Anda di halaman 1dari 26

Modul Ajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fase D Elemen Bhineka Tunggal Ika

No Komponen Deskripsi Kegiatan


A. INFORMASI UMUM

1. Identitas Sekolah

Nama Penyusunan
Institusi
Tahun 2023
Jenjang Sekolah
Kelas
Alokasi Waktu 2 JP (2 x 40 Menit)
2. Kompetensi Awal 1. Memahami urgensi pelestarian nilai
(entrybehavior) tradisi, kearifan lokal dan budaya.

3. Profil Pelajar Pancasila a. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,


dan berakhlak mulia.
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia. Memahami ajaran
agama dan kepercayaannya serta
menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari
b. Berbhinekaan Global
mengenal dan menghargai kebudayaan
lain, mampu berkomunikasi interkultural
dalam berinteraksi dengan sesama. Serta
merefleksi dan bertanggung jawab
terhadap pengamalan kebhinekaan.
c. Bergotong- royong
Kolaborasi: bekerjasama dalam
kelompok melalui pemberian
saran/ide/gagasan dan menerima/
melaksanakan atas kesepakatan
kelompok dalam mencapai penyelesaian
tugas yang diberikan.
d. Bernalar kritis
Memproses informasi serta gagasan,
menganalisis sekaligus mengevaluasi
proses penalaran yang terjadi dalam
pikiran, merefleksikan pemikiran dan
proses berpikir itu sendiri; serta
mengambil keputusan sebagai hasil dari
proses berpikir

e. Mandiri
Bertanggung jawab atas proses dan hasil
belajar. mempunyai prakarsa atas
pengembangan diri dan prestasinya yang
didasari pada pengenalan kekuatan serta
keterbatasan dirinya pada situasi yang
dihadapi, bertanggung jawab atas proses
dan hasilnya.
f. Kreatif
Memberikan ide yang berbeda dari
teman-teman lain dalam suatu proyek.
Serta mampu mengolah informasi atau
mencari inspirasi dan melahirkan
gagasan baru, serta menyelesaikan
masalah dengan cara atau pendekatan
yang berbeda.

4. Sarana Prasarana
Sarana 1. Laptop
2. Handphone
3. Jaringan Internet

Prasarana 1. LCD Proyektor (sebagai media tampilan


powerpoint)
2. Buku Panduan PKKn Fase D
3. Power Point
4. Video Pembelajaran

5. Target Peserta didik Peserta didik regular/tipikal : umum, tidak ada


kesulitan dalam mencerna dan memahami
materi ajar.

Jumlah Peserta Didik 35 orang peserta didik

6. Moda dan Model Pembelajaran Moda Pembelajaran tatap muka


Model Pembelajaran
Pertemuan 1: Problem Based Learning
Pertemuan 2: Problem Based Learning
Pertemuan 3: Problem Based Learning

7. Media 1. Power Point


2. Papan Tulis

B. KOMPETENSI INTI

8. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik mampu Memahami urgensi


pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal
dan budaya melalui tayangan power
point dan penjelasan dari guru dengan
tepat
2. Peserta didik mampu Mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal melalui
tayangan video pembelajaran dan diskusi
kelompok dengan benar dan tepat.
9. Pemahaman Bermakna Manfaat yang akan peserta didik terima setelah
proses pembelajaran ini adalah :
1. Memahami konsep urgensi pelestarian
nilai tradisi kearifan lokal dan budaya.
2. Memahami tujuan menghargai budaya
lokal dalam kehidupan sehari hari.

10. Pernyataan Pemantik 1. Bagaimana perilaku yang seharusnya


dilakukan para pelajar dalam rangka
mengimplementasikan perilaku positif
terhadap pelestarian nilai tradisi,
kearifan lokal dan budaya?
11. Persiapan Pembelajaran 1. Guru mempersiapkan pertanyaan
pemantik untuk pembelajaran
2. Guru mempersiapkan materi ajar dalam
PPT terkait tema yang akan disampaikan
3. Guru mempersiapkan bahan bacaan serta
video yang akan ditayangkan
4. Guru mempersiapkan lembar kerja siswa
5. Guru mempersiapkan Rubik penilaian

