Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang dengan rahmat
dan limpahan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah agama
mengenai …….dalam waktu yang telah ditentukan.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh
karena itu penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen,
koordinator mata kuliah Agama, dan teman-teman yang telah banyak membantu
dalam penyusunan laporan ini.

Kami telah berusaha sesempurna mungkin menulis makalah ini tapi, “Tiada
gading yang tak retak”. Oleh karena itu dengan rendah hati penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini.

Denpasar, 21 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tri Hita Karana 3

2.2 Bagian – Bagian Tri Hita Karana 3

2.3 Penerapan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Masyarakat 5

2.4 Hubungan konsep Tri Hita Karana terhadap kesejahteraan

masyarakat Bali di era globalisasi 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan pulau yang mendapatkan julukan paradise island. Bali


merupakan salah satu tujuan wisata internasional yang sangat terkenal dengan
pulau seribu pura dan menjanjikan kemakmuran bagi masyarakat baik yang
tinggal di Bali maupun wisatawan mancanegara. Keindahan alamnya menjanjikan
kebahagiaan bagi siapa saja yang datang ke Pulau Bali. Pulau ini dianugerahkan
oleh Sang Hyang Widhi, tanah yang subur, pantai, gunung, bukit yang indah,
sungai, kekayaan laut yang berlimpah, bahkan arsitektur yang sangat unik
(Arimbawa dkk, 2019).

Adanya konsep Tri Hita Karana yang menjiwai nafas kehidupan


masyarakat Bali (Hindu) sehingga menjadikan Bali sebagai harmonis secara
makro kosmos maupun mikro kosmos. Dalam perkembangannya, Bali mengalami
perubahan-perubahan sejalan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa orang Bali menjadi
manusia cerdas spiritual dan kebajikan menjadi meningkat, membawa
konsekuensi terhadap kehidupan sosial, budaya, dan keagamaan, terlebih-lebih
terhadap kehidupan adat Bali yang merupakan pelaksanaan agama Hindu Bali
yang terwjud dalam kebiasaan-kebiasaan perilaku masyarakat baik kelompok
maupun individu dalam kehidupan sehari-hari (Hemayani dkk, 2019).

Permasalahan yang muncul terhadap konsepsi Tri Hita Karana yakni


adanya penyimpangan dalam penerapan konsep Tri Hita Karana pada arus
globalisasi. Hal ini terjadi karena adanya system budaya bebas dan tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah ajaran Tri hita Karana masuk ke Bali. Arus globalisasi telah
mulai melunturkan system – system budaya di Bali hingga kebudayaan Bali
terancam hilang. Masuknya pengaruh – pengaruh budaya globalisasi yang tanpa
disaring dapat merusak hubungan antara manusia dengan manusia yang sangat
bertentanga dengan Tri Hita Karana khususnya hubungan antara manusia dengan
manusia karena tidak sesuai dengan kebenaran dan keadilan. Berdasarkan
permasalahan tersebut, penulis akan mengulas mengenai pengaruh konsep Tri
Hita Karana dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat Bali di era globalisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut:

1. Apakah pengertian dari Tri Hita Karana ?


2. Apakah bagian – bagain dari ajaran Tri Hita Karana ?
3. Bagaimana penerapan konsep Tri Hita Karana pada masyarakat Bali ?
4. Bagaimana hubungan konsep Tri Hita Karana terhadap kesejahteraan
masyarakat Bali di era globalisasi

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian dari Tri Hita Karana


2. Untuk mengetahui bagian – bagain dari ajaran Tri Hita Karana
3. Untuk mengetahui penerapan ajaran Tri Hita Karana terhadap kehidupan
msyarakat Bali.
4. Untuk mengetahui hubungan konsep Tri Hita Karana terhadap kesejahteraan
masyarakat Bali di era globalisasi

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Bagi penulis
Dapat memperluas pengetahuan tentang ajaran Tri Hita Karana beserta
bagian-bagian dari Tri Hita Karana.

2. Bagi instansi pendidikan


Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi bagi para
tenaga pendidik dalam melakukan pembelajaran terkait dengan konsep ajaran
Tri Hita Karana.

