Oleh:
Gede Agus Juniarta : 2329071001
Romi Hartono : 2329071015
I Kadek Wihendradinata : 2329071019
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Technopreneur Teknologi Pendidikan berbasis THK.
Makalah ini berisi rangkuman materi Makna Tri Hita Karana secara historis dan
generik serta empat kecerdasan menurut perspektif Tri Hita Karana. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita
semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya.
Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun
sangat diharapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Makna THK Secara Historis dan Generik...............................................3
1. Makna THK secara Historis......................................................................3
2. Makna THK secara Generik......................................................................6
B. Empat Kecerdasan Menurut Perspektif THK.........................................6
1. Kecerdasan Emosional- Spiritual..............................................................6
2. Kecerdasan Intelektual-emosional............................................................8
3. Kecerdasan Pawongan...............................................................................9
4. Kecerdasan Palemahan..............................................................................9
BAB III KESIMPULAN......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis konsep Tri Hita Karana telah diterapkan sejak jaman
prasejarah oleh Masyarakat Bali. Kehidupan penduduk prasejarah dimulai dari
masa berburu dan mengumpulkan makanan dengan hidup berpindah-pindah
(Nomaden), masa pertanian/bercocok tanam, hingga pada masa perundagian.
Kehidupan masyarakat jaman prasejarah sangat bergantung pada alam, terutama
pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Masa pertanian/bercocok tanam
masyarakat memproduksi sendiri makanannya dengan mengolah alam, terlihat
bahwa mereka telah mengenal konsep palemahan pada THK. Penemuan prasasti
Kintamani E yang berangka tahun 1200 Masehi yang menyatakan hubungan
daerah pegunungan dan pesisir di Bali. Hal ini menggambarkan pawongan dalam
konsep Tri Hita Karana. Adanya peninggalan sejarah berupa artefak logam
sebagai bekal kubur yang diletakkan didalam sarkopagus pada beberapa desa di
Bali yang erat kaitannya dengan kepercayaan animisme membuktikan konsep
parahyangan pada THK.
Konsep Tri Hita Karana terus berkembang dalam setiap aspek kehidupan,
merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat
melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman
globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran Tri Hita Karana
menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga
hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam
sekeliling dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya.
Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya.
Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menjauhi
segala tindakan berakses buruk. Hidupnya akan seimbang, tentram, dan damai.
Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis,
bilamana keharmonisan tersebut dirusak oleh tangan-tangan yang jahil, bukan
1
2
mustahil alam akan murka dan memusuhinya. Jangan salahkan bilamana terjadi
musibah, kalau ulah manusia suka merusak alam lingkungan. Tidak disadari
bahwa alam lingkungan telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk
dimanfaatkan sebesar- besarnya guna kesejahteraan hidupnya.
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab
kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya.
Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan
hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme.
Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang
mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.
Selain itu, masyarakat Bali mengajarkan masyarakatnya dan memegang
teguh konsep Tri Hita Karana, dan mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab kebahagiaan untuk
mencapai keseimbangan dan keharmonisan.
Tri Hita Karana terdiri dari : Parahyangan yaitu hubungan yang seimbang
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang
harmonis antara manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya
hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa makna Tri Hita Karana secara historis dan generik ?
2. Apa saja empat kecerdasan menurut perspektif Tri Hita Karana ?
C. Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui makna Tri Hita Karana secara historis dan generik
2. Mengetahui empat kecerdasan menurut perspekstif Tri Hita Karana
A.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
manusia menghormati dan menjaga alam, maka secara tidak langsung mereka
menunjukkan baktinya ke Tuhan. Dengan diterapkan paham patheisme,
Palemahan dapat terlihat lebih nyata pada tradisi orang Bali. Banyak pohon-pohon
besar, sumber mata air, maupun tempat tertentu lainnya disucikan oleh masyarakat
Bali. Mereka percaya bahwa terdapat atau magis pada tempat tersebut, misalnya
Hutan (Alas) Kedaton di Tabanan, Hutan Wisata Kera Sangeh di Badung, Goa
Lawah di Klungkung, dan lain lain.Untuk memperkuat keterkaitan antara THK
dengan pantheisme maka dibangun pura sebagai tempat bersemayam para Dewa
sekaligus mengawasi tempat-tempat tersebut. Dengan cara ini, tempat tersebut
akan dianggap angker dan tidak berani dirusak oleh siapapun sehingga kelestarian
lingkungannya selalu terjaga. Dijelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia
dengan Yadnya, dan dengan Yadnya pula manusia akan memperoleh
kebaikan.Mengacu pada hal tersebut, manusia wajib meniru sifat Tuhan yang
telah menciptakan alam diawali dengan yadnya, yaitu memberi.Jika hal ini
dikaitkan dengan Pawongan, maka keharmonisan hubungan antar manusia akan
terwujud, karena seseorang bersedia memberi sesuatu kepada orang lain.Dengan
cara seperti ini, si penerima akan membalasnya juga dengan yadnya.Masyarakat
yang telah memiliki kesadaran bahwa “lebih baik memberi daripada meminta”
dengan sendirinya akan mampu menciptakan keharmonisan sosial.
