Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TRI HITA KARANA

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN

Dosen Pengampu:

Dr. Putu Artawan, S.Pd, M. Si.

Anggota Kelompok:

1. I Made Deby Triaska Putri (2357021003)

2. Luh Pani Audina (2357021001)

3. Dewa N.T.Adhiadnyaka Hardika (2357021007)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II. KAJIAN TEORI........................................................................................ 3

2.1 Pengertian Tri Hita Karana ....................................................................... 3

2.2 Tujuan Tri Hita Karana ............................................................................ 4

2.3 Falsafah Tri Hita Karana .......................................................................... 5

2.4 Konsep Kosmologi Tri Hita Karana ......................................................... 6

2.5 Penerapan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Sehari-hari ....................... 8

BAB III. PENUTUP ............................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9

3.2 Saran ....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tri Hita Karana adalah sebuah konsep filosofis dalam budaya Bali,
Indonesia, yang menggambarkan tiga prinsip dasar yang mengatur kehidupan
masyarakat Bali. Kata "Tri Hita Karana" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta,
yang terdiri dari tiga kata: Tri yang berarti tiga, Hita yang berati sejahtera dan
Karana yang berarti penyebab. Jadi, secara harfiah, Tri Hita Karana dapat
diterjemahkan sebagai "tiga cara mencapai kebahagiaan" atau "tiga sumber
kebahagiaan." Konsep ini menekankan pentingnya mencapai keseimbangan
dan harmoni dalam tiga aspek utama kehidupan. Konsep kosmologi Tri Hita
Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep
yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah
hantaman globalisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana
menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga
hubungan itu meliputi hubungan dengan ke Tuhanan, hubungan dengan sesama
manusia, dan hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan sesama
manusia yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki
pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila
keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada
segala tindakan berakses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan
damai. Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara
harmonis, bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil,
bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya. Maka dari itu perlu
adanya pembelajaran terkait Tri Hita Karana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan dari pelaksanaan Tri Hita Karana?


2. Apa falsafah hidup dalam konsep kosmologi Tri Hita Karana?
3. Apa Saja ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk menambah wawasan tentang Tri Hita Karana.


2. Untuk mengetahui cara menerapkan Tri Hita Karana dalm kehidupan
sehari-hari.
3. Untuk mengetahui sebab akibat hubunga dari Tri Hita Karana.
4. Untuk membangun rasa ingin tahu lebih mendalam mengenai Tri Hita
Karana.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Tri Hita Karana

Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11


Nopember 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah I Badan
Perjuangan Umat Hidu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar.
Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat hindu akan
dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju
masyarakat sejahtera,adil,dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian
istilah Tri Hita Karana ini berkembang,meluas,dan memasyarakat. Tri Hita
Karana bersifat universal merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan
lahir dan batin. Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab
kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Tri Hita
Karana, berasal dari bahasa Sansekerta. Pengertian Tri Hita Karana adalah
tiga hal pokok yang menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup
manusia.Konsep ini muncul berkaitan erat dengan keberadaan hidup
bemasyarakat di Bali. Bukan saja berakibat terwujudnya persekutuan
territorial dan persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam
bermasyarakat,juga merupakan persekutuan dalam kesamaan kepercayaan
untuk memuja Tuhan atau Sang Hyang widhi. Dengan demikian suatu citi
khas desa adat di Bali minimal mempunyai tiga unsur pokok,yakni :
Wilayah,Masyarakat dan Tempat Suci untuk memuja Tuhan /Sang Hyang
Widhi. Perpaduan tiga unsur itu secara harmonis sebagai landasan untuk
terciptanya rasa hidup yang nyaman,tentram,dan damai secara lahiriah
maupun bathiniah.

Tri Hita Karana terbagi menjadi tiga yang pertama Parahyangan.


Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang
Widhi Wasa). Yang kedua yakni Pawongan, Pawongan adalah manusia
dengan manusia. Manusia yang bersifat individu maupun sosial sehingga
memerlukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Yang ketiga adalah Pelemahan. Palemahan dalam arti yang luas,sebagai

3
tembat manusia itu tinggal dan berkembang sesuai dengan kodratnya
termasuk sarwa prani. Dengan terjadinya hubungan yang harmonis antara
manusia dengan Tuhan,manusia dengan manusia dan manusia dengan
alam,maka sebagai penyebab terjadinya atau tercapainya kebahagiaan dan
kesejahteraan bersama.Dari uraian konsep Tri Hita Karana dapat disimak
dua pengertian yang saling berkaitan yaitu :

a. Pengertian Buana Agung Buana Agung berarti alam yang


besar,jagat raya dan sering juga disebut makrokosmos. Semua gugusan
bintang,matahari,bumi dan bulan yang menjadi isi alam semesta ini disebut
Buana Agung.Tuhan adalah jiwa dari jagat raya ini sehingga Tuhan sering
bergelar Seru Sekalian Alam. Akibat Tuhan memberikan jiwa pada
ciptaanya maka Tuhan juga yang mengatur gerak atau peredaran alam
semesta ini.

b. Pegertian Buana Alit Buana Alit artinya dunia kecil atau sering
disebut mikrokosmos. Sebagai contoh makhluk hidup yang disebut
mikrokosmos adalah manusia.

2.2 Tujuan Tri Hita Karana

Tujuan dari konsep Tri Hita Karana dalam budaya Bali adalah
menciptakan keseimbangan, harmoni, dan kesejahteraan dalam tiga aspek
utama kehidupan, yaitu:

• Harmoni dengan Tuhan atau Alam Spiritual:


1. Tujuan utama adalah menjalin hubungan yang harmonis
dengan alam spiritual atau dewa-dewa dalam kepercayaan
agama Hindu Bali.
2. Melakukan upacara keagamaan, persembahan, dan
penghormatan kepada dewa-dewa.
3. Menjaga keseimbangan spiritual dalam hidup dan mencari
kesucian dalam tindakan dan pikiran.
• Harmoni dengan Manusia:

4
1. Tujuan adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara
manusia dengan manusia lainnya.
2. Mendorong prinsip-prinsip seperti gotong-royong, tolong-
menolong, dan keadilan sosial.
3. Menjaga perdamaian, harmoni, dan keharmonisan dalam
masyarakat.
• Harmoni dengan Alam atau Lingkungan:
1. Tujuan adalah menjaga keseimbangan dan harmoni dalam
hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya.
2. Melestarikan alam, menjaga keberlanjutan ekosistem, dan
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Kesadaran akan pentingnya menjaga alam agar tetap
seimbang, lestari, dan berkelanjutan.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, Tri Hita Karana berkontribusi pada


pembangunan masyarakat yang seimbang, harmonis, dan berkelanjutan.
Konsep ini juga memainkan peran penting dalam membentuk budaya Bali
yang unik dan dalam menjaga kelestarian nilai-nilai, tradisi, dan harmoni
dalam masyarakat.

2.3 Falsafah Tri Hita Karana

Falsafah Tri Hita Karana adalah konsep filosofis yang mendasari budaya
dan cara hidup masyarakat Bali, Indonesia. Falsafah ini mencerminkan
prinsip-prinsip dasar yang dipegang oleh masyarakat Bali untuk mencapai
keseimbangan, harmoni, dan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari.
Falsafah Tri Hita Karana dapat diuraikan sebagai berikut:

• Harmoni dengan Tuhan (Parahyangan):


Ini mengacu pada hubungan manusia dengan alam spiritual atau
dewa-dewa dalam agama Hindu Bali. Prinsip ini menekankan
pentingnya menjaga keseimbangan spiritual dengan menghormati
dan memberikan persembahan kepada dewa-dewa. Melalui upacara

5
keagamaan dan meditasi, masyarakat Bali mencari kesucian dan
keseimbangan dalam hubungan mereka dengan alam spiritual.
• Harmoni dengan Manusia (Pawongan):
Ini berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama manusia dan
masyarakat. Prinsip ini menekankan pentingnya gotong-royong,
kerjasama, serta etika sosial dan moral dalam interaksi
antarmanusia. Melalui prinsip-prinsip ini, masyarakat Bali bekerja
sama untuk menjaga perdamaian, harmoni, dan keharmonisan dalam
masyarakat mereka.
• Harmoni dengan Alam dan Lingkungan (Palemahan):
Ini mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan
lingkungannya. Prinsip ini menekankan pentingnya pelestarian
alam, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan
kesadaran akan dampak tindakan manusia terhadap lingkungan.
Melalui pelestarian alam dan praktik-praktik berkelanjutan,
masyarakat Bali berusaha untuk menjaga keseimbangan dan
keberlanjutan alam.