3. Bagi masyarakat
Dapat disampaikan kepada masyarakat untuk dapat lebih menjaga
keseimbangan antara alam, manusia, dan Tuhan untuk menciptakan
keselarasan dunia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tri Hita Karana

Tri Hita Karana merupakan ajaran filosofi agama Hindu yang selalu ada
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat adat di Bali. Secara leksikal Tri
Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber
pada keharmonisan hubungan antara: Manusia dengan Tuhannya, Manusia dengan
alam lingkungannya, Manusia dengan sesamanya. Kata Tri Hita Karana berasal
dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya tiga, Hita artinya sejahtra atau
bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga
hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia.
Untuk itu ketika hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai
hubungan yang harmonis.

Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama Hindu bahwa kebahagiaan dan


kesejahtraan adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik
kebahagiaan atau kesejahtraan pisik atau lahir yang disebut “Jagadhita” maupun
kebahagiaan rohani dan batiniah yang disebut ”Moksa”. Untuk bisa mencapai
kebahagiaan yang dimaksud, kita sebagai umat manusia perlu mengusahakan
hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan dengan ketiga hal tersebut
diatas. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga hal tersebut
diatas, akan tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia. Oleh sebab
itu dapat dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut diatas adalah
suatu yang harus dijalin dalam hidup setiap umat manusia. Jika tidak, manusia
akan semakin jauh dari tujuan yang dicita-citakan atau sebaliknya ia akan
menemukan kesengsaraan.

2.2 Bagian – Bagian Tri Hita Karana

 Parhyangan
Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang
Widhi Wasa).
 Pawongan
Pawongan adalah manusia dengan manusia. Manusia yang bersifat
individu maupun social sehingga memerlukan hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya.
 Palemahan
Palemahan dalam arti yang luas,sebagai tempat manusia itu tinggal dan
berkembang sesuai dengan kodratnya termasuk sarwa prani.

Dengan terjadinya hubunga yang harmonis antara manusia dengan Tuhan,


manusia dengan manusia dan manusia dengan alam, maka sebagai penyebab
terjadinya atau tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.

Dari uraian konsep Tri Hita Karana dapat disimak dua pengertian yang saling
berkaitan yaitu:

a. Pengertian Buana Agung

Buana Agung berarti alam yang besar, jagat raya dan sering juga disebut
makrokosmos. Semua gugusan matahari, bintang, planet ,bumi, bulan yang
menjadi isi alam semesta ini disebut Buana Agung. Tuhan adalah jiwa dari jagat
raya ini sehingga Tuhan sering diberikan gelar Seru Sekalian Alam. Akibat Tuhan
memberikan jiwa pada ciptaannya maka Tuhan juga yang mengatur gerak atau
peredaran alam semesta ini.

b. Pengertian Buana Alit

Buana alit artinya dunia kecil atau sering juga disebut mikrokosmos. Sebagai
contoh makhluk hidup yang disebut mikrokosmos adalah manusia.

2.3 Penerapan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Masyarakat

       Ketimpangan hubungan Tri Hita Karana dapat menimbulkan becana yang


membahayakan kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah dicapai disamping memberikan dampak kekuatan hidup, juga
memberikan dampak merugikan. Oleh karena alam tempat hidup manusia dan
sarwa prani diperas habis-habisan untuk kepentingan kenikmatan kehidupan
manusia. Keseimbangan yang diciptakan oleh Tri Hita Karana didukung oleh
ergonomi karena ergonomi merupakan ilmu, seni dan teknologi yang berupaya
menyerasikan alat, cara dan lingkugan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat bekerja secara optimal.

1. Prahyangan

Penerapan dari prahyangan dapat ditujukan dengan upaya – upaya


pelaksanaan Dewa Yadnya. Karena Prahyangan itu merupakan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, maka penerapannya dapat dilaksanakan dengan Dewa
Yadnya. Misalnya dengan membersihkan pura-pura, rajin sembahyang dan juga
dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama dan menjauhi larangan-larangan
Tuhan. Penerapan parhyangan di tingkat daerah adalah berupa Kahyangan Jagat.
Sesuai arti harafiahnya, Pura Kahyangan Jagat adalah pura yang universal.
Seluruh umat ciptaan Tuhan sejagat boleh bersembahyang ke sana. Pura
Kahyangan Jagat tersebar di seluruh dunia. Di Bali karena berkaitan dengan
sejarah yang berusia panjang, pura Kahyangan Jagat digolong-golongkan dengan
beberapa kerangka (Hutasoit dan Wau, 2017).

