Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK

AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: Mutiara Dewi Lestari M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 5

1.fironika Khoirun Niswa (2323140082)

2.Netasia Putri Ria (2323140083)

3.Genta Puja Kusuma (2323140087)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah


memberikanrahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Akhlak Kepada
Lingkungan ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran


AKIDAH AKHLAK. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah


Iman Kepada Hari Akhir ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf jika di
dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan
pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Bengkulu, 04 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan penulisan..........................................................................................2
D. Manfat……………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian akhlak terhadap lingkungan………..………………….............3


B. Aspek-aspek akhlak terhadap lingkungan...................................................4
C. Prinsip dalam pengelolaan lingkungan……………………………………8
D. Kewajiban manusia terhadap lingkungan………………….…………….12
E.

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan …...........................................................................................15
B. Saran ..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia sebagaimana makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan


ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-
akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang
merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita
mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber
air, gunung, laut dan udara. Bencana lumpur lapindo yang tak kunjung usai, banjir
jakarta, Adam Air, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya,
selalu menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.

Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah


dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam
lingkungannya. Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran
hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan
tekhnologi, alam lingkungan malah di eksploitasi sedemikian rupa sehingga
menimbulkan kerusakan yang dahsyat.

Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang
manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang
oportunitis memandang alam sebagai barang dagangan yang mengutungkan dan
manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap lingkungan. Menurutnya, alam
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya,
manusia yang religius (paham akhlak) menyadari adanya keterkaitan antara
dirinya dengan alam lingkungan. Manusia religius seperti ini akan memandang
alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa di eksploitasi secara sewenang-wenang.

2. Rumusan Masalah.

Adapun rumusan permasalahan dalam makalah ini yaitu:

1
A. Apa pengertian akhlak terhadap lingkungan?

B. Bagaimana akhlak terhadap lingkungan ditinjau dari beberapa aspek?

C. Bagaiman prinsip-prinsip dalam pengelolaan lingkungan?

D. Apa saja kewajiban manusia terhadap lingkungan?

3. Tujuan

Selain bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Al-islam


kemuhammadiyaan makalah ini juga bertujuan untuk memeberikan pengetahuan
kepada pembaca mengenai:

A. Apa itu akhlak tehadap lingkungan.

B. Aspek-aspek akhlak terhadap lingkungan.

C. Prinsip dalam pengelolaan lingkungan.

D. Kewajiban manusia terhadap lingkungan.

4. Manfaat

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak terhadap Lingkungan


bermanfaat untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk terhadap lingkungannya.
Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang
buruk ia berusaha untuk menghindarinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian akhlak terhadap lingkungan

1. Pengertian akhlak

Akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa Arab ‫ اخالق‬jamak dari kata ‫ُخ ُلَق‬
yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sementara menurut Wikipedia
akhlak secara terminologi diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Sementara Ibnu Maskawaih memaknai akhlak sebagai suatu sikap mental


(halun lin nafs) yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan
pertimbangan. Berkaitan dengan akhlak ini, Ibnu Maskawaih membaginya dalam
dua hal yakni yang berasal dari watak (temperamen) dan ada yang berasal dari
kebiasaan dan latihan.

Hal yang tidak jauh berbeda juga diberikan oleh Imam Ghazali dalam
mengartikan akhlak. Menurutnya, akhlak adalah suatu sikap (hay’ah) yang
mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan
gampang tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan.

Ghazali menyebutkan bahwa jika sikap mental tersebut lahir perbuatan yang
baik dan terpuji maka ia disebut sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang lahir
darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut dengan akhlak yang
tercela.

2. Pengertian lingkungan.

Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di


sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak
bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

3
B. Aspek-aspek akhlak terhadap lingkungan

1. Akhlak terhadap lingkungan ditinjau dari segi agama.

Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan


bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam
lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayom, pemeliharaan, dan
pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.

Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil


buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati
tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-
proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi,
sehingga ia tidak melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap
perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia
sendiri.

Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada


penciptaan suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap
membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi
sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang
menciptanya.

Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi


hubungan manusia dengan alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan
prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak bagi manusia tentang bagaimana
bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud kesempunaan Islam
dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas. Allah
berfirman: “pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan
atas kamu nikmat-Ku,dan aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-
Maidah:3).

4
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan
manusia.Islam tidak mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan
satu sisi dengan menghabiskan sisi yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau
nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari kekangan hawa nafsu dan diciptakan oleh
sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia, mendapatkan
rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.

