Abstract
induism is the oldest existing religion in the world and the third largest, more than 1 billion
Hindus live in 150 different countries, but most Hindus are in India. It is estimated that 3102
BC to 1300 BC was the beginning of the emergence of Hinduism and Hinduism is the oldest
religion in the world that has survived to this day. Uncle at the time of the emergence of
Buddhism, the name of Hinduism was better known as the teachings of the Vedas. Hinduism
entered in the 4th century brought by Brahmins from India through the maritime trade routes
Bali was bestowed by Sang Hyang Widhi, fertile land, beaches, mountains, beautiful hills,
rivers, abundant sea wealth, even architecture that allowed said to be admired. The existence of
the concept of Tri Hita Karana which enlivens the spirit of Balinese (Hindu) life makes Bali
harmonious in the macro and microcosm. The term Tri Hita Karana is currently very popular
and controversial. Tri Hita Karana consists of three words namely Tri, Hita, Karana meaning
Tri meaning three, Hita (rich/lucky), Karana (cause). So, Tri Hita Karana (THK) means three
elements or layers of happiness or three sources of well-being or happiness. The practice of Tri
Hita Karana in everyday life is very important and every human being also has a different
mindset, of course if these differences are put together there will be harmony and
happiness for all Hindus.
Keywords: Hinduism, , Tri Hita Karana, Mindset, Harmony
I. PENDAHULUAN
Pulau Bali sering dikatakan sebagai paradise island atau pulau surga bagi
pengunjung pulau Bali memberikan keindahan yang sangat menakjubkan pulau bali
terkenal dengan julukan pulau seribu pura, tentunya pulau yang sangat menjanjikan
dimana akan memberikan kemakmuran bagi siapa saja, yang tinggal di Bali dan
penngunjung akan mendapatkan kebahagiaan jika mengujungi pulau Bali. Bali sangat
dikagumi bagi siapapun yang berkujung ke pulau ini bagaimana tidak Bali memiliki
keindahan seperti: tanah yang subur, pantai, gunung, bukit yang indah, sungai,
kekayaan laut yang berlimpah, bahkan arsitektur yang unik yang menjadikan ciri
berbeda dari pulau lainnya Adanya konsep Tri Hita Karana yang meresap dalam
kehidupan orang Bali (Hindu) menjadikan Bali lebih harmonis secara makro kosmos
maupun mikro kosmos. Dalam pertumbuhannya, Bali mengalami banyak sekali proses
sejalan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Pertumbuhan teknologi dan ilmu
pengetahuan membawa orang Bali menjadi manusia intelek di bidang intelektual dan
meningkat budi pekerti, membawa pengaruh terhadap kehidupan darri segi agama,
sosial, dan budaya. Dalam pengimplementasi Agama Hindu Bali yang terwujud dalam
kebiasaan-kebiasaan kepribadian masyarakat baik individu maupun kelompok dalam
kehidupan sehari-hari.
Telah tercantum falsafah hidup berdasarkan Tri Hita Karana yaitu demi
mendapatkan kehidupan yang bahagia dan mecapai kebebasan.Tri Hita Karana
bukanlah sekedar struktur ruangan dan pola ruangan yang di susun secara nasional.
Mendirikan tempat pemujaan seperti pura, marajan, sanggah belum bisa dikatakan
sudah melaksanakan Tri Hita Karana. Demikian juga seorang dagang sembako Bali di
tempat dagangannya telah diisi “Pelangkiran” bukan berarti ia telah melaksanakan Tri
Hita Karana. Hakikatnya Tri Hita Karana merupakan suatu “sikap hidup yang
seimbang antara menyembah Tuhan dengan berbakti pada sesama manusia serta
menebarkan kasih sayang pada sesama manusia serta membangun kasih sayang pada
lingkungan” (Wiana Menuju Bali Jagaditha: 2004:275). Dalam hal ini yang menjadi
masalah dengan konsepsi Tri Hita Karana yang merupakan budaya zaman terdahulu
yang hingga sekarang masih eksis keberadaannya adalah adanya penyimpangan-
penyimpangan di dalam penerapannya. Hal ini diakibatkan karena adanya sistem
kewangsaan yang diskriminatif dengan harkat dan martabat berdasarkan wangsa
(biasa disebut dengan Kasta) yang dapat menggangu hubungan antara manusia dengan
manusia atau bahkan antara wangsa dengan wangsa yang lainnya. Tradisi kewangsaan
sangat kontras dengan Tri Hita Karana khususnya ikatan antara manusia dengan
manusia karena tidak sesuai dengan kebenaran dan keadilan.
