Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

“ENTOMOLOGI”

Dosen Pengampu:
A, FIKRI,ST.,M,Si

Disusun oleh:
1. Jesika Tita M 2313451041
2. Kirena Cinta Carendula 2313451042
3. Mely Ana 2313451043
4. Mely Ani 2313451044
5. Miranda Janika M 2313451045
6. Mona Citra Kinanti 2313451046
7. Muhammad Fachry Izdihar 2313451047
8. Muhammad Ichdinas Afriza 2313451048
9. Muhammad Syafiq K.N 2313451049

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III SANITASI
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum mata kuliah entomologi ini diajukan sebagai Tugas Kelompok
Entomologi Prodi D3 Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Tanjung Karang
Tahun Akademik 2023/2024

Bandar Lampung, 20 September 2023

Menyetujui

Penanggung Jawab Umum Penanggung Jawab


Mata Kuliah
Entomologi

Nawan Priyanto,S.Si.T.,M.Kes A. Fikri, ST,M.Si


NIP. 197505312006041001 NIP. 197108061993031004

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktikum mata kuliah Entomologi ini diajukan sebagai Tugas Kelompok
Entomologi Prodi D3 Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Tanjung Karang
Tahun Akademik 2023/2024.

Bandar Lampung, 20 September 2023

Pembimbing Praktikum

Indah Nawang Wulan,S.ST

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami ucapkan puji syukur atas kehadirat – Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah – Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum mata
kuliah Entomologi.
Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang
dimaksudkan untuk kelengkapan bukti keikutsertaan pelaksanaan praktikum .Laporan ini
telah kami susun dengan maksimal, dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam pembuatannya.
Selain itu, kami berharap semoga Laporan Praktikum ini dapat memberikan manfaat
dan menambah wawasan serta pengetahuan ataupun inspirasi bagi penulis dan juga bagi para
pembaca yang tentunya dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Terlepas dari itu semua, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Entomologi yang telah membimbing kami dalam Menyusun praktikum. Dalam
penyusunannya,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun, agar kami dapat
memperbaiki laporan praktikum ini menjadi lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 20 September 2023

Kelompok 1

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................1
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................................3

PRAKTIKUM I PENGENALAN ALAT LABORATORIUM.............................................4


I. Tinjauan Pustaka.................................................................................................................5
II. Hasil...................................................................................................................................6
Daftar Pustaka........................................................................................................................7

PRAKTIKUM II IDENTIFIKASI MORFOLOGI LALAT..................................................8


I. Tinjauan Pustaka.................................................................................................................9
II. Alat dan Bahan................................................................................................................10
III. Prosedur Kerja................................................................................................................11
IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan...............................................................................12
V. Kesimpulan......................................................................................................................13
Daftar Pustaka......................................................................................................................14
Lampiran..............................................................................................................................15

PRAKTIKUM IDENTIFIKASI MORFOLOGI KECOA.................................................16


I. Tinjauan Pustaka...............................................................................................................17
II. Alat dan Bahan...............................................................................................................18
III. Prosedur Kerja................................................................................................................19
IV. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan..............................................................................20
V. Kesimpulan......................................................................................................................21
Daftar Pustaka......................................................................................................................22
Lampiran..............................................................................................................................23

PRAKTIKUM V IDENTIFIKASI PINJAL.........................................................................24


I. Tinjauan Pustaka...............................................................................................................25
II. Alat dan Bahan................................................................................................................26
III. Prosedur Kerja................................................................................................................27
IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan...............................................................................28

4
V. Kesimpulan......................................................................................................................29
Daftar Pustaka......................................................................................................................30
Lampiran..............................................................................................................................31

5
PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

Hari/Tanggal = Senin, 2 September 2023

Waktu = 08.00 s/d. 12.00 WIB

Lokasi = Laboratorium Sanitasi Lingkungan

Tujuan = Untuk mengetahui jenis alat dan fungsinya

I. Tinjauan Pustaka

Praktikum Pengenalan Alat merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan


keterampilan dasar dalam menggunakan alat di laboratorium. Sehingga merupakan suatu
kewajiban bagi mahasiswa Politeknik Prodi Kesehatan Lingkungan untuk melaksankan
dan memahami praktek tersebut.
Pengenalan alat-alat laboratorium bertujuan untuk membuat praktikan mengetahui
fungsi atau kegunaan alat-alat laboratorium.Oleh karena itu, fungsi dari pada tiap-tiap alat
akan dijelaskan dengan tujuan agar praktikan dapat memahamisecara jelas kegunaan alat-
alat laboratorium yang akan dipakai.

Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang pertunjukan kegunaan alat tersebut,
prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat
dapat diketahui berdasarkan nama. (Moningka,2008).

