Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Made Ayu Trisna Angreni

Kelas : E
NIM : 2204551228
Mata kuliah : Agama Hindu
Dosen Pengampu : Dr. Dra. I.G.A. Putu Suryani, M.Si

1. Relevansi agama hindu dengan hukum adat di Bali


Masyarakat adat merupakan suatu himpunan organisasi kemasyarakatan dengan
sistem budaya yang berkaitan erat dengan nilai-nilai yang bersifat religius. Hukum
adat yang hidup dan diakui dalam kenyataan masyarakat banyak berbaur dengan
nilainilai keagamaan. Eratnya kaitan antara hukum adat dan agama, telah
dikemukakan oleh Van Vollenhoven (1981:131), di mana dikemukakan bahwa hukum
adat dan agama Hindu di Bali merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
sebagai akibat pengaruh agama Hindu demikian kuatnya ke dalam adat istiadat.
Kebaradaan Hukum adat Bali yang diwarnai oleh unsur agama khususnya agama
Hindu. Adapun prinsip – prinsip yang dibawa dalam hukum adat di Bali yang
berkaitan dengan agama hindu :
1. Tri Murti sebagai suatu keyakinan: Adalah merupakan suatu keyakinan bagi
masyarakat hukum adat Bali tentang siklus kehidupan manusia yang pasti
akan dijalani, yakni lahir, hidup, dan mati. Adalah merupakan suatu keyakinan
bahwa ketiga hal itu pasti akan terjadi dalam kehidupan ini, oleh karenanya
hal ini diimplementasikan dalam ajaran Tri Murti, yakni adanya tiga dewa
yang melaksanakan ketiga siklus kehidupan ini. Ketiganya adalah: pertama
Brahma, sebagai pencipta alam kehidupan ini; kedua Wisnu, sebagai
pemelihara; dan ketiga Ciwa, sebagai pengembali ke asalnya.
2. Tri kaya parisudha : yakni tiga prinsip dasar yang harus dilakukan yakni:
berfikir yang baik, berbuat yang baik, dan berbicara yang baik. Melalui ajaran
kebaikan ini, diharapkan semua orang yang hidup dalam masyarakat selalu
menebar kebaikan, sehingga ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat
selalu akan terjaga.
3. Tri Hita Karana, yang mengandung arti bahwa ada tiga penyebab kebahagiaan,
yakni: keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, keseimbangan
hubungan manusia dengan manusia, dan keseimbangan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Hubungan ini harus tetap harmonis oleh karena
keharmonisan hubungan itulah merupakan sumber dari kebahagiaan.
4. Tat wam asi, yang mengandung arti bahwa kamu adalah saya. Maksudnya
adalah dalam bermasyarakat hendaknya memperlakukan sesamanya sama
dengan memperlakukan dirinya, oleh karena menyakiti orang lain adalah sama
dengan menyakiti diri sendiri. Karenanya dalam berkehidupan di masyarakat
hukum adat selalu diharapkan adanya kehidupan yang rukun dan damai untuk
menuju kesejahteraan hidup bersama.
Prinsip-prinsip dasar sebagaimana dikemukakan inilah yang merupakan keharusan untuk
dilaksanakan dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat hukum adat, dan kesemuanya ini
terimplementasi dalam ketentuan-ketentuan dalam hukum adat Bali yang dijalankan oleh
masyarakat hukum adat Bali dalam menjalani kehidupannya
2. Konsep konsep agama hindu yang dipakai sebagai dasar dalam mempererat
hubungan sosial di masyarakat
Manusia, selain sebagai makhluk individu, sekaligus sebagai mahluk sosial, yang
tidak akan terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Untuk menciptakan kehidupan
yang tentram dan damai, maka kita harus menjaga hubungan yang harmonis yang
dalam ajaran Agama Hindu disebut dengan Tri Hita Karana Yaitu, tiga hal yang harus
diharmoniskan oleh setiap umat Hindu khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Dalam hal ini konsep pawongan bisa dijadikan dasar dalam mempererat dan menjaga
harmonisasi hubungan sosial di masyarakat, kemudian ajaran toleransi kita, yaitu
ajaran Tat Twam Asi. Di mana secara harfiah Tat Twam Asi mengandung arti Aku
adalah Dia, Dia adalah Engkau. Artinya, kelihatan sangat sederhana, namun bila kita
kaji, ajaran itu memiliki makna yang sangat dalam. Muncullah pertanyaan dibenak
kita: “Mengapa Saya dan Anda dikatakan sama, padahal fisik kita berbeda?” dengan
ini ajaran ajaran tersebut menjadi landasan dalam mewujudkan kehidupan yang paras
paros sarpa naya sagilik saguluk salunglung sabayantaka.

