Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PARASITOLOGI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 REGULER 1

1. DEWI APRILIA R 1913351002


2. PELANGI RERA ASSIFA 1913351003
3. HESTI RAHMA SAFITRI 1913351004
4. NIRA ASTANA KHOSIKA 1913351005
5. SALSABILA PUTRI 1913351006
6. ELISA 1913351007
7. DANIA DINDA RENJANI 1913351008
8. FIA LUTFI ALHAURA 1913351009
9. YASPATI GANDA 1913351030
10. MUHAMMAD YASIN H 1913351033
11. CHAIRUN NISAK 1913351034
12. ISTHY KHOIRUN NISA 1913351050

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN


JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Parasitologi Lingkungan ini ditujukan sebagai persyaratan mengikuti


Ujian Akhir Semester (UAS), Program Study D-IV Sanitasi Lingkungan, Politektik
Kesehatan Tanjung Karang.

Bandar Lampung, 11 April 2020

Penanggung Jawab
Mata Kuliah Parasitologi Lingkungan

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyanyang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Parasitologi Lingkungan. Makalah
ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang laporan dan manfaatnya
ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Bandar Lampung,  11 April 2020

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
LAPORAN PRAKTIKUM I
A. Pengenalan Mikroskop.................................................. 1
LAPORAN PRAKTIKUM II
A. Pengamatan Preparat Cacing......................................... 9
LAPORAN PRAKTIKUM III
A. Pembuatan Preparat Malaria......................................... 13
LAPORAN PRAKTIKUM IV
A. Pengamatan Preparat Malaria . ....................................... 20

LAPORAN PRAKTIKUM V
A. Pemeriksaan Telur Cacing Pada Feses ......................... 24
LAPORAN PRAKTIKUM VI
A. Pemeriksaan Parasite Pada Air Bersih ........................... 29
LAPORAN PRAKTIKUM VII
A. Pemeriksaan Parasite Pada Makanan............................ 38
LAPORAN PRAKTIKUM VIII
A. Pemeriksaan Parasite Pada Tanah................................. 45

i
LAPORAN PRAKTIKUM I

Judul : Pengenalan Mikroskop

Hari/tanggal : Kamis 16 Januari 2020

Waktu : 15.30-16.30 Wib

Tempat : Laboratorium jurusan kesehatan lingkungan

Tujuan : Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenali bagian-bagian


dari mikroskop, memahami fungsi, dan terampil menggunakannya.

A. Tinjauan Pustaka
Mikroskop ditemukan pertama kali  oleh Antony Van Leuwenhoek (1632-
1723) seorang ahli mikrobiologi yang berkebangsaan Belanda. Beliau membuat
mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak
lensa sehingga ia bisa mengamati mikroorganisme yang lebih kecil dan tak kasat
mata (Purba, 1999).
Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa
cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat
dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda.
Lensa objektif biasanya dipasang pada roda berputar, yang disebut gagang putar (Volk,
1984).
Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan
penggunaan tertentu dan dengan berbagai macam kelengkapannya pula. Benda atau
organisme yang akan diamati dengan mikroskop harus brukuran kecil dan tipis agar
dapat ditembus oleh cahaya.
Macam-macam mikroskop, yaitu :

a.  Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop
mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan
stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa objektif, lensa

1
okuler, dan kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung
tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal
(monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat
dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau  lebih. Di bawah tabung
mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa
yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa-
lensa mikroskop yang lain.

b. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk
benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7
hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga
dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop
cahaya (Champbell, 2000).

c.  Mikroskop Pendar
Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau antigen
(seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam teknik ini protein
antibodi yang khas mula-mula dipisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian
atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi antibodi-antigen itu besifat
khas, maka peristiwa pendar akan terjadi apabila antigen yang dimaksud ada dan
dilihat oleh antibodi yang ditandai dengan pewarna pendar (Volk, 1984).

d.  Mikroskop Medan Gelap


Mikroskop ini digunakan untuk mengamati bakteri hidup, khususnya bakteri yang
begitu tipis yang hampir mendekati batas daya pisah mikroskop majemuk.

e.  Mikroskop Fase Kontras


Mikroskop ini digunakan untuk mengamati benda hidup dalam keadaan alaminya,
tanpa menggunakan bahan pewarna. Pada bawah meja objeknya dan pada lensa
objektifnya terpasang perlengkapan fase kontras (Volk, 1984).

f. Mikroskop Elektron

2
Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron digunakan
sebagai pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop
elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron transmisi (TEM). SEM digunakan
untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek
diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati struktur
detil internal sel.

g.  Mikroskop Elektron Pemayaran


Mikroskop ini menggunakan berkas elektron, tetapi yang seharusnya ditransmisikan
secara serempak ke seluruh medan elektron difokuskan sebagai titik yang sangat kecil
dan dapat digerakkan maju mundur pada spesimen (Winatasasmita, 1986).

Struktur mikroskop ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop,


yaitu:
1. Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler.
2.  Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja
3. objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya.
4. Pembesaran, tujuan mikroskop cahaya dan elektron adalah menghasilkan bayangan
dari benda yang dimikroskop lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbagai
faktor, diantaranya titik fokus kedua lensa (objektif f1 dan okuler f2), panjang
tubulus atau jarak (t) lensa objektif terhadap lensa okuler dan yang ketiga adalah
jarak pandang mata normal (sn).

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat – alat yang digunakan pada praktikum pengenalan mikroskop klai ini adalah
mikroskop cahaya monokuler, kaca benda, kaca penutup, pinset, pipet tetes, dll.

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam  praktikum ini adalah air dan preparat. Preparat
digunakan sebagai bahan yang akan diamati pada mikroskop. Air digunakan
untuk membasahi preparat yang diletakkan pada kaca benda.

3
C. Waktu dan Tempat
Waktu : 15.00 WIB
Tempat: Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan

D. Prosedur Kerja
1. Memelihara Mikroskop
a. Mikroskop harus selalu dibongkar dan dibawa dalam posisi tegak.
b. Aturlah kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga ujung lensa objektif lemah
berjarak ±1 cm dari atas meja benda.
c. Aturlah penjepit sediaan dengan rapi dan cermin pada posisi tegak agar debu
tidak banyak menempel.
d. Setiap akan menggunakan mikroskop, bersihkan lensa atau bagian lainnya
dengan kain lap bersih dari bahan yang halus (flannel).
2. Mencari Bidang Penglihatan
a. Tabung dinaikkan menggunakan makrometer (pemutar kasar), sehingga lensa
objektif tidak membentur meja atau panggung bila revolver diputar-putar.
b. Tempatkan lensa objektif pembesaran lemah (4x atau 10x) dengan memutar
revolver sampai berbunyi klik  (posisinya satu poros dengan lensa okuler).
c. Bukalah diAfragma sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke
belakang.
d. Mengatur letak cermin sedemikian rupa ke arah cahaya, sehingga terlihat
lingkaran (lapangan pandang) yang sangat terang di dalam lensa okuler.
e. Mikroskop siap digunakan.

3. Mencari Bayangan Sediaan


a. Naikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer, sehingga jarak antara
lensa objektif dengan permukaan meja ± 3 cm.
b. Letakkan sediaan yang akan diamati di tengah-tengah lubang meja benda,
menggunakan penjepit sediaan agar tidak tergeser.
c. Putar makrometer ke belakang sampai penuh (hati-hati), sambil menempatkan
roda sediaan tepat di bawah lensa objektif, hingga jarak antara ujung lensa
objektif dengan permukaan atas kaca penutup hanya ± 1 mm.

4
d. Membidik mata ke lensa okuler.
e. Untuk mendapatkan pembesaran yang kuat, putar revoler dan lensa objektif
yang sesuai.

4. Pengukuran Mikrometer
Untuk mengetahui ukuran objek yang diamati dengan mikroskop dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bantu yang disebut  mikrometer
objektif dan mikrometer okuler.

5. Menggambar Hasil

G. Pembahasan
Mikroskop adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam pengamatan,
terutama dalam bidang biologi. Mikroskop berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
daya pisah seseorang sehingga memungkinkan dapat mengamati objek yang sangat
halus sekalipun.
Berdasarkan konstruksi dan kegunaan, mikroskop cahaya dapat dibagi atas 4
macam, yaitu mikroskop biologi, stereo, metalurgi, dan fotografi. Sedangkan mikroskop
elektron dibagi atas mikroskop elektron transmisi dan skaning. Bagian mikroskop yang
berperan penting dalam penggunaan adalah bagian yang mengatur perbesaran dan
mengatur cahaya (Pramesti, 2000).