Alat-alat laboratorium seperti lemari pengeram (inkubator), autoklav, rak dan tabung
reaksi, beker glass, pipet hisap, pipet ukur, pinset, cawan petri, lidi kapas steril, lampu
spritus, ose (Selian, dkk., 2013).

Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-namanya,


memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat dirancang atau
dibuat dengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai fungsi yang
sangat spesifik. Kebanyakan peralatan untuk percobaan–percobaan di dalam laboraturium
terbuat dari gelas. Meskipun peralatan-peralatan tersebut telah siap dipakai, tetapi di
dalam pemasangan alat untuk suatu percobaan kadang kala diperlukan sambungan-
sambungan dengan gelas atau membuat peralatan khusus sesuai kebutuhan (Imamkhasani,
2000).
6
II. Hasil
A. Alat
No Nama alat Fungsi
1 Sebagai alat yang di gunakan untuk
mengamati serangga.

Mikroskop Stereo
2 Sebagai tempat untuk meletakkan
sampel uji yang akan diamati di
mikroskop.

Preparat
3 Sebagai alat untuk mengambil
cairan dalam bentuk tetes.

Pipet tetes

7
4. Sebagai wadah untuk
meletakan media.

Beaker glass
5.
sebagai alat penjepit untuk
bahan- bahan yang akan
digunakan dalam praktikum

Pinset
6.
untuk menempatkan sempel yang
akan dilihat dimikroskop

Objek glass

7.

Untuk menutup sempel objek

Deck glass

8
8.

Mengamati sempel secara detail

Mikroskop Binokuler
9.

Menjadi wadah dari bahan kimia


cair

Erlenmeyer
Untuk menyedot larutan ,yang
10. dipasang pada pangkal pipet ukur
maupun pipet volum

Bulb

11. Untuk memindahkan cairan dalam


volume kecil (hingga ukuran mikro
liter) dapat digunakan mikropipet.

9
Daftar Pustaka

Imam khasani 2000, Buku Pedoman Praktikum Laboratorium Farmasi


2016 https://www.uta45jakarta.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/buku-pedoman-
praktikum (Diakses pada tanggal 15 September 2023 pukul 17.48)

Moningka, 2008.Laporan Praktikum Kimia Pengenalan Alat-Alat Laboratorium


https://www.academia.edu/9031440/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_PENGENAL
AN_ALAT_ALAT_LABORATORIUM (Diakses pada tanggal 15 September 2023
pukul 11.50)

Selian, dkk. 2013. Macam-macam Alat Laboratorium.


https://www.academia.edu/39218193/LAPORAN_PRAKTIKUM_MIKROBIOLOGI_
TERNAK_PENGENALAN_ALAT_ALAT (Diakses pada tanggal 15 September
2023 pukul 11.

10
PRAKTIKUM III
IDENTIFIKASI MORFOLOGI LALAT

Hari/Tanggal = Rabu, 2 September 2023


Waktu = 08.00 s/d. 12. 00 WIB
Lokasi = Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Tujuan praktikum = Untuk mengetahui sturktur tubuh dan jenis lalat

I. Tinjauan Pustaka
A. Lalat
Lalat masuk ke dalam ordo Diptera yaitu memiliki dua pasang sayap. Mata
biasanya berukuran besar. Antena memiliki jumlah segmen yang bervariasi dari 3 – 40
buah. Metamorfosis sempurna dengan larva yang tidak berkaki (Sa’adah, 2013). Ordo
ini memiliki tipe alat mulut untuk mengunyah dan menghisap atau menjilat dan
menghisap membentuk alat mulut yang sepeti belalai disebut probosis. Probosis ini
dapat ditarik ke dalam atau dijulurkan sesuai dengan keperluan hewan tersebut. Sesuai
dengan namanya, hewan dari ordo ini mempunyai 2 pasang sayap depan, sedangkan
sayap belakang berubah bentuknya menjadi suatu bulatan kecil yang disebut haltere.
Haltere ini digunakan sebagai alat keseimbangan dan alat untuk mengetahui keadaan
angin (Rusyana, 2011).

Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-
abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina
mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas,
ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan
bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk
menusuk dan menghisap makanan berupa cairan. Lalat termasuk dalam filum
Arthropoda, kelas Hexapoda dan ordo Diptera. Lalat mempunyai sepasasang antena
dan mata majemuk, dengan mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu
sama lain. Tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian, yaitu kepala dengan sepasang antena,
toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai metamorfosis yang sempurna, yaitu telur, larva,
pupa, dan dewasa (Mosokuli, 2001).