Falsafah Tri Hita Karana menciptakan kerangka kerja etis yang


mendalam dan terintegrasi dalam budaya Bali. Ini bukan hanya tentang
menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat
Bali memperlakukan satu sama lain, alam spiritual, sesama manusia, dan
alam semesta dengan hormat dan perhatian. Falsafah ini mengingatkan kita
akan pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dalam semua aspek
kehidupan untuk mencapai kesejahteraan dan kedamaian sejati.

2.4 Konsep Kosmologi Tri Hita Karana

Konsep kosmologi dalam Tri Hita Karana mencerminkan pandangan


tentang alam semesta, alam spiritual, dan hubungan antara manusia, alam,
dan dewa-dewa dalam budaya Bali. Kosmologi Tri Hita Karana adalah
bagian integral dari filosofi ini dan membantu menjelaskan cara masyarakat
Bali memahami alam semesta dan tempat mereka di dalamnya. Berikut
adalah beberapa aspek kosmologi Tri Hita Karana:

6
• Alam Semesta yang Terpadu: Dalam kosmologi Tri Hita Karana,
alam semesta dianggap sebagai entitas yang terpadu dan saling
terkait. Ini mencakup alam semesta fisik yang kita lihat, alam
spiritual yang dihuni oleh dewa-dewa dan roh-roh, serta dunia
manusia.
• Tiga Aspek Kosmis:
1. Parahyangan (Hubungan dengan Tuhan): Ini adalah aspek
kosmis yang berkaitan dengan alam spiritual dan hubungan
manusia dengan dewa-dewa. Dewa-dewa dianggap sebagai
pengatur alam semesta dan kehidupan manusia. Upacara
keagamaan dan persembahan adalah cara untuk menjaga
harmoni dengan alam spiritual ini.
2. Pawongan (Hubungan dengan Manusia): Pawongan
mencerminkan aspek kosmis yang menggambarkan hubungan
manusia dengan sesama manusia. Ini menekankan pentingnya
gotong-royong, kerjasama, dan etika sosial dalam kehidupan
sehari-hari. Masyarakat Bali berusaha untuk mencapai
harmoni sosial melalui prinsip ini.
3. Palemahan (Hubungan dengan Alam): Aspek kosmis ini
berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam dan
lingkungannya. Masyarakat Bali percaya bahwa alam adalah
sumber kehidupan dan kesejahteraan, dan mereka harus
menjaga keseimbangan dengan alam. Ini mencakup praktik
pelestarian alam dan pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan.
• Keseimbangan dan Harmoni: Kosmologi Tri Hita Karana
menekankan pentingnya mencapai keseimbangan dan harmoni
dalam tiga aspek kosmis ini. Masyarakat Bali percaya bahwa hanya
dengan menjaga harmoni dengan Tuhan, sesama manusia, dan
alam, mereka dapat mencapai kesejahteraan dan kedamaian.
• Ritual dan Persembahan: Upacara keagamaan dan persembahan
kepada dewa-dewa adalah bagian penting dari kosmologi Tri Hita

7
Karana. Ini adalah cara untuk menjaga hubungan harmonis dengan
alam spiritual dan memastikan keseimbangan dalam alam semesta.
• Peran Pemangku dan Pendeta: Dalam kosmologi ini, pemangku
adat dan pendeta memiliki peran khusus dalam menjalankan
upacara keagamaan dan mempertahankan hubungan dengan alam
spiritual. Mereka dianggap sebagai perantara antara manusia dan
dewa-dewa.

