Anda di halaman 1dari 89

Laporan Akhir Praktikum

Parasitologi

Kelompok :

Oca Jesika 1913351018

Sarah Nur Imamah 1913351019

Johana Dwirahma 1913351023

Yocy Efriza Pramudita 1913351020

Nur Marchelina HLT 1913351021

Dzakara Nebesski 1913351022

Belia Rahma Dewanty 1913351024

Ratna Aulia Novriani 1913351025

Nur Linda Lestari 1913351026

Muhammad Ramadhan E 1913361042

Milna Mahirda 1913351044

Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjung Karang

Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan

2019/2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan akhir hasil praktikum ini disusun untuk persyaratan dalam


mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah praktik
Parasitologi Lingkungan di Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Tahun Ajaran 2019/2020.

Bandar Lampung, 2
April 2020

Penanggung Jawab Mata Kuliah Koordinator


Penunjang

Prayudhy Yushananta, SKM., M.K.M Dr. Ferizal Masra, SKM.,

M.Kes NIP. 196109151986031004 NIP.196412071987031001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan akhir hasil praktikum ini disusun untuk persyaratan dalam


mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah praktik
Parasitologi Lingkungan di Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Tahun Ajaran 2019/2020.

Bandar Lampung, 2 April 2020

Pembimbing

Prayudhy Yushananta, SKM., M.K.M

NIP. 196109151986031

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir pratikum
kimia lingkungan. .

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir pratikum ini masih
banyak terdapat kekurangan baik dari segiisi, penulisan maupun kata-kata yang
kami gunakan.

Dengan selesainya laporan akhir pratikumini, kami ucapkan terimakasih kepada


dosen pembimbing yang telah membimbing kami,serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses kami menyusun laporan ini. Akhirnya, tiada gading yang
tak retak,kami sangat menyadari bahwa isi laporan ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran kami perlukan untuk perbaikan laporan

Semoga laporan ini dapat memenuh isyarat kami untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) kami dalam matakuliah Parasitologi dan apa bila terdapat
kesalahan kami mohon maaf. Kami sangat menerima kritik dan saran dari
pembaca.

Bandar Lampung,12 September 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................. hal


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................. v

Pratikum I Pengenalan Alat ......................................................... 1


Pratikum II Pengamatan Preparat Cacing .................................... 10
Pratikum III Pembuatan Preparat Malaria .................................... 16
Pratikum IV Pengamatan Preparat Malaria .................................. 26
Pratikum V Pemeriksaan Telur Cacing Pada Feses ...................... 37
Praktikum VI Pemeriksaan Parasit Pada Air Bersih ..................... 47
Praktikum VII Pemeriksaan Parasit Pada Makanan ..................... 52
Praktikum VIII Pemeriksaan Parasit Pada Tanah ......................... 62

vi
PRAKTIKUM 1

Judul : Pengenalan Alat

Hari,Tanggal : Kamis,16 Januari 2020

Waktu : 14.00 – 16.00

Tempat :Laboratorium Parasitologi Sanitasi Lingkungan Poltekkes Tanjung


Karang

Tujuan : 1. Agar dapat mengenal alat mikroskop.

2. Agar dapat menggunakan mikroskop.

3. Agar dapat mengetahui fungsi-fungsi mikroskop.

I. Tinjauan Pustaka
Alat yang dapat membesarkan bayangan benda yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mata telanjang disebut mikroskop. Pembuatan mikroskop
retama kali pada abad ke-16 dan digunakan untuk penelitian secara luas sejak
abad ke-17. Mikroskop berasal dari kata micro yang berati kecil dan scopium
yang berarti penglihatan.
Terdapat 2 macam mikroskops,yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Mikroskop cahaya disebut juga mikroskop optik adalah mikroskop
yang menggunakan sumber cahaya (foton) untuk memuisualisasikan gambar.
Sumber doton tersebut bisa sinar matahari (pada mikroskop cahaya
konvensional) atau lampu (pada mikroskop Cahaya modern).
Mikroskop elektron adalah mikroskop yang menggunakan elektron statik
dan elektron magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar.
Mikroskop elektron sendiri adalah bidang ilmu sains yang menggunakan
mikroskop sebagai alat dan radiasi elektron untuk membentuk gambar
spesisme. ( Dr. Tutik,2017)