11
Lalat memiliki tubuh beruas-ruas dengan tiap bagian tubuh terpisah dengan
jelas. Anggota tubuhnya berpasangan dengan bagian kanan dan kiri simetris, dengan
ciri khas tubuh terdiri dari 3 bagian yang terpisah menjadi kepala, thoraks dan
abdomen, serta mempunyai sepasang antena (sungut) dengan 3 pasang kaki dan 1
pasang sayap (Menkes RI No.50, 2017). Lalat mulai terbang pada temperatur 15 °C dan
aktifitas optimumnya pada temperatur 21 °C.. Jumlah lalat pada musih hujan lebih
banyak dari pada musim panas.
Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula,
susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang.
Bentuk makanannya cair atau makanan yang basah, sedang makanan yang kering
dibasahi oleh ludahnya t erlebih dulu, baru diisap. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali
sehari. (Depkes, 1991 dalam Husain, 2014). Pada saat hinggap lalat mempunyai
mekanisme mengeluarkan air liur dan melakukan defekasi (Onyenwe, 2016). (Service
dalam Kardinan, 2007) menyatakan bahwa lalat dapat menyebarkan sejumlah penyakit
pada manusia melalui beberapa cara, yaitu melalui kaki, bulu-bulu halus dan bagian
mulut karena mempunyai kebiasaan regurgitasi (memuntahkan) kembali makanan yang
telah dimakan

II. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Mikroskop stereo
2. Gelas beaker
3. Pingset
4. Preparat
5. Bulb
6. Pipet ukur

b. Bahan
1. Sampel
2. Larutan kloroform
3. Kapas

12
III. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat, bahan dan gunakan APD lengkap


2. Bius lalat mengunakan klorofom
3. Letakan lalat di mikroskop stereo
4. Atur pencahayaan sampai lalat terlihat jelas
5. Tentukan jenis lalat yang sudah di identifikasi

IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

NO Gambar lalat Jenis jenis lalat & ciri-ciri


1.
Lalat hijau dewasa memiliki
panjang antara 1/4" - 1/12".
Berwarna biru metalik.

Lalat sampah
(Lucilia sericata)
2.
Panjang tubuhnya berukuran 5-8
mm. bagian dada berwarna abu-
abu. Perut berwarna kuning, dan 4
sayap Memiliki sepasang antena
Lalat Rumah
(Musca domestica)

Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami mengetahui bahwa Lalat hijau
dewasa memiliki panjang antara 1/4" - 1/12". Berwarna biru metalik.Lalat rumah
panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang
pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan
lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk
silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis
lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan
berupa cairan.
13
Lalat termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Hexapoda dan ordo Diptera. Lalat
mempunyai sepasasang antena dan mata majemuk, dengan mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu sama lain. Tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian, yaitu
kepala dengan sepasang antena, toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai metamorfosis
yang sempurna, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa

V. Kesimpulan

Dari hasil praktikum bahwa Lalat hijau dewasa memiliki panjang antara 1/4" - 1/12".
Berwarna biru metalik. Panjang tubuhnya berukuran 5-8 mm. bagian dada berwarna abu-abu.
Perut berwarna kuning, dan 4 sayap Memiliki sepasang antena.

Daftar Pustaka

Klasifikasi lalat 4 BAB II.pdf (poltekkesjogja.ac.id) (Diakses tanggal 15 September


2023, pukul 18.45)

Mosokuli. 2001. Morfologi Lalat Rumah. https://www.rentokil.co.id/lalat/jenis-lalat/


(Diakses tanggal 15 September 2023, pukul 18.30)

Rusyiana. 2011. Morfologi Lalat Sesuai Ordo. https://www.rentokil.co.id/tips-mudah-


mengendalikan-hama/fakta-menarik-tentang-hama/bagaimana-lalat-rumah-dapat- menjadi-
perantara-penyakit/ ( Diakses tanggal 15 September 2023, pukul 18.14

14
Lampiran

GAMBAR KETERANGAN
Membius lalat menggunakan
kapas dan larutan chloroform

Mengambil lalat yang sudah


dibius unruk di identifikasi

Mengamati bagian seluruh tubuh


lalat.

15
PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI MORFOLOGI KECOA

Hari/ Tanggal = Selasa, 2 September

Waktu = 08.00 s/d. 12.00

Lokasi = Laboratorium kesehatan lingkungan.

Tujuan praktikum = Untuk mengetahui struktur tubuh, dan jenis-jenis kecoa

I. Tinjauan Pustaka

Kecoa (blattodea) merupakan salah satu insekta yang berperan sebagai vektor
penyakit yang banyak ditemukan dalam rumah, gedung-gedung, termasuk dalam
restoran ataupun rumah makan. Kecoa dapat mengkontaminasi makanan manusia
dengan membawa agent berbagai penyakit yang berhubungan dengan pencernaan
seperti diare, demam typoid, disentri, virus hepatitis a, polio dan kolera. Kecoa rumah
adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral Kepalanya tersembunyi
di bawah pronotum yang dilengkapi dengan sepasang mata majemuk dan satu mata
tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga pasang kaki. Pronotum dan sayap
licin, tidak berambut dan tidak bersisik, berwarna coklat sampai coklat tua (Robby,
2012).

