AKIDAH AKHLAK
Disusun Oleh:
Kelompok 5
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kesimpulan …...........................................................................................15
B. Saran ..........................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang
manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang
oportunitis memandang alam sebagai barang dagangan yang mengutungkan dan
manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap lingkungan. Menurutnya, alam
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya,
manusia yang religius (paham akhlak) menyadari adanya keterkaitan antara
dirinya dengan alam lingkungan. Manusia religius seperti ini akan memandang
alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa di eksploitasi secara sewenang-wenang.
2. Rumusan Masalah.
1
A. Apa pengertian akhlak terhadap lingkungan?
3. Tujuan
4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian akhlak
Akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa Arab اخالقjamak dari kata ُخ ُلَق
yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sementara menurut Wikipedia
akhlak secara terminologi diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Hal yang tidak jauh berbeda juga diberikan oleh Imam Ghazali dalam
mengartikan akhlak. Menurutnya, akhlak adalah suatu sikap (hay’ah) yang
mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan
gampang tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan.
Ghazali menyebutkan bahwa jika sikap mental tersebut lahir perbuatan yang
baik dan terpuji maka ia disebut sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang lahir
darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut dengan akhlak yang
tercela.
2. Pengertian lingkungan.
3
B. Aspek-aspek akhlak terhadap lingkungan
4
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan
manusia.Islam tidak mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan
satu sisi dengan menghabiskan sisi yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau
nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari kekangan hawa nafsu dan diciptakan oleh
sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia, mendapatkan
rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam
bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam
bentuk jamak (taetha) artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah
menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani besar
Aristoteles (384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi
jika kita membatasi pada asal usul kata ini maka”etika” adalah ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain
dikatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik
dan buruk.
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
c. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
5
melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu
masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa
berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari
etika itu sendiri.
Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula
kepada generasi penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang
buruk tercipta dari ulah sesorang atau sebagian kelompok yang menentang nilai-
nilai positif yang terkandung dalam masyarakat.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya
mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan
dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir
6
masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.
7
yang gemah ripah loh jinawe tata tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla
Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut baldatun thayyibatun wa
robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin harus menunjukkan
jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat
mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang
khalifah (pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi
contoh sosialisasinya.
1. Prinsip kepemilikan.
Bahwa seluruh isi alam semesta adalah milik Tuhan dan ciptaan-Nya.
Prinsip ini merupakan bagian dari keyakinan tauhid seorang Muslim sehingga
mengingkarinya berimplikasi kufur. Prinsip ini juga merupakan bagian yang
inheren dengan kalimah syahadat atau kalimah tauhid. Kalimat
tauhid/syahadat (pengakuan akan keesaan Allah) diibaratkan oleh al-Qur’an
sebagai satu pohon yang akarnya teguh, cabangnya menjulang ke langit dan
menghasilkan setiap saat buah yang banyak lagi lezat (Q.S. Ibrahim, 14 : 24-25).
Pengakuan akan keesaan Allah melahirkan sekian banyak buah. Salah satunya
adalah keyakinan, bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah dan milik-Nya.
Kepemilikan Tuhan atas alam seluruhnya ini ditegaskan pada ayat (Q.S. al-
Baqarah, 2 : 284)
Terjemahnya:
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi.Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya
8
dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
Kata li-Allah( ) هلل, yang memulai ayat ini biasa diterjemahkan dengan milik-
Nya. Oleh banyak pakar tafsir kata tersebut tidak hanya dipahami dalam arti
milik-Nya, tetapi juga hasil ciptaan-Nya serta Pengelola dan Pengatur-Nya.
Memang seluruh jagat raya adalah ciptaan Allah, milik-Nya dan disamping itu
Dia Pengelola dan Pengatur-Nya, sehingga semua tunduk kepada-Nya suka atau
tidak.
2. Prinsip Istikhlaf
Terjemahnya:
3. Prinsip Penundukan
Bahwa seluruh jagat raya ditundukkan, oleh Allah, untuk manusia. Prinsip
ini didasarkan pada ayat al-Qur’an surat Ibrahim (14: 32-33).
Terjemahnya:
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
9
buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”
Terjemahnya:
10
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.”
Berlaku adil dan ihsan yang diperintahkan dalam ayat ini, selama ini
difahami, sebagai berlaku adil dan ihsan hanya kepada manusia. Tetapi dari
berbagai hadis dan praktek amaliah Rasulullah SAW diketahui, bahwa berlaku
adil dan ihsan itu tidak hanya terbatas terhadap manusia tetapi juga kepada
makhluk lain seperti binatang dan tumbuhan, bahkan terhadap benda mati sekali
pun.