Agama merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan upacara
yg di anut oleh suatu grup yang dapat mengatur sistem agama serta keyakinan, serta
peribadatan kepada dewa yang Maha Esa, dengan aturan-hukum yg berafiliasi langsung
menggunakan karakteristik hubungan insan dengan orang lain dan menggunakan
lingkungannya. pada idonesia sendiri terdapat enam kepercayaan yang di anggap resmi
yaitu kepercayaan islam, kristen protestan, kristen katolik budha, Hindu, serta yang
paling baru yaitu konghucu, dari enam agama ini setiap agama memiliki keunikannya
masing masing, baik berasal kawasan persembahyangan juga caranya ber sembahyang.
Tuhan adalah suatau keyakinan terhadap zat atau bentuk yang merupakan sesuatu yang
rumit yang sulit buat pada jelaskan, sedangkan dalam ajaran kepercayaan Hindu konsep
tuhan merupakan satu atau biasa diklaim esa tetapi menjelma menjadi 3 manifestasi
yang kuasa primer yaitu yang kuasa brahma yg bertugas menjadi pencipta asal segala
hal yang terdapat pada dunia, kemudian ilahi wisnu yg bertugas menjadi pemeliharanya
serta yg terakhir ialah tuhan siwa menjadi tuhan pelebur.agama Hindu ialah
kepercayaan tertua yang dimana kepercayaan Hindu di kenal menjadi kepercayaan yg
memunja banyak tuhan Berkaitan seperti apakah konsep keTuhanan dalam kepercayaan
Hindu, mengingat banyaknya penyebutan nama-nama dewa-dewi di pada ritual dalam
upacara juga tempat-tempat umum serta daerah persembahyangan umat Hindu pada
Bali atau yang akrab pada kenal dengan sebutan pura-pura, yang menjelaskan bahwa
banyak adanya penyebutan nama yang kuasa diantaranya dewa brahma, dewa wisnu,
tuhan siwa,dewa maheswara, ilahi iswara, yang kuasa maha ilahi, dewa sangkara, dewi
saraswati, dewi laksmi dan lain sebagainya tentunya hal ini yg menyebabkan orang lain
beranggapan bahwa kita menjadi umat Hindu memuja poly ilahi, sesungguhnya kita
sebagai umat Hindu ialah umat yg memuja satu ilahi hal ini terdapat di dalam Weda
buku kudus kita yaitu antara lain yg pertama artinya (Reg Veda X. 83. tiga)
“Yo nah pita janita yo nidhata, dhanani veda bhuvanani visva, yo devanam namadha
eka eva, tam samprasnam bhuvana yantyanya.”
Artinya : “Oh, Bapa kami, Pencipta kami, pengatur kami yang mengetahui semua
keadaan, semua apa yang terjadi,Dia hanyalah Esa belaka memikul nama bermacam-
macam dewa. Kepada Nyalah yang lain mencari-cari dengan bertanya- tanya, Twitter:
2019).
Begitu juga pada pada kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengarkan bahwa ilahi
itu hanyalah satau atau esa yg terdapat di Tri Sandya bait ke 2 (Tri Sandya bait dua)
“Om Narayana evedam sarvam, yad bhutam yac ca bhavyam, niskalanko niranjano
nirvikalpo, nirakhyatah cuddho deva eko, narayano na dvityo’sti kascit.”
Terjemah: “Om Narayana artinya seluruh ini, apa yang telah terdapat dan apa yang
akan ada, bebas berasal noda, bebas berasal kotoran, bebas asal perubahan tidak dapat
digambarkan, sucilah yang kuasa Narayana ,(Kompas.com : 2021.