Kecoa memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu caput (kepala), thorax (dada) dan
abdomen (perut). Pada segmen thorak terdapat 3 pasang kaki dengan tipe alat kaki yang
memiliki ukuran dan bentuk yang sama dimana tipe alat kaki seperti ini digunakan
untuk berlari sedangkan tipe mulut kecoa adalah menggigit dan mengunyah. Kecoa
Periplaneta americana memiliki panjang sekitar 3,81 cm, berwarna coklat kemerahan,
memiliki tanda di dada, dan memiliki sayap sempurna. Kecoa betina mampu
menghasilkan kapsul telur yang panjangnya 79 cm dan lebarnya 46 cm setiap
minggunya. Kecoa rumah betina biasanya membawa sebuah kapsul telur sekitar sehari
lalu kemudian disimpan di tempat yang aman. Masa inkubasi berlangsung selama 1-2

16
bulan. Nimfa Periplaneta americana dengan nimfa Blatta orientalis sulit dibedakan.
Namun nimfa Periplaneta americana lebih

17
kecil, berwarna coklat kemerahan dan belum memiliki sayap sempurna (Ramsay dan
Thomasson, 2009).

Siklus Hidup Kecoa Periplaneta americana Kecoa adalah serangga dengan


metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui tiga stadium (tingkatan perkembangan),
yaitu stadium telur, stadium nimfa, dan stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis
jantan dan betinanya. Metamorfosis Periplaneta americana (Depkes, 2009). Stadium
telur kecoa membutuhkan waktu 30-40 hari untuk menetas. Telur kecoa tidak
diletakkan sendiri- sendiri melainkan secara berkelompok. Kelompok telur ini
dilindungi oleh selaput keras yang disebut kapsul telur atau ootheca. Kapsul telur
dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan pada tempat tersembunyi atau pada sudut-
sudut dan pemukaan sekatan kayu hingga menetas dalam waktu tertentu yang disebut
sebagai masa inkubasi kapsul telur, tetapi pada spesies kecoa lainnya kapsul telur tetap
menempel pada ujung abdomen hingga menetas. Jumlah telur maupun masa
inkubasinya tiap kapsul telur berbeda menurut spesiesnya (Depkes, 2009).

II. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Mikroskop stereo
2. Gelas beaker
3. Pingset
4. Preparat
5. Bulb
6. Pipet ukur

b. Bahan
1. Sampel
2. kloroform
3. Alkohol
4. Kapas dan tisu

18
III. Prosedur Kerja

1. Siap alat, bahan, dan gunakan APD lengkap


2. Bius kecoa mengunakan klorofom
3. Letakan kecoa di mikroskop stereo untuk diamati
4. Atur pencahayaan sampai kecoa terlihat jelas
5. Foto hasil lalu identifikasi kecoa tersebut
6. Tentukan jenis kecoa yang sudah di identifikasi

IV. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan

No. Gambar kecoa Jenis-jenis kecoa dan ciri-ciri


1. Kecoa Amerika coklat
(Periplaneta americana) Panjang kecoa Amerika dewasasekitar 4
cm dengan tinggi sekitar 7 mm. Warna
tubuhnya merah kecoklatan dengan garis
batas kekuningan pada bagian kepala.
Badan kecoa dibagi ke dalam tiga bagian,
bagian badan berbentuk oval dan tipis.

Dari praktikum yang kami lakukan, kami mengetahui bahwa Kecoa memiliki
3 bagian tubuh utama yaitu caput (kepala), thorax (dada) dan abdomen (perut). Kecoa
dapat mengkontaminasi makanan manusia dengan membawa agent berbagai penyakit
yang berhubungan dengan pencernaan seperti diare, demam typoid, disentri, virus
hepatitis a, polio dan kolera. Kecoa rumah adalah serangga dengan bentuk tubuh oval,
pipih dorso-ventral Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum yang dilengkapi
dengan sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua
pasang, dan tiga pasang kaki.

19
V. Kesimpulan

Dari hasil praktikum bahwa kecoa Amerika dewasa memiliki panjang sekitar 4
cm dengan tinggi sekitar 7 mm. Warna tubuhnya merah kecoklatan dengan garis batas
kekuningan pada bagian kepala. Badan kecoa dibagi ke dalam tiga bagian, bagian
badan berbentuk oval dan tipis dengan pronotum yang melapisi bagian kepala. Kecoa
memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu caput (kepala), thorax (dada) dan abdomen
(perut). Pada segmen thorak terdapat 3 pasang kaki dengan tipe alat kaki yang
memiliki ukuran dan bentuk yang sama dimana tipe alat kaki seperti ini digunakan
untuk berlari sedangkan tipe mulut kecoa adalah menggigit dan mengunyah. Kecoa
Periplaneta americana memiliki panjang sekitar 3,81 cm, berwarna coklat kemerahan,
memiliki tanda di dada, dan memiliki sayap sempurna. Kecoa betina mampu
menghasilkan kapsul telur yang panjangnya 79 cm dan lebarnya 46 cm setiap
minggunya.

