Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA ISLAM HUBUNGAN

MANUSIA DENGAN ALLAH, SESAMA


MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Agama)
Dosen Pembimbing :
Isnan Rojibillah, S.Th.I., M.Ag

Disusun Oleh :
Pelangi Diva Bangsa ( 231133009 )
Aufa Rayssa Fadhilla ( 231133003 )
Tiara Azahra Gunawa ( 231132028 )
Muhammad Rizky Gunawa ( 231133007 )
Siti Nabila S ( 231132026 )

PROGRAM STUDI SENI TARI


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA (ISBI)
BANDUNG
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur harus kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita kesempatan untuk menyelesaikan makalah agama ini
dengan lancar dan bisa disajikan dengan baik, terimakasih juga untuk
dosen pembimbing yang memberikan tugas ini sebagai kesempatan
untuk kami dalam meneliti materi tentang Hubungan Manusia Dengan
Allah, Manusia Dengan Sesama Manusia, dan Dengan Alam Semesta,
sehingga kita bisa melatih kemampuan kami dalam berpikir, dalam
meneliti sesuatu serta dalam memecahkan suatu permasalahan,
terimakasih untuk para orang tua yang selalu mendukung kami, dan
terimakasih juga untuk teman teman yang sudah bekerja sama dalam
menyusun makalah ini dengan baik.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada kita semua, semoga makalah ini akan berguna serta bermanfaat
bagi para penulis dan para pembaca pada umumnya.

Aamiin ya robbal’alamin.

1
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar.................................................................................2
2. Daftar Isi...........................................................................................3
3. BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................4
A. Latar Belakang............................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................7
4. BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................8
A. Hubungan Manusia Dengan Allah SWT....................................8
B. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia...........................9
C. Hubungan Manusia Dengan Alam Semesta.............................12
5. BAB 3 PENUTUP..........................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................18
B. Saran.........................................................................................18
6. Daftar Pusaka.................................................................................19

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam semesta.


Fitrahnya sebagai khalifah di alam raya sejak awal diciptakan manusia
bertujuan untuk mengemban tanggung jawab agar dapat melestarikan
alam dan merawatnya. Khalifah dalam pandangan Al-Qur’an manusia
adalah makhluk muqqadas (suci) yang merupakan bayangan Allah di
muka bumi, karena manusia adalah makhluk yang paling sempurna.
Oleh sebab itu manusia diberi kelebihan daripada makhluk Allah yang
lain. Salah satunya adalah diberikannya ilmu pengetahuan agar manusia
dapat merawat dan melestarikan alam dengan baik.
Populasi dunia terus bertambah setiap detiknya. Adapun menurut
data Worldometers, jumlah penduduk dunia telah menembus 8,05 miliar
jiwa pada 28 Juli 2023, bahkan prediksi 30 tahun kedepan bisa 9,7
miliar. Adanya lonjokan manusia di bumi akan melahirkan persoalan
fisik dan sosial.
Meningkatnya populasi manusia di bumi berdampak pada
meningkatnya suatu kebutuhan hidup baik pemukiman maupun tempat
tinggal. Upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut ironisnya dilakukan
dengan eksploitasi tindakan pemanfaatan yang dilakukan untuk
keuntungan pribadi, yang pada dasarnya merupakan suatu bentuk
tindakan yang tidak terpuji dan tidak dapat dibenarkan. Dengan
melakukan penebangan pohon di hutan secara illegal( illegal logging)
baik dilakukan secara bisnis atau upaya untuk memenuhi kebutuhan
tempat tinggal. Sumber daya dihutan menjadi kebutuhan oleh kelompok

