Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

RELASI REKURENSI DAN FUNGSI PEMBANGKIT

4.1 Relasi Rekurensi

Dalam pokok bahasan barisan, ada kalanya rumus barisan suku ke-n tidak dinyatakan
secara eksplisit melainkan nilainya bergantung pada suku-suku sebelumnya. Dengan ide
hampir serupa, dalam materi ini kita akan membahas fungsi a(n); yang seperti biasanya
juga dituliskan dengan an (untuk n∈Z+); dimana nilai an bergantung pada nilai suku-suku
sebelumnya yaitu an−1; an−2; ..., a1; a0. Relasi yang demikian disebut relasi rekurensi.

Definisi 1

Relasi rekurensi barisan (an) adalah sebuah persamaan yang mengekspresikan an dalam
bentuk suku-suku sebelumnya yaitu an−1; an−2; ..., a1; a0 . Suatu barisan merupakan solusi
dari relasi rekurensi jika suku - suku pada barisan itumemenuhi relasi rekurensi.

Dalam materi ini, menunjukkan bagaimana relasi rekurensi digunakan untuk


menyelesaikan permasalahan counting. Sebagai contoh, misalkan banyaknya bakteri
dalam sebuah koloni berkembang biak berlipat dua setiap jam. Jika pertama kali dalam
koloni terdapat lima bakteri, berapa banyak jumlah bakteri dalam n jam? Untuk
menyelesaikan permasalahan ini, kita misalkan an adalah banyaknya bakteri pada n jam
terakhir. Karena bakteri berkembang biak berlipat dua setiap jam, maka relasi an=2an-1
merupakan relasi yang memenuhi permasalahan ini dengan n bilangan bulat nonnegatif.
Relasi rekurensi ini, dengan kondisi awal a0=5, secara unik menentukan nilai an untuk
semua bilangan bulat nonnegatif n. Kita dapat menemukan rumus an secara eksplisit yaitu
an=5.2n untuk semua bilangan bulat nonnegatif n.

Pemodelan Dengan Relasi Rekurensi   

 Untuk pembahasan dalam bagian ini, kita mulai dengan membahas bebera contoh.
Contoh 1 [Kelinci dan Bilangan Fibonaci]

Permasalahan ini pertama kalinya dipekenalkan oleh Leonardo Pisano yang juga
dikenal dengan Fibonacci pada abad ketigabelas dalam bukunya Liber abaci.
Misalkan sepasang kelinci muda (beda kelamin) diletakkan dalam sebuah pulau.
Sepasang kelinci tersebut tidak berkembang biak sampai berumur 2 bulan. Setelah
berumur 2 bulan, setiap bulan masing-masing kelinci melahirkan sepasang kelinci.
Temukan relasi rekurensi untuk menyatakan banyaknya pasangan kelinci dalam pulau
setelah n bulan dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kelinci yang pernah mati.

Penyelesaian :

Misalkan banyaknya pasangan kelinci dalam pulau setelah n bulan dinotaskan


dengan fn. Kita akan menunjukkan bahwa fn dengan n=1,2,3… adalah suku - suku
pada barisan Fibonaci.
Populasi kelinci dapat dimodelkan dengan menggunakan relasi rekurensi.
Pada akhir bulan pertama, banyaknya pasangan kelinci dalam pulau adalah f1=1.
Karena pasangan kelinci ini tidak berkembang biak selama dua bulan, maka f2=1.
Untuk menemukan banyaknya pasangan kelinci setelah n bulan, Tambahkan
banyaknya pasangan kelinci dalam pulau pada bulan sebelumnya, fn−1, dan banyaknya
pasangan kelinci yang baru lahir, yaitu fn−2, karena masing - masing pasangan yang
baru lahir dilahirkan dari pasangan yang sedikitnya berusia dua bulan.
Akibatnya, barisan (fn) memenuhi relasi rekurensi
fn = fn−1+ fn+2
dengan n ≥ 3 dan syarat awal f1=1 dan f2=1. Bedasarkan relasi rekurensi dan syarat
awal yang telah ditentukan dalam barisan ini, dapat kita lihat bahwa banyaknya
pasangan kelinci dalam pulau setelah n bulan sama dengan bilangan Fibonaci ke n.