Daftar Pustaka

Ramsay dan Thomasson. 2009. Morfologi kecoa.


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1154/4/4%20BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 15
September 2023 pukul 08.10)

Robby. 2012. Pengertian Kecoa. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1154/4/4%20BAB%20II.pdf


(Diakses pada Tanggal 15 September 2023 Pukul 08.00)

20
Lampiran

GAMBAR KETERANGAN
Membius kecoa menggunakan
kapas dan larutan chloroform

Mengambil kecoa yang sudah


dibius unruk di identifikasi

Mengamati bagian seluruh tubuh


kecoa.

21
PRAKTIKUM V
IDENTIFIKASI MORFOLOGI KUTU

Hari/Tanggal = Selasa, 2 Febuari 2023


Waktu = 08.00 s/d.12.00 WIB
Lokasi = Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Tujuan Praktikum = Mengetahui struktur tubuh, dan jenis kutu

I. Tinjauan Pustaka

A. Kutu Manusia
Kutu rambut (Pediculuss humanus) memiliki tubuh berwarna abu-abu putih
dengan ukuran 2-3 mm (Fitriyani, 2013). Pediculus humanus memiliki tubuh
berbentuk pipih dorsoventral, mulut memiliki tipe tusuk hisap untuk menghisap darah
manusia, badannya bersegmen, memiliki 3 pasang kaki dan berwarna kuning
kecoklatan atau putih ke abu-abuan. Kutu rambut tidak dapat berpindah tempat
dengan cara terbang karena kutu rambut tidak memiliki sayap. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Madkey & Khopkar (2012) kutu rambut tidak memiliki sayap dan tidak
memiliki kaki yang kuat untuk melompat, sehingga kutu berpindah dari satu rambut
ke rambut lain dengan bantuan cakar di kaki mereka.

Kutu rambut dewasa berukuran sebesar biji wijen yaitu 2- 4 mm, memiliki 3
pasang kaki (masing-masing bercakar), berwarna cokelat keabuabuan sedangkan pada
orang dengan rambut gelap, kutu dewasa akan tampak lebih gelap (Madkey &
Khopkar, 2012). Pediculus humanus capitis atau yang dikenal dengan kutu rambut
merupakan ektoparasit yang hidup pada kulit kepala manusia. Kutu dewasa dapat
bertahan hidup dengan tidak makan selama sepuluh hari pada suhu 50C. Kutu rambut
bukan merupakan bahaya utama pada kesehatan maupun sebagai vektor penyakit,
namun dapat mengganggu karena menyebabkan eritema kulit kepala, gatal dan
bahkan menyebabkan kemungkinan terjadinya infeksi sekunder (James, 2003).

Kutu betina mampu hidup hingga 3-4 minggu. Setelah kawin, kutu betina
dewasa meletakkan 1-6 butir telur sehari sampai satu bulan hingga kematian. Telur
terinkubasi
22
oleh panas tubuh yang akan menetas dalam 10 sampai 14 hari. Begitu telur menetas,
nimfa akan meninggalkan cangkangnya, berkembang sekitar 9 sampai 12 hari,
tumbuh menjadi kutu dewasa lalu kawin, hingga kemudian kutu betina bertelur.
Apabila tak diobati, siklus ini bisa terulang setiap 3 minggu sekali. Saat tinggal di
kepala, kutu akan menggigit kulit kepala dan minum sejumlah kecil. parasit mudah
ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita seperti melakukan aktivitas
berpelukan, duduk berdekatan, penggunaan bersama barangbarang seperti sisir, topi,
bantal dan sebagainya. Rasa gatal dpat muncul akibat dari gigitan kutu pada kulit
kepala maupun karena adanya reaksi alergi-iritatif yang disebabkan karena adanya
kontak kulit kepala dengan saliva kutu.

1. Faktor Risiko Kutu Manusia :


Kondisi ini paling sering terjadi pada anak-anak pra-sekolah yang menghadiri
penitipan anak, anak-anak sekolah dasar, dan anggota rumah dari anak-anak yang
terinfeksi.Kutu bergerak dengan cara merayap, mereka tidak bisa melompat atau
terbang. Parasit ini menyebar melalui kontak langsung dengan rambut orang yang
terinfeksi. Siapa pun yang melakukan kontak langsung dengan seseorang yang sudah
memiliki kutu memiliki risiko tinggi untuk tertular.