1
Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk mengamati
mikroorganisme dan bagian-bagian organisme yang sangat kecil,misalnya sel.
Penemuan mikroskoppertama ditemukan pada tahun 1655 oleh seseorang
ilmuan inggris bernama Robert Hooke mengamati sayatan gabus
tumbuhandengan menggunakan mikroskop buatannya dan melihat adanya
ruangan-ruangan kecil yang menyusun gabus tersebut. Ruangan-ruangan kecil
itu disebut sel. Ruangan- ruangan kecil tersebut sebenarnya adalah sel yang
telah mati yang kosong tanpa isi. Namun demikian istilah sel masih digunakan
sampai saat ini.
Penemu mikroskop kedua adalah antonie van leeuwenhock (1632-1723`)
seorang ilmuan belanda dengan menggunakan mikroskopsederhana buatannya
mengamati setetes air rendaman jemari, dari hasil pengamatannya dia
menemukan benda aneh yang bergerak di dalam setetes air rendaman jemari
tersebut. Dewasa ini sel yang bergerak tersebut dikenal dengan nama protista
(W.A.New Dortand,2002).
Mikroskop cahaya sering disebut dengan mikroskop optik. Berdasarkan
kompleksitas sistem optiknya, mikroskop cahaya dibagi atas mikroskop
sederhana ( Simple microscope ) dan mikroskop majemuk (compound
microscope ).
Mikroskop sederhana hanya terdiri dari satu lensa atay set lensa yang
berfungsi untuk memperbesar bayangan secara langsung melalui perbesaran
angular. Pada mikroskop majemuk, bayangan dan perbesarannya yang
dihasilkan meruakan kerjasama antar lensa objektif dan lensa okuler dengan
sifat bayangan akhir yang dibentuk adalah bayangan maya. Lensa objektif
adalah lensa mikroskop yang dekat dengan benda yang diamati (objek) dan
lensa okuler merupakan lensa yang dekat dengan mata. Lensa objektif atau
okuler dapat berupa lensa cembung tunggal atau satu set lensa cembung.
(Dra.Nunung,2017)

2
II. Alat Dan Bahan

A. Alat
No Nama alat Gambar Fungsi

1. Mikroskop Untuk melihat


benda benda
dengan ukuran
kecil yang tidak
dapat dilihat secara
langsung oleh
mata.

2. Stop kontak Untuk memutus


dan
menyambungkan
arus listrik

3. Objek glass Untuk


menempelkan
objek yang akan
dilihat atau
dianalisa dengan
menggunakan
mikroskop.

B. Bahan
No Nama alat Gambar Fungsi

1. Preparat Untuk meletakan


objek yang akan
dilihat dibawah
mikroskop.

3
I. Bagian Mikroskop dan Fungsinya

No Nama alat Fungsi

1. Lensa okuler Untuk membentuk bayangan maya, tegak,


diperbesar dari lensa objektif.

2 Lengan Sebagai pegangan pada mikroskop agar dapat


mikroskop dibawa atau dipindahkan menuju ke tempat lain.

3. Lensa objektif Untuk membentuk bayangan nyata, terbalik,


diperbesar.

4. Tabung Untuk mengatur fokus dan menghubungkan lensa


mikroskop okuler dengan lensa objektif.
(tubus)

5. Makrometer untuk menaikkan dan menurunkan tabung


(pemutar mikroskop dengan cepat.
kasar)

6. Mikrometer Untuk menaikkan dan menurunkan tabung


(pemutar mikroskop dengan lambat.
halus)

4
7. Revolver Untuk mengatur perbesaran lensa objektif.
(pemutar
lensa)

8. Reflektor Untuk memantulkan cahaya dari cermin ke objek


(cermin yang diamati melewati lubang yang ada di meja
pengatur) objek.

9. Diafragma Untuk mengatur sedikit banyaknya cahaya yang


masuk, sehingga pengamat bisa menentukan
jumlah cahaya yang masuk.

10. Kondensor Untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan


oleh cermin serta memfokuskan cahaya untuk
menerangi objek pengamatan.

11. Meja Untuk meletakkan objek yang diamati dalam


mikroskop sebuah penelitian.