12. Kegiatan Pembelajaran

Pengkondisian Siswa 1. Individu


2. Berkelompok

Model dan Metode Pembelajaran 1. Problem Based Learning


2. Diskusi Kelompok

Lokasi / Tempat
Materi ajar, alat dan bahan

Materi ajar / sumber pembelajaran Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah cara hidup suatu


masyarakat dalam suatu wilayah terkait dengan
hubungannya terhadap alam sekitarnya. Nilai-
nilai ini bukan sekadar pandangan hidup,
melainkan keyakinan yang telah tertanam dalam
budaya dan kehidupan sehari-hari mereka
selama berabad-abad. Tradisi ini dijaga dengan
penuh dedikasi oleh generasi sebelumnya,
terutama para orang tua dan lansia, yang
berupaya mewariskan kearifan lokal ini kepada
generasi penerus. Namun, disayangkan bahwa
terdapat sebagian generasi muda yang kurang
menghargai dan bahkan menilai rendah kearifan
lokal ini. Mereka cenderung melihatnya sebagai
pemikiran kuno yang sudah tidak sesuai dengan
tuntutan zaman modern.

Meskipun banyak upaya dari para orang


tua untuk menjelaskan dan meneruskan nilai-
nilai tradisional yang mereka terima dari nenek
moyang, pandangan ini seringkali dianggap
sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman. Ini
menunjukkan kesenjangan antara usaha
melestarikan kearifan lokal dan pandangan anak
muda yang cenderung cenderung lebih terbuka
terhadap pengaruh global dan modernisasi.
Dengan demikian, terdapat tantangan dalam
mempertahankan kearifan lokal di tengah arus
modernisasi yang terus berlangsung. Penting
untuk menjalin dialog antara generasi yang
berbeda guna memahami nilai-nilai tersebut dan
mencari cara agar kearifan lokal tetap relevan
tanpa mengabaikan kemajuan zaman.

Ciri-Ciri Kearifan Lokal

Setelah membahas soal pengertian mengenai


kearifan lokal dan mengetahui bahwa kearifan
lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat
di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam
tempat mereka tinggal, sekarang kita akan
membahas tentang ciri-ciri dari kearifan lokal.
Berikut penjelasan lengkapnya!

1. Bertahan dari Gempuran Budaya Asing


Setiap negara, daerah, atau
wilayah memiliki adat budayanya
masing-masing. Berbeda dengan negara
kita yang masih mempertahankan
budaya dan adat istiadat, kebanyakan
orang-orang dari negara asing di luar
sana sudah melupakan adat dan istiadat
nenek moyang mereka. Mereka lebih
suka dengan kehidupan bebas yang
dianggap modern tanpa terikat dengan
petuah-petuah apalagi adat lama yang
dianggap ketinggalan zaman. Tidak
hanya itu, seiring berjalannya waktu,
budaya asing juga mulai merambah ke
berbagai wilayah di Indonesia.
Sebaliknya, Indonesia memiliki banyak
kearifan lokal yang juga mengandung
nilai-nilai budaya yang sangat kuat.
Mengingat usia dari nilai-nilai budaya
ini sudah mencapai puluhan atau ratusan
tahun, nilai-nilai budaya pada kearifan
lokal ini sangat dipercaya oleh
masyarakat setempat. Kepercayaan yang
kuat inilah yang membuat budaya asing
tidak bisa dengan mudah masuk dan
mempengaruhi masyarakat. Dengan
begitu, karakteristik masyarakat dari
suatu daerah akan tetap terjaga dengan
baik.

2. Memiliki Kemampuan Mengakomodasi


Budaya yang Berasal dari Luar
Menghindari budaya asing yang
masuk ke Indonesia bukan hal yang
mudah untuk dilakukan. Apalagi, di era
globalisasi seperti sekarang, dimana
segalanya bisa terhubung dengan mudah
dan cepat. Budaya atau tren dari luar
biasanya menyebar cepat melalui
YouTube, televisi, dan media sosial.
Karena keberadaan teknologi inilah yang
membuat budaya asing bisa dengan
mudah memasuki Indonesia. Namun,
disisi lain, berbeda dengan budaya luar,
kearifan lokal memiliki fleksibilitas yang
cukup tinggi, sehingga bisa diakomodir
dengan mudah tanpa harus merusak
kepercayaan kearifan lokal yang sudah
ada sebelumnya. Alhasil kalaupun ada
budaya asing yang masuk, budaya asing
ini hanya akan jadi tren sesaat dan
bukannya menggantikan budaya warisan
nenek moyang yang sudah ada. Apalagi
sampai merusak kepercayaan yang sudah
berusia puluhan hingga ratusan tahun.

