Disusun Oleh :
Pelangi Diva Bangsa ( 231133009 )
Aufa Rayssa Fadhilla ( 231133003 )
Tiara Azahra Gunawa ( 231132028 )
Muhammad Rizky Gunawa ( 231133007 )
Siti Nabila S ( 231132026 )
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur harus kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita kesempatan untuk menyelesaikan makalah agama ini
dengan lancar dan bisa disajikan dengan baik, terimakasih juga untuk
dosen pembimbing yang memberikan tugas ini sebagai kesempatan
untuk kami dalam meneliti materi tentang Hubungan Manusia Dengan
Allah, Manusia Dengan Sesama Manusia, dan Dengan Alam Semesta,
sehingga kita bisa melatih kemampuan kami dalam berpikir, dalam
meneliti sesuatu serta dalam memecahkan suatu permasalahan,
terimakasih untuk para orang tua yang selalu mendukung kami, dan
terimakasih juga untuk teman teman yang sudah bekerja sama dalam
menyusun makalah ini dengan baik.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada kita semua, semoga makalah ini akan berguna serta bermanfaat
bagi para penulis dan para pembaca pada umumnya.
Aamiin ya robbal’alamin.
1
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar.................................................................................2
2. Daftar Isi...........................................................................................3
3. BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................4
A. Latar Belakang............................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................7
4. BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................8
A. Hubungan Manusia Dengan Allah SWT....................................8
B. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia...........................9
C. Hubungan Manusia Dengan Alam Semesta.............................12
5. BAB 3 PENUTUP..........................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................18
B. Saran.........................................................................................18
6. Daftar Pusaka.................................................................................19
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
masyarakat dengan penggunaan lahan pertanian untuk perumahan dan
penebangan hutan untuk penambangan.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia sudah mengabaikan aspek
moral dalam melestarikan alam. Manusia menganggap bahwa bumi dan
isinya diperbolehkan bebas untuk eksploitasi yang sebesar-besarnya
untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa memperhatikan generasi
selanjutnya. Dengan mengeksploitasi alam secara berlebihan sampai
merusak lingkungan, banyak faktor alam yang akan rusak penyebab dari
eksploitasi tersebut.
Oleh karena itu, perlu membangun kesadaran untuk menjaga bumi
dan isinya dengan pendekatan moral dan etis. Etika adalah ilmu moral
yang menjadi pendoman baik suatu individu maupun suatu kelompok
dalam mengatur tindakan dan perilaku. Dalam hal ini, etika mempunyai
tiga kapasitas baik sebagai sitem nilai, kemudian tentang filsafat moral
dalam konteks sistem nilai maka etika membicarakan tentang nilai dan
norma moral dalam mengatur perilaku manusia. Terkait dengan etika
relasi manusia, dengan di luar dirinya adalah etika relasi manusia
dengan lingkungan atau biasa di sebut etika ekologi.
Berbicara tentang etika ekologi, maka pandangan tentang ini
termasuk dalam 3 gagasan. Pertama, menyebutkan bahwa manusia
adalah pusat sistem di alam raya. Kebutuhan manusia menjadi landasan
dalam etika ini karena ia paling utama dan tertinggi. Dalam konteks
kajian etika, pandangan ini di namai antroposentisme. Etika
antroposentrisme adalah cara pandang filsafat barat yang bermula dari
aristoteles hingga filsafat modern. Tentu saja pandangan ini sangat tidak
menguntungkan alam raya upaya untuk melindungi menjaga dan
merawat lingkungan merupakan aspek penting dari etika relasi antara
manusia, alam, dan Allah. Kedua, pabila eksploitasi pada lingkungan
semakin terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka
4
pada akhirnya kehidupan di dunia mengalami stagnansi bahkan agama
pun mengalami kepunahan ( death religion ). Ketiga, gagasan tentang
kesadaran manusia agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan
umat manusia serta memperlakukan kehidupan makhluk lain dengan
cara menghargai, menghormati dan bekerja sama. Kehidupan makhluk
di muka bumi di nilai memiliki nilai yang berharga dan pantas untuk
memperoleh apresiasi dan perlakuan baik atas dirinya sendiri. Gagasan
ini bisa di namai Biosentrisme. Pandangan bahwa pusat dari perputaran
sistem kehidupan alam raya bukan lagi pada diri manusia, melainkan
berpusat pada keseluruhan kehidupan. Di dalamnya adalah seluruh
komunitas lingkungan di alam raya baik yang biotik maupun yang non-
biotik.