12. Penjepit kaca Sebagai pelapis objek agar objek tidak bergeser-
(klip) geser saat pengamatan sedang berlangsung.

13. Bagian kaki Sebagai penyangga atau penopang mikroskop.


mikroskop

14. Sendi inklinasi Untuk mengatur sudut tegaknya mikroskop yaitu


(pengatur dengan mengatur derajat kemiringan mikroskop
sudut) untuk memudahkan pengamatan.

5
IV. Cara Kerja
Berikut cara menggunakan mikroskop cahaya
1. Letakan mikroskop diatas meja pengamat,
2. Pasang lensa okuler dengan perbesaran lemah,
3. Putar maktrometer kearah belakang agar badan mikroskop terangkat,
4. Geser pemutar lensa agar lensa objektif dengan perbesaran lemah berada
pada kedudukan segaris dengan arah datangnya cahaya,
5. Gunakan lensa objektif dengan perbesaran lemah,
6. Naikan Kondensor setinggi mungkin. Buka diafragma selebar mungkin
agar cahaya yang masuk ke kondensor cukup,
7. Putar cermin ke arah sumber cahaya,
8. Letakan kaca objek (sediakan preparat) diatas lubang meja mikroskop
sedemikian sehingga sediaan dilalui cahaya dari kondensor,
9. Cara memasang preparat
a. angkatlah lubang lensa sedikit keatas dengan menggerakkan
makrometer ke belakang,
b. pasanglah preparat persis diatas lubang meja benda, lalu atur
penjepitnya,
10. Putar makrometer kearah depan sehingga lensa objektif tepat berada
diatas sediaan,
11. Amatilah sediaan dengan mendekatkan salah satu mata melalui lubang
lensa okuler,
12. Dengan mata tetap pada posisi, putarlah makrometer sampai diperoleh
bayangan yang jelas. Bayangan yang tampak bayangan benda dengan
perbesaran 50 kali. Cara mencari bayangan benda adalah sebagai berikut
:
a. Setelah sediaan terpasang dengan benar, kembalikan kedudukan lensa
hingga permukaan bawah lensa objektif kira-kira 5mm dari kaca
penutup preparat.
b. Sambil melihat melalui lensa okuler, putarlah makrometer kebelakang
pelan pelan sampai menemukan bayangan benda.

6
c. Setelah menemukan bayangan yang jelas, hentikan memutar
makrometer kedepan dan kebelakang sampai mendapatkan bayangan
benda terjelas.
13. Amati dahulu sediaan dengan perbesaran 5kali pada lensa okuler.
Gerakkan pemutar lensa sehingga lensa objektif dengan perbesaran 40
kali benda pada posisinya (sampai terdengar suara klik).

V. Pembahasan
Sebelum melakukan praktikum dosen menjelaskan bagaimana cara
pemakaian mikroskop selanjutnya setiap kelompok menuju masing-masing
tempat praktikum yang sudah ditentukan.
Mikroskop dapat membantu kita melihat benda – benda yang sangat
kecil sehingga dapat terlihat oleh kita. Mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron memiliki manfaat yang sangat penting. Mikroskop cahaya
merupakan suatu alat yang mempunyai bahan- bahan tertentu, yaitu terdiri
dari alat- alat optik dan non optik yang digunakan untuk mengamati benda
benda mikroskopis dan transparan. Mikroskop cahaya mempunyai
keuntungan yaitu hemat terhadap penggunaan listrik. Daya pisah adalah
kemampuan mikroakop untuk secara jelas dan terpisah dalam
membedakan dua titik yang berdekatan yang tanpa mikroskop terlihat
sebagai dua titik bukannya satu titik. Hal inilah yang membedakan
mikroskop canggih dan mikroskop cahaya. Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh hasil yaitu, mikroskop terdiri dari bagian–bagian yang masing-
masing bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Lensa okuler
berfungsi untuk memperbesar bayangan yang bersifat maya dan gerak.
Lensa objektif berfungsi untuk mengatur pembesaran ukuran untuk
kekuatan 4×, 10×,40×100×. Kondensor berfungsi untuk mengatur
bayangan yang akan diamati atau untuk menaikan dan menurunkan
kondensor.