5
Perbesaran yang dicapai suatu mikroskop cahaya adalah hasil kerja dua sistem
lensa yaitu lensa objektif yang terdekat dengan cermin dan lensa okuler terletak pada
ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Sistem lensa objektif memberikan
perbesaran mula-mula dan mengahasilkan bayangan nyata, pada gilirannya diperbesar
oleh lensa okuler untuk menghasilkan bayangan maya yang kita lihat (Volk, 1984).

Berdasarkan dari hasil praktikum yang dilakukan mikroskop terdiri atas bagian-
bagian yang masing-masing bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Lensa okuler
berfungsi untuk memperbesar bayangan yang bersifat maya dan tegak. Lensa objektif
berfungsi untuk mengatur pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 40x dan 100x.
Kondensor berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk
menaikkan dan menurunkan kondensor. Reflektor berfungsi untuk menerima cahaya
yang masuk atau dapat memperjelas cahaya yang akan datang. Tubuh mikroskop
berfungsi untuk tempat terjadinya proses bayangan antara lensa objektif dengan lensa
okuler. Makrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat
fokusnya secara kasar dan jelas. Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler
sehingga tepat fokusnya secara tajam. Revolver berfungsi sebagai tempat lensa objektif.
Meja objek berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati. Penjepit berfungsi
untuk memperkokoh kedudukan preparat agar tidak goyang. Pengatur kondensor
berfungsi sebagai pengatur letak lensa kondensor terhadap preparat. Pemegang(lengan)
berfungsi untuk memegang mikroskop. Diafragma berfungsi mengatur cahaya yang
masuk dalam mikroskop. Kaki atau dasar berfungsi untuk memperkokoh kedudukan
mikroskop. Sekrup engsel berfungsi menyesuaikan mikroskop yang baik.

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Mikroskop adalah alat yang di gunakan untuk melihat, meneliti atau mengenali
benda-benda renik yang terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya.
b. Mikroskop memiliki bagian-bagian tertentu yang masing-masing dari bagian
tersebut memiliki fungsi yang jelas berbeda. Dari beberapa bagian mikroskop
tersebut, diantaranya yaitu; lensa okuler, tabung, makrometer, mikrometer,

6
lensa obyektif, penjepit, diafragma, panggung, cermin, kaki/dasar, dan
lengan/tangakai mikroskop.
2. Saran
Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum kali ini, waktu yang telah
ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai
dengan apa yang diinginkan. Juga jangan lupa untuk memperhatikan bagian-
bagian dari mikroskop apakah dalam keadaan baik dan lengkap.

7
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N, A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Krisno, A. 2011. Perkembangan mikroskop sebagai penemu sejarah mikrobiologi. http
://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/perkembangan-mikroskop-sebagai-
penemu sejarah-mikrobiologi. Diakses tanggal 23 September 2012.

Pramesti, H, T. 2000. Mikroskop dan Sel FK. Unlam. Banjarbaru.

Purba, M. 1999. Kimia.  Erlangga. Jakarta.

Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Winatasasmita, D. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Universitas Indonesia.


Jakarta.

8
9
PRAKTIKUM II

Judul : Pengamatan Preparet Cacing

Hari/tanggal : Kamis 16 Januari 2020

Waktu : Pukul 15.30-16.30 Wib

Tempat : Laboratorium jurusan kesehatan lingkungan

Tujuan : - Mahasiswa dapat mengamati preparet cacing dengan baik dan benar

- Mahasiswa mampu mengetahui perbesaran mikroskop cahaya untuk


mengamati preparet.

A. Landasan Teori

Preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukan
gelas  objek  atau  slides  dengan  atau  tanpa  pewarnaan  yang  selanjutnya  dapat
diamati dibawahmikroskop. Terdapat berbagai macam preparat yang diamati dengan me
nggunakanmikroskop. Preparat dapat dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan daya
tahan preparat dan berdasarkan metode pembuatan (Li Partic. 2008).

Berdasarkan daya tahan, preparat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Preparat sementara. Sifat preparat ini adalah tidak tahan lama, pembuatan sediaanm
enggunakan medium berupa air atau bahan kimia yang mudah menguap
2. Preparat semipermanen. Daya tahan dari preparat ini adalah kurang lebih 1 minggud
an media yang digunakan adalah gliserin.
3. Preparat awetan atau permanen. Daya tahan bersifat permanen, pembuatan mediade
ngan proses histologist yang kemudian diawetkan dengan entelon (Luqman. 2012).

Berdasarkan medote pembuatannya, preparat dapat dibedakan menjadi 5 yaitu:

1. Whole Mount, yaitu membuat sediaan utuh.
2. Smear (ulus) yaitu dengan mengulaskan atau menggoreskan diatas objek gelas
sehingga mendapatkan selaput tipis.

9
3. Squash, yaitu menekan dengan gelas penutup.
4. Marserasi, yaitu dengan memisahkan serat dari pohon kayu yang keras
(Luqman. 2012).

Dalam pengamatan objek dengan mikroskop, dapat dipersiapkan dua macam prepar
atyaitu preparat basah dan preparat kering, yang dimaksud preparat adalah sampel/ Speci
menyang diletakkan pada permukaan gelas objek (object glass) atau slides dengan atau t
ampa pewaarna , yang selanjutnya dapat diamati menggunakan mikroskop.
(Silmi, 2009)
Preparat dapat berupa preparat kering atau basah yang berupa sayatan atau tanpasay
atan. Preparat segar/basah adalah preparat yang dibuat secara langsung tanpa pengaweta
n.Preparat basah berupa objek hidup yang akan diamati dan biasanya hanya untuk satu k
ali pengamatan. Preparat awetan/kering adalah objek yang sudah diawetkan, preparat ker
ing dapat digunakan berkali kali.
Preparat segar atau basah adalah berupa objek hidup yang akan
diamati dan biasanya hanya untuk satu kali pengamatan.(kiki, 2011). Contoh preparat ba
sahadalah irisan melintang atau membujur daun, telur cacing, dll.Preparat cacing 
adalah  preparat yang sampelnya berupa telur cacing maupun cacingdewasa yang
didapat lewat muntahan atau feaces. Ascaris lumbricoides atau yang  disebut
cacing gelang merupakan salah satu infeksi cacing yang paling umum pada manusia. Tel
ur Ascaris lumbricoides merupakan telur cacing yang berbentuk ovoid, dinding ada 3
lapis, paling luar albumin kasar dan berlekuk-lekuk.

B. Alat dan bahan


1. Alat
Adapun alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
 Mikroskop
2. Bahan
Adapun alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
 Preparat cacing
 Tissue

10
C. Prosedur kerja
1. Gunakan APD dengan baik, benar, dan lengkap.
2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Pastikan mikroskop yang akan digunakan dalam keadaan siap untukdigunak
an.
4. Hubungkan kabel mikroskop pada arus listrik, lalu nyalakan dengan
menekan tombol “on”.
5. Letakkan preparat di meja preparat
6. Putar revolver dan gunakan lensa objektif dengan pembesaran 10X.
7. Atur intensitas cahaya.
8. Atur makrometer dan cari lapang pandang.
9. Atur mikrometer untuk mencari focus.
10. Setelah menemukan lapangan pandang. Lakukan pembesaran lensa objektif
40X.
11. Diafragma sedikit dibuka dan kondesor sedikit dinaikan.
12. Amati hasil pad mikroskop.
13. Foto hasil pengamatan.
14. Setelah selesai menggunakan, matikan mikroskop dengan menekan tombol
“off”.
D. Hasil Pengamatan

E. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini penulis mengamati peparat kering menggunakan
mikroskop, langkah pertama yaitu meletakan preparet di meja preparat

11
kemudianmemutar
revolver dan menggunakan lensa objektif dengan pembesaran 10X
diatur intensitas cahaya sesuai dengan nyaman kita melihatnya, selanjutnya
mengatur makrometer dan mencari lapang pandang, mencari lapangan pandang
sangat dibutuhkan untuk memudahkan dalam pekerjaan mencari pembesaran
yang lebih besar dari pada objek. Dalam praktikum kali ini kami mengamati
preparat telur cacing preparat kering telur cacing.