3
masyarakat dengan penggunaan lahan pertanian untuk perumahan dan
penebangan hutan untuk penambangan.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia sudah mengabaikan aspek
moral dalam melestarikan alam. Manusia menganggap bahwa bumi dan
isinya diperbolehkan bebas untuk eksploitasi yang sebesar-besarnya
untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa memperhatikan generasi
selanjutnya. Dengan mengeksploitasi alam secara berlebihan sampai
merusak lingkungan, banyak faktor alam yang akan rusak penyebab dari
eksploitasi tersebut.
Oleh karena itu, perlu membangun kesadaran untuk menjaga bumi
dan isinya dengan pendekatan moral dan etis. Etika adalah ilmu moral
yang menjadi pendoman baik suatu individu maupun suatu kelompok
dalam mengatur tindakan dan perilaku. Dalam hal ini, etika mempunyai
tiga kapasitas baik sebagai sitem nilai, kemudian tentang filsafat moral
dalam konteks sistem nilai maka etika membicarakan tentang nilai dan
norma moral dalam mengatur perilaku manusia. Terkait dengan etika
relasi manusia, dengan di luar dirinya adalah etika relasi manusia
dengan lingkungan atau biasa di sebut etika ekologi.
Berbicara tentang etika ekologi, maka pandangan tentang ini
termasuk dalam 3 gagasan. Pertama, menyebutkan bahwa manusia
adalah pusat sistem di alam raya. Kebutuhan manusia menjadi landasan
dalam etika ini karena ia paling utama dan tertinggi. Dalam konteks
kajian etika, pandangan ini di namai antroposentisme. Etika
antroposentrisme adalah cara pandang filsafat barat yang bermula dari
aristoteles hingga filsafat modern. Tentu saja pandangan ini sangat tidak
menguntungkan alam raya upaya untuk melindungi menjaga dan
merawat lingkungan merupakan aspek penting dari etika relasi antara
manusia, alam, dan Allah. Kedua, pabila eksploitasi pada lingkungan
semakin terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka

4
pada akhirnya kehidupan di dunia mengalami stagnansi bahkan agama
pun mengalami kepunahan ( death religion ). Ketiga, gagasan tentang
kesadaran manusia agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan
umat manusia serta memperlakukan kehidupan makhluk lain dengan
cara menghargai, menghormati dan bekerja sama. Kehidupan makhluk
di muka bumi di nilai memiliki nilai yang berharga dan pantas untuk
memperoleh apresiasi dan perlakuan baik atas dirinya sendiri. Gagasan
ini bisa di namai Biosentrisme. Pandangan bahwa pusat dari perputaran
sistem kehidupan alam raya bukan lagi pada diri manusia, melainkan
berpusat pada keseluruhan kehidupan. Di dalamnya adalah seluruh
komunitas lingkungan di alam raya baik yang biotik maupun yang non-
biotik.
Tampak sekali adanya kekosongan relasi manusia dengan Tuhan.
Etika yang di gagas para filsafat barat tentang alam dan mengabaikan
unsur utama dalam memandang alam, yakni alam adalah manivestasi
dari Allah. Alam adalah perwujudan Allah di muka bumi. Gagasan yang
mengarah pada membangun relasi antara manusia dan Tuhan adalah
dasar bahwa alam adalah Allah dan manusia.
Semua makhluk Allah harus selaras, seirama sehingga menghadirkan
harmonisasi lingkungan. Manusia hendaknya mensyukuri nikmat Allah
dengan cara menjaga dan merawatnya. Ekploitasi terhadap alam hanya
akan menghadirkan kerusakan dan kebinasaan umat manusia. Alam
lingkungan harus di pahami sebagai realitas spiritual, yang tidak
terlepass dari yang sakral. Penanganan problem alam hanya sebatas
saintifik dan lluput dari pendekatan spiritualitas, menjadikan
penanganan krisis lingkungan sebatas untuk kebahagiaan sesaat.
Atas dasar itulah pandangan ekosufisme al-quran dinilai relevan
untuk di aktualisasikan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Ekosufisme sebagai basis untuk merekonstruksi pandangan yang lebih

5
luas tentang perilaku kehidupan manusia dengan meengedepankan
kepentingan alam sebagai upaya untuk mencipatan kesejahteraan
manusia, baik yang bersifat lahir maupun batin.

B. RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana hubungan manusia di hadapan Allah SWT?


 Bagaimana hubungan manusia dengan sesama manusia?
 Bagaimana hubungan manusia dengan alam?