3. Mampu Mengintegrasikan Budaya Asing


ke Dalam Budaya Asli di Indonesia
Ciri kearifan lokal lainnya adalah
kearifan lokal memiliki kemampuan
bukan hanya untuk mengakomodasi,
tetapi juga mengintegrasikan budaya
asing yang masuk dan memadukannya
dengan budaya yang sudah ada dengan
baik.
Salah satu video Wonderful
Indonesia yang sempat viral beberapa
bulan yang lalu misalnya. Video tersebut
pada dasarnya berisi tentang berbagai
kebudayaan tradisional Indonesia.
Namun, kemudian dicampur dengan
beberapa hal bernuansa modern dan
asing seperti musim EDM. Hasilnya?
Video itu terlihat sangat indah dan
disukai banyak orang, baik itu orang
asing maupun lokal. Contoh lainnya
adalah pembangunan sebuah gedung di
Indonesia. Tidak jarang arsiteknya
memadukan budaya lokal dengan
mencontek desain bangunan tradisional
di Indonesia, kemudian memadukannya
dengan arsitektur modern. Masjid Raya
Sumatera Barat yang ada di jantung kota
Padang misalnya, bangunannya meniru
arsitektur khas Minangkabau, sedangkan
atap masjid justru dibuat seperti rumah
Gadang yang menjadi rumah tradisional
dari Provinsi Sumatera Barat. Meskipun
begitu, tetap terlihat lebih modern.

4. Mampu Mengendalikan Budaya Asing


yang Masuk
Seperti yang sudah dibahas
sebelumnya, budaya asing bukanlah
sesuatu yang bisa ditolak dengan mudah.
Namun disisi lain, kearifan lokal yang
menjadi adat dan budaya asli juga
mengakar begitu kuat, sehingga akan
sulit untuk menghilangkannya dari
masyarakat. Alih-alih hilang dan
digantikan oleh budaya asing,
kepercayaan terhadap kearifan lokal
yang lebih kuat, sehingga membuat kita
justru mampu mengendalikan budaya
asing yang masuk. Bukan hanya itu, kita
juga bisa dengan mudah menyaring
budaya asing yang masuk. Dengan kata
lain, kita menentukan mana budaya asing
yang bisa diterima di Indonesia, dan
mana budaya asing yang memiliki nilai
buruk.

5. Memberi Arah pada Perkembangan


Budaya di Masyarakat
Kearifan lokal yang sudah
dipercaya oleh masyarakat sejak lama
mau tidak mau juga akan mempengaruhi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana tidak, kearifan lokal yang
sudah berusia puluhan tahun pada
akhirnya akan menjadi kepercayaan atau
pedoman yang dianut oleh masyarakat
setempat.
Alhasil ketika terjadi sesuatu
pun, masyarakat akan menjadikan
kearifan lokal sebagai patokan sebelum
mengambil sikap atau tindakan tertentu.
Kebiasaan ini juga membuat masyarakat
di wilayah tertentu dapat
mengembangkan budaya yang sudah ada
menjadi lebih terarah dari sebelumnya.
Dengan kata lain, kearifan lokal
memiliki ciri berupa dapat memberikan
arah bagi masyarakat setempat.

Fungsi dari Kearifan Lokal bagi


Masyarakat

Kearifan lokal yang ada mungkin


memiliki sifat yang sangat tradisional, tetapi
keberadaan kearifan lokal sangatlah penting
bagi masyarakat setempat.
Hal ini dikarenakan, kearifan lokal bukan hanya
bisa dijadikan pedoman dalam bertindak
maupun bersikap, tetapi juga memiliki fungsi
tertentu. Berikut fungsi dari kearifan lokal bagi
masyarakat!