F. Kesimpulan
Preparat adalah objek yang diamati dengan mikroskop. Preparat dapat berupa
preparat kering atau pun preparat basah yang berupa sayatan atau tanpa sayatan.
Preparat segar/basah adalah preparat yang dibuat secara langsung tanpa
pengawetan dan biasanya hanya untuk satu kali pakai, sedangkan preparat kering
adalah preparat yang dibuat dengan pengawetan yang bisa digunakan lebih dari
satu kali.
Preparat cacing adalah preparat yang sampel nya berupa telur cacing maupun
cacing dwasa yang didapat lewat muntahan atau feases. Ascariasis lumbricoides
atau yang disebut cacing gelang merupakan salah satu infeksi cacing yang paling
umum pada manusia. Telur Ascariasis lumbricoides merupaakan telur yang
berbentuk ovaid, dinding ada 3 lapis, paling luar albumin kasar dan berlekuk-
lekuk.

G. Lampiran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Li Partic. 2008. Pengamatan Preparat Basah. Online. http://www.Dunia-


mikro.blogspot.com. Diakses pada 28 desember 2013.

Luqman. 2012. Laporan Organ Tumbuhan Non Embeding.


http://www.luqmanmania.blogspot.com/2012/07/laporan-preparat-organ-tumbuhan-
html. diakses pada 28 desember 2013.

Ratmadani,silmiyusri.2009. Mikrobiologi Fermentasi.


http://www.silmiyusri.blogspot.com/2009/11/ /mikrobiologi fermentasi html. diakses
pada 28 desember 2013.

13
14
PRAKTIKUM III

Judul Praktikum : Pembuatan Preparat Sediaan darah dan pemeriksaan Malaria

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Januari 2020-04-13

Waktu : 13.50- 16.00 WIB

Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan

Tujuan Praktikum : a. Mengetahui cara membuat preparat sediaan apusan tebal


dan apusan darah tipis
b. Mengetahui cara mengamati preparat malaria untuk
mengetahui adanya Virus Plasnodium dalam sediaan darah
pasien.

H. Tinjauan Pustaka
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah
malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau
udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan
bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam
rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
(Prabowo, 2008).
Malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis species yaitu
plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, plasmodium malariae
menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum menyebabkan malaria
tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.( Soemirat,2009)

II. Alat Dan Bahan

A. Alat : 1. Autoklik

2. Lanset steril

14
3. Kapas / tisu

4.Pipet tetes

5. Penjepit kayu

6.Bunsen

7. Korek api

8. Objek glass

9. Mikroskop

B. Bahan: 1.Sampel Darah Manusia

2. Alkohol 70%

3. Larutan Giemsa

4. Metil Alkohol

III. Prosedur Kerja

1. Siapkan pasien yang akan diambil sampel darahnya beserta alat dan bahan
2. Nyalakan bunsen menggunakan korek api
3. Usap objek glass dengan kapas/ tisu yang sudah dibasahi alkohol agar bebas lemak
4. Fiksasi objek glass di atas bunsen menggunakan penjepit kayu
5. Taruh objek glass yang sudah steril diatas tisu

Cara mengambil sampel darah pasien

1. Siapkan autoklik lalu isi dengan lanset steril


2. Tanya kepada pasien apakah ia sudah siap diambil darahnya
3. Pilih jari tangan pasien yang ingin diperiksa, lalu usap dengan kapas yang dibasahi alkohol
4. Pijit jari tersebut agar peredaran darahnya lancar
5. Tempelkan ujung autoklik ke ujung jari pasien yang dipilih tersebut lalu pencet “klik”
sehingga darah keluar.
6. Teteskan Darah ke objek glass dengan berdampingan sebelah kanan dan kiri

15
7. Bersihkan darah di jari pasien dengan kapas yang dibasahi alkohol

Cara membuat sediaan Apusan darah tebal dan tipis

1. Untuk apusan darah tebal cukup ratakan darah secara melingkar dengan tusuk gigi/objek
glass bersih
2. Untuk apusan darah tipis, dengan menempelkan objek glass lain dengan sudut 45o ditarik ke
sisi kiri lalu dorong ke sisi kanan dengan cepat.
3. keringkan diatas rak pewarnaan (10 menit).
4. Setelah kering, apusan darah difiksasi dalam staining jar berisi metil alcohol dalam 1
celupan selama 3 detik.
5. Lalu, apusan darah dikeringkan pada rak pewarnaan sampai kering.
6. Setelah itu warnai dengan larutan Giemsa menggunakan pipet tetes
7. Tunggu selama 3 menit lalu bilas dengan aquades dengan cara tidak langsung
mengenai objek glass.
8. Keringkan objek glass
9. Preparat sediaan apusan darah tebal dan tipis sudah jadi dan siap diamati.
10. Amati menggunakan mikroskop lalu catat hasil pengamatan.

IV. Hasil Pengamatan

 Gambar Preparat apusan darah tebal dan tipis

 Gambar hasil pengamatan preparat dengan mikroskop

16
V. Pembahasan

Praktikum pembuatan apusan darah manusia ini menggunakan metode apus/


smear/ oles. Darah yang digunakan adalah darah manusia . Berdasarkan foto dari hasil
pengamatan preparat apus darah manusia dengan pewarnaan Giemsa diketahui bahwa
preparat secara fisik cukup baik, bersih, dan terwarna. Dapat terlihat adanya eritrosit
dalam jumlah banyak dan leukosit.

Dibuat sediaan apusan darah tebal dan tipis dengan tujuan:

a. Sediaan darah tebal: untuk mendeteksi ada atau tidaknya parasit


b. Sediaan darah tipis : untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi.

Eritrosit teramati terwarna agak bening transparan. Eritrosit berbentuk bulat,


dengan bentuk seperti cekungan (cakram) pada sisi dalam (tengah) dan tak berinti
sehingga darah yang diamati bebas dar parasit plasmodium.sp Leukosit ditunjukkan
dengan sel yang memiliki inti berwarna ungu. Warna ungu disebabkan oleh inti leukosit
yang basa sehingga mudah menyerap zat warna giemsa. Preparat tampak rapat namun
sel-selnya dapat teramati dengan baik karena tidak bertumpuk, sehingga dapat dikatakan
ketipisan apusan sudah cukup baik.

VI. Penutup

A. Kesimpulan
1. Preparat apusan darah tebal dan tipis dapat dibuat dengan metode apus dan
metode pewarnaan Romanowski . pewarnaan pun membantu untuk
memperjelas pengamatan.

17
2. Preparat darah dari pasien yang diperiksa hasilnya negatif karena dalam
eritrosit tidak memiiki inti.
B. Saran
 Gunakan alat pelindung diri seperti jas lab, masker dan handscoon.
 Pastikan alat steril terutama lanset
 Jangan mengabaikan pasien yang telah diambil darahnya dengan tidak
membersihkan bekas tusukan pengambilan darah.
 Kerjakan dengan teliti dan cermat

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, A. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya: Jakarta.

Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

18
19
PRAKTIKUM IV

Judul pratikum : Pengamatan preparat malaria

Hari/tanggal : Kamis,30 januari 2020

Tempat : Laboratorium Kesehehatan Lingkungan Politehnik Kesehatan Tanjung

Karang

Tujuan : 1) Mahasiswa mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam

pengamatan plasmodium sp Pada sedian darah tebal dan tipis

2) Mahasiswa mengetahui morfologi dari plasmodium sp.

I. Tinjauan Pustaka

Kegunaan dari pemeriksaan apusan darah tepi yaitu untuk mengevaluasi morfologi
dari sel darah tepi(trombosit,eritrosit,leukosit).memperkirakan jumlah leufosit dan
trombosit ,identifikasi parasit.persyaratan pembuatan apusan darah objek yaitu objek
gllas harus bersih,fering bebas lemak.segera dibuat setelah darah yang diteteskan ,karna
jika tidak persebaran sel tidak merata leukosit akan terkumpul pada bagian
tertentu,clumping trombosit.tehnik yang digunakan menggunakan tehnik dorong(push
slide) yang pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell wintrobe Dan menjadi standar
untuk apus darah tepi.(wahyu,naela.2014).

Sedian sel darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang
terhemolisis,terutama bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasite
yang ditemukan umumnya tidak utuh.diagnosis tidak dapat dibuat bila hanya melihat 1-2
parasit. Untuk itu diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit.volume
darah yang diambil dan parasit yang terkandung Dalam darah akan terkonsentrasi pada
area yang lebih kecil sehingga pemeriksaan sedian darah menjadi cepat.oleh karna itu
dalam penegakan diagnosis malaria menggunakan sediaan darah tebal (irianto,2013).