7
VI Kesimpulan
1. Dengan diadakannya praktikum pengenalan komponen dan cara
penggunaan mikroskop maka secara tidak langsung mampu melatih
keterampilan pada mahasiswa dalam menggunakan mikroskop dengan
baik dan benar.
2. Praktikum pengenalan mikroskop ini dapat memudahkan para
mahasiswa kedepannya dalam mengamati objek-objek yang tidak
dapat dilihat langsung dengan mata telanjang. Selain itu juga
praktikum kali ini dapat menambah refrensi mahasiswa dalam
mengenal komponen mikreskop yang lebih modern karena
menggunakan listrik sebagai penghasil cahaya.

8
Daftar Pustaka

Dr. Tutik,2017, Mikroskop Elektronik Transmisi Teori dan Aplikasinya untuk


Karakterisasi Material. UB Press

ra.Nunung,2017, Mikroskop Elektronik Transmisi Teori dan Aplikasinya untuk


Karakterisasi Material. UB Press

W.A.New Dortand,2002 Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Herry. 2000.


Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

9
PRAKTIKUM II

Judul : Pengamatan Preparat Cacing


Hari, tanggal : Kamis. 16 januari 2020
Waktu : 14.00 – 16.00
Tempat : Ruang Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Tujuan : 1. Untuk mengamati sampel cacing
2. Cara menggunakan pembesaran mikroskop dan penelitian

I. TINJAUAN PUSTAKA

Parasit cacing termasuk golongan hewan yang memiliki banyak sel


(multiseluler) dan tubuh yang simetris bilateral. Terdapat 2 golongan (filum)
cacing yang penting bagi kesehatan manusia, yaitu Filum Platyhelminthes dan
Filum Nematheminthes. Di dalam Filum Platyhelminthes terdapat 2 kelas yang
penting yaitu kelas Cestoda dan kelas Trematoda. Sedangkan didalam Filum
Nematheminthes yang terpenting adalah kelas Nematoda.
Filum Platyhelminthes mempunyai ciri umum yaitu bentuk tubuh pipih
seperti daun, sisitem reproduksi hermafroid (alat kelamin jantan dan betina
terdapat pada satu tubuh cacing), alat kelamin yang belum sempurna (tidak
berusus, atau tidak tumbuh lengkap) dan tidak mempunyai rongga tubuh (body
cavity). Filum Nemathelminthes mempunyai bentuk tubuh yang memanjang,
silindris dan tidak bersegment, alat reproduksi jantan dan betina yang terpisah,
usus yang sempurna dan telah mempunyai rongga tubuh. (Soedarto, 2008)
Soil Tranmitted Helminth adalah golongan cacing usus (Nematoda Usus)
dimana dalam perkembangannya/penularannya membutuhkan tanah untuk
menjadi bentuk infektif. Yang termasuk golongan ini antara lain: Ascaris
lumbricoides (usus halus), Ancylostoma duodenale (usus hapus), dan Trichuris
trichiura (usus besar). Pada pemeriksaan mikroskopis dari feces, bentuk yang
akan ditemukan adalah telur fertil maupun telur infertil.
Non Soil Tranmitted Helminth adalah golongan cacing Nematoda yang
dalam perkembangan / penularannya tidak membutuhkan tanah untuk menjadi

10
bentuk infektif. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain Enterobius
vermicularis, Trichinela spiralis. Telur Enterobius vermicularis akan diperoleh
dari pemeriksaan mikroskop feces. Sedangkan Trichinela spiralis dari otot
gerak.
Kelompok Nematoda yang terdapat dalam darah adalah Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Sehingga untuk mendiagnosis
infeksi cacing kelompok ini adalah ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan mikroskopis darah tepi.
Kondisi cacing tanah memiliki faktor pembatas berbeda-beda berdasarkan
musimnya. Pada musing hujan maka yang menjadi faktor pembatas adalah
rendahnya kandungan P₂O₅ dan tingginya suhu permukaan pada siang hari.
Pada peralihan musim hujan kemudian kemarau, maka faktor pembatasnya
adalah tingkat ketahanan tanah dan nisbah C/N bahan organik tanah. Pada
musing kemarau, pembatasnya adalah rendahnya ketersediaan air. (Subowo, et
al., 2002)
Preparat awetan adalah tindakkan atau proses pembuatan maupun
penyiapan sesuatu menjadi tersedia sampai patologi maupun anatomi yang siap
dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan.(W.A New Dorland, 2002)