5. Prinsip Peruntukan
Bahwa segala isi alam diperuntukkan bagi manusia. Prinsip ini didasarkan
pada firman Tuhan, (artinya) : “Dia-lah Allah yang menciptakan untuk kamu
segala apa yang ada di bumi” (Q. S. al-Baqarah, 2 : 29).
Terjemahnya:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
11
Bagaimana kalian kafir, padahal Allah bukan hanya menghidupkan kamu di
dunia, tetapi juga menyiapkan sarana kehidupan di dunia, Dia menciptakan untuk
kamu apa yang ada di bumi semua, sehingga semua yang kamu butuhkan untuk
kelangsungan dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah bukti
kemahakuasaan-Nya.
َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ا ِم ْن ُم ْس ِلٍم َيْغ ِر ُس َغْر ًس ا ِإاَّل َك اَن َم ا ُأِك َل ِم ْن ُه َل ُه َص َد َقًة َو َم ا
ُس ِر َق ِم ْنُه َلُه َص َد َقٌة َو َم ا َأَك َل الَّسُبُع ِم ْنُه َفُهَو َلُه َص َد َقٌة َو َم ا َأَك َلْت الَّطْيُر َفُهَو َلُه َص َد َقٌة َو اَل َي ْر َزُؤ ُه َأَح ٌد ِإاَّل َك اَن
)َلُه َص َد َقٌة (رواه مسلم
Artinya:
12
yang dimakan oleh burung dari tanaman itu, maka dia (si penanam) mendapat
pahala sedekah. Dan tidaklah seseorang dapat mengambilnya, terkecuali bahwa si
penanam tetap mendapat pahala sedekah (H. R. Muslim, dari Jabir).
َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإْن َقاَم ْت الَّساَع ُة َو ِبَيِد َأَحِد ُك ْم َفِس يَلٌة َفِإْن اْسَتَطاَع َأْن اَل َيُق وَم َح َّتى َيْغ ِر َس َها
)َفْلَيْفَع ْل (رواه احمد
Artinya:
Hadis tersebut memberi petunjuk, bahwa sekiranya akan terjadi kiamat, dan
masih sempat menanam tanaman, maka Nabi menyuruh agar tanaman itu segera
ditanam. Ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan tanam menanam
pepohonan atau tetumbuhan. Dalam hubungan ini menarik untuk dikemukakan
komentar Muhammad Quthb terhadap hadis ini, seperti yang dikutip Zainal
Abidin Ahmad, bahwa sangatlah mengesankan perintah menanam bibit kurma
yang umurnya memakan waktu tahunan, padahal kiamat sudah berada di ambang
pintu. Dikatakannya: Ya Tuhan! Harus ditanamkannya? Dan apakah yang mesti
ditanam itu? Bibit kurma yang baru menghasilkan buah setelah bertahun lamanya,
padahal kehancuran dunia (kiamat) sudah pasti dengan yakin akan terjadi. Ya
Allah! Hanya Nabi Islam, penutup dari segala Nabi, yang akan berhak
mengatakan ini. Islam satu-satunya agama yang mungkin menggerakkan hati
manusia untuk berbuat ini, dan hanyalah Nabi Islam satu-satunya yang mungkin
membawa petunjuk demikian dan akan memimpin manusia lainnya. Inilah sejarah
13
dunia seluruhnya. Tiada contoh bandingan inti ajaran sebagai ajaran Rasulullah
SAW ini.
Dari sepuluh wasiat Abu Bakar ini, dua diantaranya adalah: jangan
memotong pohon yang sedang berbuah, dan jangan membakar pohon kurma dan
jangan pula menenggelamkannya (memusnahkannya). Dari wasiat tersebut dapat
difahami, bahwa dalam keadaan perang pun sedapat mungkin dihindari
pembabatan pohon-pohon, terutama yang sedang berbuah, karena pohon-pohon
tersebut sangat bermanfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Dalam kerangka
ini pulalah, buah yang belum mencapai kematangannya, dianjurkan untuk tidak
dipetik karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk itu untuk
mencapai tujuan penciptaannya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Oleh karena itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan
menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang
aman damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam
masyarakat baik berbangsa maupun bernegara.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Ambo Asse, M.Ag. 2003. Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa al-
Ulum.Makassar: Berkah Utami.
http://badalfatanrayhan.blogspot.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar-dan-kaitannya-
dengan.html.
Pustaka Beta.
Rasyid, Hamdan, Drs.KH. 2007. Bimbingan Ulama’ Kepada Umara dan Umat.
16