1. Konservasi Pelestarian Sumber Daya


Alam yang Ada
Kearifan lokal memiliki cakupan
yang cukup luas. Bukan hanya adat
istiadat, kearifan lokal juga merupakan
pandangan hidup masyarakat mengenai
sumber daya alam yang ada di wilayah
mereka. Kearifan lokal yang ada
membuat masyarakat lebih sadar
mengenai pentingnya sumber daya alam
yang ada disekitar mereka. Alih-alih
merusak, kearifan lokal justru membantu
untuk mendorong masyarakat di wilayah
tertentu untuk melakukan konservasi
agar alam tempat mereka tinggal tetap
terjaga dan tidak mengalami kerusakan.
Misalnya, nelayan Aceh yang
memiliki hari-hari yang pantang dipakai
untuk melaut, seperti hari Jumat atau
hari raya Idul Fitri. Selain dua hari
tersebut, ada beberapa hari lainnya yang
juga ditetapkan sebagai hari terlarang
untuk melaut. Hal ini dilakukan agar
ikan memiliki kesempatan untuk
berkembang biak dengan maksimal.
Selain itu, masyarakat yang bekerja
sebagai nelayan juga dilarang untuk
menangkap ikan dengan pukat harimau
atau bom yang dapat merusak terumbu
karang dan mengganggu ekosistem di
lautan.

2. Menjadi Petuah, Kepercayaan, dan


Pantangan
Orang-orang tua kita di masa
lalu, tentu ingin yang terbaik untuk
kehidupan anak cucunya kelak.
Sayangnya, mereka tidak bisa hidup
selamanya untuk menjaga agar anak
cucunya tetap menjalani kehidupan yang
baik. Sebagai gantinya, nenek moyang
kita mewariskan berbagai kearifan lokal.
Dengan kearifan lokal yang melekat
pada masyarakat, maka bukan hanya
merupakan pandangan hidup yang bisa
menjadi lebih baik. Lebih dari itu,
kearifan lokal juga mencakup nasihat
atau petuah, pantangan yang tidak boleh
dilanggar, juga kepercayaan yang
dipelihara dengan baik. Petuah dan
nasihat lama ini diwariskan tentu saja
untuk menjaga agar kehidupan setiap
generasi di wilayah tertentu dapat
berjalan baik.
3. Menjadi Ciri Utama Sebuah Masyarakat
Kearifan lokal yang ada juga
mencakup adat dan istiadat. Meski
seringkali dianggap kuno, tetapi adat dan
istiadat inilah yang justru membuat
sebuah daerah jadi unik dan berbeda dari
daerah lainnya di Indonesia. Dengan
adanya kearifan lokal, maka masyarakat
akan menganggap seperangkat tradisi
sebagai hal yang sudah seharusnya
dilakukan, karena mereka sudah terbiasa
dengan adat istiadat dan budaya tersebut.
Selain itu, masyarakat setempat juga
sudah menganggap bahwa kearifan lokal
merupakan hal yang memang harus
dilakukan di wilayah tersebut.
Namun, beda ceritanya dengan
para turis, dan pelancong yang
berkunjung ke suatu wilayah identik
dengan kearifan lokalnya. Kearifan lokal
yang tercermin dalam adat istiadat dan
budaya ini jelas tidak bisa ditemukan di
wilayah lain, karena itulah yang
membuat turis merasa terkesan dengan
wilayah tersebut.
Lihat saja Bali, bukan hanya
punya alam yang cantik, Bali juga
memelihara adat dan budaya yang
diwariskan oleh para nenek moyang
kepada mereka. Alhasil, warisan budaya
inilah yang membuat Bali terasa
berbeda, terasa lebih istimewa, terasa
lebih berkesan dibandingkan dengan
tempat-tempat lain yang ada di dunia.

Jenis-Jenis Kearifan Lokal


Kearifan lokal bukan hanya memiliki ciri
dan fungsi saja, tetapi kearifan lokal juga terdiri
dari dua jenis, yaitu kearifan lokal yang
berwujud nyata atau dikenal dengan istilah
tangible, dan juga kearifan lokal tidak berwujud
atau yang biasa disebut intangible. Apa
maksudnya? Yuk simak penjelasan lengkapnya
di bawah ini!