Menurut pandangan filosofi (Tri Hita Karana) ada tiga penyebab yang
akan membawakan kebahagiaan bagi manusia. Filosofi THK mengandung unsur-
unsur: kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial yang sangat mendalam. Tri Hita
Karana dikemas secara ilmiah menjadi tiga bagian, antara lain:
2) Kecerdasan Intelektual-emosional
Intelektual adalah kecerdasan berfikir dan otak cemerlang yang
mengelolah otak kanan dan otak kiri secara berimbang. Kecerdasan intelektual
adalah kecerdasan kognitif yang dimiliki individu secara global agar bertindak
secara terarah dan berfikir secara bermakna sehingga dapat menyelesaikan
masalah, Badjuri (2019). Manusia pada dasarnya memiliki kecerdasan yang
saling mendukung. Salah satunya adalah kecerdasan intelektual-emosional, atau
lebih dikenal dengan sebutan IQ (intellegence quotient). Kecerdasan ini lebih
merujuk pada tingkat kemampuan seseorang dalam berbagai hal. Dalam hal ini,
yang dimaksud dengan kecerdasan intelektual adalah kemampuan dalam menalar,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan dan masih banyak
lagi. Berkenaan dengan ability/ kemampuan olah pikir, berbuat, mengelola diri
untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, bersikap kritis, kreatif dan imajinatif. Individu yang cerdas
secara intelektual dapat memberi sumbangan kepada pengembangan kompetensi
dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, bersikap kritis,
kreatif dan imajinatif. Contoh kecerdasan intelektual dalam kehidupan nyata dapat
dijumpai dalam beberapa bidang kehidupan. Seperti diketahui bersama kehidupan
bermasyarat yang berjalan terdiri dari beberapa unsur yang saling berkaitan antara
satu dan lainnya. Dimana setiap unsur membutuhkan sosok atau figur yang
menjadi panutan. Dan figur yang dibutuhkan adalah sosok yang memiliki
kecerdasan intelektual yang tinggi.
9
3) Kecerdasan Pawongan
Unsur pawongan meletakkan konsep harmonisasi hubungan sesama
manusia, pengembangan potensi diri, inisiatif dan kreativitas manusia,
kebutuhan hidup, bersama, tolong menolong, norma dan etika sosial antar asrama
antar warga, adat istiadat, awig-awig, membangun pola hubungan vertikal dalam
Catur Asrama (Brahmacari, Grihasta, Wanaprasta, Bhiksuka), serta hubungan
horizontal dalam Catur Warna (Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra), serta konsep
nyame braye. Berkenaan dengan ability/ kemampuan berpikir, berbuat, mengelola
secara sosial mengefektifkan pengembangan keseimbangan dan keharmonisan
antar individu (pawongan). Individu yang cerdas secara sosial dapat memberi
sumbangan kepada pengembangan hubungan timbal balik, demokratis, empatik
dan simpatik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, ceria dan percaya diri,
menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, serta berwawasan
kebangsaan dan lingkungan hidup dengan kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara.
4) Kecerdasan Palemahan
keharmonisan antara manusia dengan lingkungan (palemahan), Unsur
palemahan meletakkan konsep keseimbangan dan harmonisasi hubungan antara
manusia dengan alam. Pemanfaatan palemahan, pengorganisasian palemahan,
kesempatan hidup sehat, bugar, dan produktif bersama alam, kesejahteraan dari
alam, pelestarian alam, pengindaran bencana alam. Palemahan merupakan
tempat penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan dalam hal untuk
pengembangan diri, pengembangan seni-budaya, pengembangan kemampuan
berorganisasi, kepemimpinan, peningkatan kemampuan berkomunikasi,
kemampuan menggunakan teknologi, kemampuan bekerja, oleh karena itu
dibutuhkan lingkungan yang dapat mendukung proses peningkatan mutu sumber
daya manusia. Oleh karena itu membangun kesadaran akan keseimbangan dan
harmonisasi hubungan antara manusia dengan alam. Penataan bangunan
menggunakan konsep tri mandala yaitu utama, madya, dan kanista sesuai jenis
dan peruntukannya. Nilai-nilai keberadaan unsur palemahan.
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11