Parasitologi
Kelompok :
2019/2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Bandar Lampung, 2
April 2020
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing
NIP. 196109151986031
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir pratikum
kimia lingkungan. .
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir pratikum ini masih
banyak terdapat kekurangan baik dari segiisi, penulisan maupun kata-kata yang
kami gunakan.
Semoga laporan ini dapat memenuh isyarat kami untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) kami dalam matakuliah Parasitologi dan apa bila terdapat
kesalahan kami mohon maaf. Kami sangat menerima kritik dan saran dari
pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
PRAKTIKUM 1
I. Tinjauan Pustaka
Alat yang dapat membesarkan bayangan benda yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mata telanjang disebut mikroskop. Pembuatan mikroskop
retama kali pada abad ke-16 dan digunakan untuk penelitian secara luas sejak
abad ke-17. Mikroskop berasal dari kata micro yang berati kecil dan scopium
yang berarti penglihatan.
Terdapat 2 macam mikroskops,yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Mikroskop cahaya disebut juga mikroskop optik adalah mikroskop
yang menggunakan sumber cahaya (foton) untuk memuisualisasikan gambar.
Sumber doton tersebut bisa sinar matahari (pada mikroskop cahaya
konvensional) atau lampu (pada mikroskop Cahaya modern).
Mikroskop elektron adalah mikroskop yang menggunakan elektron statik
dan elektron magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar.
Mikroskop elektron sendiri adalah bidang ilmu sains yang menggunakan
mikroskop sebagai alat dan radiasi elektron untuk membentuk gambar
spesisme. ( Dr. Tutik,2017)
1
Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk mengamati
mikroorganisme dan bagian-bagian organisme yang sangat kecil,misalnya sel.
Penemuan mikroskoppertama ditemukan pada tahun 1655 oleh seseorang
ilmuan inggris bernama Robert Hooke mengamati sayatan gabus
tumbuhandengan menggunakan mikroskop buatannya dan melihat adanya
ruangan-ruangan kecil yang menyusun gabus tersebut. Ruangan-ruangan kecil
itu disebut sel. Ruangan- ruangan kecil tersebut sebenarnya adalah sel yang
telah mati yang kosong tanpa isi. Namun demikian istilah sel masih digunakan
sampai saat ini.
Penemu mikroskop kedua adalah antonie van leeuwenhock (1632-1723`)
seorang ilmuan belanda dengan menggunakan mikroskopsederhana buatannya
mengamati setetes air rendaman jemari, dari hasil pengamatannya dia
menemukan benda aneh yang bergerak di dalam setetes air rendaman jemari
tersebut. Dewasa ini sel yang bergerak tersebut dikenal dengan nama protista
(W.A.New Dortand,2002).
Mikroskop cahaya sering disebut dengan mikroskop optik. Berdasarkan
kompleksitas sistem optiknya, mikroskop cahaya dibagi atas mikroskop
sederhana ( Simple microscope ) dan mikroskop majemuk (compound
microscope ).
Mikroskop sederhana hanya terdiri dari satu lensa atay set lensa yang
berfungsi untuk memperbesar bayangan secara langsung melalui perbesaran
angular. Pada mikroskop majemuk, bayangan dan perbesarannya yang
dihasilkan meruakan kerjasama antar lensa objektif dan lensa okuler dengan
sifat bayangan akhir yang dibentuk adalah bayangan maya. Lensa objektif
adalah lensa mikroskop yang dekat dengan benda yang diamati (objek) dan
lensa okuler merupakan lensa yang dekat dengan mata. Lensa objektif atau
okuler dapat berupa lensa cembung tunggal atau satu set lensa cembung.
(Dra.Nunung,2017)
2
II. Alat Dan Bahan
A. Alat
No Nama alat Gambar Fungsi
B. Bahan
No Nama alat Gambar Fungsi
3
I. Bagian Mikroskop dan Fungsinya
4
7. Revolver Untuk mengatur perbesaran lensa objektif.
(pemutar
lensa)
12. Penjepit kaca Sebagai pelapis objek agar objek tidak bergeser-
(klip) geser saat pengamatan sedang berlangsung.
5
IV. Cara Kerja
Berikut cara menggunakan mikroskop cahaya
1. Letakan mikroskop diatas meja pengamat,
2. Pasang lensa okuler dengan perbesaran lemah,
3. Putar maktrometer kearah belakang agar badan mikroskop terangkat,
4. Geser pemutar lensa agar lensa objektif dengan perbesaran lemah berada
pada kedudukan segaris dengan arah datangnya cahaya,
5. Gunakan lensa objektif dengan perbesaran lemah,
6. Naikan Kondensor setinggi mungkin. Buka diafragma selebar mungkin
agar cahaya yang masuk ke kondensor cukup,
7. Putar cermin ke arah sumber cahaya,
8. Letakan kaca objek (sediakan preparat) diatas lubang meja mikroskop
sedemikian sehingga sediaan dilalui cahaya dari kondensor,
9. Cara memasang preparat
a. angkatlah lubang lensa sedikit keatas dengan menggerakkan
makrometer ke belakang,
b. pasanglah preparat persis diatas lubang meja benda, lalu atur
penjepitnya,
10. Putar makrometer kearah depan sehingga lensa objektif tepat berada
diatas sediaan,
11. Amatilah sediaan dengan mendekatkan salah satu mata melalui lubang
lensa okuler,
12. Dengan mata tetap pada posisi, putarlah makrometer sampai diperoleh
bayangan yang jelas. Bayangan yang tampak bayangan benda dengan
perbesaran 50 kali. Cara mencari bayangan benda adalah sebagai berikut
:
a. Setelah sediaan terpasang dengan benar, kembalikan kedudukan lensa
hingga permukaan bawah lensa objektif kira-kira 5mm dari kaca
penutup preparat.
b. Sambil melihat melalui lensa okuler, putarlah makrometer kebelakang
pelan pelan sampai menemukan bayangan benda.