2. Akhlak terhadap lingkungan ditinjau dari segi etika.

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam
bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam
bentuk jamak (taetha) artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah
menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani besar
Aristoteles (384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi
jika kita membatasi pada asal usul kata ini maka”etika” adalah ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain
dikatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik
dan buruk.

Berkaitan dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan


bahwa etika menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama
(Poerwardarminto,sejak 1953) arti etika adalah:

a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.

b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

c. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Secara singkat etika sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip moral,


yaitu perbuatan yang mengandung unsur kebaikan dan manfaat.

Seperti telah dijabarkan di atas tentang pengertian etika, sebuah masyarakat


bahkan seluruh masyarakat di dunia ini akan beranggapan sama yaitu lingkungan
harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan

5
melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu
masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa
berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari
etika itu sendiri.

Melihat masa sekarang dimana terdapat berbagai macam musibah yang


menimpa saudara-saudara kita, itu semua tentunya tak lepas dari parangai manusia
itu sendiri. Banyak orang menganggap bahwa lingkungan hanya sebagai objek
untuk mendapatkan sesuatu tanpa memikirkan sebab akibat dan pelestariannya.

3. Akhlak terhadap lingkungan ditinjau dari segi budaya.

Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut


mempunyai dasar pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
kita, dasar pengetahuan itu adalah budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup
berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut kita menjadi awal mula
adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka menciptakan sesuatu
yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya. Budaya itu
sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai,
norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.

Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula
kepada generasi penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang
buruk tercipta dari ulah sesorang atau sebagian kelompok yang menentang nilai-
nilai positif yang terkandung dalam masyarakat.

Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam


pohon di pekarangan rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain,
membiasakan diri bangun pagi, mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan
lain sebagainya.

Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya
mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan
dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir

6
masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat


dihadapkan pada kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang
materialistis sementara dimensi spiritual dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola
hidup masyarakat telah bergeser kearah materialisme, hedonisme, konsumerisme,
individualisme dan sikap masa bodoh (permisif). Pola hidup yang seperti itu pada
akhirnya mengakibatkan semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan
perilaku yang menyimpang.

Berbagai krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah


akhlak, disebabkan oleh tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan
masyarakat luas, disamping oleh lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa
agama islam dikenal dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa indonesia
cenderung bersikap permisif dan membiarkan terjadinya kemaksiatan dan
kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
berkembang luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa hingga
presiden tanpa ada orang yang berani melarang apalagi menghentikannya. Pada
saat yang sama, berbagai bentuk maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan
hutan, perjudian, perzinaan, pemerkosaan, penyalah gunaan obat-obat terlarang,
minuman keras, dan berbagai bentuk kedzoliman semakin merajalela

Manakala orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi


manusia buas berjingkrak-jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang
sepuas-puasnya. Hatinya tidak akan terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-
luap membuat matanya menjadi gelap,sehingga tidak dapat mengenal apapun juga
selain yang lebih menambah kepuasan hatinya. Dikala orang telah mencapai
kemerosotan sepeti itu putuslah ia sebagai manusia yang sewajarnya.

Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif


lain kecuali menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam
bentuk kepribadian yang baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara

7
yang gemah ripah loh jinawe tata tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla
Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut baldatun thayyibatun wa
robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin harus menunjukkan
jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat
mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang
khalifah (pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi
contoh sosialisasinya.

C. Prinsip dalam pengelolaan lingkungan

1. Prinsip kepemilikan.

Bahwa seluruh isi alam semesta adalah milik Tuhan dan ciptaan-Nya.
Prinsip ini merupakan bagian dari keyakinan tauhid seorang Muslim sehingga
mengingkarinya berimplikasi kufur. Prinsip ini juga merupakan bagian yang
inheren dengan kalimah syahadat atau kalimah tauhid. Kalimat
tauhid/syahadat (pengakuan akan keesaan Allah) diibaratkan oleh al-Qur’an
sebagai satu pohon yang akarnya teguh, cabangnya menjulang ke langit dan
menghasilkan setiap saat buah yang banyak lagi lezat (Q.S. Ibrahim, 14 : 24-25).
Pengakuan akan keesaan Allah melahirkan sekian banyak buah. Salah satunya
adalah keyakinan, bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah dan milik-Nya.
Kepemilikan Tuhan atas alam seluruhnya ini ditegaskan pada ayat (Q.S. al-
Baqarah, 2 : 284)

Terjemahnya:

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi.Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya

8
dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”

Kata li-Allah( ‫) هلل‬, yang memulai ayat ini biasa diterjemahkan dengan milik-
Nya. Oleh banyak pakar tafsir kata tersebut tidak hanya dipahami dalam arti
milik-Nya, tetapi juga hasil ciptaan-Nya serta Pengelola dan Pengatur-Nya.
Memang seluruh jagat raya adalah ciptaan Allah, milik-Nya dan disamping itu
Dia Pengelola dan Pengatur-Nya, sehingga semua tunduk kepada-Nya suka atau
tidak.