3. Alasan mengapa sapi disucikan di agama hindu


Dalam sistem pemujaan Hindu memiliki tiga dimensi, yaitu hubungan manusia
dengan alam, antara manusia dengan sesamanya, dan hubungan yang tertinggi adalah
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Keharmoisan menusia dengan alam
merupakan landasan untuk menuju pada keharmonisan tertinggi yaitu pada Tuhan
Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Menurut kitab suci Weda, sapi
dilambangkan sebagai Ibu, kemudian dilambangkan juga sebagai sumber
kemakmuran (bumi) dan ibu dari segala ternak. Hal ini yang membuat kesakralan sapi
dalam agama Hindu. Selain sebagai lambang diatas, sapi juga merupakan kendaraan
dewa Siwa, maka umat Hindu menghormati sapi, melindungi dan memeliharanya
dengan baik. Sapi juga dihormati karena dianggap telah berjasa bagi umat Hindu.
Dengan tenaga sapi masyarakat Hindu khususnya para petani sangat terbantu dalam
membajak sawah-sawah mereka. Kemudian sesuatu yang ada pada sapi juga
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kontribusi agama hindu dalam kehidupan berpolitik, berbangsa dan bernegara


:
Dikaitkan dengan “Pembinaan moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara khususnya bagi seluruh bangsa Indonesia dalam wawasan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yaitu sloka kakawin
Ramayana

Sangkaning wruh aji ginego


Nitijnacara kapuhara
Pandyacarya dwija payun
Gongentatah ikang asih
Kekawin Ramayana. III.63
Artinya : Asal kepandaian itu ialah karena pengetahuan dipatuhi
Kebijaksanaan membawa sikap prilaku
Para sarjana, para guru dan para pendeta supaya dihormati
Besarkan olehmu kasih aying itu

Maka sejalan dengan perjuangan bangsa kita untuk mengisi Kemerdekaan Bangsa dan
Negara Indonesia melalui Pembangunan Nasional yang meliputi segala aspek guna
menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan sepiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka pembangunan itu berhasil apabila ada
keseimbangan antara kebutuhan material dan sepiritual masyarakat. Karena itu perlu
dikembangkan upaya-upaya kita untuk mencari dan mengali nilai-nilai spiritual
tersebut.  Dari arti sloka ini,  maka dapat pula dihubungkan dengan pandangan
terhadap tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdapat pada pembukaan
UUD 1945 alenia keempat. Karena pentingnya pembentukan perilaku yang
berpengaruh terhadap  kehidupan berbangsa, juga merupakan cerminan moral dan
etika  suatu bangsa.

5. Budaya bali dikatakan sebagai ekspresi ajaran agama hindu


Antara Agama Hindu dan budaya Bali adalah ibarat tenunan benang pada kain endek
Bali, yang sudah saling jalin-menjalin dengan warna dan coraknya yang khas, Agama,
Budaya dan Masyarakat jelas tidak akan berdiri sendiri, ketiganya memiliki hubungan
yang sangat erat dalam dialektikanya; selaras dalam menciptakan ataupun kemudian
saling menegasikan. Bukti bahwa budaya bali dikatakan sebagai ekspresi ajaran
agama hindu :
- Berbusana ke pura : pakaian di Bali di bagi menjadi dua yaitu pakaian untuk pria
dan pakaian untuk wanita. Pakaian untuk pria yaitu destar, senteng, saput, dan
kamen. Dan pakaian wanita yaitu kamen, senteng, dan sabuk lilit, pusung lukluk,
pusung tagel, pusung tegeh .
- Bangunan : bangunan harus sesuai dengan asta kosala kosali. Asta kosala kosali
itu sendiri adalah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci.
penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya.
- Tari-tarian : Dalam Agama Hindu dikenal istilah Siwa Nata Raja yang merupakan
gelar Dewa Siwa ketika Beliau sedang menari. Tari-tarian di Bali juga tidak
pernah terlepas dari agama. Setiap tarian di Bali memiliki fungsi dan tujuan
tertentu yang kaitannya sangat erat dengan ajaran agama. Misalnya dalam
pelaksanaan upacara yadnya sering dipersembahkan tari- tarian yang bersifat
sakral. Contohnya, Tari Rejang Dewa bisaanya dipersembahkan saat pelaksanaan
upacara Dewa Yadya, yang tujuannya adalah sebagai penuntun Ida Betare turun
ke dunia.

Anda mungkin juga menyukai