6
c. Setelah menemukan bayangan yang jelas, hentikan memutar
makrometer kedepan dan kebelakang sampai mendapatkan bayangan
benda terjelas.
13. Amati dahulu sediaan dengan perbesaran 5kali pada lensa okuler.
Gerakkan pemutar lensa sehingga lensa objektif dengan perbesaran 40
kali benda pada posisinya (sampai terdengar suara klik).
V. Pembahasan
Sebelum melakukan praktikum dosen menjelaskan bagaimana cara
pemakaian mikroskop selanjutnya setiap kelompok menuju masing-masing
tempat praktikum yang sudah ditentukan.
Mikroskop dapat membantu kita melihat benda – benda yang sangat
kecil sehingga dapat terlihat oleh kita. Mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron memiliki manfaat yang sangat penting. Mikroskop cahaya
merupakan suatu alat yang mempunyai bahan- bahan tertentu, yaitu terdiri
dari alat- alat optik dan non optik yang digunakan untuk mengamati benda
benda mikroskopis dan transparan. Mikroskop cahaya mempunyai
keuntungan yaitu hemat terhadap penggunaan listrik. Daya pisah adalah
kemampuan mikroakop untuk secara jelas dan terpisah dalam
membedakan dua titik yang berdekatan yang tanpa mikroskop terlihat
sebagai dua titik bukannya satu titik. Hal inilah yang membedakan
mikroskop canggih dan mikroskop cahaya. Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh hasil yaitu, mikroskop terdiri dari bagian–bagian yang masing-
masing bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Lensa okuler
berfungsi untuk memperbesar bayangan yang bersifat maya dan gerak.
Lensa objektif berfungsi untuk mengatur pembesaran ukuran untuk
kekuatan 4×, 10×,40×100×. Kondensor berfungsi untuk mengatur
bayangan yang akan diamati atau untuk menaikan dan menurunkan
kondensor.
7
VI Kesimpulan
1. Dengan diadakannya praktikum pengenalan komponen dan cara
penggunaan mikroskop maka secara tidak langsung mampu melatih
keterampilan pada mahasiswa dalam menggunakan mikroskop dengan
baik dan benar.
2. Praktikum pengenalan mikroskop ini dapat memudahkan para
mahasiswa kedepannya dalam mengamati objek-objek yang tidak
dapat dilihat langsung dengan mata telanjang. Selain itu juga
praktikum kali ini dapat menambah refrensi mahasiswa dalam
mengenal komponen mikreskop yang lebih modern karena
menggunakan listrik sebagai penghasil cahaya.
8
Daftar Pustaka
9
PRAKTIKUM II
I. TINJAUAN PUSTAKA
10
bentuk infektif. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain Enterobius
vermicularis, Trichinela spiralis. Telur Enterobius vermicularis akan diperoleh
dari pemeriksaan mikroskop feces. Sedangkan Trichinela spiralis dari otot
gerak.
Kelompok Nematoda yang terdapat dalam darah adalah Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Sehingga untuk mendiagnosis
infeksi cacing kelompok ini adalah ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan mikroskopis darah tepi.
Kondisi cacing tanah memiliki faktor pembatas berbeda-beda berdasarkan
musimnya. Pada musing hujan maka yang menjadi faktor pembatas adalah
rendahnya kandungan P₂O₅ dan tingginya suhu permukaan pada siang hari.
Pada peralihan musim hujan kemudian kemarau, maka faktor pembatasnya
adalah tingkat ketahanan tanah dan nisbah C/N bahan organik tanah. Pada
musing kemarau, pembatasnya adalah rendahnya ketersediaan air. (Subowo, et
al., 2002)
Preparat awetan adalah tindakkan atau proses pembuatan maupun
penyiapan sesuatu menjadi tersedia sampai patologi maupun anatomi yang siap
dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan.(W.A New Dorland, 2002)
- Bahan
1. preparat
2. Alkohol
11
III. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan mikroskop yang telah diketahui kelengkapannya dan dalam
keadaan bersih,
2. Letakkan mikroskop pada meja tanpa alas,
3. Atur pencahayaan dengan menggunakan lensa objektif perbesaran
10x,
4. Letakkan preparat dibawah lensa objektif perbesaran 10x dengan
posisi yang benar,
5. Carilah bayangan benda pada preparat dengan memutar makrometer
sampai lensa objektif mendekati preparat kurang lebih 2mm diatasnya
(lihatlah dari pinggir) kemudian putar kembali makrometer keatas
secara perlahan lahan, sampai terlihat bayangan,
6. Apabila telah terlihat bayangan benda, tujukanlah pada bagian yang
akan diamati, perjelas dengan cara memutar mikrometer pelahan-
lahan,
7. Menentukan benda yang diamati dengan ukuran yang sesungguhnnya
dapat dilakukan dengan mengguanakan mikrometer.
12
IV. Hasil Pengamatan
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dalam mengamati preparat parasit atau
cacing mengguanakan mikroskop dengan perbesaran 40 karena tidak
memasukkan terlalu besar sebab cacing bukan termasuk bakteri yang
membutuhkan perbesaran 1000.
Di dalam mikroskop terdapat bagian yang bernama lensa objektif,
pada lensa objektif terdapat 4 pembesaran diantarannya 4, 10, 40, 10.
Pembesaran tersebut di kondisikan dengan sempel yang akan diteliti.
Untuk mendapatkan hasil yang jelas dan jernih dalam mengamati
preparat cacing perlu memutar pengatur fokus kasar jika sudah terlihat
barulah pemutar fokus halus di putar agar mendapat hasil yang lebih jelas.
13
VI. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
PRATIKUM III
I. Tinjauan Pustaka
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang
dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada
dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang
berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh
dari berbagai penyakit. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang
apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna
merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein), yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul
oksigen. (Syaifuddin,2006).
Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan materi ektrasel cair
yang disebut plasma. Sekitar lima liter didorong oleh kontraksi ritmis jantung
pada gerakan rata-rata orang dewasa dalam satu arah di dalam sistem sirkulasi
tertutup. Unsur berbentuk yang beredar dalam plasma adalah eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit.
Terdapat dua kelas sel yang tersebar di seluruh plasma darah, yaitu
sel darah merah yang mengangkut oksigen, dan sel darah putih yang
16
berfungsi dalam pertahanan tubuh. Meskipun sel darah merah berukuran
sangat kecil, sel itu mengandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis
protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Baru-baru ini
para penelitian telah menemukan bahwa hemoglobin juga berikatan dengan
molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. Ketika sel darah merah
lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi
lainnya, oksigen akan berdifusi ke dalam eritrosit dan hemoglobin akan
berikatan dengan O2 dan NO. hemoglobin akan membongkar muatannya
dalam kapiler sirkuit sistemik. Di sana O2 akan berdifusi ke dalam sel-sel
tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat
mengembang.hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan
O2 ke sel (Murtiati, Tri dkk. 2010).
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca
sediaan yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca
sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan yang
lain bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan
lapisan tipis darah (kaca perata). Salah satu ujung sisi pendek kaca perata
diletakan miring dengan sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah
menyebar sepanjang sisi pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan
sudutnya, kaca perata digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis
tipis darah diatas kaca sediaan. Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu
kamar barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang
dipilih, yaitu metode Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode
Romanosky. Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah
Giemsa yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus
yang telah dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-
5 menit. Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya
menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat
dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit,
atau yang lain .( Meyer DJ, Harvey JW. 2004.)
17
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah
ikan dan manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh
sel-sel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang
ada di dalamnya yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10%
sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas.
Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode
pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel
sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis
protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di
dalam botol yang gelap. Di dalam l aboratorium-laboratorium banyak dipakai
larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa cairan
(larutan) Sediaan apus darah secara rutin diwarnai dengan campuran zat
warna khusus yang pertama kali ditemukan oleh oleh Dimitri Romanosky dan
diubah oleh penyelidik lainnya. Pada tahun 1891, Romanosky menemukan
campuran methylen blue dan eosin dalam perbandingan tertentu memberi
warna ungu inti leukosit. Pewarnaan ini disebabkan karena oksidasi methylen
blue dan pembentukan senyawa baru dalam campuran yang dinamakan azure.
Setelah pemberiaan campuran jenis Romanosky, diferensiasi sel-sel dapat
dilakukan Berdasarkan 4 sifat pewarnaan yang menyatakan afinitas struktur
sel oleh masing-masing zat warna.( Meyer DJ, Harvey JW. 2004.)
18
III. Prosedur Kerja
1. Pengambilan spesimen darah
a. Posisikan telapak tangan kiri pasien menghadap ke atas, pegang
jari ketiga atau keempat. (gunakan ibu jari kaki pada pasien bayi,
namun jangan menggunakan tangan pada pasien dewasa atau
anak-anak). Gunakan kapas yang dibasahi sedikit dengan alkohol
untuk membersihkan jari tersebut dengan cara menyeka dalam
sekali gerakan untuk menghilangkan kotoran dan lemak.
Keringkan jari tersebut dengan kapas kering dan bersih,
b. Tusuk ujung jari bagian ventral menggunakan lanset, dengan satu
sentakan cepat. Keluarkan tetesan darah pertama dengan menekan
ringan ujung jari tersebut, kemudian seka dengan kapas kering.
Pastikan bahwa tidak ada serat kapas yang tertinggal dijari pasien,
c. Segera ambil kaca objek dengan memegang pinggirnya saja, lalu
ambil specimen darah dengan cara sebagai berikut :
a) Tekan ringan pada ujung jari tadi dan keluarkan satu tetesan
kecil darah ke pertengahan kaca objek. Sampel ini untuk
membuat apusan darah tipis,
b) Tekan lagi jari tadi dan keluarkan tambahan dua atau tiga
tetesan darah yang lebih besar ke kaca objek yang sama, pada
jarak sekitar 1 cm dari tetesan sebelumnya,
c) Seka sisa darah di jari tersebut dengan kapas,
19
d) Peghapus membentuk sudut 45⁰ terhadap permukaan kaca
objek. Usahakan agar penghapus tetap bersentuhan dengan
permukaan kaca objek sewaktu mendorong tetesan darah di
sepanjang kaca objek.
b. Apusan darah tebal
a) Pegang kaca objek pada kedua tepi atau sudutnya sewaktu
membuat apusan darah tebal,
b) Sentuhkan salah satu sudut pengapus ke tetesan darah yang
besar dan ratakan tetesan tersebut untuk membuat apusan
darah yang tebal dan rata,
c) Biarkan apusan darah tebal mongering dan diletakkan
ditempat yang datar, terhindar dari lalat dan debu serta panas
yang berlebihan,
d) Beri label pada apusan yang sudah kering menggunakan
pensil gelas dibagian yang lebih tebal pada apusan darah
tipis, bertuliskan nama pasien,nor dan tanggal,
3. Pemulasan dan pengamatan
a. Fiksasi apusan darah tipis dengan menambahkan 3 tetes
methanol, atau dengan mencelupkan kedalam wadah berisi
berisi methanol selama beberapa detik. Kalau fiksasi
diperlama, titik schiifer dan maurer mungkin sulit terdeteksi,
b. Agar terjadi dehemobglobinisasi, apusan darah tebal tidak
boleh difiksasi, isahakan agar apuan darah apuan darah tebal
tidak terpajan methanol ataunuap methanol,
c. Dengan pingset, taruh kaca objek dalam rak pewarnaan,
dengan posisi saling membelakangi,
d. Buat larutan giemsa 3% untuk mengisi rak pewarnaan
sejumlah yang diprlukan. Campurkan larutan pewarna tersebut
hingga homogen,
e. Tuangkan larutan pewarna secara perlaha kedalam rak
pewarnaan sampai semua kaca objek terendam sempurna,
20
f. Diamkan dalam ruangan yang tidak terpajan cahaya
matahari selama 30-45 menit,
g. Tuangkan air bersih, perlahan-lahan, kedalam rak
pewarnaan untuk membilas endapan di atas permukaan
larutan pewarna,
h. Buang sisa larutan pewarna dan bilas kembali dengan air
bersih untuk beberapa detik. Buang air tersebut,
i. Larutan pewarna giemsa dapat dipakai berulang pada hari
yang sama,
j. Dengan pingset, angkat kaca objek satu per satu. Letakkan
kaca objek dan biarkan mengering, dengan sisi tempat
apusan darah menghadap kebawah; usahakan agar apusan
darah tidak bersentuhan dengan rak kaca objek,
k. Lakukan pengamatan dengan mikroskop pada pembesaran
objektif 100x menggunakan immersion oil,
l. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pembuatan sediaan
darah tipis dan tebal dilakukan pada kaca objek yang
berbeda.