Inti sel leokosit biru lembayung tua,hanya granula pada eosinophil yang tampak
Karena glemsa mengandung eosin yang merupakan perwarna alam .trombosit berwarna
lembayung muda dan berkelompok,parasite tampak kecil,batas sitoplasma sering tidak
nyata .parasit berbentuk seperti’’koma” atau “tanda seru” .sediaan darah tipis terdiri dari
sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling melekat satu sama lain.volume
darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas sehingga sediaan darah tipis

20
digunakan untuk membentuk identifikasi spesies plasmodium setelah ditemukan parasit
malaria dalam sediaan darah tebal (irianto,2013).

II. Alat dan Bahan

A. Alat
1. Mikroskop
2. Buku
3. Pena
B. Bahan
1. Sampel darah positif terkena malaria
2. Emersi oil.

III. Prosedur Kerja

1. Digunakan APD yang diperlukan.


2. Disiapkan alat dan bahan pratikum yang diperlukan
3. Letakan sediaan dimeja mikroskop dicari lapangan pandang pada sediaan pbjek
plasmodium SP. Dengan menggunakan pembesaran 10x lensa objektif
4. Dicari focus objek plasmodiumsp dengan menggunakan lensa 100x dan
menggunakan minyak emersi oil.
5. Dicatat dan didokumentasikan objek yang didapatkan. Dibuat laporan
sementara
6. Dilakuhkan langakh 3-5 pada sediaan lainnya.
7. Setelah penggunaan mikroskop selesai ,bersihkan lensa dengan tisu yang
diberikan alcohol 96% dengan cara ditekan tekan pada lensa.
8. Letakan mikroskop kembali pada arak mikroskop.

IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada mikroskop bahwa preparat positif plasmodium vivax
setelah diidentifikasi ciri-cirinya dibuku panduan malaria.

B. Pembahasan
Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasite plasmodium dalam sel darah
manusia ,ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina pada pratikum ini
ada sedian darah tebal dan hapusan darah tipis.kami mendapatkan preparat
plasmodium vivax.diamati dimikroskop dengan perbesaran 1000X sehingga
preparat ditetesi emersi oil agar gambar tersebut tidak pecah saat diamati dan
terlihat jelas,plasmodium vivax memiliki 3 stadium utama yaitu :
 tropozoit ( tropozoit muda berbentuk cicin)

21
 skizon (skizon muda dan tua)
 gamesosit (jantan dan betina)

Eritrosit yang terinfeksi lebih besar dan pucat dari eritosit normal,tampak titik
sehuffer yang teratur dan menyebar.

Pada pengamatan preparat plasmodium sp.kami mengetahui bahwa plasmodium


tersebut adalah plasmodium vivax karna melihat ciri-ciri dari panduan
pemeriksaan malaria dan ciri-ciri preparat yang kami amati karna menunjukan
ciri-ciri diatas.

Plasmodium vivax yang kami amati termasuk pada tahap troposit muda karna
berbentuk cincin,makrogametosit karna bentuknya bulat lonjong dan mengisi
hampir seluruh eritrosit dan tahap skizon muda karena ada sitoplasma yang padat
dan membelah membentuk merozoid.

Perbedaan penampakan parasite pada sediaan darah tebal dan tipis yaitu: pada
sediaan tetes tebal,lebih mudah menemukan parasitnya sedangkan hapusan darah
tipis untuk mengetahui spesies parasite penyebab infeksi.

V. Kesimpulan Dan Saran

A. Kesimpulan

1. Mahasiswa sudah memahami dan bias mengamati preparat plasmodium sediaan


tetes tebal dan tipis dan hapusan tipis menggunakan mikroskop dan bantuan
pemeriksa malaria
2. Mahasiswa mampu mengamati preparat plasmodium vivax dan mengedintifikasi
menggunakan mikroskop dengan pembesaran sesuai.
3. Plasmodium vivax dalam pengamatan ini sedang dalam tahap troposit
muda,makrogametosit dan tahap skizon muda sera kami mengetahi ciri-ciri
setiap tahapnya.

B. Saran
1. Mahasiswa sebaiknya melakuhkan pengamatan dengan pebesaran sesuai.
2. mahasiswa harus teliti dalam mengedintifikasi jenis plasmodium jangan hanya
karna salah satu ciri saja.

22
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu. 2014. Kemampuan Berpikir Matematik dan Analisis dan Faktor-Faktor: Depok.

Irianto. 2013. Mikrobiologis Medis,pp.71-3. Penerbit Alfabeta: Bandung.

Irianto. 2013. Epidemiologi Penyakit Penular dan Tidak Menular: Bandung.

23
PRAKTIKUM V

Judul : Pemeriksaan telur cacing pada feses

Hari/Tanggal : Kamis, 6 februari 2020

Waktu : 13.00 – 14.00 WIB

Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan

Tujuan : Untuk membuat preparat cacing dan mendeteksi cacing pada feses

I. Tinjauan Pustaka

Penyakit cacing merupakan penyakit yang ditularkan melalui tanah (Soil-


Transmitted Helminthiasis) yang dapat menyelesaikan siklus hidupnya di tanah sesuai
untuk berkembang menjadi bentuk yang infektif bagi manusia (Soedarto,2009).

Infeksi kecacingan dapat dijumpai diberbagai Negara termasuk di Indonesia


terutama didaerah tropis dan subtropis. Sasaran infeksi cacingan pada masyarakat
terbesar di pedesaan maupun diperkantoran yang tempatnya padat dan kumuh
(Djarismawati dan Mardiana, 2008).

Pemeriksaan feses dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing


maupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga dimaksudkan untuk
mendiognosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang diperiksa fesesnya.
Sebagian besar infeksi denga parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala
ringan. Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karna diagnosis
yang hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan
(Gandahusada,2000).

II. Alat Dan Bahan

1. ALAT 2. BAHAN
a. Mikroskop a. Feses bayi
b. Objek glass b. Larutan NaCl 33%

24
c. Deg glass
d. Pipet tetes
e. Beaker glass

f. Botol sampel

g. Pengaduk

III. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Masukkan feses ke dalam wadah seberat 10 gram
3. Lalu masukkan larutan NaCl 33%
4. Aduk hingga feses dan larutan NaCl tercampur dengan sempurna
5. Diamkan selama 4 jam hingga terjadi endapan
6. Ambil larutan feses dengan pipet tetes, lalu letakkan diatas objek glass sedikit
saja
7. Kemudian swab dengan deg glass dan tutup dengan deg glass
8. Menunggu preparat hingga kering
9. Amati dengan mikroskop
10. Membandingkan hasil pengamatan telur cacing dengan penggolongan jenis
parasitnya

IV. HASIL PENGAMATAN

Feses bayi berumur 5 bulan Contoh feses dari kedokteraan UGM


bernama Tino yang diduga telur Hookworm

V. PEMBAHASAN

25
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan cacing pada feses dengan
menggunakan metode apung. Metode apung digunakan berdasarkan berat jenis
telur-telur yang lebih ringan daripada berat jenis larutan yang digunakan sehingga
telur terapung dipermukaan,dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang
besar terdapat dalam feses. Pemeriksaan metode apung menggunakan larutan garam
jenuh yang direkomendasikan untuk pendeteksian telur Hookworm.

Pada tahapanya, feses dilarutkan dengan larutan NaCl 33%. Larutan ini digunakan
sebagai pelarut yang dapat melarutkan telur-telur cacing agar dapat mengapung
dipermukaan. Proses pendiaman larutan feses dilakukan maksimal 4 jam agar
proses pemisahan antara telur dan feses dapat dilakukan secara maksimal.

Dari hasil pengamatan pada sampel feses pada bayi berumur 5 bulan tidak
ditemukan adanya telur cacing pada feses tersebut. Diagnosis yang berdasarkan
gejala klinik saja kurang dapat dipastikan, sehingga harus dengan bantuan
pemeriksaan laboratorium. Bahan yang akan diperiksa tergantung dari jenis parasit,
untuk cacing atau protozoa khusus (usus) maka bahan yang diperiksa adalah tinja.

VI. KESIMPULAN

Jadi, pada praktikum kali ini tentang pemeriksaan cacing pada feses dapat
disimpulkan bahwa :

1. Mampu membuat preparat cacing untuk pemeriksaan.


2. Tidak ditemukan adanya telur cacing pada feses bayi yang bernama Tino dan
berumur 5 bulan sehingga diduga anak tersebut tidak terinfeksi cacing.

