Dalam pokok bahasan barisan, ada kalanya rumus barisan suku ke-n tidak dinyatakan
secara eksplisit melainkan nilainya bergantung pada suku-suku sebelumnya. Dengan ide
hampir serupa, dalam materi ini kita akan membahas fungsi a(n); yang seperti biasanya
juga dituliskan dengan an (untuk n∈Z+); dimana nilai an bergantung pada nilai suku-suku
sebelumnya yaitu an−1; an−2; ..., a1; a0. Relasi yang demikian disebut relasi rekurensi.
Definisi 1
Relasi rekurensi barisan (an) adalah sebuah persamaan yang mengekspresikan an dalam
bentuk suku-suku sebelumnya yaitu an−1; an−2; ..., a1; a0 . Suatu barisan merupakan solusi
dari relasi rekurensi jika suku - suku pada barisan itumemenuhi relasi rekurensi.
Untuk pembahasan dalam bagian ini, kita mulai dengan membahas bebera contoh.
Contoh 1 [Kelinci dan Bilangan Fibonaci]
Permasalahan ini pertama kalinya dipekenalkan oleh Leonardo Pisano yang juga
dikenal dengan Fibonacci pada abad ketigabelas dalam bukunya Liber abaci.
Misalkan sepasang kelinci muda (beda kelamin) diletakkan dalam sebuah pulau.
Sepasang kelinci tersebut tidak berkembang biak sampai berumur 2 bulan. Setelah
berumur 2 bulan, setiap bulan masing-masing kelinci melahirkan sepasang kelinci.
Temukan relasi rekurensi untuk menyatakan banyaknya pasangan kelinci dalam pulau
setelah n bulan dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kelinci yang pernah mati.
Penyelesaian :
Contoh 2
Temukan relasi rekurensi dan berikan syarat awal untuk menentukan banyaknya bit
string dengan panjang n yang tidak memuat substring dua 0 berurutan. Berapa banyak
bit string dengan kriteria ini jika n=5?
Penyelesaian:
Misalkan an menotasikan banyaknya bit string dengan panjang n yang tidak memiliki
substring dua 0 berurutan. Untuk membangun relasi rekurensi dari (an), perlu diingat
kembali tentang aturan penjumlahan yang telah kita bahas dalam bab sebelumnya.
Berdasarkan aturan penjumlahan, banyaknya bit string dengan panjang n yang tidak
memiliki substring dua 0 berurutan sama dengan banyaknya bitstring yang diakhiri
dengan 0 ditambah banyaknya string yang diakhiri 1. Kita akan mengasumsikan
bahwa n ≥3, yang berarti bit string sedikitnya memiliki panjang tiga.
Banyaknya bitstring dengan panjang n yang diakhiri 1 dan tidak memiliki substring
dua 0 berurutan dapat diperoleh dari bit string yang tidak memiliki substring dua 0
berurutan yang panjangnya n−1 dengan menambahkan 1 di akhir. Akibatnya, ada an−1
bit string dengan kriteria ini.
Bit string dengan panjang n yang diakhiri 0 dan tidak memiliki substring dua 0
berurutan, pada posisi ke-n−1nya haruslah diisi oleh angka 1, kalau tidak maka string
tersebut akan diakhiri dengan substring dua 0 berurutan. Ini berarti, Bit string dengan
panjang n yang diakhiri 0 dan tidak memiliki substring dua 0 berurutan dapat
diperoleh dari bit string yang tidak memiliki substring dua 0 berurutan yang
panjangnya n−2 dengan menambahkan 10 di akhir. Akibatnya, ada an−2bit string
dengan kriteria ini.
Sebagai catatan, (an) memenuhi relasi rekurensi yang sama seperti barisan Fibonaci.
Karena a1=f3 dan a2=f4 serta an=fn+2.
4.2 Relasi Rekurensi Linier
rekurensi pada Definisi 2 ditentukan secara tunggal oleh relasi rekurensi ini dengan k
syarat awal
a0=C0, a1=C1,..,ak−1=Ck−1
Dalam hal ini, berarti syarat awal relasi rekurensi menentukan ketunggalan solusi dari
relasi rekurensi.