21
Skema kerja
penempatan
penggunaan kaca objek pada
lancet untuk rak
menusuk
kemiringan
membuat sudut pada
sediaan darah pembuatan
tipis dan tebal sediaan darah
tipis 45⁰
22
V. Pembahasan
Percobaan pratikum kali ini untuk membuat apusan darah tebal dan
tipis serta teknik pengecatan giemsa yang baik meggunakan sediaan
darah yang telah diambil. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan
untuk pemeriksaan mikroskop yang namanya diambil dari seorang peneliti
malaria yaitu Gustav Giemsa.
Pewarnaan ini digunakan untuk membedakan inti sel dan
morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit,
danparasit yang ada didalam darah. Pewarnaan giemsa adalah pewarnaan
yang sangat bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang ada dalam
darah (blood borne parasite).
Sediaan darah yang digunakan dalam identifikasi plasmodium pada
pratikum ini adalah mengunakkan sediaan apus darah tebal dan tipis yang
di genang dengan larutan giemsa telah diencerkan dengan alkohol,
kemudian dibilas dengan air , lalu preparat diamati dibawah mikroskop
pada pembesaran 100 kali setelak diberi immersion oil sebenlumnya.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit dari Genus
Plasmodium. Ada 4 jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan Malaria,
yaitu Plasmodium Falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari,
Plasmodium Vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari , Plasmodium Oval
dengan masa inkubasi 8-14 hari dan Plasmodium Malaria dengan masa
inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit tersebut ditularkan pada manusia
melalui gigitan seekor nyamuk dari genus Anopheles.
23
VI. Kesimpulan
Jadi, pada pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan preparat Malaria dilakukan melalui tahap pengambilan
sampel darah, perlakuan pergeseran darah pada objek glass,
pewarnaan preparat dengan menggunakan giemsa dan dan
dilanjutkan dengan pengamatan dibawah mikroskop
2. Dalam sampel darah yang di uji orang tersebut tidak menderita
Malaria karena tidak ditemukan Plasmodium.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Praktium IV
I. Tinjauan Pustaka
Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk)
dan area (udara) atau udara buruk.Karena dahulu banyak terdapat di daerah
rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa
difinisi penyakit malaria dan Malaria Falciparum:
26
dengan keadaan parasite tertinggi dalam darah dan merupakan bentuk
malaria terparah, kadang fatal.Malaria ini sering dikaitkan dengan gejala
pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat penumpukkan dan pembentukkan
mikroinfark dalam kapiler yang mengandung eritrosit yang
terinfeksi Plasmodium falciparum stadium lanjut. Ini dapat terjadi pada
otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin testinal, ginjal, paru, atau organ
lain. Disebut juga malignant tertian malaria dan pernicious malaria (Kamus
Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
1. Plasmodium falciparum
27
bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan atau batang-
batang dalam sitoplasma.
2. Plasmodium vivax
28
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
29
tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir
tengguli kehijauan dan mempunyai corak jelas. Pada sizonmatang
yang hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-
tengah.Plasmodium ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam
bentuk sizon muda dantropozoit yang sedang tumbuh, walaupun ia
tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan
biasanya mengandung 8 merozoit.Pada sediaan darah tebal, sangat
sukar untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium
malariae kecuali bila titik schuffnernya kelihatan.
30
I. Prosedur kerja
1. Cara kerja: Pada tepi tetesan darah, diletakan tepi kaca objek lain yang
bersih dengan membentuk sudut 300 - 400 sehingga darah akan menyebar
di tepi kaca objek lain tersebut,
2. Bila darah telah menyebar rata, maka kaca objek yang digunakan untuk
membuat apusan di dorong perlahan membentuk apusan darah yang tipis
dan rata dengan ujung bentuk lidah,
3. Apusan darah di keringkan.
31
D. Pembuatan cat giemsa
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Genangi tetesan tebal dan tipis dengan menggunakan larutan
giemsa,
3. Diamkan selama 5 menit,
4. Setelah 15 menit siram dengan aquadest, keringkan.
E. Pemeriksaan malaria
1. Siapkan mikroskop yang telah diketahui kelengkapannya dan
keadaan steril,
2. Letakkan mikroskop pada meja tanpa alas buku,
3. Aturlah pencahayaan dengan lensa objektif,
4. Letakkan preparat di bawah lensa objektif,
5. Carilah bayangan benda pada preparat, dengan memutar
makrometer sampai lensa objektif mendekati preparat kurang lebih
dari 2 mm diatasnya (lihatlah dari samping), kemudian putar
kembali makrometer keatas secara pelan-pelan sampai terlihat
bayangannya,
6. Apabila terlihat bayangan benda tersebut, tunjukanlah pada bagian
yang akan diamati, perjelas dengan cara memutar micrometer
perlahan-lahan,
7. Menentukan benda yang diamati dengan ukuran yang
sesungguhnya dapat dilakukan dengan menggunakan micrometer.
