena alam telah diperlakukan tidak manusiawi. Hewan, yang
dimaksudkan untuk mendukung kehidupan manusia dengan berbagai cara,
sulit ditemukan karena pembunuhan satwa liar yang merajalela. Maka
waspadalah wahai umat manusia, bahwa manusia tidak dapat hidup damai
dan harmonis jika bertentangan dengan konsep ajaran Tri Hita Karana
dilanggar. Oleh karena itu pentingnya menumbuhkan kesadaran dalam diri
masing-masing manusia terkait pengamalan ajaran Tri Hita Karana baik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Parmajaya, 2018).
Ketimpangan hubungan tri hita karana dapat menyebabkan bencana yang
membahayakan kehidupan manusia. Perkembangan ilmu teknologi dan sains yang
sedemikian pesat harus didampingi dengan perkembangan moral manusia.
Adapun beberapa implementasi Tri Hita Karana sesuai dengan masing-masing
nilainya adalah:
1. Prahyangan
Penerapan dari nilai ini dapat dilakukan dengan upaya pelaksanaan Dewa
Yadnya, dikarenakan nilai nilai dari Prahyangan adalah mengenai hubungan
antara manusia dengan Tuhan. Hal hal yang dapat dilakukan adalah
membersihkan pura maupun sanggah yang terdapat di rumah, melaksanakan
ajaran agama dan kepercayaan serta menjauhi larangan Tuhan.
2. Pawongan
Penerapan dari nilai ini dalam kehidupan berkeluarga dan sehari hari dapat
diterapkan dengan menjalin hubungan baik dengan sesama manusia.
Memunculkan sikap tenggang rasa dan saling memiliki dan menghargai
antar umat beragama merupakan salah satu penerapan yang mudah
diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Apabila sudah berkeluarga secara
khususnya yang dapat dilakukan adalah turut aktif dalam kegiatan

6
bermasyarakat, dan membantu tetannga maupun saudara dan kerabat yang
membutuhkan bantuan.
3. Palemahan
Dalam konsep Palemahan ini mencakup hubungan antara manusia dengan
alam lingkungannya. Dengan cara yang mudah seperti gotong royong
membersihkan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, tidak
membangun rumah dan menggundulkan lahan hijau secara terus menerus
akan sangat membantu memelihara hubungan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya. Dengan turut menjaga hubungan yang baik dengan
alam sekitar niscaya tidak akan terjadi bencana alam maupun hal yang
merugikan manusia lainnya.

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi
kelebihan yaitu mampu berpikir. Pada era globalisasi ini, umat Hindu
diharapkan tidak hanya berpikir cerdas dalam menanggapi perubahan, namun
tetap mengamalkan ajaran agama Hindu. Penerapan konsep dan ajaran tri hita
karana ini dalam kehidupan sehari-hari akan membantu dalam memelihara
hubungan baik antara manusia dengan sekitarnya. Penerapan ajaran Tri Hita
Karana dilakukan untuk memelihara hubungan antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan alam sekitarnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Budiantara, D. (2018). IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA


MASYARAKAT HINDU DI DESA SENGKIDU KECAMATAN
MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM. Lampuhyang, 8(2).
Padet, W., & Krishna, W. (2018). Falsafah Hidup dalam Konsep Kosmologi Tri
Hita Karana. Genta Hredaya, 2(2), 37-43.
Parmajaya, G. (2018). Implementasi Konsep Tri Hita Karana dalam Perspektif
Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal. Purwadita, 2(2),
27-33.
Purana, M. (2016). Pelaksanaan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Umat Hindu.
Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya , 67-76.

Anda mungkin juga menyukai