1. Kearifan Lokal Berwujud Nyata


atau Tangible
Sesuai dengan namanya, kearifan
lokal berwujud nyata adalah kearifan lokal
yang bisa kita lihat dan sentuh wujudnya.
Kearifan lokal dalam bentuk nyata
atau tangible ini bisa dilihat dalam berbagai
bentuk, baik itu dalam bentuk tekstual
seperti tata cara, aturan, atau sistem nilai.
Bentuk selanjutnya adalah arsitektural
seperti berbagai jenis rumah adat yang ada
di setiap daerah di Indonesia. Misalnya
rumah Gadang di Sumatera Barat, rumah
Joglo dari Jawa Tengah, atau rumah
Panggung dari Jambi.
Bentuk kearifan lokal berwujud
nyata lainnya adalah cagar budaya seperti
patung, berbagai alat seni tradisional, senjata
tradisional yang diwariskan turun temurun
dari generasi ke generasi lainnya, hingga
tekstil tradisional seperti kain batik dari
Pulau Jawa, dan kain tenun dari Pulau
Sumba.
2. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud
atau Intangible
Kebalikan dari kearifan lokal
berwujud yang nyata dan bisa dilihat serta
dirasakan, kearifan lokal tidak berwujud atau
intangible ini tidak bisa dilihat wujudnya
secara nyata. Namun, walaupun tidak
terlihat, kearifan lokal jenis ini bisa didengar
karena disampaikan secara verbal dari orang
tua ke anak, dan generasi selanjutnya.
Bentuk kearifan lokal tidak berwujud
antara lain adalah nasihat, nyanyian, pantun,
atau cerita yang mengandung pelajaran
hidup bagi generasi selanjutnya yang
bertujuan agar para generasi muda di
wilayah tersebut tidak melakukan tindakan
buruk yang dapat merugikan diri sendiri,
masyarakat, serta alam sekitar yang menjadi
rumah serta sumber penghidupan mereka.
Contohnya adalah kepercayaan asal
Papua yang dikenal dengan nama Te Aro
Neweak Lako. Kepercayaan ini merupakan
bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud
atau intangible, dimana masyarakat
mempercayai bahwa alam merupakan bagian
dari diri mereka. Karena alam adalah bagian
dari diri sendiri, maka alam harus dijaga
dengan hati-hati. Termasuk tidak menebang
pohon seenaknya yang dapat membuat hutan
gundul dan menyebabkan terjadinya
berbagai bencana yang merugikan. Alam
tentu saja boleh dimanfaatkan, tetapi tidak
boleh dieksploitasi secara berlebihan.
Dengan kepercayaan ini, tidak heran jika
alam di Bumi Papua masih sangat terjaga.

Alat dan Bahan yang diperlukan Alat :


1. Power Point Materi
2. Bahan bacaan lain yang mendukung
3. Video pembelajaran “contoh penerapan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
sehari”
Bahan :
1. Laptop
2. Handphone
3. Proyektor
4. Jaringan Internet

13. Urutan Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke-1 Pendahuluan :

 Orientasi
1. Guru melakukan pembukaan dengan
salam pembuka dan guru meminta salah
satu peserta didik untuk memimpin doa
sebelum memulai pembelajaran. (PK,
Religius(PPK)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin dan
mengkondisikan kelas. (PK)

 Apersepsi
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dengan
menggunakan media power point.
(TPK)
4. Guru menayangkan gambar-gambar atau
ilustrasi yang berkaitan dengan materi
menganalisis penerapan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari
(TPK)
5. Guru menjelaskan materi untuk memulai
pembelajaran. (CK)

Inti :

 Mengamati
1. Peserta didik diarahkan untuk
mengamati power point yang disajikan
guru tentang Memahami urgensi
pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal
dan budaya... (TPCK)
2. Melalui power point peserta didik dapat
Memahami konsep urgensi pelestarian
nilai tradisi kearifan lokal dan budaya..
(TPCK)
3. Guru menampilkan video pembelajaran
tentang konsep urgensi pelestarian nilai
tradisi, kearifan lokal dan budaya.
(TPACK)

 Menanya
1. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya terkait hal-
hal yang belum dimengerti mengenai
materi Memahami konsep urgensi
pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal
dan budaya. (PCK, 4C-Collaboration).
2. Peserta didik diberikan kesempatan
berdiskusi terkait Mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari. (PCK, 4C-
Collaboration).