32
IV. Hasil pengamatan
V. Pembahasan
33
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasite dari genus
plasmodium.Ada 4 jenis plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu
plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari.Plasmodium vivak
dengan masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14
hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 7-30 hari.Untuk
mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada
tidaknya plasmodium pada sampel darah.Namun sering kali ditemu dalam
kasus penyakit malaria adalah plasmodium falcifarum dan plasmodium vivak.
34
VI. Kesimpulan
1. Pemeriksaan malaria dapat menggunakan sediaan darah tebal atau tipis
2. Preparat malaria dapat dilihat menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 100 lapang pandang
3. Sebelum menggunakan auto click maka harus dipastikan dahulu bahwa
jarum suntiknya baru atau belum pernah terpakai oleh siapapun
4. Jari yang akan di suntik harus di desifenkan menggunakan alcohol 70%.
35
Daftar pustaka
36
PRAKTIKUM V
I. TINJAUAN PUSTAKA
37
(Necator americanus) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted
Helminthiasis).
38
II. ALAT DAN BAHAN
1) Alat 2) Bahan
1.Pengambilan sampel
a. Ambil kira-kira 20 g feses dalam wadah yang bersih dan kering tanpa
pengawet,
b. Wadah yang paling cocok,yaitu wadah bertutup ulir,
c. Hal-hal yang harus di perhatikan.
- Jangan sekali-kali membiarkan specimen feces yang terpapar
udara dalam wadah tanpa tutup.
- Jangan sekali-kali menerima specimen feces yang tercampur
urine.
- Jangan sekali-kali memeriksa specimen feces tanpa
menggunakan sarung tangan
- Periksa selalu specimen tinja dalam 1-4 jam setelah
pengambilan.
39
2. Pemeriksaan visual
a.Warna
b.Konsisten
3.Pemeriksaan mikroskopik
40
SKEMA KERJA
Masukkan ke
dalam wadah Tuangkan ke dalam
yang tertutup tabung reaksi
rapat
Campurkan 10 gr
Sterilisasi alat yang
tinja dengan
akan di gunakan
larutan Nacl 33%
41
IV. HASIL PENGAMATAN
Umur : 5 bulan
42
V. PEMBAHASAN
43
Hookworm disebabkan oleh cacing berjenis Ancylostoma
duodenale dan necator americanus. Saat seseorang yang terinfeksi buang
air besar di area terbuka, telur cacing yang terdapat di dalam fecesnya akan
berpindah ke tanah.Di tanah, telur cacing kemudian berkembang dan
menetas.setelah menetas akan muncul larva. Larva inilah yang bias masuk
ke dalam tubuh manusia dengan menembus kulit.setelah masuk ke
kulit,larva kemudian menuju aliran darah dan masuk ke paru-paru. Saat
batuk cacing tersebut akan keluar dari paru-pari dan kemudian
tertelan.setelah tertelan,cacing akan masuk ke usus kecil.setelah tumbuh
sempurna,cacing tambang dapat tinggal di usus kecil hingga satu tahun
atau lebih sebelum keluar melalui tinja.
44
VI. KESIMPULAN
45
DAFTAR PUSTAKA
46
PRAKTIKUM VI
I. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan bahkan air adalah sumber
dari kehidupan itu sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap
mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik stabil
menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat
seluler (Roman 2002)
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup,karena
makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Kelompok bakteri kloroform antara lain esechercta col, hetero
bakteri, aerogenes dan citrobacter Freundrkeberadaan bakteri ini dalam air
minum juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain misalnya
sheglla,yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber (pelezer dan Chan
2006).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestional, yaitu hidup
dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah kuman batang
pendek gram negatif yang dapat membentuk rantai. Adanya
mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang juga
berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat dibedakan menjadi 2
47
macam, yaitu:
1. Coliform fekal yang merupakan jenis bakteri yang tumbuh dari tinja
manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Contohnya: Eschericia
coli.
48
II. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT A. BAHAN
1. Batang Pegaduk
2. Lampu Bunsen 1. Sampel Air
3. Batang OSe 2. Media LB (Lactose Broth)
4. Sendok Reagen 3. Media BGLB (Brilliant Green Lactose
5. Tabung Reaksi Broth)
6. Botol Semprot 4. Aquades
7. Tabung Durham 5. Alkohol 70%
8. Oven 6. Kertas Buram
9. Beaker Glass 7. Label
10. Inkubator
11. Kertas Buram
12. Autoclave
13. Rak Tabung
14. Kapas
15. Cawan Arloji
16. Neraca Analitik
17. Kompor Listrik
18. Bulb
19. Korek Api
20. Pipet Ukur
21. Botol Reagen
49
III. PROSEDUR KERJA
A. Sterilisasi Alat
2. Mencuci bersih pipet ukur dan botol reagent yang akan disterilkan,
50
C. Tes pendugaan
Pendugaan dengan menggunakan LB ( Lactose Broth)
Dengan perhitungan :
3 tabung SS 9 ml = 3 × 9 ml = 27 ml
51
8. Memipet larutan LB kedalam masing-masing tabung
reaksi yang telah di label 0,1 ml, 1 ml, 5 ml,
0,1 ml 1 ml 5 ml
SS DS
9,9 ml 9 ml 5 ml
52
sebanyak 1 ml dan memasukannya kedalam tabung reaksi berisi
LB yang berlabel 9 ml dan memipet sampel air sebanyak 0,1 ml
dan memasukannya kedalam tabung reaksi berisi LB yang berlabel
9,9 ml (tahap ini dilakukan didekat bunsen agar steril),
14. Menginkubasi tabung reaksi didalam incubator selama 1 × 24 jam
dengan suhu 370C,
15. Mengamati tabung yang terbentuk gelembung, berkeruh, dan
naiknya tabung durham karena hasil tersebut menunjukan hasil
reaksi positif sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya.