26
DAFTAR PUSTAKA

Gandahausada, S.W Pribadi dan D.I Herry. 2000. Parasitologi Kedokteraan Fakultas
Kedokteraan UI: Jakarta

Natadisastra, Djaenudin dan Agoes, Ridad. 2005. Parasitologi Kedokteraan Ditinjau


dari Organ Tubuh yang DiSerang. EGC: Jakarta

Soedarto. 2009; Salbiah, 2008, Djarismawati dan Mordiano. 2008. Pipet Dian Setyowati,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP. 2012

27
LAMPIRAN

28
29
PRAKTIKUM VI

Judul : Pemeriksaan Parasit Pada Air

Hari/Tanggal : 13 Februari 2020

Tempat : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujan : Untuk mengetahui jumlah parasit pada air

I. Landasan Teori

Air merupakan material esensial bagi kehidupan makhluk hidup,karena makhluk


hidup memerlukan air untuk keterlangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam
tubuh setiap organisme adalah untuk malarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu
tuuh an melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat selabur. Pemeriksaan air selama
mikrobiologi sangat penting bagi kehidupan ( Ramona, 2007)

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran
pencernan manusia. Bakteri coliform adalah kuman batang pendek gram negative yang
dapat membentuk rantai. Adanya mikroorganisme yang bersifat intrapatogenik dan
toksigenik yang juga berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu :

1. Coliform Tecal
Merupakan jenis bakteri yang tumbuh dari tinja manusia atau hewan berdarah
pans lainnya. Contonya E.Seheriela Ecoli
2. Coliform Non Tecal
Merupakan jenis bakteri coliform yang ditemukanpada hewan atau tanaman yang
telah mati. Contohnya Ecobacterium Aerogens ( Pracoyo,2006)

Bakteri Coli-Tinja atau E.Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran
Manusia atau hewan. E.Col terindentifikasi kuat akibat olehpencernan tinja, keduanya
memiliki resiko lebih besar menjadi patogen di dalam air. Bakteri E.Coli yang
mencemari air memiliki resiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang
dicemarinya. Morfologi bakteri ini adalah uman berbentuk batang pendek(basil) gram
negative dan mempunyai kapsul ( Anonim,2010)

Pewarnan gra adalah salah satu metode untuk mebedakan spesies parasit berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel. Dalam pewarnaan gram diperlkan 4 larutan yaitu zat
warna utam ( kristal violet ) murdam logal iodine yaitu senyawa yang digunakan untuk

29
mengintesifikan warna utama dan zat pewarna safranin untuk mewarnai kembali sel-sel
yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan dengan akohol. Bentuk parasit yang
dapat terlhat memiliki dua bentuk yaitu batang dan bulat ( Hajna. 1943)

II. Alat dan Bahan


A. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Tabung durham
3. Rak tabung reaksi
4. Beaker glass
5. Pipet Ukur
6. Bunsen
7. Bulb
8. Neraca analitik
9. Kaca arloji
10. Batang pengaduk
11. Spatula
12. Autoclave
13. Inkubator
14. Botol semprot
15. Jarum ose
16. Gelas ukur
17. Kompor listrik
18. Botol ragen
19. Oven
20. Korek api
B. Bahan :
1. Sampel airMedia LB
2. Media BGLB
3. Aquadest
4. Kertas buram
5. Kapas
6. Label
7. Alkohol 70%
8. Tissu
9. Gram A
10. Gram B
11. Gram C
12. Gram D

III. PROSEDUR KERJA


A. Sterilisasi Alat

30
1. Mensiapkan alat dan bahan
2. Mencuci bersih pipet ukur dan botol ragen
3. Membungkus pipet ukur dan botol ragen menggunakan kertas buram
4. Mensterilkan pipet ukur dan botol ragen yang telah dibungkus kedalam oven
1700-1800C selam 1-2 jam.
5. Mengeluarkan pipet ukur dan botol ragen dari dalam oven

B. Prosedur Pengambilan Sampel Air Keran


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mensterilkan diri dan tempat kerja
3. Mengelap bagian mulut keran menggunakan tissu basah selama 1-2 menit
dan iarkan air mengalir
4. Membuka botol ragen dari kertas buram yang sudah disterilisasi
5. Memflambir bagian atas mulut botol secara menyeluruh
6. Masukkan air keran kedalam botol ragen secara perlahan dan usahkan tidak
menyentuh bagian dinding botl, mengisi sampaipenuh
7. Mematikan keran dan memflambir kembali bagian mulut botol
8. Menutup botol ragen dan membunkusnya dengan kertas buram
9. Memberi label pada botol

C. Tes Pendugaan dengan Media LB


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 9 tabung reaksi ( 3 Ds 5m, 3SS 9ml, 3SS 9,9ml)
3. Memasukkan tabun durham ke masing-masing tabung reaksi dengan posisi
terbalik
4. Membuat larutan LB untuk sebanyak 6 tabung dengan perhitungan

3 Tabung SS 9ml = 3x9ml = 27 ml


3 Tabung SS 9,9ml = 3x9,9ml = 29,7 ml
Total = 56,7 ml

56,7 ml ditambah menjadi 70ml karena dikhawatirkan ada yang


tumpah dan menguap saat dipanaskan.

Kebutuhan LB 13gr dalam 1000ml, jadi

13
X 70ml = 0,91gr LB yang dibutukan untuk 70l
1000

1. Membuat larutan LB untk tabung DS sebanyak 3 tabung dengan perhitungan :


5ml x 3tabung = 15 ml
15ml ditambah menjadi 75ml diberikan takut tumpah atau menguap pada
saat dipanaskan. Jadi,

31
13
x 25 x 2 = 0,65gr LB yang dibutuhkan dalam 50ml
1000

1. Memanaskan larutan LB dengan hotplate hingga mendidih


2. Mengangkat larutan LB yang telah mendidih
3. Mempetlarutan LB kedalam masing-masing tabung reaksi yang telah diberi label
0,1 1, dan 5

0,1 1 5

9,9 ml 9ml 5ml

1. Memposisikan tabung durham terendam larutan dan tidak ada gelembung yang
terperangkap d dalam tabung durham, tutup dengan kapas
2. Mensterilkan menggunakn autoclave degan suhu 1210C tekanan 1 atm selama 15
menit
3. Mengeluarkan tabung reaksi berisi media LB yang telah disterilkan
4. Memasukkan sampel air kedalam tabung reaksi yan berisi LB dengan memipet
sampel air
5. Memipet sampel airkedalam tabung reaksi sesuai dengan label yang ad di tabung
reaksi tahap ini dilakukan dekat bunsen agar steril
6. Mengingkubasi tabung reaksi di dalam inkubator selama 1x24 jam
7. Mengamati tabung yang mebentuk gelembung dan hasil tersebut menunjukan
positif.

D. Uji Penegasan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 2 kali hasil tabung positif pada tes
pendugaan yaitu 18 tabung.
3. Memasukkan tabung durham ke dalam tabung reaksi dengan posisi
terbalik.
4. Membuat larutan BGLB dengan perhitungan:
Untuk 18 tabung reaksi (E-coli dan choliform) 5ml x 18 tabung = 90 mL =
100 ml
Jadi 100 ml untuk menghindari penguapan dan tumpahan.

32
 Ketentuan Media BGLB (40 gr/1000 ml)
40
 1000
x 100 ml = 4 gr BGLB yang dibutuhkan dalam 100 ml.

Media B (Uji Positif)

1. Memindahkan hasil/biakan pada media LB ke dalam tabung reaksi


BGLB dengan jarum ose sebanyak 3 kali.
2. Mensterilisasi ose dengan bunsen setiap ingin memindahkan media serta
flambir tabung dan tutup dengan kapas.
3. Menginkubasi di dalam inkubator pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam
untuk choliform dan 40o C untuk E-coli.
4. Mengamati hasil/tabung bergelembung atau berkeruh.
5. Mencatat hasil pengamatan.

E. Uji Pelengkap (Pewarnaan gram)


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil sampel tabung positif dengan ose steril dan meletakkan di atas
permukaan kaca objek glass yang sudah disterilkan.
3. Melakukan fiksasi yaitu dengan cara melewatkan olesan sampel di atas
nyala api bunsen.
4. Membubuhi larutan cat gram A (larutan cat kristal violet) 2-3 tetes pada
permukaan preparat, diamkan 2 menit, cuci dengan air mengalir dan
keringkan.
5. Membubuhi larutan cat gram B (larutan mordan lugol iodium) 2-3 tetes
pada permukaan preparat, diamkan 1 menit, cuci dengan air mengalir lalu
keringkan.
6. Membubuhi larutan cat gram C (larutan peluntur Aseton alkohol) 2-3 tetes
pada permukaan preparat diamkan selama 30 detik, cuci dengan air
mengalir lalu keringkan.
7. Membubuhi larutan cat gram D (cat saframin) 2-3 tetes pada permukaan
preparat, diamkan selama 30 detik, cuci dengan air mengalir lalu
keringkan.
8. Mengamati sampel preparat menggunakan mikroskop dengan perbesaran
1000 dan dilapisi dengan emersi oil.
9. Mencatat hasil pengamatan.