Contoh 2
Temukan relasi rekurensi dan berikan syarat awal untuk menentukan banyaknya bit
string dengan panjang n yang tidak memuat substring dua 0 berurutan. Berapa banyak
bit string dengan kriteria ini jika n=5?
Penyelesaian:
Misalkan an menotasikan banyaknya bit string dengan panjang n yang tidak memiliki
substring dua 0 berurutan. Untuk membangun relasi rekurensi dari (an), perlu diingat
kembali tentang aturan penjumlahan yang telah kita bahas dalam bab sebelumnya.
Berdasarkan aturan penjumlahan, banyaknya bit string dengan panjang n yang tidak
memiliki substring dua 0 berurutan sama dengan banyaknya bitstring yang diakhiri
dengan 0 ditambah banyaknya string yang diakhiri 1. Kita akan mengasumsikan
bahwa n ≥3, yang berarti bit string sedikitnya memiliki panjang tiga.
Banyaknya bitstring dengan panjang n yang diakhiri 1 dan tidak memiliki substring
dua 0 berurutan dapat diperoleh dari bit string yang tidak memiliki substring dua 0
berurutan yang panjangnya n−1 dengan menambahkan 1 di akhir. Akibatnya, ada an−1
bit string dengan kriteria ini.
Bit string dengan panjang n yang diakhiri 0 dan tidak memiliki substring dua 0
berurutan, pada posisi ke-n−1nya haruslah diisi oleh angka 1, kalau tidak maka string
tersebut akan diakhiri dengan substring dua 0 berurutan. Ini berarti, Bit string dengan
panjang n yang diakhiri 0 dan tidak memiliki substring dua 0 berurutan dapat
diperoleh dari bit string yang tidak memiliki substring dua 0 berurutan yang
panjangnya n−2 dengan menambahkan 10 di akhir. Akibatnya, ada an−2bit string
dengan kriteria ini.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa


an=an−1+an−2
untuk n≥3.
Syarat awalnya adalah a1=2, karena bit string dengan panjang 1 yaitu 0 dan 1 tidak
memiliki dua 0 yang berurutan, dan a2=3 karena string dengan panjang tiga adalah 01,
10, dan 11. Untuk menemukan a5, kita akan menggunakan relasi rekurensi sebanyak
tiga kali
a3=a2+a1=3+2=5
a4=a3+a2=5+3=8
a5=a4+a3=8+5=13

Sebagai catatan, (an) memenuhi relasi rekurensi yang sama seperti barisan Fibonaci.
Karena a1=f3 dan a2=f4 serta an=fn+2.
4.2 Relasi Rekurensi Linier

Dari bebagai macam pemodelan permasalahan counting menggunakan relasi


rekurensi, beberapa diantaranya dapat diselesaikan menggunakan iterasi atau beberapa
yang lain dengan menggunakan teknik khusus. Ada satu jenis relasi rekurensi yang dapat
diselesaikan secara eksplisit dengan cara yang sistematis. Relasi rekurensi jenis ini
merupakan relasi rekurensi yang mengekspresikan suku - suku barisan sebagai kombinasi
linier suku-suku sebelumnya.
Definisi 2
Relasi rekurensi linier homogen dengan derajat k dengan koeefisien konstan adalah relasi
rekurensi dalam bentuk
an=c1an−1+c2an−2+…+ckan−k+f(n)
dimana c1,c2,…,ck adalah bilangan real, ck≠0, dan f(n) adalah fungsi n.
Relasi rekurensi dalam definisi di atas disebut linier jika tidak ada perpangkatan atau
perkalian dari aj. Relasi rekurensi disebut homogen jika f(n)=0, sedangkan jika f(n)≠0
disebut nonhomogen. Koefisien konstan maksudnya jika nilai c1,c2,…,cn tidak tergantung
dari nilai n. Sedangkan degree atau orde k terjadi jika an diekspresikan dalam k suku
sebelumnya.
Berdasarkan prinsip kedua induksi matematika, barisan yang memenuhi relasi

