Anda di halaman 1dari 6

RELASI REKUENS

KELOMPOK 2
SITI USWATUN HASANAH (A23117007)
TIRTA ANDRIANI (A23117015)
NI LUH SAREN DARTIASIH (A23117021)
TEDDY KRISTIAN (A23117046)

Dosen Pengampu

Dr. Dasa Ismaimuza, M.Si

Welli Meinarni, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
RELASI REKURENS

A. Definisi

Dalam pokok bahasan barisan, ada kalanya rumus barisan suku ke-n tidak


dinyatakan secara eksplisit melainkan nilainya bergantung pada suku-suku
sebelumnya. Dengan ide hampir serupa, dalam materi ini kita akan membahas
fungsi a(n); yang seperti biasanya juga dituliskan dengan an (untuk n ∈ Z+);
dimana nilai an bergantung pada nilai suku-suku sebelumnya
yaitu an−1; an−2; ..., a1; a0. Relasi yang demikian disebut relasi rekurensi.

Definisi

Relasi rekurensi barisan (an) adalah sebuah persamaan yang


mengekspresikan an dalam bentuk suku-suku sebelumnya
yaitu an−1; an−2; ..., a1; a0. Suatu barisan merupakan solusi dari relasi rekurensi
jika suku - suku pada barisan itu memenuhi relasi rekurensi.

Contoh:

a n=2 an−1 +1

a n=an −1 +2 an−2

a n=2 an−1 +an−2

Kondisi awal (initial conditions) suatu barisan adalah satu atau lebih nilai yang
diperlukan untuk memulai menghitung elemen-elemen selanjutnya.

Contoh: a n=2 an−1 +1; a 0=1

a n=an −1 +2 an−2 ; a 0=1 dan a 1=2

Karena relasi rekurens menyatakan definisi barisan secara rekursif, maka kondisi
awal merupakan langkah basis pada definisi rekursif tersebut.
B. Persamaan Diferensi Linear Ordo Satu

Relasi rekurens dengan bentuk sn=asn −1 +b , a dan b konstanta disebut


persamaan diferensi linear ordo satu. Akan dicari suatu rumus untuk sn yang
dinyatakan dengan n. dengan demikian, jika sn sudah tertentu, maka rumus sn
dalam n untuk relasi rekurens tersebut dapat ditentukan.

Dimulai dengan s1

s1=s n

s2=as1 +b

s3=as2 +b=a2 s 1 +ab+ b

s4 =as 3+ b=a3 s 1+ a2 s1 + ab+b

sn=an−1 s 1+ an−2 b +an−3 b+ab +b

sn=an−1 s 1+b (a ¿ ¿ n−2+a n−3+ a+1)¿

 Untuk a=1 diperoleh sn=s 1+(n−1)b ; yang merupakan suku ke-n dari
barisan aritmetika.
an−1−1 b b

n−1
Untuk a ≠ 1 diperoleh sn=a s 1+b ( a−1 ) (
=an −1 s 1+ ) −
a−1 a−1
Ini merupakan suku ke-n dari barisan geometri jika b ≠ 0

Diperoleh teorema sebagai berikut :

Teorema 6.1

Diketahui persamaan diferensi linear ordo satu sn=asn −1 +b untuk n ≥ 2, maka :

s 1+ ( n−1 ) b , jika a=1


sn=
{ (
¿ a n−1 s 1+
b
)
a−1 a−1

b
jika a≠ 1 }
C. Persamaan Diferensi Linear Homogen Orde Dua

Bentuk umum : sn=asn −1 +b sn −2 sn

Disebut ordo dua karena diperlukan dua suku berurutan untuk menentukan suku
berikutnya, dan disebut homogenya karena tidak ada suku konstan. Contoh
persamaan diferensi linear homogen ordo dua adalah rekurens Fibonacci. Nama
ini untuk mengenang Leonardo Fibonacci (1170-1250).

Barisan Fibonacci didefinisikan dengan :

Fn = {¿ F 1 ,+jikaF 1≤, jika


n−1 n−2
n≤2
n ≥ 3}

Ada barisan seperti barisan Fibonacci, tetapi suku pertama dan suku yang kedua
tidak harus sama. Berisan ini disebut Barisan Lucas.

Barisan Lucas didefinisikan sebagai berikut :

p , jika n=1
l n=
{ q , jika n=2
l n−1+l n−2 , jika n ≥3 }
Atau p , q , p+ q , p+2 q , 2 p+3 q ,3 p+5 q , …

Teorema 6.2

Diketahui barisan Fibinacci dan Barisan Lucas.

Ldengan l 1= p dan l 2=q . Maka q F n−1+ p F n−2 untuk n ≥ 3

Bukti :

Dibuktikan dengan induksi matematika.

Jelas bahwa teorema benar untuk n ≤ 4. Andaikan teorema benar untuk setiap
n ≤ k , dengan k ≥ 4.
Maka ,

l k+1 =l k + l k−1

¿( q Fk −1 + p F k−2 )+(q F k−2 + p Fk−3 )

¿ q (Fk −1 + F k−2)+ p(q F k−2 + p Fk−3 )

¿ q F k + p F k−1

Teorema benar untuk n=k +1

Teorema 6.3

Diketahui persamaan deferensi linear homogeny ordo dua.

sn=a s n−1+ b s n−2 , n ≥ 3

Dengan nilai awal s1 dan s2. Misalkan x1 dan x2 adalah akar-akar dari x2-ax-b=0.

 Jika x1 ≠ x2, maka ada konstanta c1 dan c2 sehingga sn = c1 x1n + c2x2n


 Jika x1 = x2 = ẋ, maka ada konstanta c1 dan c2 sehingga sn = c1ẋn + c2ẋn

Bukti.

Akar-akar dari x2-ax-b=0 adalah

2 2
a+ √ a −4 b atau a− √a −4 b ( x1 atau x2 tidak harus real)
x 1= x 2=
2 2

(a) Misalkan x1 ≠ x2 . Akan ditunjukan ada konstanta c1 dan c2 sehingga sn = c1


x1n + c2x2n
Karena sn berordo dua, maka b ≠ 0. Akibatnya x1 ≠ 0 dan x2 ≠ 0.
Lebih lanjut, karena x1 ≠ x2, maka x1 - x2 ≠ 0,
x12 – x1x2 = x1 (x1 – x2 ) ≠ 0 dan
x22 – x1x2 = x2 (x1 – x2 ) ≠ 0
karena c1 dan c2 harus memenuhi sn = c1 x1n + c2x2n dan sn = c1ẋn + c2ẋn

maka
s2−s q x 2 s2−s q x 2
c 1= 2 dan c 2=
x −x1 x 2
1 x22 −x1 x 2
 Misalkan x1 = x2 = ẋ, maka ada konstanta c1 dan c2 sehingga sn = c1ẋn + c2ẋn
a
Maka a + 4b = 0. Akibatnya a ≠ 0, sebab jika a = 0 maka b = 0 . juga ẋ =
2

a2
≠0 , b = - =−ẋ
4
Akan ditunjukan bahwa ada konstanta c1 dan c2 sehingga sn = c1ẋn + c2ẋn .
Karena s1 = c1ẋn + c2ẋn dan s2 = c2ẋn +2c2ẋn
Maka,
2 ẋ s1−s 2 2 sa−2 s 2
c 1= = dan
ẋ a
s 2−s1 x 4 s2 −4 a s 1
c 2= =
ẋ2 a2

Anda mungkin juga menyukai