D. Uji Penegasan
Penegasan dengan menggunakan BGLB
53
autoclave dengan suhu 1210C tekanan 1 atm selama 15 menit,
8. Memindahkan hasil biakan pada media LB ke dalam tabung
reaksi BGLB dengan jarum ose sebanyak masing-masing 3 kali,
9. Melakukan sterilisasi ose dengan bunsen setiap ingin
memindahkan media serta flambir tabung dan tutup kembali
dengan kapas,
10. Menginkubasi didalam inkubator pada suhu 370C selama 1×24
jam untuk coliform,
11. Menginkubasi didalam inkubator pada suhu 400C selama 1×24
jam untuk E-coli,
12. Mengamati hasil tabung apakah bergelembung, berkeruh atau
pun naik tidaknya tabung durham,
13. Mencatat hasil pengamatan,
E. Uji Penegasan
54
30 detik, bilas dengan air mengalir dan keringkan
7. Membubuhi preparat sampel dengan larutan cat gram D (larutan
cat safranin) 2-3 tetes pada permukaan sampel, diamkan 30 detik,
bilas dengan air mengalir dan keringkan,
8. Mengamati preparat sampel di bawah mikroskop dengan
perbesaran 1000 dan dilapisi dengan emersi oil,
9. Mencatat hasil pengamatan.
3 tabung berlabel 1 ml
1. Bakteri Coliform :
1. 0,1 ml = +3 positif
3. 5 ml = +3 positif
2. Bakteri E-coli :
1. 0,1 ml = +3 positif
3. 5 ml = +3 positif
55
C. Hasil pengamatan uji pelengkap
48
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini pada pemeriksaan parasit pada air bersih,
dilakukan dengan uji pendugaan yang bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya mikroorganisme pada airdengan indikator ada atau tidaknya
Google gelembung padamedia dalam waktu 1×24 jam. Tahap kedua yaitu
uji penegasan yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dan dan meningkatkan pertumbuhan gram negatif. Tahap ketiga uji
pelengkap bertujuan untuk mengetahui bentuk pada parasit yang akan di
teliti.
49
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
50
DAFTAR PUSTAKA
Hajna, AA, 1943, bakteri coliform dan colitinja, hal 550-556, Dunia
Kedokteran, Jabodetabek.
51
PRAKTKUM VII
I. TINJAUAN PUSTAKA
Makanan merupakan sumber energi manusia untuk dapat
melakukan berbagai aktivitas setiap harinya. Tanpa mengkonsumsi
makanan tubuh manusia akan menjadi lemah. Makanan dibutuhkan
manusia untuk melangsungkan hidup dan melakukan berbagai aktivitas.
Makanan tidak hanya dituntut cukup dari segi jumlah dan zat gizi, tetapi
juga harus aman dikonsumsi. Apabila aspek keamanan tidak diperhatikan,
maka makanan dapat menjadi sumber penyakit dan kematian bagi
manusia. Keamanan pangan di Indonesia menempati posisi yang penting
bagi kesehatan dan pembangunan (Hatta dkk, 2014).
52
Pangan (makanan) adalah bahan-bahan yang dimakan setiap
hariuntuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja
dan penggantian sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau
makanan sangatdibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga
sumber energi. Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu
kesehatan bagi manusiakarena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran
fisik, kimia maupunmikroba.Hampir semua bahan pangan tercemar oleh
berbagai mikroorganismedari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis
mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli,kapang, khamir serta mikroba
patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan
hasil kontaminasi langsung atau tidak langsungdengan sumber–sumber
pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu,saluran pencernaan
dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagiansaja dari berbagai
sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikrobaawal yang
selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah
tertentu.
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk
batangfakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi
hewanAmerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namunTheobald
Smithadalah penemu sebenarnya dari jenis bakteri(Salmonella enterica
var.choleraesuis) pada 1885, yang menyebabkan penyakit enterik pada
babi.
53
II. ALAT & BAHAN
Alat Bahan
1. Cawan petri 1. Medium SSA (Salmonella Shigella Agar)
2. Tabung reaksi 2. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
3. Pipet ukur 3. Alumunium foil
4. Bulp 4. Tisu
5. Jarum ose 5. Kapas
6. Gelas beaker 50ml 6. Alcohol
7. Neraca analitik 7. Sampel makanan (daging, telur, sawi,
cumi)
8. Batang pengaduk
9. Gelas beaker 250ml
10. Api Bunsen
11. Spirtus
12. Oven
13. Kompor listrik
14. Sendok ragen
54
III. PROSEDUR KERJA
Sterilisasi alat
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Bungkus alat menggunakan kertas buram
3. Setelah itu, masukkan kedalam oven selama 15 menit pada suhu
370c,
4. Kemudian keluarkan dari oven lalu dinginkan.
55
Penanaman sampel di media TSIA
56
Pewarnaan gram
Alur Kerja
Pembuatan
media SSA dan Pembuatan
Pewarnaan gram
penanaman mesia TSIA dan
sampel penanaman
sampel
57
IV. HASIL
Hasil yang positif terdapat salmonella sp. :
1. Sawi
Pada media TSIA, media berwana hitam keruh yang
menandakan sawi positif terdapat salmonella.
Pada media SSA, terdapat goresan sampel yang berubah
warna menandaka positif salmonella.
2. Cumi
Pada media TSIA, media berubah warna menjadi warna
merah dengan dasar berwarna kuning yang menandakan
positif salmonella.
3. Daging dan telur
Media negates salmonella sp.