 Mengumpulkan Informasi
1. Guru membentuk 3 kelompok dan guru
mengarahkan peserta didik kepada
kelompok masing.
2. Menggunakan model Pembelajaran
Problem Based Learning. (PK,HOTS)
3. Guru memberikan latihan berdasarkan
materi mengenai mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari. (TPCK)
4. Masing-masing kelompok menganalisis
mengenai latihan yang telah diberikan
terkait mengidentifikasi lingkungan
sekitar dengan tujuan menghargai
budaya lokal dalam kehidupan sehari
hari. (TPCK,4C-Critical Thingking)
5. Guru menginstruksikan setiap kelompok
untuk mencari referensi tambahan terkait
analisis latihan yang telah diberikan.
(TCK,4C-Collaboration)

 Mengasosiasi
Berdasarkan latihan yang telah diberikan :

1. Guru membantu peserta didik sebagai


fasilitator dalam mengerjakan latihan
yang telah diberikan. (PK,4C-
Communication)

 Mengkomunikasikan
1. Guru menginstrusikan kelompok 1
terlebih dahulu untuk mempresentasikan
didepan kelas mengenai latihan yang
telah diberikan. (TPCK,4C-
Communication).
2. Masing-masing kelompok dapat
bertanya kepada kelompok yang
presentasi. (PCK,4C-Communication)
3. Guru memberikan tanggapan terhadap
hasil diskusi peserta didik. (PCK)

Penutup :

1. Guru memberikan kesimpulan mengenai


pembelajaran. (PCK,4C-
Communication)
2. Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari untuk pertemuan selanjutnya
sehingga peserta didik dapat
mempersiapkan diri pada pertemuan
selanjutnya. (PCK)

3. Guru menutup pembelajaran dengan


meminta salah satu peserta didik untuk
melakukan doa bersama sesudah
pembelajaran. (PCK-Religius)

Pertemuan Ke-2 Pendahuluan :

 Orientasi

1. Guru melakukan pembukaan dengan


salam pembuka dan guru meminta salah
satu peserta didik untuk memimpin doa
sebelum memulai pembelajaran. (PK,
Religius(PPK)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin dan
mengkondisikan kelas. (PK)

 Apersepsi
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dengan
menggunakan media power point.
(TPK)
4. Guru menayangkan gambar-gambar atau
ilustrasi yang berkaitan dengan materi
mengidentifikasi lingkungan sekitar
dengan tujuan menghargai budaya lokal
dalam kehidupan sehari hari (TPK)
5. Guru menjelaskan materi untuk memulai
pembelajaran. (CK)

Inti :

 Mengamati

1. Peserta didik diarahkan untuk


mengamati power point yang disajikan
guru tentang mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari (TPCK)
2. Melalui power point peserta didik dapat
mengidentifikasi lingkungan sekitar
dengan tujuan menghargai budaya lokal
dalam kehidupan sehari hari. (TPCK)
3. Guru menampilkan video pembelajaran
tentang penerapan menghargai budaya
lokal dalam kehidupan sehari hari.
(TPACK)

 Menanya

1. Guru memberikan kesempatan kepada


peserta didik untuk bertanya terkait hal-
hal yang belum dimengerti mengenai
materi mengidentifikasi lingkungan
sekitar dengan tujuan menghargai
budaya lokal dalam kehidupan sehari
hari. (PCK, 4C-Collaboration).
2. Peserta didik diberikan kesempatan
berdiskusi terkait mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari. (PCK, 4C-
Collaboration).

 Mengumpulkan Informasi

1. Guru membentuk 3 kelompok dan


mengarahkan peserta didik kepada
kelompok masing-masing.
2. Menggunakan model Pembelajaran
Problem Based Learning. (PK,HOTS)
3. Guru memberikan latihan berdasarkan
materi mengenai mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari (TPCK)
4. Masing-masing kelompok menganalisis
mengenai latihan yang telah diberikan
terkait mengidentifikasi lingkungan
sekitar dengan tujuan menghargai
budaya lokal dalam kehidupan sehari
hari (TPCK,4C-Critical Thingking)
5. Guru menginstruksikan setiap kelompok
untuk mencari referensi tambahan terkait
analisis latihan yang telah diberikan.
(TCK,4C-Collaboration)

 Mengasosiasi
Berdasarkan latihan yang telah diberikan :