1V. Hasil Pengamatan


A. Hasil Pengamatan
 9 tabung reaksi
 3 tabung reaksi

33
 3 tabung reaksi
 3 tabung reaksi

B. Hasil Pengamatan
 Bakteri Choliform= 1
 Bakteri E-coli= 0,1

5 = +3 (positif)

Tabel Mpn 333 Menurut Formula Thomas


Jumlah Tabung (+) Gas pada Penanaman Indeks MPN
per 100 ml
3 x 10 ml 3 x 1 ml 3 x 0,1 ml
0 0 0 0
0 0 1 3
0 0 2 6
0 0 3 9
0 1 0 3
0 1 1 6
0 1 2 9
0 1 3 12
0 2 0 6
0 2 1 9
0 2 2 12
0 2 3 16
0 3 0 9
0 3 1 13
0 3 2 16
0 3 3 19
1 0 0 4
1 0 1 7
1 0 2 11
1 0 3 14
1 1 0 7
1 1 1 11
1 1 2 15
1 1 3 18
1 2 0 11
1 2 1 15
1 2 2 19

34
1 2 3 23
1 3 0 15
1 3 1 19
1 3 2 23
1 3 3 27
2 0 0 10
2 0 1 14
2 0 2 19

35
Jumlah Tabung (+) Gas pada Penanaman Indeks
MPN per
100 ml
3 x 10 ml 3 x 1 ml 3 x 0,1 ml
2 0 3 24
2 1 0 15
2 1 1 20
2 1 2 25
2 1 3 30
2 2 0 21
2 2 1 26
2 2 2 31
2 2 3 37
2 3 0 27
2 3 1 33
2 3 2 38
2 3 3 44
3 0 0 29
3 0 1 39
3 0 2 49
3 0 3 60
3 1 0 46
3 1 1 58
3 1 2 72
3 1 3 86
3 2 0 76
3 2 1 95
3 2 2 116
3 2 3 139
3 3 0 190
3 3 1 271
3 3 2 438
3 3 3 ≥1898

36
V. Pembahasan

Pada praktikum kali ini pada pemeriksaan parasit pada air bersih dilakukan
dengan uji pendugaan yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
mikroorganisme pada air dengan indikator ada atau tidaknya gelembung pada
media dalam waktu 1 x 24 jam. Berdasarkan data yang diperoleh pada uji ini
terdapat 9 tabung yang tampak gelembung. Terbentuknya gas dalam tabung
durham disebabkan oleh adanya mikroba pembentuk gas karena kemampuan
choliform yang terdapat pada sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas.

Tahap kedua adalah penegas, dalam uji ini menggunakan media BGLB.
Digunakan media ini karena hijau berlian yang terdapat pada uji penegas berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan menggantikan
pertumbuhan gram negatif. Pada uji ini terdapat 2 jenis parasit yaitu : 1. E-coli
dan 2. Choliform.

Tahap ketiga adalah uji pelengkap. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
bentuk pada parasit yang akan diteliti. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan
kristal violet karena kristal violet memiliki sifat alkalin yang mampu mengikat
sitoplasma bakteri yang bersifat negatif. Dalam proses ini olesan bakteri yang
sudah terfiksasi dikenai larutan. Larutan seperti zat pewarnaan kristal violet,
larutan iodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya
berupa zat warna cat safrana. Tujuan fiksasi adalah agar sampel yang diletakkan
di atas kaca objek dapat melekat sempurna menempel, tetapi fiksasi dilakukan
tidak terlalu lama karena jika terlalu lama dikhawatirkan hasil pengamatan akan
berwarna hitam akibat sampel terbakar terlalu lama.

VI. Kesimpulan

Jadi, pada praktikum kali ini tentang pemeriksaan parasit pada air bersih
dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada uji penduga didapat hasil yang positif yaitu 9 tabung.


2. Pada uji penegas didapat hasil positif choliform dan E-coli sebanyak 18
tabung, sehingga didapat hasil menurut Tabel Thomas yaitu 72.400 cfu/100
ml.
3. Pada uji pelengkap didapat hasil pengamatan parasit E-coli berbentuk
bacillus (batang) dan parasit jenis choliform berbentuk coccus (bulat).

37
DAFTAR PUSTAKA

Pracaya, 2006. Penuntun Praktikum Parasitologi. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Institut Pertanian Bogor.

Doyie, 2006. Uji Pendugaan Pada Pemeriksaan Mikrobiologi Air. Gramedia:


Jakarta.

Hasna, AA, 1943. Bakteri Choliform dan Colitinja, hal 550-556. Dunia
Kedokteran: Jakarta.

38
PRAKTIKUM VII

Judul : Pemeriksaan parasit pada makanan cumi-cumi

Hari, Tanggal : Kamis, 27 februari 2020

Waktu : 14.00-16.00 WIB

Tempat : Ruang laboratarium kesehatan lingkungan

Tujuan : Mengetahui jenis parasit salmonela yang terdapat dalam


sampel makanan

I. Tinjauan Pustaka

Parasit merupakan kelompok biota yang pertumbuhan dan hidupnya


bergantung pada makhluk lain yang dinamakan inang. Inang dapat berupa
binatang atau manusia. Menurut cara hidupnya, parasit dapat dibedakan menjadi
ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah jenis parasit yang hidup di
permukaan luar tubuh, sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam
organ tubuh inangnya. Parasit yang hidup pada inangnya dalam satu masa/tahapan
pertumbuhannya seluruh masa hidupnya sesuai masing-masing jenisnya
(Setyorini dan Purwaningsih, 1999).

Salmonela merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang. Fakultaly


genus salmonela dinami oleh seorang ahli patalogi hewan amerika yang bernama
daniel elmer salmon, namun theobald mih adalah penemu sebenarnya dari jenis
bakteri ( salmonella entericaver dnderaarui ) pada 1885 yang menyebabkan
penyakit entienle pada babi ( peawiti, 2011 )

II. Alat dan Bahan

Alat : 1. Tabung reaksi

2. Beaker glass
3. Tabung reaksi rak

39
4. Cawan arloji
5. Pipet ukur
6. Bulp
7. Gelas ukur
8. Oven
9. Autoclave
10. Kompor listrik
11. Bunsen
12. Cawan petridis

Bahan : 1. Media TSA


2. Media SSA
3. Aquadest
4. Sampel cumi-cumi
5. Alkohol 70%
6. Kapas
7.Alumanium

III. Prosedur Kerja


A. Pembuatan Sampel
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbang masing-masing sampel 5gram menggunakan neraca analitik,
kemudian tumbuk/ haluskan dan letakkan di beaker glass
3. Tambahkan aquadest sebanyak 45ml, kemudian homogenkan
4. Beri label masing-masing sampel (telur, daging, cumu-cumi dan sawi)
B. Pembuatan Medi
Media TISA
1. Siapkan media/ bahan yang akan digunakan
2. Tambahkan TSIA sebanyak 1,95 gram
65 gram
3. Perhitungkan : ¿ X 30 ml = 1.95 gram
1000
4. Masukkan media TSIA yang sudah di timbang ke dalam beaker glass

40
5. Tambah aquadest sebanyak 30 ml
6. Masukkan media tersebut ke kompor listrik
7. Pimdahkan media TSIA ke 5 tabung reaksi yang telah di siapkan
sebanyak 5 ml
8. Letakkan tabung reaksi tersebut dengan posisi masing-masing
9. Diamkan hingga media mengeras
10. Setelah media mengeras, masukkan masing-masing sampel
menggunakan jarum ose dengan cara menggores media membentuk
zig zag sisakan satubung untuk blanko.
11. Lalu inkubasi dengan suhu 37°C selama 1x24 jam atau 2x24 jam

Media SSA
1. Siapkan bahan yang akan digunakan
2. Siapkan cawan petridis sebanyak 5 buah
63 gram
3. Timbang media SSA sebanyak 5,04 gram perhitungan : ¿ x
1000
80 = 5,09 gram
4. Masukkan kedalam beaker glass
5. Tambahkan aquadest sebanyak 80ml
6. Masak media di kompor listrik
7. Pindakan media SSA yang sudah di mak ke cawan petridis masing-
masing sebanyak 15 ml
8. Diamkan hingga media mengeras
9. Setelah media mengeras, gorreskan masing-masing membentuk zig
zag, sisaan cawan petridis untuk balnko
10. Lalu inkubasi dengan suhu 31°C selama 1x24 jam atau 2x24 jam

IV. Hasil Pembahasan


Pada pemeriksaan salmonella pada makanan di dapatkan hasil :
 Media TSIA = Tabung reaksi cumi-cumi dan sawi fositif mengandung
salmonella ditandai dengan adanya perubahan

41
 Media SSA = Cawan petridis sampel cumi dan sawi fositif mengandung
salmonella di tandai dengan goresan sampel yang mengalami perubahan
warna.