Tampak sekali adanya kekosongan relasi manusia dengan Tuhan.
Etika yang di gagas para filsafat barat tentang alam dan mengabaikan
unsur utama dalam memandang alam, yakni alam adalah manivestasi
dari Allah. Alam adalah perwujudan Allah di muka bumi. Gagasan yang
mengarah pada membangun relasi antara manusia dan Tuhan adalah
dasar bahwa alam adalah Allah dan manusia.
Semua makhluk Allah harus selaras, seirama sehingga menghadirkan
harmonisasi lingkungan. Manusia hendaknya mensyukuri nikmat Allah
dengan cara menjaga dan merawatnya. Ekploitasi terhadap alam hanya
akan menghadirkan kerusakan dan kebinasaan umat manusia. Alam
lingkungan harus di pahami sebagai realitas spiritual, yang tidak
terlepass dari yang sakral. Penanganan problem alam hanya sebatas
saintifik dan lluput dari pendekatan spiritualitas, menjadikan
penanganan krisis lingkungan sebatas untuk kebahagiaan sesaat.
Atas dasar itulah pandangan ekosufisme al-quran dinilai relevan
untuk di aktualisasikan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Ekosufisme sebagai basis untuk merekonstruksi pandangan yang lebih
5
luas tentang perilaku kehidupan manusia dengan meengedepankan
kepentingan alam sebagai upaya untuk mencipatan kesejahteraan
manusia, baik yang bersifat lahir maupun batin.
B. RUMUSAN MASALAH
6
BAB 2
PEMBAHASAN
7
manusia berasal dari ijtihad. Ijtihad adalah pengerahan segenap daya
upaya untuk menemukan hukum sesuatu secara rinci. Hal ini
diupayakan oleh ulama untuk menjawab segala persoalan yang muncul
ketika dalam sumber utama agama Islam tidak ditemukan dalil atau
ketentuan hokum yang jelas.
8
Surah Al-Imran ayat 103
َو ٱْعَتِص ُم و۟ا ِبَح ْبِل ٱِهَّلل َج ِم يًعا َو اَل َتَفَّر ُقو۟ا ۚ َو ٱْذ ُك ُر و۟ا ِنْع َم َت ٱِهَّلل َع َلْيُك ْم ِإْذ ُكنُتْم َأْعَدٓاًء َف َأَّلَف َبْيَن
َٰذ
ُقُلوِبُك ْم َفَأْص َبْح ُتم ِبِنْع َم ِتِهٓۦ ِإْخ َٰو ًنا َو ُكنُتْم َع َلٰى َش َفا ُح ْفَر ٍة ِّم َن ٱلَّناِر َفَأنَقَذ ُك م ِّم ْنَهاۗ َك ِلَك ُيَبِّيُن ٱُهَّلل
َلُك ْم َء اَٰي ِتِهۦ َلَعَّلُك ْم َتْه َتُدوَن
َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َج َعْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَعاَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل
َأْتَقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر
َو اَل َتَعاَو ُنو۟ا َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُعْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلِع َقاِب
9
Surah An-Nahl ayat 92
َو اَل َتُك وُنو۟ا َك ٱَّلِتى َنَقَض ْت َغ ْز َلَها ِم ۢن َبْعِد ُقَّوٍة َأنَٰك ًثا َتَّتِخ ُذ وَن َأْيَٰم َنُك ْم َد َخ اًۢل َبْيَنُك ْم َأن َتُك وَن ُأَّم ٌة
ِهَى َأْر َبٰى ِم ْن ُأَّم ٍةۚ ِإَّنَم ا َيْبُلوُك ُم ٱُهَّلل ِبِهۦۚ َو َلُيَبِّيَنَّن َلُك ْم َيْو َم ٱْلِقَٰي َم ِة َم ا ُكنُتْم ِفيِه َتْخ َتِلُفوَن
10
Allah. Sikap taa un adalah ciri khas umat muslim sejak masa Rasulullah
Saw. Pada masa itu tak ada seorang muslim pun membiarkan muslim
yang lainnya kesusahan, hal ini tergambar jelas ketika terjadinya hijrah
umat muslim di Mekah ke Madinah, diketahui bahwa kaum Anshor
menerima dengan baik kedatangan kaum Muhajirin dengan sambutan
yang meriah, kemudian mempersilahkan segalanya bagi para muhajirin
rumah, ladang, dan lain-lain.