1. Guru membantu peserta didik sebagai


fasilitator dalam mengerjakan latihan
yang telah diberikan. (PK,4C-
Communication)

 Mengkomunikasikan

1. Guru menginstrusikan kelompok 2 untuk


mempresentasikan didepan kelas
mengenai latihan yang telah diberikan
dipertemuan pertama. (TPCK,4C-
Communication).
2. Masing-masing kelompok dapat
bertanya kepada kelompok yang
presentasi. (PCK,4C-Communication)
3. Guru memberikan tanggapan terhadap
hasil diskusi peserta didik. (PCK)

Penutup :

1. Guru memberikan kesimpulan mengenai


pembelajaran. (PCK,4C-
Communication)
2. Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari untuk pertemuan selanjutnya
sehingga peserta didik dapat
mempersiapkan diri pada pertemuan
selanjutnya. (PCK)
3. Guru menutup pembelajaran dengan
meminta salah satu peserta didik untuk
melakukan doa bersama sesudah
pembelajaran. (PCK-Religius)

Pertemuan Ke-3 Pendahuluan :

 Orientasi

1. Guru melakukan pembukaan dengan


salam pembuka dan guru meminta salah
satu peserta didik untuk memimpin doa
sebelum memulai pembelajaran. (PK,
Religius(PPK)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin dan
mengkondisikan kelas. (PK)

 Apersepsi

1. Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran yang akan dicapai dengan
menggunakan media power point.
(TPK)
2. Guru menayangkan gambar-gambar atau
ilustrasi yang berkaitan dengan materi
mengidentifikasi lingkungan sekitar
dengan tujuan menghargai budaya lokal
dalam kehidupan sehari hari (TPK)
3. Guru menjelaskan materi untuk memulai
pembelajaran. (CK)

Inti :

 Mengamati

1. Peserta didik diarahkan untuk


mengamati power point yang disajikan
guru tentang mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari (TPCK)
2. Melalui power point peserta didik dapat
mengidentifikasi lingkungan sekitar
dengan tujuan menghargai budaya lokal
dalam kehidupan sehari hari. (TPCK)
3. Guru menampilkan video pembelajaran
tentang penerapan menghargai budaya
lokal dalam kehidupan sehari hari.
(TPACK)

 Menanya

1. Guru memberikan kesempatan kepada


peserta didik untuk bertanya terkait hal-
hal yang belum dimengerti mengenai
materi mengidentifikasi lingkungan
sekitar dengan tujuan menghargai
budaya lokal dalam kehidupan sehari
hari. (PCK, 4C-Collaboration).
2. Peserta didik diberikan kesempatan
berdiskusi terkait mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari. (PCK, 4C-
Collaboration).

 Mengumpulkan Informasi

1. Guru membentuk 3 kelompok dan


mengarahkan peserta didik kepada
kelompok masing-masing.
2. Menggunakan model Pembelajaran
Problem Based Learning. (PK,HOTS)
3. Guru memberikan latihan berdasarkan
materi mengenai mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari (TPCK)
4. Masing-masing kelompok menganalisis
mengenai latihan yang telah diberikan
terkait mengidentifikasi lingkungan
sekitar dengan tujuan menghargai
budaya lokal dalam kehidupan sehari
hari (TPCK,4C-Critical Thingking)
5. Guru menginstruksikan setiap kelompok
untuk mencari referensi tambahan terkait
analisis latihan yang telah diberikan.
(TCK,4C-Collaboration)

 Mengasosiasi
Berdasarkan latihan yang telah diberikan :

1. Guru membantu peserta didik sebagai


fasilitator dalam mengerjakan latihan
yang telah diberikan. (PK,4C-
Communication)

 Mengkomunikasikan

1. Guru menginstrusikan kelompok 3 untuk


mempresentasikan didepan kelas
mengenai latihan yang telah diberikan
dipertemuan pertama. (TPCK,4C-
Communication).
2. Masing-masing kelompok dapat
bertanya kepada kelompok yang
presentasi. (PCK,4C-Communication)
3. Guru memberikan tanggapan terhadap
hasil diskusi peserta didik. (PCK)

Penutup :