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui


makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella disebut salmonelosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonelosis
adalah diare, kram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah mengonsumsi

42
makanan yang terkontaminasi Salmonella.[5] Gejala lainnya adalah sakit kepala,
mual, dan muntah-muntah.
Genus Salmonella terdiri atas dua spesies, yaitu S. bongori dan S. enterica.
Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S.
enteritidis. Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifus akibat invasi
bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh
keracunan makanan atau intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-
mual, muntah dan kematian. Salmonella typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat
fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal
ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi
Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan
makanan yang dikonsumsi.
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media,
salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat
digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-
lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-
diferensial.Media ini tergolong selektif karena terdiri dari garam empedu yang
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan beberapa
Gram negatif sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media
ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri
Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat
pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang
paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa sehingga asam yang
dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini
menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang
dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin
asam dan biru bromtimol.

43
KESIMPULAN
Jadi, pada praktikum kali ini tentang pemeriksaan pasit pada makanan
cumi-cumi salmonella pada makanan dapat di simpulkan bahwa :
1. Sampel makanan sawi dan cumi fositif mengandung salonella pada media
TSIA dan SAA
2. Sampel makanan daging dan ttelor negatif mengandung salmonella
3. Makanan yang terindentifikasi fositif mengandung salmonela tidak boleh
dikonsumsi secara mentah karena dapat mengganggu kesehatan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Setyomi dan Purwaningsih. 1999. Metode Penelitian Parasit pada Makanan.


Yogyakata : Parasitologi.

Pawiti. 2011. Parasitologi Kedokteran. Fakultas kedolteran UI. Jakarta

Rubatzky, Vincent E., dan Mas Yamaguchi Gandahusada, Srisasi dkk. 1998.
Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbitan FKUI; Jakarta.

45
PRAKTIKUM VIII

Judul Praktikum : Pemeriksaan Parasit pada Tanah


Hari/Tanggal : Kamis, 5 Maret 2020
Waktu Praktikum : 14:00 – 16:00 WIB
Tempat Praktikum : Laboratorium 2 Kampus Jurusan Kesehatan Lingkungan
Tujuan Praktikum : - Agar Mengetahui Cara Pengambilan Sampel Tanah

- Agar dapat Melakukan Uji Kualitas pada Sampel Tanah

-Agar mengetahui parasit yang ada pada tanah

I. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang komplek ,yang
mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk
menjalankan berbagai proses vital bagi kehidupan terestial. Mikroba bersama –
sama fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme yang secara umum
disebut aktivitas biologi tanah. Peranannya yang penting dalam perombakan
bahan organik dan siklus hara menempatkan organisme tanah sebagai faktor
sentral dalam memelihara kesuburan dan produktivitas tanah ( Rasti Saraswati,
2007).
Komposisi tanah sangat bervariasi tergantung sifat – sifat tanah seperti pH,
tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas mikroorganisme di dalamnya dan
kelembabannya.
Kesuburan tanah dapat diprediksi dari jumlah populasi mikroba yang
hidup di dalamnya. Tinggi nya jumlah mikroba yang merupakan pertanda
tinggi nya tingkat kesuburan tanah, karena mikroba berfungsi sebagai
perombak senyawa organik menjadi nutrient yang tersedi bagi tanaman dan di

46
dalam tanah terkandung cukup bahan organik dan senyawa lainnya untuk
pertumbuhan mikroba.(purwaningsih,2005).

Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui


tanah (Soil Transmitted Helminths), diantaranya adalah Ascaris
lumbricoides,Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma
duodenale dan Strongyloides stercoralis (Gandahusada,1998).
Cacing tambang dapat berkembang secara optimal pada tanah berpasir
yang hangat dan lembab, telur di tanah tumbuh dan berkembang menjadi
embrio dalam 24-48 jam pada suhu 23 sampai 30 °C dan menetas menjadi
larva. Larva 10 filaform yang menembus kulit dapat menyebabkan ground itch.
Perubahan pada paru biasanya ringan. Tiap cacing N.americanus menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-
0,34 cc. Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia hipokrom
mikrositer. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya
tahan berkurang dan kognitif menurun (Didik, 2012).
Manusia merupakan hospes cacing Trichuris trichiura. Penyakit yang
disebabkannya disebut trikiuriasis. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan
yang jantan sekitar 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya
kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih
gemuk, pada cacing 11 betina bentuknya membulat tumpul. Pada cacing jantan
melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens
dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing
betina dapat menghasilkan telur sehari 3.000-5.000 butir (Chadijah, 2013).
Trichuris trichiura lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karcna
secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Infeksi dengan cacing cambuk
(trichuriasis) lebih sering terjadi di daerah panas, lembab dan sering bersama-
sama dengan infeksi Ascaris. Sampai saat ini dikenal lebih dari 20 spesies
Trichuris spp, namun yang menginfeksi manusia hanya Trichuris trichiura dan
Trichuris vu/pis. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak. Apabila jumlahnya

47
sedikit, pasien biasanya tidak akan terpengaruh dengan adanya cacing ini.
Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan trichuriasis atau
trichocephaliasis. Pcnyakit ini terutama terjadi di daerah subtropis dan tropis ,
dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab
memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah (Slamet,2002).

II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT
1. Sand Auger
2. Cawan Petridish
3. Kompor Listrik
4. Beaker Glass
5. Batang Pengaduk
6. Pipet Ukur
7. Bunsen
8. Sendok Reagen
9. Oven
10. Atoclave
11. Tabung reaksi
12. Rak Tabung Reaksi
13. Gelas Ukur
14. Inkubator
15. Blup
16. Neraca Analitik
17. Kaca Arloji
18. Botol Semprot

B. BAHAN
1. Media NA
2. Media PDA
3. Aquades

48
4. Alkohol
5. Label
6. Plastik sampel
7. Alumunium Foil
8. Sampel Tanah
9. Larutan CH3COOH
10. Larutan NaOH
11. Kertas PH

III. Prosedur Kerja

A. Pengambilan Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengambil
sampel tanah
2. Mengambil sampel tanah menggunakan auger dengan cara di putar
agar membentu lubang
3. Menggali hingga kedalaman 0-30 cm
4. Mengambil secukupnya tanah yang akan diteliti lalu memasukkannya
ke dalam plastic sampel yang steril

B. Seterilisasi Alat dan Bahan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan yaitu 8 cawan petri,
8 pipet ukur bervolume 1 ml dan 5 ml, gelas ukur 5 ml, dan 1 kaca
arloji
2. Membungkus alat-alat tersebut menggunkan kertas buram
3. Memasukkan alat-alat tersebut ke dalam oven dengan suhu 170-180ºC
selama 1-2 jam
4. Mengeluarkan alat-alat dari oven dan mendinginkan nya
5. Mengambil aquades sebanyak 60 ml, lalu pipet aquades sebanyak 9
ml dan memasukkan nya ke dalam tabung reaksi
6. Menutup masing-masing tabung reaksi yang berisi Aquades dengan
kapas

49
7. Mensterilkan tabung reaksi berisi aquades ke dalam Autoclave
dengan suhu 121ºC tekanan 1atm selama 15 menit
8. Mensterilkan aquades sebanyak 99 ml di dalam beaker glass dengan
perlakuan yang sama seperti diatas
9. Mengeluarkan aquades steril dari autoclave dan mendinginkannya

C. Membuat Media NA dan Media PDA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Membuat media NA dan PDA dengan perhitungan
gr PDA = 39 × 240 ml = 9,36 gr PDA
1000

gr NA = 20 × 240 ml = 4,8 gr NA
1000
3. Menimbang media PDA dab NA sebanyak 9,36 gr PDA dan 4,8 gr
NA ( untuk 4 kelompok )
4. Melarutkan media NA dan PDA masing – masing dengan
penambahan 240 ml aquades hingga larut sempurna
5. Memanaskan media NA dan PDA di atas kompor listrik hingga
mendidih
6. Mengangkat media setelah mendidih dan menutup media dengan
alumunium poil
7. Mensterilkan media di dalam autoclave dengan suhu 121ºC tekanan
1atm selama 15 menit
8. Mengeluarkan media dan mendinginkan nya hingga suhu ruangan

D. Preparasi Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Menimbang sampel tanah sebanyak 1gr dengan menggunakan neraca
analitik

50
3. Melarutkan sampel tanah ke dalam beaker glass dengan penambahan
aquades steril sebanyak 99 ml
4. Menunggu hingga tanah mengendap
5. Mengecek PH dengan indikator universal (kertas PH) dengan cara
mencelupkan kertas PH kedalam larutan sampel tanah dan
mencocokkan warnanya, apabila ph <7 maka sampel di tambah
larutan basa (NAOH), apabila ph >7 maka sampel di tambah larutan
asam (CH3COOH) hingga ph larutan netral.
6. Jika ph larutan sampel sudah netral, maka larutan sampel siap di
gunakan.