II. ALAT DAN BAHAN


- Alat
1. Mikroskop
2. Stop kontak
3. Objek glass

- Bahan
1. preparat
2. Alkohol

11
III. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan mikroskop yang telah diketahui kelengkapannya dan dalam
keadaan bersih,
2. Letakkan mikroskop pada meja tanpa alas,
3. Atur pencahayaan dengan menggunakan lensa objektif perbesaran
10x,
4. Letakkan preparat dibawah lensa objektif perbesaran 10x dengan
posisi yang benar,
5. Carilah bayangan benda pada preparat dengan memutar makrometer
sampai lensa objektif mendekati preparat kurang lebih 2mm diatasnya
(lihatlah dari pinggir) kemudian putar kembali makrometer keatas
secara perlahan lahan, sampai terlihat bayangan,
6. Apabila telah terlihat bayangan benda, tujukanlah pada bagian yang
akan diamati, perjelas dengan cara memutar mikrometer pelahan-
lahan,
7. Menentukan benda yang diamati dengan ukuran yang sesungguhnnya
dapat dilakukan dengan mengguanakan mikrometer.

12
IV. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 4

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dalam mengamati preparat parasit atau
cacing mengguanakan mikroskop dengan perbesaran 40 karena tidak
memasukkan terlalu besar sebab cacing bukan termasuk bakteri yang
membutuhkan perbesaran 1000.
Di dalam mikroskop terdapat bagian yang bernama lensa objektif,
pada lensa objektif terdapat 4 pembesaran diantarannya 4, 10, 40, 10.
Pembesaran tersebut di kondisikan dengan sempel yang akan diteliti.
Untuk mendapatkan hasil yang jelas dan jernih dalam mengamati
preparat cacing perlu memutar pengatur fokus kasar jika sudah terlihat
barulah pemutar fokus halus di putar agar mendapat hasil yang lebih jelas.

13
VI. KESIMPULAN

Dengan diadakan praktikum mengenai pengamatan preparat


cacing, mahasiswa dapat mengetahui cara mengamati cara mengamati
sampel cacing dan menggunakan pembesaran mikroskop dan penelitian
daan juga mengetahui bahwa ada 14 bagian mikroskop yang memiliki
fungsi masing-masing dan saling bergantung satu sama lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Subowo, et al. 2002. Parasitologi Klinik. Airlangga Press


Soedarto, 2008, Mikroskop Elektronik Transmisi Teori dan Aplikasinya untuk
Karakterisasi Material. UB Press
W.A. New Drland, 2002, Mikroskop Elektronik Transmisi Teori dan Aplikasinya
untuk Karakteristik material. UB Press

15
PRATIKUM III

Judul : Pembuatan preparat Malaria


Hari/Tanggal : Kamis, 23 Januari 2020
Waktu : 14.00 – 16.00
Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Tujuan :1. Mahasiswa dapat membuat preparat malaria

2. Untuk mengetahui apakah pada darah yang diuji terkena


Malaria atau tidak

I. Tinjauan Pustaka
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang
dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada
dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang
berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh
dari berbagai penyakit. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang
apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna
merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein), yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul
oksigen. (Syaifuddin,2006).
Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan materi ektrasel cair
yang disebut plasma. Sekitar lima liter didorong oleh kontraksi ritmis jantung
pada gerakan rata-rata orang dewasa dalam satu arah di dalam sistem sirkulasi
tertutup. Unsur berbentuk yang beredar dalam plasma adalah eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit.
Terdapat dua kelas sel yang tersebar di seluruh plasma darah, yaitu
sel darah merah yang mengangkut oksigen, dan sel darah putih yang