11
Pandangan al-Qur’an terhadap alam bersifat teosentris. Oleh karena
itu, posisi manusia dan alam mempunyai kedudukan yang sama sebagai
makhluk Tuhan.
Sebagian dari diri manusia juga berasal dari unsur alam, sehingga ia
sering disebut sebagai micro cosmos yang mewakili alam besar.
Hubungan struktural
Dalam perspektif ekologis, hubungan manusia dan alam merupakan
suatu keniscayaan. Antara manusia dan alam terdapat keterhubungan,
keterkaitan, dan keterlibatan timbal balik yang sama dan tidak dapat
ditawar.
Hubungan tersebut bersifat dinamis, artinya terjalin secara sadar,
terhayati, dan dijadikan sebagai dasar kepribadian manusia itu sendiri.
Sebaliknya, secara ekologis, hubungan manusia dengan alam bukan
bersifat statis, artinya keterjalinan antara manusia dengan alam bukan
bersifat deterministis yang harus diterima apa adanya, tetapi bersifat
sukarela yang harus dipikirkan oleh manusia. Hubungan tersebut juga
bukan bersifat verbalistik tanpa makna, tetapi reflektif penuh makna.
َو َم ا ِم ْن َد اَّبٍة ِفي اَأْلْر ِض َو اَل َطاِئٍر َيِط يُر ِبَج َناَح ْيِه ِإاَّل ُأَمٌم َأْم َثاُلُك ْم ۚ َم ا َفَّر ْطَن ا ِفي اْلِكَت اِب ِم ْن
َش ْي ٍء ۚ ُثَّم ِإَلٰى َرِّبِهْم ُيْح َش ُر وَن
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalamAl Kitab. (Al-
An’am: 38).
Kata umam dalam ayat di atas, bentuk jamak dari kata ummah. Kata
tersebut menunjuk semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, baik
secara sadar, maupun terpaksa. Binatang yang ada di bumi
dikategorikan sebagai umam sebagaimana manusia, karena memiliki
kesamaan seperti hajat hidup, kebutuhan naluri, dan lain-lain.
Dalam hubungan ini, manusia bukan pemilik lingkungan atau juga
sebaliknya. Dengan demikian, ia dituntut berlaku wajar terhadap
makhluk sesamanya.
12
Dilihat dari asal-usul kejadian manusia, ia sebagai makhluk biologis
yang memiliki kesamaan dengan makhluk lain yaitu berasal dari air,
sebagaimana diisyaratkan oleh beberapa ayat:
Al-Furqan: 54.
Al-Anbiya’: 30.
Al-An‘am: 99.
Al-Nur: 45.
Hubungan fungsional
13
langsung maupun melalui hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan.
Sementara hubungan manusia dengan alam secara struktur mempunyai
hubungan yang setara yaitu sebagai makhluk.
ُهَّللا اَّلِذ ي َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو األْر َض َو َأنزَل ِم َن الَّس َم اِء َم اًء َفَأْخ َر َج ِبِه ِم َن الَّثَم َر اِت ِر ْز ًق ا َلُك ْم
َو َس َّخ َر َلُك ُم الَّش ْم َس َو اْلَقَم َر َداِئَبْيِن. َو َس َّخ َر َلُك ُم اْلُفْلَك ِلَتْج ِر َي ِفي اْلَبْح ِر ِبَأْمِر ِه َو َس َّخ َر َلُك ُم األْنَهاَر
َو َس َّخ َر َلُك ُم الَّلْيَل َو الَّنَهاَر
14
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimumatahari dan
bulan yang terus menerus beredar (dalamorbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malamdan siang.
Kata sakh-khara ( ) سخرdalam ayat di atas, digunakan oleh al-Qur’an
dalam arti penundukan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain
untuk meraih manfaat. Sesuatu yang ditundukkan oleh Allah tidak lagi
memiliki pilihan.
Dengan demikian, manusia yang mengetahui sifat-sifat alam akan
dapat menguasainya, karena yang dikuasai tidak akan membangkang.
Allah menundukkan alam kepada manusia secara filosofis
dikehendaki dua hal:
agar manusia tidak tunduk kepada alam karena kelemahannya.
agar manusia tidak menyerahkan ketundukannya kepada selain
Allah, Zat yang menundukkan alam tersebut.