E. Pengenceran dan Penanaman Sampel


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Menyiapkan 8 cawan petri yang sudah di sterilkan
3. Memipet 1 ml dan memasukkan nya ke dalam tabung reaksi berlebel
10 ̄ 2 lalu homogenkan
4. Memipet 1 ml dari tabung reaksi 10 ̄ 2 lalu masukkan ke dalam tabung
reaksi 10 ̄ 3, homogenkan
3
5. Memipet 1ml dari tabung reaksi 10 ̄ lalu memasukkan ke dalam
tabung reaksi 10 ̄ 4 , homogekan
4
6. Memipet 1 ml dari tabung reaksi 10 ̄ lalu memasukkan ke dalam
tabung reaksi 10 ̄ 5 , homogenkan
5
7. Memipet 1 ml dari tabung reaksi 10 ̄ lalu memasukkan ke dalam
tabung reaksi 10 ̄ 6 , homogenkan
6
8. Memipet 1 ml dari tabung reaksi 10 ̄ lalu memasukkan ke dalam
tabung reaksi 10 ̄ 7, homogenkan
9. Melakukan semua tahap di atas di dekat api Bunsen
10. Memipet 1ml dari 3 seri tabung pengenceran terakhir yaitu 10 ̄ 5, 10 ̄ 6,
10 ̄ 7 dan memasukkan nyake masing – masing 8 cawan petri
11. Menuangkan NA ke masing – masing 4 cawan petri sebanyak 15 ml

51
12. Menuangkan media PDA ke masing – masing 4 cawan petri berbeda
sebanyak 15 ml
13. Melakukan flambir dan menghomogenkan membentuk angka 8
14. Menunggu hingga media NA dan PDA dingin mengagar lalu
membungkus masing – masing cawan petri dengan kertas buram
15. Menginkubasi cawan ke dalam incubator dengan suhu 37ºC selama
1× 24 jam

F. Perhitungan Koloni
1. Mengeluarkan cawan petri yang sudah diinkubasi
2. Menghitung koloni yang tumbuh pada media
3. Mencatat jumlah koloni yang telah di hitung
4. Memasukkan kedalam rumus perhitungan
5. Membandingkan hasil perhitungan dengan syarat permenkes
6. Melakukan pembasmian dengan merebus cawan petri dengan air
mendidih yang di campur dengan wifol dan di cuci dengan sabun

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Media PDA
1. Cawan 10 ̄ 5 = 52
2. Cawan 10 ̄ 6 = 43
3. Cawan 10 ̄ 7 = 36
4. Cawan blanko = 20

Total koloni pada media PDA yaitu 151 koloni


 Pengamatan koloni pada media PDA
1. Tepi koloni : Bergelombang
2. Warna koloni : Putih ke kuningan
3. Bentuk koloni : Bulat dan tidak beraturan
4. Permukaan koloni : Datar

52
5. Jenis koloni : Jamur

B. Media NA
1. Cawan 10 ̄ 5 = 91 (a)
2. Cawan 10 ̄ 6 = 56 (b)
3. Cawan 10 ̄ 7 = 29 (c)
4. Cawan blangko = 18 (d)

R (koloni/ ml ) = (a-d) + (b-d) + (c-d)

= (91-18) + (56-18) + (29-18)

= 73 + 38 + 11

= 40 koloni /ml
 Pengamatan Koloni pada media NA
1. Tepi koloni : Rata
2. Warna koloni : Putih
3. Bentuk koloni : Bulat dan tidak beraturan
4. Permukaan koloni : Datar

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji parasit dalam tanah, dimana
praktikum ini bertujuan untuk melihat keragaman mikroorganisme yang hidup
di tanah. Pengambilan sampel tanah di lakukan pada ke dalaman 15 cm, karena
tanah dalam keadaan tertentu kemungkinan besar lebih sedikit terkontaminasi
dibandingkan permukaan tanah. Dalam praktikum ini. Digunakan media NA
dan PDA pada proses penanaman. Media NA digunakan karna merupakan

53
media yang dapat di tumbuhi oleh semua jenis bakteri sehingga kemungkinan
hasil koloni pada media NA akan lebih banyak di bandingkan media PDA.
Digunakan media PDA karena media PDA merupakan media selektif untuk
pertumbuhan jamur agar kita mengetahui apakah tanah tersebut terdapat jamur
atau tidak.
Pada praktikum ini di lakukan teknik pengenceran secara berulang dari 10 ̄
2 7
sampai 10 ̄ yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kerapatan mikroba
pada sampel agar hasil koloni dapat di hitung dengan tepat.
Pada media NA, dihasikan koloni sebanyak 40 koloni/ml dengan tepi
koloni rata, bentuk bulat dan tidak beraturan, permukaan datar dan warna
koloni putih.
Pada media PDA, dihasilkan total koloni sebanyak 151 koloni dengan tepi
koloni bergelombang, bentuk bulat dan tidak beraturan, permukaan datar dan
warna koloni putih ke kuningan. Jenis koloni pada media PDA yang tumbuh
ini adalah jenis jamur karena media PDA adalah media selektif untuk
menstimulasi pertumbuhan jenis jamur.
Untuk hasil koloni setelah diinkubasi, hasil koloni setiap cawan pada
media NA lebih banyak dibandingkan hasil setiap cawan pada media PDA.
Namun, pada hasil perhitungan jumlah koloni pada media NA lebih sedikit
dibandingkan media PDA. Hal ini di karenakan perbedaan rumus yang di
gunakan, sehingga tidak terlalu berpengaruh. Tetapi, jika kenyataan tiap cawan
koloni pada media PDA lebih banyak di bandingkanmedia NA, maka hal
tersebut terdapat kesalahan pada proses praktikum nya, seperti kurang steril
nya dalam perlakuan praktikum, tidak memakai masker sehingga
terkontaminasi dan juga bias jadi karena salah memberi nama lebel media
pada cawan. Dari hasil pengamatan kami, tidak ditemukan parasit lain seperti
cacing parasit.
Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui
tanah (Soil Transmitted Helminths), diantaranya adalah Ascaris
lumbricoides,Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma
duodenale dan Strongyloides stercoralis (Gandahusada,1998).

54
VI. KESIMPULAN
Jadi, pada kesimpulan ini tentang mikrobiologi tanah di dapat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada media NA, didapat hasil koloni sebanyak 40 koloni/ml dengan jumlah
5 6
koloni pada cawan 10 ̄ sebanyak 91 koloni , cawan 10 ̄ sebanyak 56
koloni, cawan 10 ̄ 7 sebanyak 29 koloni dan blanko sebanyak 18 koloni.
2. Pada media PDA, didapat hasil koloni total sebanyak 151 koloni dengan
5
jumlah koloni pada cawan 10 ̄ sebanyak 52 koloni, cawan 10 ̄ 6 sebanyak
43 koloni, cawan 10 ̄ 7 sebanyak 36 koloni dan blanko sebanyak 20 koloni.

55
DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada.1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

Didik Sumanto.2012. Uji Paparan Telur Cacing Tambang Pada Tanah Halaman
Rumah. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS. ISBN : 978-
602-18809-0-6.

Chadijah. 2013. Kejadian Penyakit Cacing Usus di Kota Palu dan Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit
Bersumber Binatang.ISSN.Vol.4 (4) : 181-187.

Slamet.2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

56
LAMPIRAN

57
58
59

Anda mungkin juga menyukai