16
berfungsi dalam pertahanan tubuh. Meskipun sel darah merah berukuran
sangat kecil, sel itu mengandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis
protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Baru-baru ini
para penelitian telah menemukan bahwa hemoglobin juga berikatan dengan
molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. Ketika sel darah merah
lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi
lainnya, oksigen akan berdifusi ke dalam eritrosit dan hemoglobin akan
berikatan dengan O2 dan NO. hemoglobin akan membongkar muatannya
dalam kapiler sirkuit sistemik. Di sana O2 akan berdifusi ke dalam sel-sel
tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat
mengembang.hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan
O2 ke sel (Murtiati, Tri dkk. 2010).
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca
sediaan yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca
sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan yang
lain bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan
lapisan tipis darah (kaca perata). Salah satu ujung sisi pendek kaca perata
diletakan miring dengan sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah
menyebar sepanjang sisi pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan
sudutnya, kaca perata digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis
tipis darah diatas kaca sediaan. Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu
kamar barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang
dipilih, yaitu metode Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode
Romanosky. Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah
Giemsa yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus
yang telah dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-
5 menit. Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya
menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat
dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit,
atau yang lain .( Meyer DJ, Harvey JW. 2004.)

17
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah
ikan dan manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh
sel-sel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang
ada di dalamnya yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10%
sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas.
Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode
pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel
sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis
protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di
dalam botol yang gelap. Di dalam l aboratorium-laboratorium banyak dipakai
larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa cairan
(larutan) Sediaan apus darah secara rutin diwarnai dengan campuran zat
warna khusus yang pertama kali ditemukan oleh oleh Dimitri Romanosky dan
diubah oleh penyelidik lainnya. Pada tahun 1891, Romanosky menemukan
campuran methylen blue dan eosin dalam perbandingan tertentu memberi
warna ungu inti leukosit. Pewarnaan ini disebabkan karena oksidasi methylen
blue dan pembentukan senyawa baru dalam campuran yang dinamakan azure.
Setelah pemberiaan campuran jenis Romanosky, diferensiasi sel-sel dapat
dilakukan Berdasarkan 4 sifat pewarnaan yang menyatakan afinitas struktur
sel oleh masing-masing zat warna.( Meyer DJ, Harvey JW. 2004.)

II. Alat Dan Bahan


1. Alat 2. Bahan
a. Mikroskop
a. Larutan Giemsa
b. Object glass
b. Alcohol
c. Botol semprot
c. Darah
d. Pipet tetes
e. Blood lancet dan auto click
f. Pingset
g. auto click
h. pingset

18
III. Prosedur Kerja
1. Pengambilan spesimen darah
a. Posisikan telapak tangan kiri pasien menghadap ke atas, pegang
jari ketiga atau keempat. (gunakan ibu jari kaki pada pasien bayi,
namun jangan menggunakan tangan pada pasien dewasa atau
anak-anak). Gunakan kapas yang dibasahi sedikit dengan alkohol
untuk membersihkan jari tersebut dengan cara menyeka dalam
sekali gerakan untuk menghilangkan kotoran dan lemak.
Keringkan jari tersebut dengan kapas kering dan bersih,
b. Tusuk ujung jari bagian ventral menggunakan lanset, dengan satu
sentakan cepat. Keluarkan tetesan darah pertama dengan menekan
ringan ujung jari tersebut, kemudian seka dengan kapas kering.
Pastikan bahwa tidak ada serat kapas yang tertinggal dijari pasien,
c. Segera ambil kaca objek dengan memegang pinggirnya saja, lalu
ambil specimen darah dengan cara sebagai berikut :
a) Tekan ringan pada ujung jari tadi dan keluarkan satu tetesan
kecil darah ke pertengahan kaca objek. Sampel ini untuk
membuat apusan darah tipis,
b) Tekan lagi jari tadi dan keluarkan tambahan dua atau tiga
tetesan darah yang lebih besar ke kaca objek yang sama, pada
jarak sekitar 1 cm dari tetesan sebelumnya,
c) Seka sisa darah di jari tersebut dengan kapas,

2. Pembuatan apusan darah


a. Apusan darah tipis
a) Kaca objek tempat tetesan darah diletakkan dipermukaan
keras dan rata,
b) Sentuhkan pinggiran sebuah kaca objek lain, sebagai
penghapus ketetesan darah yang kecil dan biarkan darah
mengalir disepanjang pinggiran pinggiran tersebut,
c) Dorong penghapus dengan satu gerakan mantap disepanjang
kaca objek, arahnya menjauhi tetesan darah yang besar,