2. Prinsip Istikhlaf

Prinsip istikhlaf, yaitu manusia dititipi amanah untuk mengurus bumi


(lingkungan hidup) Hal ini didasarkan pada firman Allah:

Terjemahnya:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah


sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Q.S. al-Hadid, 57 : 7).

Istikhlaf menyiratkan makna bahwa pemilik mutlak dari segala sesuatu


adalah Allah, manusia hanya mendapat titipan amanah untuk mengurusnya atau
mengelolanya. Itulah sebabnya prinsip istikhlaf ini harus dibaca bersamaan
dengan pemberian amanah oleh Allah kepada manusia dan karena itu pula harus
disertai dengan tanggung jawab.

3. Prinsip Penundukan

Bahwa seluruh jagat raya ditundukkan, oleh Allah, untuk manusia. Prinsip
ini didasarkan pada ayat al-Qur’an surat Ibrahim (14: 32-33).

Terjemahnya:

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai

9
buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”

Ayat inilah yang mendasari kemestian manusia untuk hidup bersahabat


dengan alam. Dalam Islam tidak dikenal istilah penundukan alam, karena istilah
ini dapat mengantarkan manusia kepada sikap sewenang-wenang, penumpukan
tanpa batas, tanpa pertimbangan pada asas kebutuhan yang diperlukan. Istilah
yang digunakan oleh al-Qur’an adalah “Tuhan menundukkan alam untuk dikelola
manusia”. Pengelolaan ini disertai pesan untuk tidak merusaknya

Dalam banyak ayat Tuhan menggunakan kata sakhkhara (menundukkan


atau memudahkan) alam raya dengan segala isinya untuk dimanfaatkan oleh
manusia. Tuhan menundukkan matahari dan bulan, Tuhan menundukkan fauna
dan flora, Tuhan menundukkan bumi, air, angin, dan lain-lain unsur alam
lingkungan. Berulang kali Tuhan menyebut, bahwa unsur-unsur lingkungan atau
sumberdaya alam lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia setelah
ditundukkan (oleh Tuhan). Dengan demikian, Tuhan ingin menegaskan bahwa
manusia tidak akan dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut kecuali
setelah ditundukkan oleh Tuhan. Di sini jelas terlihat intervensi Tuhan dalam hal
penundukan alam.

4. Prinsip al-Adlu wa al-Ihsan.

Prinsip kedelapan, al-‘adlu wa al-ihsan. Bahwa perintah berlaku adil dan


ihsan, juga berlaku terhadap alam lingkungan. Dalam al-Qur’an surat al-Nahl, 16 :
90 Tuhan berfirman:

Terjemahnya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan

10
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.”

Berlaku adil dan ihsan yang diperintahkan dalam ayat ini, selama ini
difahami, sebagai berlaku adil dan ihsan hanya kepada manusia. Tetapi dari
berbagai hadis dan praktek amaliah Rasulullah SAW diketahui, bahwa berlaku
adil dan ihsan itu tidak hanya terbatas terhadap manusia tetapi juga kepada
makhluk lain seperti binatang dan tumbuhan, bahkan terhadap benda mati sekali
pun.

Adil dapat diartikan memberi sebanyak yang diambil dari lingkungan.


Sedangkan ihsan dapat diartikan memberi lebih banyak dari yang diambil dari
lingkungan. Ketika seorang pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menebang
100 pohon, kemudian menanam 100 pohon, maka ia telah berlaku adil terhadap
alam lingkungan. Akan tetapi ia dituntut bukan hanya berlaku adil tetapi juga
berbuat ihsan. Dalam hal ini tidak cukup dengan menanam 100 pohon yaitu
sebanyak yang ia tebang, tetapi ia harus menanam 150 pohon, yaitu lebih banyak
dari yang ia tebang. Tentu saja tidak berhenti pada kegiatan tanam-menanam
semata, tetapi juga menyiapkan seluruh sarana perawatan dan perlindungan agar
pohon yang ditanam itu benar-benar dapat tumbuh sebesar yang ia tebang.