rekurensi pada Definisi 2 ditentukan secara tunggal oleh relasi rekurensi ini dengan k
syarat awal
a0=C0, a1=C1,..,ak−1=Ck−1

Dalam hal ini, berarti syarat awal relasi rekurensi menentukan ketunggalan solusi dari
relasi rekurensi.

Contoh 3

Relasi rekurensi Pn = (1,11) Pn−1 adalah relasi rekurensi linier homogen dengan orde
satu. Relasi rekurensi , fn=fn−1+fn−2 adalah relasi rekurensi linier homogen dengan orde
dua. Sedangkan relasi rekurensi an=an−5 merupakan relasi rekurensi linier homogen
dengan orde lima.
Solusi Relasi Rekurensi Linier Homogen

Membahas solusi relasi rekurensi linier homogen orde satu. Untuk memahami
relasi rekurensi linear order satu, sebagai gambaran kembali definisi barisan geometri.
Barisan Geometri adalah barisan tak hingga, contohnya: 5, 15, 45, 135, ..., dimana
pembagian setiap suku (kecuali suku pertama) dengan tepat satu suku sebelumnya
adalah konstan, disebut rasio bersama. Pada contoh rasio bersamanya adalah 3; karena
15 45 13 5
3= = = = …. Jika a0, a1, a2, ... adalah barisan geometri dengan rasio
5 15 45
an
bersama adalah r, maka = r untuk n = 0, 1, 2, 3,.. Jika r = 3; maka didapatkan
an−1
an=3an−1, dengan n≥0.

Teorema 1

Solusi dari relasi rekurensi an=can−1, n ≥0, c konstan, dan a0=A dirumuskan dengan
an=Acn

Contoh 4
Selesaikan relasi rekurensi an=7an−1, dimana n ≥0 dan a2=98
Penyelesaian : Ini hanyalah suatu bentuk alternatif dari relasi an=7an−1 untuk n ≥0
dan a2=98. Oleh karena itu solusi umumnya mempunyai bentuk an=a0(7n). Karena
a2=98=a0(72), akibatnya a0=2, dan n=2(7n) untuk n≥0
Relasi rekurensi an−can−1=0 adalah linear karena setiap sukunya berpangkat satu. Juga
di dalam relasi linear tidak ada produk seperti a nan−1, yang bisa muncul didalam relasi
rekurensi tak-linear seperti an−3an−1 an−2 =0. Akan tetapi, adakalanya suatu relasi
rekurensi tak-linear bisa ditransformasikan ke dalam bentuk linear dengan
menggunakan substitusi aljabar.

Contoh 5
Carilah a12 jika a 2n= 5a 2n−1; dimana an >0 untuk n ≥ 0, dan a0 = 2
Penyelesain : Walaupun relasi rekurensi ini tak-linear, jika dimisalkan b n = a 2n, maka
diperoleh relasi yang baru bn=5bn−1 untuk n ≥ 0, dan b0=4, yang merupakan relasi
rekurensi linear dengan solusi bn=4(5n). Dengan demikian an=2(5–√) n
untuk n ≥ 0,
dan a12 =2(5–√)12 =31250 .