19
d) Peghapus membentuk sudut 45⁰ terhadap permukaan kaca
objek. Usahakan agar penghapus tetap bersentuhan dengan
permukaan kaca objek sewaktu mendorong tetesan darah di
sepanjang kaca objek.
b. Apusan darah tebal
a) Pegang kaca objek pada kedua tepi atau sudutnya sewaktu
membuat apusan darah tebal,
b) Sentuhkan salah satu sudut pengapus ke tetesan darah yang
besar dan ratakan tetesan tersebut untuk membuat apusan
darah yang tebal dan rata,
c) Biarkan apusan darah tebal mongering dan diletakkan
ditempat yang datar, terhindar dari lalat dan debu serta panas
yang berlebihan,
d) Beri label pada apusan yang sudah kering menggunakan
pensil gelas dibagian yang lebih tebal pada apusan darah
tipis, bertuliskan nama pasien,nor dan tanggal,
3. Pemulasan dan pengamatan
a. Fiksasi apusan darah tipis dengan menambahkan 3 tetes
methanol, atau dengan mencelupkan kedalam wadah berisi
berisi methanol selama beberapa detik. Kalau fiksasi
diperlama, titik schiifer dan maurer mungkin sulit terdeteksi,
b. Agar terjadi dehemobglobinisasi, apusan darah tebal tidak
boleh difiksasi, isahakan agar apuan darah apuan darah tebal
tidak terpajan methanol ataunuap methanol,
c. Dengan pingset, taruh kaca objek dalam rak pewarnaan,
dengan posisi saling membelakangi,
d. Buat larutan giemsa 3% untuk mengisi rak pewarnaan
sejumlah yang diprlukan. Campurkan larutan pewarna tersebut
hingga homogen,
e. Tuangkan larutan pewarna secara perlaha kedalam rak
pewarnaan sampai semua kaca objek terendam sempurna,

20
f. Diamkan dalam ruangan yang tidak terpajan cahaya
matahari selama 30-45 menit,
g. Tuangkan air bersih, perlahan-lahan, kedalam rak
pewarnaan untuk membilas endapan di atas permukaan
larutan pewarna,
h. Buang sisa larutan pewarna dan bilas kembali dengan air
bersih untuk beberapa detik. Buang air tersebut,
i. Larutan pewarna giemsa dapat dipakai berulang pada hari
yang sama,
j. Dengan pingset, angkat kaca objek satu per satu. Letakkan
kaca objek dan biarkan mengering, dengan sisi tempat
apusan darah menghadap kebawah; usahakan agar apusan
darah tidak bersentuhan dengan rak kaca objek,
k. Lakukan pengamatan dengan mikroskop pada pembesaran
objektif 100x menggunakan immersion oil,
l. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pembuatan sediaan
darah tipis dan tebal dilakukan pada kaca objek yang
berbeda.

21
Skema kerja

pembersihan jari pemberian larutan menuangkan air


menggunakan giemsa pada untuk pencucian
alkohol preparat

penempatan
penggunaan kaca objek pada
lancet untuk rak
menusuk

pengambilan pembuatan label


sediaan darah

kemiringan
membuat sudut pada
sediaan darah pembuatan
tipis dan tebal sediaan darah
tipis 45⁰

IV. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan menggunakan mikroskop yang menunjukkan sampel


darah tidak teridentifikasi parasit penyebab malaria

22
V. Pembahasan
Percobaan pratikum kali ini untuk membuat apusan darah tebal dan
tipis serta teknik pengecatan giemsa yang baik meggunakan sediaan
darah yang telah diambil. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan
untuk pemeriksaan mikroskop yang namanya diambil dari seorang peneliti
malaria yaitu Gustav Giemsa.
Pewarnaan ini digunakan untuk membedakan inti sel dan
morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit,
danparasit yang ada didalam darah. Pewarnaan giemsa adalah pewarnaan
yang sangat bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang ada dalam
darah (blood borne parasite).
Sediaan darah yang digunakan dalam identifikasi plasmodium pada
pratikum ini adalah mengunakkan sediaan apus darah tebal dan tipis yang
di genang dengan larutan giemsa telah diencerkan dengan alkohol,
kemudian dibilas dengan air , lalu preparat diamati dibawah mikroskop
pada pembesaran 100 kali setelak diberi immersion oil sebenlumnya.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit dari Genus
Plasmodium. Ada 4 jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan Malaria,
yaitu Plasmodium Falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari,
Plasmodium Vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari , Plasmodium Oval
dengan masa inkubasi 8-14 hari dan Plasmodium Malaria dengan masa
inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit tersebut ditularkan pada manusia
melalui gigitan seekor nyamuk dari genus Anopheles.