5. Prinsip Peruntukan

Bahwa segala isi alam diperuntukkan bagi manusia. Prinsip ini didasarkan
pada firman Tuhan, (artinya) : “Dia-lah Allah yang menciptakan untuk kamu
segala apa yang ada di bumi” (Q. S. al-Baqarah, 2 : 29).

Terjemahnya:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.”

11
Bagaimana kalian kafir, padahal Allah bukan hanya menghidupkan kamu di
dunia, tetapi juga menyiapkan sarana kehidupan di dunia, Dia menciptakan untuk
kamu apa yang ada di bumi semua, sehingga semua yang kamu butuhkan untuk
kelangsungan dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah bukti
kemahakuasaan-Nya.

D. Kewajiban manusia terhadap lingkungan

Nabi Muhammad SAW mengimbau kepada umat Islam agar senang


menanan tanaman atau pohon untuk berbagai kepentingan: baik untuk
kepentingan konsumsi (pangan), kepentingan penanggulangan lahan kritis ( ‫إحيأ‬
‫) الموات‬, maupun untuk kepentingan lainnya.

Mari kita baca hadis-hadis Nabi SAW berikut ini.

Hadis Nabi SAWyang Artinya :

Rasulullah SAW bersabda, tiadalah seseorang dari kalangan orang Islam


yang menanam tanaman atau menanam (menabur) benih tanaman, kemudian
burung ataupun binatang ternak memakan (buah) tanaman itu, kecuali baginya
memperoleh pahala sedekah (H.R. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi, dari Anas).

Pada hadis lain disebutkan.

‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ا ِم ْن ُم ْس ِلٍم َيْغ ِر ُس َغْر ًس ا ِإاَّل َك اَن َم ا ُأِك َل ِم ْن ُه َل ُه َص َد َقًة َو َم ا‬
‫ُس ِر َق ِم ْنُه َلُه َص َد َقٌة َو َم ا َأَك َل الَّسُبُع ِم ْنُه َفُهَو َلُه َص َد َقٌة َو َم ا َأَك َلْت الَّطْيُر َفُهَو َلُه َص َد َقٌة َو اَل َي ْر َزُؤ ُه َأَح ٌد ِإاَّل َك اَن‬
)‫َلُه َص َد َقٌة (رواه مسلم‬

Artinya:

Rasulullah SAW bersabda, tiadalah seseorang dari kalangan orang Islam


yang menanam tanaman, kecuali dia mendapat pahala sedekah atas hasil tanaman
yang telah dimakannya. Apa yang telah dicuri (oleh orang) dari tanaman itu, maka
dia (si penanam) mendapat pahala sedekah. Apa yang dimakan oleh binatang buas
dari tanaman itu, maka dia (si penanam) juga mendapat pahala sedekah, dan apa

12
yang dimakan oleh burung dari tanaman itu, maka dia (si penanam) mendapat
pahala sedekah. Dan tidaklah seseorang dapat mengambilnya, terkecuali bahwa si
penanam tetap mendapat pahala sedekah (H. R. Muslim, dari Jabir).

Berkenaan dengan kewajiban menanam ini, kiranya perlu dikemukakan


sebuah hadis yang selama ini banyak disebut, yaitu bahwa kewajiban menanam
itu bukan hanya anjuran, tetapi tuntutan, yang memfaedahkan hukum wajib. Nabi
SAW bersabda.

‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإْن َقاَم ْت الَّساَع ُة َو ِبَيِد َأَحِد ُك ْم َفِس يَلٌة َفِإْن اْسَتَطاَع َأْن اَل َيُق وَم َح َّتى َيْغ ِر َس َها‬
)‫َفْلَيْفَع ْل (رواه احمد‬

Artinya:

Rasulullah SAW bersabda, sekiranya kiamat datang, sedang di tanganmu


ada anak pohon kurma, maka jika dapat (terjadi) untuk tidak berlangsung kiamat
itu sehingga selesai menanam tanaman, maka hendaklah dikerjakan (pekerjaan
menanam itu) (H. R. Ahmad, dari Anas bin Malik).