Solusi Relasi Rekurensi Linier Non-Homogen

Pendekatan awal dalam memecahkan permasalahan relasi rekurensi linier


homogen adalah dengan melihat solusinya dalam bentuk an=rn, dimana r konstan.
Sebagai catatan, an=rn adalah solusi dari relasi rekurensi an=c1an1+c2an−2+…+ckan−k jika
dan hanya jika rn=c1rn−1+c2rn−2+…+ckrn−k. Kalau kedua ruas persamaan ini dibagi
dengan rn−k dan sisi kiri dikurangi sisi kanan, maka akan diperoleh
rk−c1rk−1−c2rk−2 −…−ck= 0

Teorema 2

Misalkan c1dan c2 adalah bilangan real. Misalkan pula r2−c1r−c2= 0 memiliki


dua akar berbeda yaitu r1 dan r2. Maka barisan (an) adalah solusi dari relasi rekurensi
n n
an=c1an−1+c2an−2 jika dan hanya jika an=α1r 1 +α2r 2 untuk n = 0,1,2 ..., dimana α1 dan α2
konstan.

Bukti: Untuk membuktikan teorema ini, kita harus membuktikan dua proposisi.
Proposisi pertama, jika r1 dan r2 adalah akar-akar dari persamaan karakteristik, dan
α1,α2 konstan, maka barisan (an) dengan an= α1r n1 +α2r n2 merupakan solusi dari relasi
rekurensi. Poposisi kedua, jika barisan (a n) merupakan solusi, maka an= α1r n1 +α2r n2
untuk α1 dan α2 yang konstan.

Sekarang kita akan membuktikan proposisi pertama. Karena r 1 dan r2 adalah


akar - akar dari r2−c1r−c2=0, maka r 21 =c1r1+c2 dan r 22 =c1r2+c2

Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh

c1an−1+c2an−2 =c1(α1r n−1 n−1 n−2 n−2


1 +α2r 2 )+c2(α1r 2 +α2r 2 )

=α1r n−2 n−2


1 +(c1r1+c2)+α2r 2 (c1r2+c2)
n−2 2 n−2 2
=α1r 1 r 1+α2r 2 r 2

=α1r n1 +α2r n2

=an

Ini menunjukkan bahwa barisan (an) dengan an=α1rn1+α2rn2 merupakan solusi dari
relasi rekurensi.

Selanjutnya kita akan membuktikan proposisi kedua, yaitu membuktikan


n n
bahwa jika barisan (an) merupakan solusi, maka an=α1r 1 +α2r 2 untuk α1 dan α2 yang
konstan. Untuk membuktikan hal ini, misalkan bahwa (a n) adalah solusi relasi
rekurensi, dengan syarat awal a0=C0 dan a1=C1. Akan ditunjukkan bahwa ada α1 dan α2
yang konstan sedemikian hingga barisan (an) dengan an=α1r n1 +α2r n2 memenuhi syarat
awal yang sama.

Perhatikan bahwa : a0=C0=α1+α2

a1=C1=α1r1+α2r2

Dari persamaan pertama, diperoleh α2=C0−α1. Dengan mensubstitusikan nilai


α2 ke persamaan kedua diperoleh

C1=α1r1+(C0−α1) r2

Akibatnya,

C1=α1(r1−r2)+C0r2

Ini menunjukkan bahwa

C 1−C 0r 2
α1=
r 1−r 2

Contoh 10

Tentukan (1+√3i)10

π
Penyelesaian : Misalkan z =1+√3i, maka x=1, y =√3, r =2, dan θ = . Jadi,
3
10 π 10 π
(1+√3i)10 =210(cos +i sin )
3 3

4π 4π
=210(cos +i sin )
3 3

1 3
=210((− )−(√ )i)
2 2

=(−29)(1+√3i)

DAFTAR PUSTAKA

Rosen, Kenneth H. 2003. Discrete Mathematics and Its Aplications. New York : McGraw-
Hill.

Lovaz, Pelikan & Vesztergombi. 2003. Discrete Mathematics: Elementary and Beyond. New
York : Spinger-verlag

Anda mungkin juga menyukai