Sifat Vidi ia hanya satu tidak ada duanya. Satu sifat tuhan yang Maha Esa ialah
Vidhi yg adalah Mahakuasa. Ialah sifat yg paling dikenal dalam konsep keTuhanan
pada kepercayaan Hindu di Indonesia. kemudian muncullah ungkapan Ida sang Hyang
Vidhi Vasa yg mengadopsi istilah asal bahasa Bali dan bahasa mandarin yg merupakan
beliau Maha memahami dan Mahakuasa.Bali sendiri khususnya umat hindu memiliki
tempat kudus buat pemujaan yang kuasa itu sendiri yang umumnya di sebut
menggunakan pretensi, mirip nama julukan asal pulai Bali itu sendiri yaitu pulau seribu
pura-pura, di Bali mempunyai bermacam-macam tempat pemujanya dari pada
manifestasi Ida Shang Hyang Widhi Wasa, contohya seperti pada setiap desa di Bali
yang sempurna mempunyai pretensi kayangan tiga yg terdiri dari tiga pretensi yaitu
pretensi puseh, pretensi desa, dan pretensi dalaem yg dimana pura-pura kayangan 3 ini
memiliki fungsi menjadi daerah pemujaan manifestasi dari Ida Shang Hyang Widhi
Wasa yaitu ilahi brahma, dewa wisnu, dan yang kuasa siwa,.Insan yang memuja ilahi
umumnya mempunyai keinginan buat mewujudkan tuhan pada dalaam bentuk eksklusif
yang dikarenakan terbatasnya nalar pikiran insan. Hal tersebut memnyebabkan manusia
merefleksikan wujud berasal yang kuasa menjadi berbermacam-macam beragam mirip
nama nama tuhan serta pula arca atau patung. Pemujan tuhan pada setiap wilayah itu
umumnya contohnya pemujaan dewa pada India serta pula di Bali. Hal tadi ialah sebuah
berbeda-bedaan bihineka yang sangat unik jika pada lihat asal sudut pandang
kebudayaannya.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut
Sugiyono (2016) metode penelitian kualitatif adalah metode yang dapat digunakan
untuk menganalisis kondisi objek yang alamiah. Penelitian deskriptif meneliti status
kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun peristiwa masa sekarang
dengan tujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta yang diteliti Nazir (2014) . Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 73),
Penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk menguraikan dan menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang
lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber
kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis.
2.4 Tri Hita Karana dan Pola Pikir Umat Hindu (belum farafrase)
Berpikir adalah suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses ini
merupakan rangkaian pemikiran yang mengikuti cara berpikir tertentu untuk sampai
pada suatu hasil berupa pengetahuan (Suriasumantri, 1997:1) Oleh karena itu, proses
berpikir membutuhkan sarana tertentu untuk menerapkan cara berpikir ilmiah. Alat
berpikir ilmiah merupakan alat yang mendukung kegiatan dalam berbagai tahapan ilmu
yang harus dilalui.
Pola pikir adalah sesuatu yang terjadi dalam pikiran seseorang yang memiliki
kekuatan untuk mengendalikan sikapnya dan kemungkinan untuk mempengaruhi
perilakunya” Fang et al., (2004). Sementara itu, Aloia, Pasquale dan Aloia (2011)
mengatakan bahwa mentalitas adalah pandangan mental atau karakter yang terprogram
dan menentukan respon individu terhadap situasi yang berbeda. Pola pikir penting
dalam menjelaskan penilaian dan pengambilan keputusan manusia, yang dapat
meningkatkan atau memperburuk bias keputusan dalam beberapa keputusan (Hamilton,
Vohs, Sellier, & Meyvis, 2011). Pengertian lain dari mentalitas menurut Triantis (2013)
adalah falsafah hidup, cara berpikir, sikap, pendapat dan mentalitas seseorang atau
kelompok.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa mentalitas adalah teori
kehidupan, cara berpikir, sikap, pendapat, dan kepribadian, yang memiliki kekuatan
untuk mempercepat perilaku, dan karena itu memiliki peran penting dalam evaluasi dan
pengambilan keputusan manusia. memainkan detail. reaksi terhadap situasi yang
berbeda.