Contoh 3
Relasi rekurensi Pn = (1,11) Pn−1 adalah relasi rekurensi linier homogen dengan orde
satu. Relasi rekurensi , fn=fn−1+fn−2 adalah relasi rekurensi linier homogen dengan orde
dua. Sedangkan relasi rekurensi an=an−5 merupakan relasi rekurensi linier homogen
dengan orde lima.
Solusi Relasi Rekurensi Linier Homogen
Membahas solusi relasi rekurensi linier homogen orde satu. Untuk memahami
relasi rekurensi linear order satu, sebagai gambaran kembali definisi barisan geometri.
Barisan Geometri adalah barisan tak hingga, contohnya: 5, 15, 45, 135, ..., dimana
pembagian setiap suku (kecuali suku pertama) dengan tepat satu suku sebelumnya
adalah konstan, disebut rasio bersama. Pada contoh rasio bersamanya adalah 3; karena
15 45 13 5
3= = = = …. Jika a0, a1, a2, ... adalah barisan geometri dengan rasio
5 15 45
an
bersama adalah r, maka = r untuk n = 0, 1, 2, 3,.. Jika r = 3; maka didapatkan
an−1
an=3an−1, dengan n≥0.
Teorema 1
Solusi dari relasi rekurensi an=can−1, n ≥0, c konstan, dan a0=A dirumuskan dengan
an=Acn
Contoh 4
Selesaikan relasi rekurensi an=7an−1, dimana n ≥0 dan a2=98
Penyelesaian : Ini hanyalah suatu bentuk alternatif dari relasi an=7an−1 untuk n ≥0
dan a2=98. Oleh karena itu solusi umumnya mempunyai bentuk an=a0(7n). Karena
a2=98=a0(72), akibatnya a0=2, dan n=2(7n) untuk n≥0
Relasi rekurensi an−can−1=0 adalah linear karena setiap sukunya berpangkat satu. Juga
di dalam relasi linear tidak ada produk seperti a nan−1, yang bisa muncul didalam relasi
rekurensi tak-linear seperti an−3an−1 an−2 =0. Akan tetapi, adakalanya suatu relasi
rekurensi tak-linear bisa ditransformasikan ke dalam bentuk linear dengan
menggunakan substitusi aljabar.
Contoh 5
Carilah a12 jika a 2n= 5a 2n−1; dimana an >0 untuk n ≥ 0, dan a0 = 2
Penyelesain : Walaupun relasi rekurensi ini tak-linear, jika dimisalkan b n = a 2n, maka
diperoleh relasi yang baru bn=5bn−1 untuk n ≥ 0, dan b0=4, yang merupakan relasi
rekurensi linear dengan solusi bn=4(5n). Dengan demikian an=2(5–√) n
untuk n ≥ 0,
dan a12 =2(5–√)12 =31250 .
Teorema 2
Bukti: Untuk membuktikan teorema ini, kita harus membuktikan dua proposisi.
Proposisi pertama, jika r1 dan r2 adalah akar-akar dari persamaan karakteristik, dan
α1,α2 konstan, maka barisan (an) dengan an= α1r n1 +α2r n2 merupakan solusi dari relasi
rekurensi. Poposisi kedua, jika barisan (a n) merupakan solusi, maka an= α1r n1 +α2r n2
untuk α1 dan α2 yang konstan.
=α1r n1 +α2r n2
=an
Ini menunjukkan bahwa barisan (an) dengan an=α1rn1+α2rn2 merupakan solusi dari
relasi rekurensi.
a1=C1=α1r1+α2r2
C1=α1r1+(C0−α1) r2
Akibatnya,
C1=α1(r1−r2)+C0r2
C 1−C 0r 2
α1=
r 1−r 2
Contoh 10
Tentukan (1+√3i)10
π
Penyelesaian : Misalkan z =1+√3i, maka x=1, y =√3, r =2, dan θ = . Jadi,
3
10 π 10 π
(1+√3i)10 =210(cos +i sin )
3 3
4π 4π
=210(cos +i sin )
3 3
1 3
=210((− )−(√ )i)
2 2
=(−29)(1+√3i)
DAFTAR PUSTAKA
Rosen, Kenneth H. 2003. Discrete Mathematics and Its Aplications. New York : McGraw-
Hill.
Lovaz, Pelikan & Vesztergombi. 2003. Discrete Mathematics: Elementary and Beyond. New
York : Spinger-verlag