2. Pawongan

Contoh penerapan pawongan adalah terjaga dan terjalinnya hubunan yang


baik antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Hal ini dapat muncul
dengan adanya sikap tenggang rasa saling memiliki antara umat beragama, saling
menghargai dan saling tolong- menolong dengan setiap orang. Jika hal tersebut
telah dilaksanakan maka akan terciptalah hubungan yang harmonis dan selaras
antara masyarakat baik itu yang sama agamanya maupun yang berbeda agama.
Dengan saling menjaga hubungan yang baik antar manusia maka manusia tersebut
akan dapat menciptakan suasana kehidupan yang aman, nyaman damai dan
tentram. Sehingga tujuan hidup manusia dapat terpenuhi dengan baik (Mandra
dan Dhammananda, 2020).

3. Palemahan

Palemahan merupakan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.


Seperti yang kita ketahui sekarang ini telah banyak terjadi bencana alam. Hal ini
sebenarnya disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Kita hendaknya tetap
menjaga kelestarian alam agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan seperti
bencana alam yang terjadi kebanyakan ini. Kita harus menjaga kebersihan alam
kita tidak boleh hanya menguras isi alam itu saja dan tidak memperhatikannya.
Kita sebagai manusia hendaknya dapat membedakan mana sebaiknya yang mesti
kita lakukan dan mana yang tidak patut untuk dilakukan. Agar Tuhan tidak murka,
maka kita harus menjaga ciptaan-Nya dengan baik. Alam ini merupakan ciptaan
Tuhan yang patut untuk dijaga kelestariannya (Nopitasari dan Suatra, 2013).

2.4 Hubungan konsep Tri Hita Karana terhadap kesejahteraan masyarakat


Bali di era globalisasi

Perubahan disegala lini kehidupan manusia telah terjadi pada zaman global
seperti sekarang ini. Pola kehidupan manusia yang semakin instan dan pragmatis
menuntut manusia untuk berpikir cerdas, cermat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di sisi yang lain, kehidupan global yang serba instan juga kdangkala
merusak mindset (pola piker) manusia untuk meninggalkan pola kehidupan sosial,
sehingga kadangkala manusia tidak lagi harmonis kehidupannya akibat lepas dari
konsep ajaran tri hita karana. Ajaran tri hita karana telah menggariskan bagi umat
manusia untuk selalu berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan
Tuhan, antar manusia dan hubungan yang harmonis terhadap alam dan lingkungan
(Wiweka, 2014) .Realita yang terjadi justru sangat paradoksal antara harapan
dengan kenyataan, di mana manusia hilang kendali untuk mengupayakan
hubungan terhadap ketiga komponen yang terkonsepsi dalam ajaran tri hita
karana. Manusia tidak lagi serius menjalin hubungan dengan Ida Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai pencipta dan memelihara kehidupan
semua makhluk di dunia ini, terlebih lagi menjalin hubungan yang harmonis
dengan manusia dan alam lingkungan (Purana, 2016).

Bukti emperik yang menyatakan kurang harmonisnya hubungan antara


manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam
lingkungan dari perilaku manusia dalam berbagai kasus yang muncul akhirakhir
ini, seperti peristiwa bom gereja di Surabaya, bom Mako Brimob Surabaya, isu
pemerkosaan, pelecehan seksual, pencabulan terhadap anak, maraknya begal
motor, perampokan sadis dan banyak lagi kejadiankejadian yang melibatkan
kelompokkelompok tertentu yang jelas akibat kurangnya pemahaman untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesame umat manusia.
Nyawa umat manusia sudah tidak berharga lagi, apalagi nyawa binatang.
Binatang/hewan banyak yang dibantai untuk kepntingan pribadi dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Maraknya perusakan lingkungan seperti penebangan liar,
pembakaran hutan dan sebagainya (Suarmini, 2011).

Hal ini tentu terkait dengan semakin merosotnya moral manusia dewasa
ini. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka kehidupan manusia di dunia ini akan
terncam. Manusia tidak lagi dapat hidup damai dan tenteram akibat ulahnya
sendiri. Alam akan murka, karena alam sudah diperlakukan tidak
berperikemanusiaan. Hewanhewan yang semestinya dapat membantu kehidupan
manusia dalam berbagai hal akan sulit didapatkan akibat maraknya pembunuhan
hewan secara liar. Oleh sebab itu sadarlah wahai umat manusia bahwa manusia
tidak akan dapat hidup tenteram dan damai jika melanggar konsep ajaran tri hita
karana. Oleh sebab itu sadarlah akan hakikat ajaran tri hita karana yang maha
adiluhung untuk dapat menuntun hidup manusia dan terhindar dari mara bahaya
akibat Tuhan murka, karena hasil ciptaannya dirusak oleh manusia. Peliharalah
alam dengan segala isinya dengan jiwa besar, karena kita sadar bahwa tanpa
ciptaan Ida Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) mustahil umat manusia dapat
hidup tenang dan damai (Widana, dan Suksma, 2018).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tri Hita Karana merupakan tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber


pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
alam lingkungannya, manusia dengan sesamanya. Ketimpangan hubungan Tri
Hita Karana pada era globalisasi dapat menimbulkan becana yang membahayakan
kehidupan manusia. Maka dari itu manusia wajb menyelaraskan alam dengan
menerapkan ajaran Tri Hita Karana. Prahyangan dapat ditujukan dengan upaya –
upaya pelaksanaan Dewa Yadnya. Penerapan pawongan yaitu terjaga dan
terjalinnya hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya. Palemahan dapat diterapkan dengan dmenjaga kebersihan alam kita tidak
boleh hanya menguras isi alam itu saja dan tidak memperhatikannya. Hubungan
Tri Hita Karana terhadap kehidupan masyarakat Bali di era globalisasi yaitu
Ajaran tri hita karana telah menggariskan bagi umat manusia untuk selalu
berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan Tuhan, antar manusia dan
hubungan yang harmonis terhadap alam dan lingkungan di setiap zamannya
bahkan hingga zaman globalisasi seperti yang sekarang ini. Maka dari itu
masyarakat harus mampu menerapkan ajaran Tri Hita Karana agar tidak luntur
dari arus globalisasi dan dapat menjaga keselarasan dunia.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka terdapat beberapa saran yang dapat


direkomendasikan yaitu:

1. Masyarakat Bali harus mampu memahami konsep – konsep Tri Hita Karana
guna menjaga keseimbangan alam agar tetap lestari.
2. Masyarakat diharapkan mampu berpegang teguh terhadap nilai – nilai
kebaikan yang terkandung dalam Tri Hita Karana
3. Masyarakat diharapkan mampu menerapkan system filtrasi yang tepat
terhadap penangaruh budaya negative di zaman globalisasi
4. Masyarakat Bali diharapkan selalu menghargai segala ciptaan Tuhan dan
mampu menjalin hubungan yang selaran baik manusia antar Tuhan, manusia
antar manusia, maupun manusia antar lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, I., Atmadja, N. And Natajaya, I., 2019. Peran Guru Pendidikan Agama
Hindu Dalam Membangun Nilai Karakter Siswa Melalui Implementasi Tri Hita
Karana. Indonesian Values And Character Education Journal, 1(1), P.31.

Hemayani, N., Noviani, K., Hermawan, H. And Catalina, N., 2019. Sistem
Penganggaran Dalam Kebudayaan Hindu Terkait Implementasi Konsep Tri Hita
Karana (Parahyangan) Di Lingkungan Undiksha. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan
Humanika, 7(1).

Hutasoit, H. And Wau, R., 2017. Menuju Sustainability Dengan Tri Hita Karana
(Sebuah Studi Interpretif Pada Masyarakat Bali). Business Management Journal,
13(2).

Mandra, I. And Dhammananda, D., 2020. Implementation Of Tri Hita Karana


Teaching To Form Students Characters Quality. Jurnal Penjaminan Mutu, 6(1),
P.60.

Nopitasari, N. P. I., & Suatra, P. (2013). Konsep Tri Hita Karana Dalam
Subak. Kertha Desa, 1(2), 1-5.

Purana, I. M. (2016). Pelaksanaan Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Umat


Hindu. Widya Accarya, 5(1).

Suarmini, N., 2011. Peranan “Desa Pakraman “ Dalam Memperkuat Ketahanan


Sosial Budaya Melalui Konsep Ajaran “Tri Hita

Widana, I. And Suksma, I., 2018. Penguatan Konsep Ajaran Tri Hita Karana
Melalui Seke Bhatre Di Banjar Lumbung Sari, Desa Pakraman Denpasar. Jurnal
Sewaka Bhakti, 1(1), Pp.48-58.

Wiweka, K., 2014. Analisis Konsep Tri Hita Karana Pada Daya Tarik Warisan
Budaya: Studi Kasus Puri Agung Karangasem, Bali. Jurnal Master Pariwisata
(Jumpa),.

Anda mungkin juga menyukai