Kosmologi Tri Hita Karana adalah konsep yang dalam dan kaya yang
mencerminkan cara pandang unik masyarakat Bali terhadap alam semesta
dan praktek budaya mereka yang kaya akan ritual dan upacara keagamaan.
Ini adalah salah satu aspek yang memberi warna budaya Bali yang unik dan
mendalam.

2.5 Penerapan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Sehari-hari

Tri Hita Karana sebagai pedoman hidup, tentu harus diterapkan secara
terus menerus untuk menciptakan suasana harmonis dan mencapai
kesejahteraan. Berikut beberapa contoh pengimpelentasian dari Tri Hita
Karana, yaitu:

• Parahyangan
1. Melaksanakan Puja Tri Sandya dan persembahyangan 3 kali
sehari
2. Mengaturkan sesajen atau banten saat setiap peringatan hari raya
baik kecil maupun besar
3. Menghadiri dan mendengarkan Dharma Wacana
Ikut berkontribusi dalam persiapan upakara di Pura atau disebut
Ngayah
4. Berdoa ketika akan beraktivitas, baik itu makan, mandi,
bepergian, dll

• Pawongan

8
1. Menghargai hak orang lain dan melaksanakan kewajiban
sebagaimana mestinya
2. Menumbuhkan rasa toleransi terhadap orang yang memiliki
kepercayaan yang berbeda
3. Saling tolong menolong dan peka terhadap sesama
4. Menghargai pendapat orang lain
5. Menjaga hubungan baik dengan tetangga dan orang lain di
sekitar kita
• Palemahan
1. Tidak membuang sampah sembarangan
2. Melakukan gotong royong membersihkan lingkungan
3. Menanam dan merawat tumbuhan
4. Tidak merusak lingkungan, seperti membakar hutan, menebang
pohon sembarangan, dan penggundulan lahan secara
sembarangan
5. Tidak membunuh dan menyakiti hewan liar yang ada di sekitar
kita

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

9
Tri Hita Karana adalah tiga hubungan yang menyebabkan terjadinya
kebahagiaan. Unsur –unsur dari Tri Hita Karana yaitu antara lain : 1)
Prahyangan hubungan antara manusia dengan Tuhan 2) Pawongan hubungan
antara manusia dengan manusia 3) Palemahan yaitu hubungan antara manusia
dengan lingkungan Tujuan adanya Tri Hita Karana yaitu agar terciptanya
kehidupan yang aman,nyaman,dan sejahtera antara manusia dengan buana
agung maupun buana alit.dengan demikian manusia harus senantiasa menjaga
keselarasan hubungannya dengan Tuhan,sesame manusia dan lingkungan
tempat hidupnya. Dalam kesimpulan, Tri Hita Karana adalah konsep filosofis
yang unik dan mendalam yang mencerminkan cara pandang dan nilai-nilai
masyarakat Bali terhadap kehidupan dan alam semesta. Konsep ini
mengajarkan pentingnya mencapai keseimbangan dan harmoni dalam tiga
aspek utama kehidupan: harmoni dengan Tuhan atau alam spiritual, harmoni
dengan manusia, dan harmoni dengan alam dan lingkungan.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dalam makalah ini yaitu:

1. Menjalankan konsep Tri Hita Karana dengan baik


2. Bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan Tri Hita Karana
3. Mendalami falsafah dan ajaran Tri Hita Karana

10
DAFTAR PUSTAKA

Padet, I. W., & Krishna, I. B. W. (2020). Falsafah Hidup Dalam Konsep Kosmologi
Tri Hita Karana. Genta Hredaya: Media Informasi Ilmiah Jurusan Brahma
Widya STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 2(2).

Sasih, N. L. (2023, Mei 22). Penerapan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Sehari-
Hari. Dipetik September 23, 2023, dari Detik Bali:
https://www.detik.com/bali/berita/d-6730907/penerapan-tri-hita-karana-
dalam-kehidupan-sehari-hari

Swandari, A. A. (2020, April 10). Makalah Agama Tri Hita Karana. Dipetik
September 23, 2023, dari Scribd:
https://id.scribd.com/document/512568098/Makalah-Agama-Tri-Hita-
Karana

Anda mungkin juga menyukai