3. Mood
Mood adalah perasaan yang bertahan lama, tidak terlalu dalam dibandingkan
dengan emosi, dan seringkali terjadi tanpa adanya peristiwa tertentu yang berperan
sebagai stimulus (Dessler, 2019). Seseorang dengan emosi bahagia lebih cenderung
membentuk pola pikir abstrak daripada orang dengan emosi netral atau sedih. Mereka
lebih cenderung untuk mengeneralisasi, mengelompokkan, dan mengategorisasi sesuatu
ke dalam kategori yang lebih luas. Berdasarkan penjelasan Mayer dan Gaschke (2008)
secara umum ada dua jenis mood atau suasana hati,yaitu:
a) Suasana hati positif, yaitu suasana hati dalam keadaan senang
(bahagia,bersemangat), suasana hati dalam keadaan penuh cinta (penuh
kasih,perhatian),suasana hati dalam keadaan tenang(teduh,puas), suasana hati
dalam keadaan semangat (aktif,segar)
b) Suasana hati negatif, yaitu suasana hati dalam posisi cemas (gelisah,gugup),
suasana dalam keadaan marah (kesal) suasana hati ini dalam keadaan lelah
(letih,ngantuk, suasana hati dalam keadaan sedih (suram,sedu)
Pada dasarnya masyarakat Bali ( umat hindu) memiliki sangat beragam karkter
dan sifat tersendiri didalam pembahasan suasana hati ini jika dikaitkan dengan ajaran
Tri Hita Karana sangatlah menyimpang dari ilmu yang terkadung didalamnya
dikarenakan Konsep ajaran Tri Hita Karana mengajarkan umat hindu sedarma untuk
menjalin hubungan baik dengan tulus ikhlas kesemua mahluk ciptaan tuhan tanpa
membeda bedakan mereka.Sebagai contoh kasus: “ seseorang memiliki mood atau
suasana hati yang negatif, namun ia sampai pada situasi dimana ia harus mepitulung
(menolong) tetangganya yang sedang melakukan kegiatan upacara keagamaan..
Penerapakan ajaran Tri Hita Kirana ini seharusnya bisa terapkan walaupun suasana hati
sedang tidak baik – baik saja tetapi sebagai warga bali yang patuh dengan ajaran agama
hindu sudah seharusnya menjalkan tugassnya sebagai warga bali. Jadi pada dasarnya
apapun kondisi suasana hati sudah seharusnya kita tetap menerapkan ajaran Tri Hita
Karana kapanpun dan dimanapun demi terciptanya keharmonis serta keseimbangan
antara semua umat beragama.
III. SIMPULAN
Umat hindu sudah seharusnya memahami serta mengamalkan ajaran Tri Hita
Karana dalam kehidupan sehari – hari yang tercantum dalam Kitab Suci Bhagavad Gita
III. 10 . Pola berfikir setiap manusia tentunya berbea-beda tidak bisa disamakan satu
dengan lainnya serta perubahan pola pikir (mindset) tidak bisa dihindarkan namun bisa
di antisipasi tentunya hal ini kenapa setiap umat hindu harus memahami serta
mengamalkan ajaran Tri Hita Karana yang terdiri dari,yaitu: Parahyangan (Hubungan
harmonis dengan Tuhan ) , Pawongan ( Hubungan harmonis dengan sesama ) ,
Palemahan ( Hubungan harmonis alam lingkungan) dalam semua ajaran diatas tentunya
pengamalan serta pemahaman umat hindu tentang ajaran Tri Hita Karana akan menjadi
sebuah perubahan bagi umat hindu yang belum berfikir tentang pentingnya ajaran
tersebut dan ajaran ini menjadi sebuah pondasi yang kokoh bagi umah hindu se dharma
demi terciptanya kebahagian serta hubungan yang harmonis kepada semua ciptaan Ida
Sang Hyang Widhi.
DAFTAR PUSTAKA
Redig Wayan. 2016. Peradaban Lembah Sungai Sindhu Dan Keberadaanya Di
Indonesia. Seminar Nasional yang oleh Anand Ashram Foundation. 19,5,2016,
Denpasar, Indonesia. 1-13
Moleong, Lexi J., and P. R. R. B. Edisi. "Metodelogi penelitian." Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya (2004).
Putra, D., & Nyoman, I. (2004). Bali Menuju Jagaditha: Aneka Perspektif. Denpasar:
Pustaka Bali Post.
Aryana, I. Made Putra, and Ida Ayu Gde Wulandari. "PETA KONSEP PERKEMBANGAN
AGAMA HINDU: PEMAHAMAN AWAL PENDIDIKAN AGAMA HINDU." Guna Widya:
Jurnal Pendidikan Hindu 8.1 (2021): 11-21.
Ariyanto, D., Sari, M. M. R., & Ratnadi, N. M. D. (2017). Budaya Tri Hita Karana dalam
Model UTAUT. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(2), 399-415.
PURANA, I. MADE. "Pelaksanaan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Umat Hindu." Widya
Accarya 5.1 (2016).
Wijaya, Fahd Dzaki. "Analisis Emosi Dan Suasana Hati Akibat Ancaman Pandemi Covid-19
Pada Pengambilan Keputusan Manajer." Jurnal Manajemen dan Profesional 1.1
(2020): 23-34.
Pathar, S. Viraswami. Gayatri mantra. Sura Books, 2001.
INTERNET :