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum pemeriksaan parasit pada makanan menggunakan media
SSA (Salmonella Shigella Agar) untuk tempat tumbuh kembangnya
bakteri salmonella dan shigella. Media ini tergolong media selektif untuk
pengisolasian bakteri salmonella dan shigella. Media ini mengandung bile
salt, brilliant green, sitrat, dan thiosulfate yang bersifat selektif untuk
mencegah pertumbuhan bakteri gram lainnya sehingga diharapkan bakteri
yang tumbuh hanya salmonella.
Pada sampel makanan daging dan telur didapatkan hasil negatif. Hal ini
bias terjadi karna beberapa faktor diantaranya, kondisi suhu incubator
tidak sesuai dengan suhu hidupnya dan pada proses penanaman sampel
tidak tergores sempurna sehingga sampel dan media sulit untuk diamati.
Dari praktikum yang terdapat hasil posistif terdapat salmonella yatu sawi
dan cumi sehingga dalam pengolahan bahan makanan tersebut harus
dengan benar untuk menghindari terkena penyakit akibat parasite tersebut.
58
VI. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari paktkum pemeriksaan parasite pada makanan,
menghasilkan bahwa terdapat hasil positif terdapat salmonella sp pada
sampel makanan sawi dan cumi.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, M., 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas, 1-2, Depkes RI, Jakarta.
Arisandi, Muhammad Hatta, dkk. 2014.“Eksternalitas Penambangan Pasir
Pantai Secara Tradisional Terhadap Ekosistem Mangrove dan
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Merauke.”Jurnal
Manajemen Perikanan dan Kelautan, 1 (1), Hlm. 3.
Arnitasari, Ni Luh. 2013. https://id.scribd.com/doc/144429796/Laporan-
Pemeriksaan-Salmonella (diakses pada tanggal 15 April 2020
pukul 13.35 WIB)
Fitriani, sinta. 2011. Promosi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
60
LAMPIRAN
61
PRAKTIKUM VIII
I. Tinjauan Pustaka
Tanah merupakan suatu campuran bahan-bahan organik yang padat,
misalnya: batu-batuan , mineral, air ,udara dan jasad hidup beserta produk dari
hasil pembusukan. Tanah yang subur mengandung sejumlah binatang-binatang
mulai dari bentuk mikroskopis, nematoda, serangga, sampai hewan mamalia
seperti tikus.
62
tebal 2-4 mm dengan ujung melengkung. Seekor cacing betina dapat bertelur
sebanyak 100.000-200.000 butir sehari terdiri atas telur yang dibuahi dan yang
tidak dibuahi. Ukuran telur cacing dengan panjang 60-70 μm dan lebar 40-50
μm . Dalam lingkungan yang sesuai. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia,
akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding
usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan di alirkan ke jantung lalu
mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu
melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea
melalui bronchiolus dan bronchus. Dari trachea larva menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses
tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi
cacing dewasa (Sandy S, & Irmanto M, 2014).
Cacing tambang dapat berkembang secara optimal pada tanah berpasir
yang hangat dan lembab, telur di tanah tumbuh dan berkembang menjadi
embrio dalam 24-48 jam pada suhu 23ºC-30°C dan menetas menjadi larva.
Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1
cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau
infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer. Cacing tambang biasanya
tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan kognitif
menurun (Didik, 2012).
Manusia merupakan hospes cacing Trichuris trichiura. Penyakit yang
disebabkannya disebut trikiuriasis. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan
yang jantan sekitar 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya
kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih
gemuk, pada cacing 11 betina bentuknya membulat tumpul. Satu ekor cacing
betina dapat menghasilkan telur sehari 3.000-5.000 butir (Chadijah, 2013).
Trichuris trichiura lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karena
secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Infeksi dengan cacing cambuk
(trichuriasis) lebih sering terjadi di daerah panas, lembab dan sering bersama-
sama dengan infeksi Ascaris. Sampai saat ini dikenal lebih dari 20 spesies
Trichuris spp, namun yang menginfeksi manusia hanya Trichuris trichiura dan
63
Trichuris vu/pis. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak. Apabila jumlahnya
sedikit, pasien biasanya tidak akan terpengaruh dengan adanya cacing ini.
Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan trichuriasis atau
trichocephaliasis. Pcnyakit ini terutama terjadi di daerah subtropis dan tropis ,
dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab
memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah (Slamet,2002).
B. Bahan
1. Media PDA
2. Media NA
3. Aquades
4. Plastik sampel
5. Alkohol
6. Aluminium foil
7. Kertas buram
8. Cat gram A
64
III. Prosedur Kerja
A. Pengambilan Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengambil
sampel tanah,
2. Mengambil sampel tanah menggunakan auger dengan cara diputar
searah jarum jam agar membentuk lubang,
3. Menggali hingga ke dalaman 0-30 cm,
4. Mengambil secukupnya tanah yang akan diteliti lalu memasukkannya
ke dalam plastic sampel yang steril.
65
C. Membuat media NA dan Media PDA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Membuat media NA dan PDA dengan perhitungan :
39
Gr PDA = x 240ml = 9,36 gr
1000
20
Gr NA = x 240ml = 4,8 gr
1000
D. Preparasi Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Menimbang sampel tanah sebanyak 1 gr dengan menggunakan neraca
analitik,
3. Melarutkan sampel tanah ke dalam beaker glass dengan penambahan
aquades steril sebanyak 99 ml,
4. Menunggu hingga tanah mengendap,
5. Mengecek PH indicator universal (kertas PH) dengan cara
mencelupkan kertas PH ke dalam larutan sampel tanah dan
mencocokkan warna nya , apabila PH <7 , maka sampel ditambahkan
larutan basa ( NaOH ) , apabila PH >7 , maka sampel ditambahkan
larutan asam ( 𝐶𝐻3 3𝐶𝑂𝑂𝐻 ) hingga PH larutan netral,
6. Jika PH larutan sampel sudah netral , maka larutan sampel siap
digunakan.