1. Guru memberikan kesimpulan mengenai


pembelajaran.(PCK,4C-
Communication)
2. Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari untuk pertemuan selanjutnya
sehingga peserta didik dapat
mempersiapkan diri pada pertemuan
selanjutnya. (PCK)
3. Guru menutup pembelajaran dengan
meminta salah satu peserta didik untuk
melakukan doa bersama sesudah
pembelajaran. (PCK-Religius)

C. LAMPIRAN

14. Lembar Kerja Peserta Didik

Lampiran 1
15. Bahan Bacaan Siswa & Guru

Lampiran 2
16. Daftar Pustaka

Konsep urgensi pelestarian nilai tradisi,kearifan lokal dan budaya.


https://www.gramedia.com/literasi/kearifan-lokal/
Video pembelajaran “Menghargai budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari
https://youtu.be/vas6LLCDXmo?si=uIO9Mfif3JWYPY6A
17. Asesment Pembelajaran

Kompetensi yang Dinilai 1. Kompetensi Pengetahuan : Memahami


konsep urgensi pelestarian nilai tradisi,
kearifan lokal dan budaya.
2. Kompetensi Nilai : Mengidentifikasi
lingkungan sekitar dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari.
3. Kompetensi Keterampilan :
Mempresentasikan hasil diskusi tentang
identifiksi lingkungan dengan tujuan
menghargai budaya lokal dalam
kehidupan sehari hari.

Asesmen yang Digunakan a. Asesmen Pengetahuan : Dilaksanakan


melalui tes tertulis
b. Asesment Nilai : Dilakukan melalui
observasi saat diskusi
c. Asesmen Keterampilan : Dilaksanakan
saat presentasi kelompok

Kriteria Penilaian

Penilaian Sikap
No Nama Aspek Perilaku Yang Jumlah Skor Predikat
Peserta Dinilai Skor Sikap
Didik Kerjasama Tanggung
Jawab
1.
2.
3.
dst.

Keterangan :

1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria :


100 = Sangat Baik
80 = Baik
75 = Cukup
50 = Kurang
2. Skor maksimal = Jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 2 = 200
3. Skor sikap = Jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 200 : 2 = 100
4. Kode nilai/predikat :
90,01 - 100,00 = Sangat Baik (SB)
80,00 - 90,00 = Baik (B)
75,00 - 79,00 = Cukup (C)
50,00 - 74,99 = Kurang (D)

Penilaian Pengetahuan

Instrumen Penugasan

N0 Soal Alternatif Jawaban


1. Analisislah lingkungan sekitar terkait Masing-masing kelompok menganalisis
mengapa harus menghargai budaya terkait pembagian materi yang ditentukan
lokal dalam kehidupan sehari hari! mengenai analisislah lingkungan sekitar
terkait mengapa harus menghargai budaya
lokal dalam kehidupan sehari hari,
perkelompok berdiskusi, lalu kelompok 1
dipertemuan 1 dan kelompok 2 dipertemuan
2, dan kelompok 3 di pertemuan ke 3
mempresentasikan di depan kelas kemudian
dilanjutkan tanya jawab.

Lembar Penilaian Pengetahuan

Nama siswa : ………………..

Skor maksimal : 200

No Aspek Yang Dinilai Skala Skala Nilai (SP x


70 80 90 100 perolehan 100/SM)
Predikat
1. Kesesuaian jawaban dengan
pertanyaan
2. Kejelasan dan kedalaman jawaban

Keterangan :

Nilai (N) = Jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal dikali skor ideal
(100)

Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam
mengkomunikasikan hasil yang dibuat secara lisan.

Lembar Penilaian Keterampilan

Nama siswa : …………………..

Skor Maksimal : 200

No Indikator Hasil Penilaian


(A) (B) (C) (D) (E)
100 80 70 60 0
1. Penggunaan Bahasa yang baik
2. Kejelasan pengucapan

Keterangan :

A = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

D = Kurang

E = Tidak Ada

Nilai (N) = Jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal dikali skor ideal
(100).

Refleksi Peserta Didik dan Guru

a. Apakah anda menyukai pembelajaran hari ini ?


b. Apa yang anda dapatkan setelah mengikuti proses pembelajaran hari ini ?
c. Kesulitan apa yang ditemukan selama proses pembelajaran ?
d. Gaya belajar yang seperti apa yang membantumu lebih memahami materi dan
keseluruhan proses pembelajaran hari ini ?

Anda mungkin juga menyukai