6
BAB 2
PEMBAHASAN

A. BAGAIMANA HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH


Hubungan manusia dengan Allah pada diri muslim bersifat vertikal.
Kedudukan ini terbentuk karena status Allah sebagai Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala sesuatu termasuk manusia. Pembentukan hubungan
manusia dengan Allah dilakukan melalui ibadah Syariat Islam mengatur
tata cara peribadahan manusia kepada Allah. Hubungan manusia dengan
Allah termasuk dalam ibadah khusus. Penamaan ini karena segala
ketentuan ibadah sudah ditetapkan secara pasti oleh Allah. Tata cara
pelaksanaannya juga telah dicontohkan oleh Muhammad sebagai utusan
Allah dalam ajaran Islam. Macam-macam ibadah khusus meliputi
mensucikan diri, salat, puasa, zakat, dan haji. Hubungan manusia
dengan Allah bersifat suci dan akrab pada manusia yang berstatus
sebagai muslim. Tujuan dari ibadah khusus ini hanya untuk
mendekatkan diri kepada Allah tanpa ada tujuan lain.
Beberapa surah di dalam Al-Qur'an memberikan pola hubungan
manusia dengan tuhan, seperti Surah Al-Baqarah dan Surah an-nissa .
Hubungan manusia dalam Islam memberikan dampak yang bergantung
kepada individu manusia itu sendiri. Dampaknya dapat berupa
pengembangan potensi kecerdasan manusia atau perolehan kehinaan dan
kesengsaraan di dunia dan diakhirat. Hubungan manusia telah diatur
sepenuhnya di dalam ajaran islam. Pedoman atas hubungan yang dijalin
oleh manusia telah diatur dalam Islam melalui sistem akidah, syariat
dan akhlak. Hubungan ini meliputi hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan masyarakat, hubungan manusia dengan dirinya sendiri
maupun hubungan manusia dengan makhluk dan alam.
Setiap Muslim diwajibkan untuk mematuhi syariat Islam pada tiap
jenis hubungan yang dimilikinya karena hukum dasarnya berasal
dari wahyu yang disampaikan oleh Allah kepada manusia melalui Al-
Qur'an. Hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam
semesta telah diberi petunjuknya di dalam Al-Qur'an. Lalu hukum dasar
ini kemudian diperinci oleh Muhammad sebagai seorang rasul yang
diutus oleh Allah. Perincian ini disebutkan dalam kitab-kitab
hadis. Selain dari Al-Qur'an dan hadis, sumber atas aturan hubungan

7
manusia berasal dari ijtihad. Ijtihad adalah pengerahan segenap daya
upaya untuk menemukan hukum sesuatu secara rinci. Hal ini
diupayakan oleh ulama untuk menjawab segala persoalan yang muncul
ketika dalam sumber utama agama Islam tidak ditemukan dalil atau
ketentuan hokum yang jelas.

B. BAGAIMANA HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SESAMA


MANUSIA

Hablum minannas adalah ungkapan bahasa Arab yang berarti "tali


dari manusia", atau lebih sering diterjemahkan sebagai "hubungan
manusia" atau "ikatan kemanusiaan". Ini mengacu pada gagasan bahwa
manusia semuanya saling berhubungan dan bergantung satu sama lain,
dan bahwa hubungan dan koneksi kita dengan orang lain penting untuk
kesejahteraan dan kelangsungan hidup.

Ungkapan tersebut sering digunakan untuk menekankan pentingnya


persatuan, solidaritas, dan kerja sama di antara orang-orang, terlepas
dari perbedaan atau latar belakang mereka. Ungkapan tersebut juga
menyiratkan pentingnya hubungan dan persatuan manusia, seolah-olah
kita semua memegang tali yang mengikat kita bersama.

Ini menyoroti gagasan bahwa manusia semua saling terhubung dan


bergantung satu sama lain, dan bahwa hubungan dan koneksi kita
dengan orang lain penting untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup
kita. Ungkapan tersebut sering digunakan untuk menekankan
pentingnya solidaritas, kerja sama, dan empati di antara orang-orang,
terlepas dari perbedaan atau latar belakang mereka.

Konsep hablum minannas adalah pengingat yang kuat akan


pentingnya hubungan manusia dan kebutuhan untuk membangun
hubungan yang bermakna dengan orang lain. Dengan mengakui
keterkaitan kita dan bekerja sama menuju tujuan bersama, kita dapat
menciptakan dunia yang lebih harmonis dan bersatu.

8
Surah Al-Imran ayat 103

‫َو ٱْعَتِص ُم و۟ا ِبَح ْبِل ٱِهَّلل َج ِم يًعا َو اَل َتَفَّر ُقو۟ا ۚ َو ٱْذ ُك ُر و۟ا ِنْع َم َت ٱِهَّلل َع َلْيُك ْم ِإْذ ُكنُتْم َأْعَدٓاًء َف َأَّلَف َبْيَن‬
‫َٰذ‬
‫ُقُلوِبُك ْم َفَأْص َبْح ُتم ِبِنْع َم ِتِهٓۦ ِإْخ َٰو ًنا َو ُكنُتْم َع َلٰى َش َفا ُح ْفَر ٍة ِّم َن ٱلَّناِر َفَأنَقَذ ُك م ِّم ْنَهاۗ َك ِلَك ُيَبِّيُن ٱُهَّلل‬
‫َلُك ْم َء اَٰي ِتِهۦ َلَعَّلُك ْم َتْه َتُدوَن‬

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)


Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.