Hadis tersebut memberi petunjuk, bahwa sekiranya akan terjadi kiamat, dan
masih sempat menanam tanaman, maka Nabi menyuruh agar tanaman itu segera
ditanam. Ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan tanam menanam
pepohonan atau tetumbuhan. Dalam hubungan ini menarik untuk dikemukakan
komentar Muhammad Quthb terhadap hadis ini, seperti yang dikutip Zainal
Abidin Ahmad, bahwa sangatlah mengesankan perintah menanam bibit kurma
yang umurnya memakan waktu tahunan, padahal kiamat sudah berada di ambang
pintu. Dikatakannya: Ya Tuhan! Harus ditanamkannya? Dan apakah yang mesti
ditanam itu? Bibit kurma yang baru menghasilkan buah setelah bertahun lamanya,
padahal kehancuran dunia (kiamat) sudah pasti dengan yakin akan terjadi. Ya
Allah! Hanya Nabi Islam, penutup dari segala Nabi, yang akan berhak
mengatakan ini. Islam satu-satunya agama yang mungkin menggerakkan hati
manusia untuk berbuat ini, dan hanyalah Nabi Islam satu-satunya yang mungkin
membawa petunjuk demikian dan akan memimpin manusia lainnya. Inilah sejarah

13
dunia seluruhnya. Tiada contoh bandingan inti ajaran sebagai ajaran Rasulullah
SAW ini.

Adapun larangan menebang/menghanguskan tanaman atau pepohonan


dapat terlihat dari kisah di mana diriwayatkan bahwa Abu Bakar, ketika ia
menjadi khalifah, mengirim pasukan ke Syam, dia berpesan agar pasukan dalam
melakukan peperangan (sedapat mungkin) tidak memotong atau menebang pohon
di daerah peperangan itu. Riwayat tentang pesan/wasiat Khalifah Abu Bakar
tersebut telah dikemukakan oleh Malik bin Anas dalam al-Muwaththa’sebagai
berikut.

Saya berwasiat kepada anda sepuluh macam : 1) Janganlah membunuh


perempuan; 2) Janganlah membunuh anak-anak; 3) Janganlah membunuh orang-
orang yang sudah tua; 4) Janganlah memotong pohon yang sedang berbuah; 5)
Janganlah meruntuhkan bangunan; 6) Janganlah memotong domba; 7) Janganlah
memotong unta, kecuali bila domba dan unta itu untuk dimakan; 8) Janganlah
membakar pohon kurma dan jangan pula menenggelamkannya
(memusnahkannya); 9) Janganlah berlaku khianat; dan 10) Janganlah menakut-
nakuti (rakyat) (H. R. Malik, dari Yahya bin Sa’id).

Dari sepuluh wasiat Abu Bakar ini, dua diantaranya adalah: jangan
memotong pohon yang sedang berbuah, dan jangan membakar pohon kurma dan
jangan pula menenggelamkannya (memusnahkannya). Dari wasiat tersebut dapat
difahami, bahwa dalam keadaan perang pun sedapat mungkin dihindari
pembabatan pohon-pohon, terutama yang sedang berbuah, karena pohon-pohon
tersebut sangat bermanfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Dalam kerangka
ini pulalah, buah yang belum mencapai kematangannya, dianjurkan untuk tidak
dipetik karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk itu untuk
mencapai tujuan penciptaannya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Semua yang ada di bumi


termasuk alam semesta diciptakan untuk manusia. Seharusnya kita menyadari
bahwa Allah manciptakan flora & fauna untuk kemanfaatan manusia, seperti
halnya, dengan mengambil manfaat dari buah-buahan. Karena itu kita harus
menjaga dan melestarikannya. Jangan sampai kita membuat kerusakan terhadap
flora & fauna.

Oleh karena itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan
menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang
aman damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam
masyarakat baik berbangsa maupun bernegara.

B. Saran

Saran kami kepada pembaca agar tidak henti - hentinya menambah


pengetahuan mengenai akhlak khususnya “akhlak terhadap lingkungan”
mengingat begitu terbatasnya materi yang kami sediakan dalam maklah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad, Prof.,Dr.1955. Ethika (ilmu akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Drs. H. Ambo Asse, M.Ag. 2003. Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa al-
Ulum.Makassar: Berkah Utami.

http://badalfatanrayhan.blogspot.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar-dan-kaitannya-
dengan.html.

Muhammad Al-Ghazali, Akhlak seorang muslim,Penerbit:Pt. Al-ma’arif


Bandung

Pustaka Beta.

Rasyid, Hamdan, Drs.KH. 2007. Bimbingan Ulama’ Kepada Umara dan Umat.

16

Anda mungkin juga menyukai