Risiko penularan yang paling besar contohnya bermain, tinggal, atau menginap
bersama seseorang yang mengidap kutu rambut. Selain itu, melakukan kontak fisik
seperti menyentuh kepala dan berpelukan juga bisa meningkatkan risiko
tertular.Sementara penularan melalui kontak dengan pakaian (seperti topi, syal,
mantel) atau barang-barang pribadi lainnya (seperti sisir, sikat, atau handuk) yang
digunakan oleh orang yang terinfeksi biasanya jarang terjadi. Kondisi ini juga tidak
ada hubungannya dengan kebersihan pribadi atau kebersihan di rumah atau sekolah.
1. Gejala Kutu Manusia :
 Perasaan seperti ada sesuatu yang bergerak di sekitar rambut.
 Ditemukannya kutu di kulit kepala.
 Ditemukannya telur kutu (nits) di batang rambut.
 Kulit kepala terasa gatal.
 Terdapat benjolan kecil berwarna merah atau luka pada kepala akibat garukan.

23
Beberapa anak mengalami iritasi ringan karena menggaruk, sementara yang lain
mungkin mengalami ruam yang mengganggu.
2. Pengobatan dan Pencegahan Kutu Manusia:
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati kutu rambut.
Misalnya:
a) Gunakan sisir (serit)
b) Memotong atau mencukur rambut.
c) Gunakan kapus Ajaib di garis kulit kepala
d) Peditox dengan cara diusapkan di kulit kepala
3. Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kutu rambut, antara lain:

a. Jaga kebersihan rambut dengan cara keramas teratur.


b. Hindari kontak langsung dengan bagian kepala pengidap.
c. Sebaiknya jangan berbagi pemakaian barang pribadi seperti handuk
atau sisir.

B. Kutu Beras

Kutu beras (Sitophilus oryzae L) merupakan salah satu hama paling serius yang
menyerang bahan makanan simpanan di seluruh dunia. Hama ini berasal dari India
dan tersebar luas ke penjuru dunia melalui perdagangan. Hama Sitophilus oryzae
menyerang golongan biji-bijian seperti, gandum, jagung, sorgum, soba, kacang dan
produk dari biji-bijian seperti macaroni (Koehler, 2012). Serangan Sitophilus oryzae
akan menyebabkan butir menjadi berlubang, hancur hingga membentuk tepung serta
dapat menurunkan nilai gizi produk dan nilai komersialnya. Sitophilus oryzae
termasuk ke dalam kelas insecta yang jumlah spesiesnya paling besar.

Serangga ini memiliki sayap yang kokoh, sehingga digolongkan ke dalam ordo
Coleoptera. Sitophilus oryzae mengalami metamorfosis sempurna (holometabola).
Beberapa tahap perkembangannya antara lain adalah telur, larva, pupa, dan imago.
Larva Sitophilus oryzae berwarna putih dan tidak berkaki. Stadium larva berangsung
selama 7 – 10 hari hingga kemudian membentuk pupa. Lama stadium pupa
berlangsung 7 – 12 hari hingga selanjutnya membentuk imago. Saat imago tubuh
Sitophilus oryzae berwarna hitam cerah atau kecoklatan dengan panjang tubuh
antara 3,5 – 5 mm dan
24
pada kedua buah sayap bagian depan masing-masing terdapat dua buah bercak
berwarna kuning agak kemerahan.

1. Morfologi kutu beras


Kutu beras merupakan hewan yang kecil berukuran 2-3mm dan terlihat gemuk.
Penampilan kutu beras sangat mirip dengan kutu lumbung. Kutu beras berwarna
merah- kecoklatan sampai hitam dengan empat bintik berwarna kuning cerah atau
kemerahan di sudut elytra (cangkang keras yang meliindungi sayap) (Koehler, 2012).

2. Pengendalian kutu beras


Akibat serangan hama kutu beras terhadap butir-butir beras, beras akan berlubang
kecil-kecil sehingga dapat menjadikan butiran beras cepat pecah dan remuk bagaikan
tepung. Cara penanggulangan dan pembasmian kutu beras (Sitophilus oryzae L) dapat
dilakukan dengan secara mekanis dengan cara penjemuran bahan-bahan yang
terserang pada terik sinar matahari, dilakukan beberapa kali sehingga kontak anatara
sinar matahari dengan tubuh kutu yang masih hidup dapat berlangsung sempurna.
Telur, larva, pupa hingga imago dewasa dapat dibunuh melalui pemanasan dengan
suhu 50 C selama satu jam atau pendinginan dengan suhu -18o C selama satu minggu.