Surah Al-Hujurat ayat 13

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َج َعْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَعاَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل‬
‫َأْتَقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Surah Al-Maidah ayat 2

‫َو اَل َتَعاَو ُنو۟ا َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُعْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلِع َقاِب‬

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksaNya.

9
Surah An-Nahl ayat 92

‫َو اَل َتُك وُنو۟ا َك ٱَّلِتى َنَقَض ْت َغ ْز َلَها ِم ۢن َبْعِد ُقَّوٍة َأنَٰك ًثا َتَّتِخ ُذ وَن َأْيَٰم َنُك ْم َد َخ اًۢل َبْيَنُك ْم َأن َتُك وَن ُأَّم ٌة‬
‫ِهَى َأْر َبٰى ِم ْن ُأَّم ٍةۚ ِإَّنَم ا َيْبُلوُك ُم ٱُهَّلل ِبِهۦۚ َو َلُيَبِّيَنَّن َلُك ْم َيْو َم ٱْلِقَٰي َم ِة َم ا ُكنُتْم ِفيِه َتْخ َتِلُفوَن‬

Artinya: Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang


menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai
berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat
penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih
banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya
menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.

Ayat-ayat ini menekankan pentingnya persatuan, kerja sama, dan


saling menghormati, tanpa memandang perbedaan budaya, suku, atau
faktor lainnya. Mereka mendorong kita untuk bekerja sama menuju
kesalehan dan menghindari tindakan yang menyebabkan perpecahan dan
kerusakan.

Manusia diciptakan Allah Swt, pada dasarnya dengan


kecenderungan untuk berinteraksi, bermasyarakat, dan saling menolong
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.1 Dalam kehidupan sehari-hari
manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu
diwajibkan bagi mereka untuk saling-menolong antar sesama umat
manusia, tidak jarang dalam memenuhi kebutuhan pribadi, seseorang
adakalanya tidak mampu untuk memenuhinya sendiri, sehingga
memerlukan orang lain.2 Sosial merupakan hal yang begitu penting
dalam kehidupan manusia, dengan adanya hubungan sosial seseorang
akan lebih banyak memiliki jangkauan terhadap orang lain, karena
begitu penting hubungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya.

Di dalam Alquran banyak bahan renungan bagi orang yang mau


menggunakan akalnya untuk berpikir (merenung). Di dalamnya pula
banyak dijumpai kisah-kisah kaum dan bangsa-bangsa terdahulu. Kitab
ini memisahkan yang halal dan yang haram, serta memisahkan yang hak
dari yang bathil. Dengan bantuan Alquran, manusia dapat berjalan di
jalan yang lurus dengan mudah, karena perintah maupun larangan
diungkapkan didalam Alquran dalam bahasa yang jelas dan lugas.
Alquran juga mengajarkan umat muslim agar senantiasa saling taa un
dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, juga dalam menegakan agama

10
Allah. Sikap taa un adalah ciri khas umat muslim sejak masa Rasulullah
Saw. Pada masa itu tak ada seorang muslim pun membiarkan muslim
yang lainnya kesusahan, hal ini tergambar jelas ketika terjadinya hijrah
umat muslim di Mekah ke Madinah, diketahui bahwa kaum Anshor
menerima dengan baik kedatangan kaum Muhajirin dengan sambutan
yang meriah, kemudian mempersilahkan segalanya bagi para muhajirin
rumah, ladang, dan lain-lain.

