Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang dengan rahmat
dan limpahan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah agama
mengenai …….dalam waktu yang telah ditentukan.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh
karena itu penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen,
koordinator mata kuliah Agama, dan teman-teman yang telah banyak membantu
dalam penyusunan laporan ini.
Kami telah berusaha sesempurna mungkin menulis makalah ini tapi, “Tiada
gading yang tak retak”. Oleh karena itu dengan rendah hati penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagi penulis
Dapat memperluas pengetahuan tentang ajaran Tri Hita Karana beserta
bagian-bagian dari Tri Hita Karana.
3. Bagi masyarakat
Dapat disampaikan kepada masyarakat untuk dapat lebih menjaga
keseimbangan antara alam, manusia, dan Tuhan untuk menciptakan
keselarasan dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
Tri Hita Karana merupakan ajaran filosofi agama Hindu yang selalu ada
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat adat di Bali. Secara leksikal Tri
Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber
pada keharmonisan hubungan antara: Manusia dengan Tuhannya, Manusia dengan
alam lingkungannya, Manusia dengan sesamanya. Kata Tri Hita Karana berasal
dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya tiga, Hita artinya sejahtra atau
bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga
hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia.
Untuk itu ketika hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai
hubungan yang harmonis.
Parhyangan
Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang
Widhi Wasa).
Pawongan
Pawongan adalah manusia dengan manusia. Manusia yang bersifat
individu maupun social sehingga memerlukan hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya.
Palemahan
Palemahan dalam arti yang luas,sebagai tempat manusia itu tinggal dan
berkembang sesuai dengan kodratnya termasuk sarwa prani.
Dari uraian konsep Tri Hita Karana dapat disimak dua pengertian yang saling
berkaitan yaitu:
Buana Agung berarti alam yang besar, jagat raya dan sering juga disebut
makrokosmos. Semua gugusan matahari, bintang, planet ,bumi, bulan yang
menjadi isi alam semesta ini disebut Buana Agung. Tuhan adalah jiwa dari jagat
raya ini sehingga Tuhan sering diberikan gelar Seru Sekalian Alam. Akibat Tuhan
memberikan jiwa pada ciptaannya maka Tuhan juga yang mengatur gerak atau
peredaran alam semesta ini.
Buana alit artinya dunia kecil atau sering juga disebut mikrokosmos. Sebagai
contoh makhluk hidup yang disebut mikrokosmos adalah manusia.
1. Prahyangan
2. Pawongan
3. Palemahan
Perubahan disegala lini kehidupan manusia telah terjadi pada zaman global
seperti sekarang ini. Pola kehidupan manusia yang semakin instan dan pragmatis
menuntut manusia untuk berpikir cerdas, cermat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di sisi yang lain, kehidupan global yang serba instan juga kdangkala
merusak mindset (pola piker) manusia untuk meninggalkan pola kehidupan sosial,
sehingga kadangkala manusia tidak lagi harmonis kehidupannya akibat lepas dari
konsep ajaran tri hita karana. Ajaran tri hita karana telah menggariskan bagi umat
manusia untuk selalu berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan
Tuhan, antar manusia dan hubungan yang harmonis terhadap alam dan lingkungan
(Wiweka, 2014) .Realita yang terjadi justru sangat paradoksal antara harapan
dengan kenyataan, di mana manusia hilang kendali untuk mengupayakan
hubungan terhadap ketiga komponen yang terkonsepsi dalam ajaran tri hita
karana. Manusia tidak lagi serius menjalin hubungan dengan Ida Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai pencipta dan memelihara kehidupan
semua makhluk di dunia ini, terlebih lagi menjalin hubungan yang harmonis
dengan manusia dan alam lingkungan (Purana, 2016).
Hal ini tentu terkait dengan semakin merosotnya moral manusia dewasa
ini. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka kehidupan manusia di dunia ini akan
terncam. Manusia tidak lagi dapat hidup damai dan tenteram akibat ulahnya
sendiri. Alam akan murka, karena alam sudah diperlakukan tidak
berperikemanusiaan. Hewanhewan yang semestinya dapat membantu kehidupan
manusia dalam berbagai hal akan sulit didapatkan akibat maraknya pembunuhan
hewan secara liar. Oleh sebab itu sadarlah wahai umat manusia bahwa manusia
tidak akan dapat hidup tenteram dan damai jika melanggar konsep ajaran tri hita
karana. Oleh sebab itu sadarlah akan hakikat ajaran tri hita karana yang maha
adiluhung untuk dapat menuntun hidup manusia dan terhindar dari mara bahaya
akibat Tuhan murka, karena hasil ciptaannya dirusak oleh manusia. Peliharalah
alam dengan segala isinya dengan jiwa besar, karena kita sadar bahwa tanpa
ciptaan Ida Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) mustahil umat manusia dapat
hidup tenang dan damai (Widana, dan Suksma, 2018).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Masyarakat Bali harus mampu memahami konsep – konsep Tri Hita Karana
guna menjaga keseimbangan alam agar tetap lestari.
2. Masyarakat diharapkan mampu berpegang teguh terhadap nilai – nilai
kebaikan yang terkandung dalam Tri Hita Karana
3. Masyarakat diharapkan mampu menerapkan system filtrasi yang tepat
terhadap penangaruh budaya negative di zaman globalisasi
4. Masyarakat Bali diharapkan selalu menghargai segala ciptaan Tuhan dan
mampu menjalin hubungan yang selaran baik manusia antar Tuhan, manusia
antar manusia, maupun manusia antar lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa, I., Atmadja, N. And Natajaya, I., 2019. Peran Guru Pendidikan Agama
Hindu Dalam Membangun Nilai Karakter Siswa Melalui Implementasi Tri Hita
Karana. Indonesian Values And Character Education Journal, 1(1), P.31.
Hemayani, N., Noviani, K., Hermawan, H. And Catalina, N., 2019. Sistem
Penganggaran Dalam Kebudayaan Hindu Terkait Implementasi Konsep Tri Hita
Karana (Parahyangan) Di Lingkungan Undiksha. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan
Humanika, 7(1).
Hutasoit, H. And Wau, R., 2017. Menuju Sustainability Dengan Tri Hita Karana
(Sebuah Studi Interpretif Pada Masyarakat Bali). Business Management Journal,
13(2).
Nopitasari, N. P. I., & Suatra, P. (2013). Konsep Tri Hita Karana Dalam
Subak. Kertha Desa, 1(2), 1-5.
Widana, I. And Suksma, I., 2018. Penguatan Konsep Ajaran Tri Hita Karana
Melalui Seke Bhatre Di Banjar Lumbung Sari, Desa Pakraman Denpasar. Jurnal
Sewaka Bhakti, 1(1), Pp.48-58.
Wiweka, K., 2014. Analisis Konsep Tri Hita Karana Pada Daya Tarik Warisan
Budaya: Studi Kasus Puri Agung Karangasem, Bali. Jurnal Master Pariwisata
(Jumpa),.