Cara penanganan kutu beras secara kimiawi yaitu dengan penggunaan obatobatan
untuk mengendalikan pengrusakan yang dilakukan hama gudang. Cara penanganan
dengan fumigasi dan tidak dilakukan dengan cara spraying. Penanganan dengan cara
spraying dapat membahayakan konsumen, hal ini karena obat-obatan yang digunakan
dapat meresap ke dalam bahan pangan, selain itu juga menyebabkan kadar air menjadi
bertambah.

Cara penanggulangan hama gudang secara biologis dapat dilakukan dengan


menggunakan bahan alami sebagai bipestisida. Seperti pada penelitian Silva (2012),
yang menggunakan ekstrak biji Medicago truncatula sebagai daya racun untuk kutu
beras. Penelitian tersebut dilakukan karena biji Medicago 14 truncula mengandung
senyawa saponin yang bersifat anti kutu, senyawa tersebut bersifat racun dan dapat
digunakan sebagai pembasmi hama.

25
3. Kutu Kucing

Jenis ektoparasit yang paling banyak menginfeksi kucing adalah pinjal


(Ctenocephalides felis) yang di temukan pada karnivora di seluruh dunia. Ektoparasit
tersebut dapat merugikan karena berperan sebagai vektor organisme maupun sebagai
penyebab langsung dari suatu penyakit lain , misalnya dermatitis.

1. Morfologi kutu kucing


Pinjal pada kucing (Ctenocephalides felis) dewasa memiliki bentuk yang
berbeda dengan serangga lainnya, pinjal berbentuk pipih dorsoventral dengan tiga
bagian tubuh, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Ektoparasit ini tidak mempunyai
sayap, memiliki tiga pasang tungkai kaki yang panjang dan berkembang sehingga
dapat digunakan untuk melompat. Memiliki ukuran tubuh dengan panjang 1- 2 mm,
berwarna kuning terang hingga coklat tua, umumnya ukuran pinjal betina lebih besar
dari pada jantan.
Pada bagian toraks terdiri dari tiga segmen, yaitu pronotum, mesonotum dan
metanotum (metathoraks). Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris
duri yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal. Pinjal betina memiliki
sebuah spermateka seperti kantung dekat ujung posterior abdomen sebagai tempat
untuk menyimpan sperma, sedangkan pada jantan mempunyai alat seperti per
melengkung, yaitu aedagus atau penis berkitin di lokasi yang sama.

Pinjal betina tidak memiliki rambut pendek di belakang lekuk antenna.


Metathoraks merupakan segmen yang berkembang dan digunakan untuk menunjang
kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut saat meloncat. Pinjal memiliki struktur
seperti jarum kasur yang terletak di sebelah dorsal, yaitu pigidium pada tergit yang
kesembilan, bagian ini bisa jadi merupakan alat sensorik. Mulut pinjal bertipe
penghisap dengan tiga silet penusuk (epifaring dan stilet maksila). Pinjal memiliki
antenna yang pendek, terdiri atas tiga ruas yang tersembunyi ke dalam lekuk kepala.
Pinjal dewasa bertahan hidup di inang dengan cara menghisap darah. Pinjal betina
menghasilkan telur fertil dalam jumlah yang banyak kira-kira 25 telur per hari
(Durden dan Hinkle 2019). Pinjal sebagai vektor Dipylidium caninum dan bakteri
penyebab bartonellosis, hemotropic mycoplasmosis, rickettsiosis, dan tularem

26
II. Alat dan Bahan

 Alat
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Pipet tetes
4. Pinset

 Bahan
1. Kapas
2. Cairan kimia klorofom
3. Pinjal manusia, pinjal hewan (kucing), pinjal beras.

III. Prosedur Kerja

1. Ambil sampel pinjal


2. Bius sampel menggunakan khlorofm
3. Letakan sampel di objek glass, amati di mikroskop
4. Pastikan mikroskop tersambung dengan aliran listrik
5. Tekan tombol power untuk menyalakan mikroskop
6. Atur lensa objektif sampai ukuran 4 x 10
7. Dokumentasi hasil lalu di identifikasi pinjal tersebut
8. Tentukan jenis pinjal yang sudah di identifikasi

27
IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

No. Gambar Ciri-ciri


Kutu berukuran 2 – 3 mm,
berwarna terdapat 1 pasang
antena, 1 pasang mata, ada 3
pasang kaki, tidak mempunyai

1. sayap.

Kutu Rambut/ Kutu Manusia


(Pediculuc Humanus Capitis)

Bentuk tubuh kutu beras jenis


ini pipih (gepeng), panjang
antara 1,5 - 2,5 mm,berwarna
cokelat kemerahan. Antenanya
2.
pendek dengan ruas berbentuk
bulat.

Kutu Beras
(Sitophilus oryzae L)
Panjang tubuh sekitar 3 mm,
dimana kutu betina berukuran
sedikit lebih besar dibandingkan
dengan kutu jantan. Bentuk kutu
kucing dewasa adalah rata dan
pipih dengan warna coklat gelap
3.
hingga hitam..