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai


makhluk yang hidup bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk
yang hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan
dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk pribadi, mempunyai
fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat
mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk
sosial, secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan kehadiran
orang lain. tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang berarti, paling
tidak ia akan mengalami berbagai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Sikap hidup taa un (tolong-menolong) dalam ajaran Islam mendapat


dorongan (support) dan perhatian yang tersendiri. Demikian juga sikap
suka menolong kepada sesama makhluk Allah yang benar-benar
memerlukan pertolongan mendapatkan pujian yang teramat tinggi di
hadapan Allah. Bahkan lebih dari sekedar pujian, Allah menjanjikan
kepada siapapun yang menolong terhadap kesusahan orang lain,
penderitaan atau kesempitannya dengan limpahan anugerah yang tak
terhingga kelak di hari kemudian. Membantu memenuhi kebutuhannya
sebelum diminta. Ini memiliki derajat yang sebanding dengan tiga
tingkatan dalam pengutamaan dengan harta.

C. BAGAIMANA HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM


SEMESTA

Hubungan manusia dan alam, termasuk segala yang ada di


dalamnya, mempunyai kesatuan primordial, yaitu kesatuan
kemakhlukan.

11
Pandangan al-Qur’an terhadap alam bersifat teosentris. Oleh karena
itu, posisi manusia dan alam mempunyai kedudukan yang sama sebagai
makhluk Tuhan.

Sebagian dari diri manusia juga berasal dari unsur alam, sehingga ia
sering disebut sebagai micro cosmos yang mewakili alam besar.

Secara garis besar, hubungan manusia dan alam dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu hubungan struktural dan hubungan fungsional.

 Hubungan struktural
Dalam perspektif ekologis, hubungan manusia dan alam merupakan
suatu keniscayaan. Antara manusia dan alam terdapat keterhubungan,
keterkaitan, dan keterlibatan timbal balik yang sama dan tidak dapat
ditawar.
Hubungan tersebut bersifat dinamis, artinya terjalin secara sadar,
terhayati, dan dijadikan sebagai dasar kepribadian manusia itu sendiri.
Sebaliknya, secara ekologis, hubungan manusia dengan alam bukan
bersifat statis, artinya keterjalinan antara manusia dengan alam bukan
bersifat deterministis yang harus diterima apa adanya, tetapi bersifat
sukarela yang harus dipikirkan oleh manusia. Hubungan tersebut juga
bukan bersifat verbalistik tanpa makna, tetapi reflektif penuh makna.
‫َو َم ا ِم ْن َد اَّبٍة ِفي اَأْلْر ِض َو اَل َطاِئٍر َيِط يُر ِبَج َناَح ْيِه ِإاَّل ُأَمٌم َأْم َثاُلُك ْم ۚ َم ا َفَّر ْطَن ا ِفي اْلِكَت اِب ِم ْن‬
‫َش ْي ٍء ۚ ُثَّم ِإَلٰى َرِّبِهْم ُيْح َش ُر وَن‬
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalamAl Kitab. (Al-
An’am: 38).
Kata umam dalam ayat di atas, bentuk jamak dari kata ummah. Kata
tersebut menunjuk semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, baik
secara sadar, maupun terpaksa. Binatang yang ada di bumi
dikategorikan sebagai umam sebagaimana manusia, karena memiliki
kesamaan seperti hajat hidup, kebutuhan naluri, dan lain-lain.
Dalam hubungan ini, manusia bukan pemilik lingkungan atau juga
sebaliknya. Dengan demikian, ia dituntut berlaku wajar terhadap
makhluk sesamanya.

12
Dilihat dari asal-usul kejadian manusia, ia sebagai makhluk biologis
yang memiliki kesamaan dengan makhluk lain yaitu berasal dari air,
sebagaimana diisyaratkan oleh beberapa ayat:

 Al-Furqan: 54.
 Al-Anbiya’: 30.
 Al-An‘am: 99.
 Al-Nur: 45.

Kesamaan antara manusia dan alam hanya dalam posisi sebagai


karya cipta Ilahi yang tergabung dalam suatu kesatuan ekosistem.
Manusia dan alam di samping memiliki kesamaan unsur kejadiannya,
juga memiliki kesamaan sikap, yaitu tunduk kepada penciptanya.

Posisi manusia sebagai makhluk, antara manusia dan alam sama-


sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan
tersebut akhirnya membentuk relasi yang niscaya terhadap sesama
makhluk untuk memenuhi hajat kehidupannya secara wajar.

Kelebihan yang ada pada manusia tidak difungsikan sebagai


hegemonik, tetapi untuk mengatur keseimbangan antara dirinya dan
lingkungan untuk mencapai kemakmuran bersama.