Sungguh tidak terhormat manusia tunduk kepada sesuatu yang telah
ditundukkan. Dalam waktu yang bersamaan, manusia ingkar terhadap
Yang menundukkan. Sikap ini di dalam agama disebut
dengan musyrik yang dikecam keras oleh Allah.
Ketika manusia menyerahkan ketundukannya kepada selain Zat yang
menundukkan, penundukan tersebut dipalingkan oleh Tuhan bukan
untuk manusia, tetapi murni hanya sebagai reaksi atas kekuasaan Tuhan
terhadap alam sebagai makhluk-Nya.
Dalam kondisi ini, yang terjadi di alam bukan lagi memberi manfaat,
melainkan sebagai hal yang dianggap merugikan bagi manusia. Firman
Allah dalam surat al-Haqqah: 4-8.
َو َأَّم ا َعاٌد َفُأْه ِلُك وا ِب ِر يٍح َصْر َص ٍر. َفَأَّم ا َثُم وُد َفُأْه ِلُك وا ِبالَّطاِغَيِة.َك َّذ َبْت َثُم وُد َو َعاٌد ِباْلَقاِرَع ِة
َس َّخ َر َها َع َلْيِهْم َسْبَع َلَياٍل َو َثَم اِنَيَة َأَّياٍم ُح ُس وًم ا َفَتَر ى اْلَق ْو َم ِفيَه ا َص ْر َعى َك َأَّنُهْم َأْع َج اُز.َعاِتَيٍة
َفَهْل َتَر ى َلُهْم ِم ْن َباِقَيٍة. َنْخ ٍل َخ اِوَيٍة
Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun
kaum Tsamud maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang
15
luar biasa, Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan
angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan
angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus
menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati
bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma
yang telah kosong (lapuk).Maka kamu tidakmelihat seorangpun yang
tinggal di antara mereka.
Secara ekologis, sebagian unsur asal usul kejadian manusia berasal
dari alam. Dengan demikian, manusia memiliki kesamaan dengan alam,
keduanya memiliki sikap pasrah dan ketundukan kepada pencipta
(khaliq)nya.
Dalam konteks ini, hubungan antara manusia dan alam, dapat
dipetakan menjadi hubungan struktural yang menempatkan kedua belah
fihak dalam posisi yang sama dalam kemakhlukan.
Kesamaan unsur dan struktur tersebut tidak menghalangi manusia
untuk mengelola dan memanfaatkan alam lingkungan sesuai dengan
potensi yang diberikan Tuhan kepadanya.
Penguasaan manusia terhadap alam, bukan penguasaan mutlak.
Penguasaan tersebut hanya bersifat nisbi yang digunakan oleh manusia
untuk memanfaatkan alam demi kebutuhan dan kemaslahatan hidupnya.
Pemanfaatan alam oleh manusia, tidak menghalangi makhluk lain
untuk turut di dalamnya. Dalam konteks ini, hubungan antara manusia
dan alam adalah hubungan yang bersifat fungsional, bukan hegemonial.
BAB 3
16
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hubungan Manusia Dengan Allah, Manusia Dengan Sesama
Manusia dan Manusia Dengan Alam Semesta intinya ketiganya sama
sama berhubungan, hubungan manusia dengan Allah disebut Hablum
Minallah artinya hubungan yang baik dengan Allah melalui hal ibadah,
hubungan manusia dengan sesama manusia disebut Hablum Minannas
artinya menjalin hubungan dengan sesama manusia melalui kebaikan
bersama seperti saling menolong, ikhlas dalam segala hal, menjaga
silaturahmi, sedangkan hubungan dengan alam semesta artinya
hubungan yang baik dalam menjaga kelestarian alam, alam di ciptakan
oleh Allah dan ditempati oleh kita maka kita bertanggung jawab dalam
menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta.
B. SARAN
Sebagai umat Islam yang beriman, kita wajib untuk saling menjaga
hubungan baik hubungan dengan Allah SWT, hubungan manusia
dengan sesama manusia, maupun dengan alam semesta, kita harus
meningkatkan ibadah, saling menolong sesama manusia, dan lebih peka
terhadap kelestarian lingkungan sekitar, maka hubungan dengan Allah,
manusia dengan sesama manusia, dan alam semesta adalah sesuatu yang
harus kita pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSAKA
17
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jaqfi/article/view/16275
https://www.liputan6.com/hot/read/5227224
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hubungan_manusia_dalam_Islam#
https://www.almursi.com/hubungan-manusia-dan-alam/
18