Kutu Kucing
(Ctenocephalides
)

28
Dari hasil praktikum yang kami lakukan. Kami mendapatkan hasil bahwa Kutu
manusia berukuran 2 – 3 mm, berwarna terdapat 1 pasang antena, 1 pasang mata, ada
3 pasang kaki, tidak mempunyai sayap. Kutu dewasa dapat bertahan hidup dengan
tidak makan selama sepuluh hari pada suhu 50C. Kutu rambut bukan merupakan
bahaya utama pada kesehatan maupun sebagai vektor penyakit, namun dapat
mengganggu karena menyebabkan eritema kulit kepala, gatal dan bahkan
menyebabkan kemungkinan terjadinya infeksi sekunder.

Bentuk tubuh kutu beras jenis ini pipih (gepeng), panjang antara 1,5 - 2,5
mm,berwarna cokelat kemerahan. Antenanya pendek dengan ruas berbentuk bulat.
Serangga ini memiliki sayap yang kokoh, sehingga digolongkan ke dalam ordo
Coleoptera. Sitophilus oryzae mengalami metamorfosis sempurna (holometabola).
Beberapa tahap perkembangannya antara lain adalah telur, larva, pupa, dan imago.
Larva Sitophilus oryzae berwarna putih dan tidak berkaki. Stadium larva berangsung
selama 7 – 10 hari hingga kemudian membentuk pupa. Lama stadium pupa
berlangsung 7 – 12 hari hingga selanjutnya membentuk imago. Saat imago tubuh
Sitophilus oryzae berwarna hitam cerah atau kecoklatan dengan panjang tubuh antara
3,5 – 5 mm dan pada kedua buah sayap bagian depan masing-masing terdapat dua
buah bercak berwarna kuning agak kemerahan.

Panjang tubuh sekitar 3 mm, dimana kutu betina berukuran sedikit lebih besar
dibandingkan dengan kutu jantan. Bentuk kutu kucing dewasa adalah rata dan pipih
dengan warna coklat gelap hingga hitam. Pada bagian toraks terdiri dari tiga segmen,
yaitu pronotum, mesonotum dan metanotum (metathoraks). Di belakang pronotum
pada beberapa jenis terdapat sebaris duri yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium
pronotal. Pinjal betina memiliki sebuah spermateka seperti kantung dekat ujung
posterior abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, sedangkan pada jantan
mempunyai alat seperti per melengkung, yaitu aedagus atau penis berkitin di lokasi
yang sama.

29
V. Kesimpulan

Dari hasil praktikum bahwa kutu berukuran 2 – 3 mm, berwarna terdapat 1


pasang antena, 1 pasang mata, ada 3 pasang kaki, tidak mempunyai sayap. Bentuk tubuh
kutu beras jenis ini pipih (gepeng),panjang antara 1,5-2,5 mm,berwarna cokelat
kemerahan. antenanya pendek dengan ruas berbentuk bulat. Kutu kucing dewasa
memiliki panjang tubuh sekitar 3 mm, dimana kutu betina berukuran sedikit lebih besar
dibandingkan dengan kutu jantan. Bentuk kutu kucing dewasa adalah rata dan pipih
dengan warna coklat gelap hingga hitam. Kutu kucing adalah parasit yang memiliki 6
buah kaki kuat yang memungkinkan mereka untuk melompat hingga 30 cm, dengan
mudah dari tanah ke tubuh hewan peliharaan.

Daftar Pustaka

Durden dan Hinkle. 2019. Kutu beras. https://eprints.umm.ac.id/77843/2/BAB%20II.pdf

(diakses pada 15 September 2023 pukul 14.45 WIB)

Fitriyani. 2013. Morfologi kutu. https://eprints.umm.ac.id/77180/3/BAB%20II.pdf

(diakses pada 15 September 2023 pukul 13.34 WIB)

James. 2003. Definisi kutu. http://repository.um-surabaya.ac.id/4839/3/BAB_2.pdf

(diakses pada 15 September 2023 pukul 13.46 WIB)

Koehler. 2012. Kutu beras. http://repository.um-surabaya.ac.id/811/3/BAB_II.pdf

(diakses pada 15 September 2023 pukul 14.09 WIB

Madkey dan Khopkar. 2012. Kutu Rambut. Gejala,Penyebab.


https://www.halodoc.com/kesehatan/kutu-rambut (diakses pada 15 September 2023 pukul
12.54 WIB)

30
Lampiran
.

Gambar Keterangan
Pengambilan larutan chloroform untuk
membius kutu

Membius kutu mengunakan larutan


chloroform

31
32

Anda mungkin juga menyukai