 Hubungan fungsional

Dalam pandangan ekologis, relasi struktural memposisikan manusia


setara dengan alam atau makhluk lain dalam kemakhlukan. Akan tetapi,
hal tersebut pada hakikatnya bukanlah pembatas antara manusia dan
alam.

Relasi tersebut hanya merupakan rambu-rambu hubungan antara


manusia dan alam untuk menjalin hubungan dalam memanfaatkan alam.
Rambu-rambu tersebut untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan
alam yang difungsikan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya.

Dalam pandangan al-Qur’an, hubungan antara Tuhan dan alam


adalah hubungan pencipta-makhluk (khaliq-makhluq). Oleh karena itu,
alam dan apa yang ada di dalamnya bersifat teosentris. Segala yang ada
di alam berpusat pada kekuasaan dan pengendalian Tuhan, baik secara

13
langsung maupun melalui hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan.
Sementara hubungan manusia dengan alam secara struktur mempunyai
hubungan yang setara yaitu sebagai makhluk.

Tuhan memberikan kewenangan kepada manusia sebagai khalifah,


disebabkan oleh potensi dan prestasinya.

Kewenangan tersebut untuk mengatur dan memanfaatkan


lingkungan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Bumi dan isinya
diciptakan oleh Allah untuk kehidupan makhluk-Nya.

‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَق َلُك ْم َم ا ِفي اَأْلْر ِض َج ِم يًعا‬


Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu. Surat al-Baqarah : 29.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa relasi antara manusia dan alam
adalah relasi fungsi bukan hegemoni. Penyerahan bumi kepada manusia
bukan berarti penguasaan dan pengkhususan untukmanusia.
Pemanfaatan alamoleh manusia juga bukan berarti menghalangi
makhluk lain untuk turut memanfaatkannya.
Alam diciptakan oleh Allah agar digunakan, dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup manusia, bukan untuk dikuasai yang menyebabkan
manusia berlaku sewenangwenang terhadap lingkungan, seperti
mengeksploitasi, merusak, dan lain-lain yang menyebabkan alam
kehilangan keseimbangannya.
Kesetaraan posisi kemakhlukan antara manusia dan alam,
menjadikan manusia tidak layak bertindak hegemonik, meskipun dalam
dirinya terdapat kebebasan, karena kebebasan manusia pada hakikatnya
tidak mutlak. Oleh karena itu, penaklukan dan penyerahan alam kepada
manusia, sering diisyaratkan sebagai keterikatan alam dengan
hukumnya (taskhir). Dengan demikian, manusia akan mudah
menundukkan dan menguasai alam.
Sebagai contoh firman Allah dalam surat Ibrahim: 32-33.

‫ُهَّللا اَّلِذ ي َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو األْر َض َو َأنزَل ِم َن الَّس َم اِء َم اًء َفَأْخ َر َج ِبِه ِم َن الَّثَم َر اِت ِر ْز ًق ا َلُك ْم‬
‫ َو َس َّخ َر َلُك ُم الَّش ْم َس َو اْلَقَم َر َداِئَبْيِن‬. ‫َو َس َّخ َر َلُك ُم اْلُفْلَك ِلَتْج ِر َي ِفي اْلَبْح ِر ِبَأْمِر ِه َو َس َّخ َر َلُك ُم األْنَهاَر‬
‫َو َس َّخ َر َلُك ُم الَّلْيَل َو الَّنَهاَر‬

14
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimumatahari dan
bulan yang terus menerus beredar (dalamorbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malamdan siang.
Kata sakh-khara ( ‫ ) سخر‬dalam ayat di atas, digunakan oleh al-Qur’an
dalam arti penundukan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain
untuk meraih manfaat. Sesuatu yang ditundukkan oleh Allah tidak lagi
memiliki pilihan.
Dengan demikian, manusia yang mengetahui sifat-sifat alam akan
dapat menguasainya, karena yang dikuasai tidak akan membangkang.
Allah menundukkan alam kepada manusia secara filosofis
dikehendaki dua hal:
 agar manusia tidak tunduk kepada alam karena kelemahannya.
 agar manusia tidak menyerahkan ketundukannya kepada selain
Allah, Zat yang menundukkan alam tersebut.
Sungguh tidak terhormat manusia tunduk kepada sesuatu yang telah
ditundukkan. Dalam waktu yang bersamaan, manusia ingkar terhadap
Yang menundukkan. Sikap ini di dalam agama disebut
dengan musyrik yang dikecam keras oleh Allah.
Ketika manusia menyerahkan ketundukannya kepada selain Zat yang
menundukkan, penundukan tersebut dipalingkan oleh Tuhan bukan
untuk manusia, tetapi murni hanya sebagai reaksi atas kekuasaan Tuhan
terhadap alam sebagai makhluk-Nya.
Dalam kondisi ini, yang terjadi di alam bukan lagi memberi manfaat,
melainkan sebagai hal yang dianggap merugikan bagi manusia. Firman
Allah dalam surat al-Haqqah: 4-8.