66
E. Pengenceran dan Penanaman Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Menyiapkan 8 cawan petridish yang sudah di sterilkan,
3. Memipet 1 ml larutan sampel dan memasukkan nyakedalam tabung
rekasi berlabel 10−2 , lalu homogenkan,
4. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−2 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−3 , lalu homogenkan,
5. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−3 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−4 , lalu homogenkan,
6. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−4 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−5 , lalu homogenkan,
7. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−5 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−6 , lalu homogenkan,
8. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−6 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−7 , lalu homogenkan,
9. Melakukan semua tahapan di dekat api Bunsen,
10. Memipet 1 ml dari 3 seri tabung reaksi pengenceran terakhir yaitu
10−5 ,10−6 ,10−7 . dan masukkan ke masing – masing 8 cawan petridish,
11. Menuangkan media NA ke masing – masing 4 cawan petridish
sebanyak 15 ml,
12. Menuangkan media PDA ke masing masing 4 cawan petridish
sebanyak 15 ml,
13. Melakukan flambir dan menghomogenkan membentuk angka 8,
14. Menunggu hingga media NAdan PDA dingin dan meng-agar lalu
membungkus masing – masing cawan petridish dengan kertas buram,
15. Menginkubasi cawan ke dalam inkubator dengan suhu 37°𝐶 selama 1
x 24 jam.
67
F. Pewarnaan Gram
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Mengambil sampel tabung positif dengan ose steril dan meletakkan
diatas permukaan objek glass yang sudah disterilkan,
3. Melakukan fiksasi yaitu dengan cara melewatkan olesan sampel
diatas nyala api bunsen,
4. Membubuhi larutan garam cat gram A (larutan cat kristal violet) 2-
3 tetes pada permukaan preparat, lalu diamkan 2 menit kemudian
cuci dengan air mengalir dan keringkan.
Skema kerja
Pengambilan sampel tanah Sterilisasi alat yg akan digunakan Membuat media NA dan Media PDA
Preparasi Sampel
69
Hasil pengamatan parasit yang ada di dalam tanah :
Diphyllobothorium latum
Ascaris lumbricoides
70
V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini pengambilan sampel tanah dilakukan pada
kedalaman 15 meter karena tanah dengan kedalaman tersebut kemungkinan
besar lebih sedikit terkontaminasi dibandingkan pada permukaan tanah.
71
cacing jantan panjangnya 15-31 cm. Pada cacing jantan, ujung posteriornya
lancip dan melengkung ke arah ventral dan dilengkapipepil kecil serta dua
buah spekulum berukuran 2 mm. Cacing betina posteriornya membulat dan
lurus, dan sepertiga bagian anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi,
tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh
lapisan kutikula bergaris halus.
Telur cacing ini memiliki empat bentuk, yaitu tipe dibuahi (fertrilized),
tidak dibuahi (afertilized), matang, dan dekortikasi. Telur yang dibuahi
berukuran 60 x 45 mikron dengan dua lapis dinding tebal. Lapisan luar terdiri
dari jaringan albuminoid, sedangkan lapisan dalam jernih. Isi telur berupa
massa sel telur. Sel telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong dan lebih
panjang daripada tipe yang dibuahi ukurannya 90 x 40 mikron, dengan dinding
luar yang lebih tipis. Isi telur berupa massa granula refraktil. Telur matang
berisi larva (embrio), tipe ini menjadi infelatif setelah berada di tanah ±3
minggu. Telur yang dekortikasi tidak dibuahi, namun lapisan luar yaitu
albuminoid sudah hilang.
72
1. Bentuk oval, ukuran : panjang 45-75 µm dan diameternya 35-50 µm.
2. Mempunyai 3 dinding lapis yaitu: lapisan luar yang tebal barkelok-
kelok( lapisan albumin) dan lapisan kedua dan ketiga yang halus
(lapisan hialin dan vitelin).
3. Telur berisi embrio, berwarna kuning kecoklatan.
Ciri- ciri telur infertil Ascaris lumbricoides :
1. Bentuk oval memanjang, ukuran : panjang 88-94 µm,diamternya 40-45
µm.
2. Dinding hanya 2 lapis yaitu lapisan albumn dan hialin.
3. Telur berisi granula refraktil.
73
Untuk telur cacing tambang akan dikeluarkan bersama feses. Ketika berada di
dalam tanah akan menetas dalam waktu 1-2 hari dan kemudian akan menjadi
larva “Rabditiiti Form”. Pada hari ke-3 “Rabeniti Forem” akan menjadi “Filari
Form”. Dalam bentuk ini dapat hidup di tanah selama 8 minggu. Dalam waktu
kisaran tersebut akan terinjak kaki dan akan menembus kulit dan menuju
ke kapiler darah. Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan
berubah menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan
temperatur yang optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23ºC – 300º C. Larva
rabditiform makan zat organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari
membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat tahan diluar
sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera menemukan host,
maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh host melalui
pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke
jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru – paru, kemudian alveoli ke
bronkus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke
oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam
waktu dua minggu).
74
VI. Kesimpulan
75
DAFTAR PUSTAKA
Chadijah. 2013. Kejadian penyakit cacing usus di Kota Palu dan Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit
Bersumber Binatang. ISSN.Vol.4 (4) : 181-187.
Didik Sumanto.2012. Uji paparan telur cacing tambang pada tanah halaman
rumah. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS. ISBN : 978-
602-18809-0-6.
Sandy, S. dan Irmanto, M. Analisis model faktor risiko infeksi cacing gelang
(Ascaris lumbricoides) pada murid SD di Distrik Arso Kabupaten
KeeromPapua. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber
Binatang. ISSN. Vol.5 (1) : 35-42.
76