‫ َو َأَّم ا َعاٌد َفُأْه ِلُك وا ِب ِر يٍح َصْر َص ٍر‬.‫ َفَأَّم ا َثُم وُد َفُأْه ِلُك وا ِبالَّطاِغَيِة‬.‫َك َّذ َبْت َثُم وُد َو َعاٌد ِباْلَقاِرَع ِة‬
‫ َس َّخ َر َها َع َلْيِهْم َسْبَع َلَياٍل َو َثَم اِنَيَة َأَّياٍم ُح ُس وًم ا َفَتَر ى اْلَق ْو َم ِفيَه ا َص ْر َعى َك َأَّنُهْم َأْع َج اُز‬.‫َعاِتَيٍة‬
‫ َفَهْل َتَر ى َلُهْم ِم ْن َباِقَيٍة‬. ‫َنْخ ٍل َخ اِوَيٍة‬
Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun
kaum Tsamud maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang

15
luar biasa, Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan
angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan
angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus
menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati
bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma
yang telah kosong (lapuk).Maka kamu tidakmelihat seorangpun yang
tinggal di antara mereka.
Secara ekologis, sebagian unsur asal usul kejadian manusia berasal
dari alam. Dengan demikian, manusia memiliki kesamaan dengan alam,
keduanya memiliki sikap pasrah dan ketundukan kepada pencipta
(khaliq)nya.
Dalam konteks ini, hubungan antara manusia dan alam, dapat
dipetakan menjadi hubungan struktural yang menempatkan kedua belah
fihak dalam posisi yang sama dalam kemakhlukan.
Kesamaan unsur dan struktur tersebut tidak menghalangi manusia
untuk mengelola dan memanfaatkan alam lingkungan sesuai dengan
potensi yang diberikan Tuhan kepadanya.
Penguasaan manusia terhadap alam, bukan penguasaan mutlak.
Penguasaan tersebut hanya bersifat nisbi yang digunakan oleh manusia
untuk memanfaatkan alam demi kebutuhan dan kemaslahatan hidupnya.
Pemanfaatan alam oleh manusia, tidak menghalangi makhluk lain
untuk turut di dalamnya. Dalam konteks ini, hubungan antara manusia
dan alam adalah hubungan yang bersifat fungsional, bukan hegemonial.

BAB 3

16
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hubungan Manusia Dengan Allah, Manusia Dengan Sesama
Manusia dan Manusia Dengan Alam Semesta intinya ketiganya sama
sama berhubungan, hubungan manusia dengan Allah disebut Hablum
Minallah artinya hubungan yang baik dengan Allah melalui hal ibadah,
hubungan manusia dengan sesama manusia disebut Hablum Minannas
artinya menjalin hubungan dengan sesama manusia melalui kebaikan
bersama seperti saling menolong, ikhlas dalam segala hal, menjaga
silaturahmi, sedangkan hubungan dengan alam semesta artinya
hubungan yang baik dalam menjaga kelestarian alam, alam di ciptakan
oleh Allah dan ditempati oleh kita maka kita bertanggung jawab dalam
menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta.
B. SARAN
Sebagai umat Islam yang beriman, kita wajib untuk saling menjaga
hubungan baik hubungan dengan Allah SWT, hubungan manusia
dengan sesama manusia, maupun dengan alam semesta, kita harus
meningkatkan ibadah, saling menolong sesama manusia, dan lebih peka
terhadap kelestarian lingkungan sekitar, maka hubungan dengan Allah,
manusia dengan sesama manusia, dan alam semesta adalah sesuatu yang
harus kita pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSAKA

17
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jaqfi/article/view/16275
https://www.liputan6.com/hot/read/5227224
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hubungan_manusia_dalam_Islam#
https://www.almursi.com/hubungan-manusia-dan-alam/

18

Anda mungkin juga menyukai