23
VI. Kesimpulan
Jadi, pada pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan preparat Malaria dilakukan melalui tahap pengambilan
sampel darah, perlakuan pergeseran darah pada objek glass,
pewarnaan preparat dengan menggunakan giemsa dan dan
dilanjutkan dengan pengamatan dibawah mikroskop
2. Dalam sampel darah yang di uji orang tersebut tidak menderita
Malaria karena tidak ditemukan Plasmodium.

24
DAFTAR PUSTAKA

Murtiati, Tri dkk. 2010. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine:
Interpretation and Diagnosis. St. Louis: Saunders.
Syaifuddin,2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.
Buku kedokteran EGC. Jakarta.
`

25
Praktium IV

Judul praktikum :Pengamatan preparat malaria

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Januari 2020

Tempat : Laoratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan :1. Mahasiswa dapat membuat sediaan darah tipis dan


darah tebal

2. Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan terhadap


sediaan darah tipis dan tebal dengan menggunakan
cat giemsa

I. Tinjauan Pustaka

Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk)
dan area (udara) atau udara buruk.Karena dahulu banyak terdapat di daerah
rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa
difinisi penyakit malaria dan Malaria Falciparum:

Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di


dunia, disebabkan oleh protozoa obligat seluler genus Plasmodium, biasanya
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi.Penyakit ini
ditandai dengan keadaan ta berdaya dengan demam tinggi paroksismal,
serangan menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegaly yang dapat
menyebabkan kematian, sering menyebabkan komplikasi berat, malaria
selebral dan anemia.Interval antara tiap serangan kadangkala periodik,
ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk berkembangnya satu generasi
baru parasit di dalam tubuh.Setelah permulaan penyakit ini, dapat diikuti
perjalanan penyakit yang kronik atau baik.Disebut jugaplaudism.Nama
lamanya mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran
DORLAND, edisi 29, hal. 1279).

Malaria Falciparum adalah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium


falciparum, dengan demam paroksismal yang ireguler.Ini dihubngkan

26
dengan keadaan parasite tertinggi dalam darah dan merupakan bentuk
malaria terparah, kadang fatal.Malaria ini sering dikaitkan dengan gejala
pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat penumpukkan dan pembentukkan
mikroinfark dalam kapiler yang mengandung eritrosit yang
terinfeksi Plasmodium falciparum stadium lanjut. Ini dapat terjadi pada
otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin testinal, ginjal, paru, atau organ
lain. Disebut juga malignant tertian malaria dan pernicious malaria (Kamus
Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).

Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang dapat menimbulkan


infeksi pada manusia. Keempat spesies ini adalah :

1. Plasmodium falciparum

Plasmodium falciparum penyebab penyakit Malaria Tropika /


Malaria Falciparum (Welch, 1897). Masa sporulasinya setiap 1-2 x 24
jam. Dengan gejala demam timbul tak menentu.Sel darah merah yang
diinfeksi tidak membesar, infeksi multiple dalam sel darah merah
sangat khas.Adanya bentuk-bentuk cincin halus yang khas dengan titik
kromatin rangkap walaupun tidak ada gametositnya kadang-kadang
cukup untuk identifikasi spesies ini.Dua titik kromatin (nucleus)
sering dijumpai pada bentuk cincin Plasmodium falciparum,
sedangkan pada Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae hanya
kadang-kadang.

Sizonnya lonjong atau bulat, jarang sekali ditemukan di dalam


darah.Sizon ini menyerupai sizon Plasmodium vivax, tetapi tidak
mengisi seluruh eritrosit.Sizon matang biasanya mengandung 16-24
merozoit kecil.Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong
sehingga memanjangkan dinding sel. Di dalam sel yang
dihinggapi Plasmdium falciparum sering tampak titik-titik basophil
yang biru dan presipitat sitoplasma yang disebut titik-titik
Maurer.Titik-titik ini tampak sebagai bercak-bercak merah yang

27
bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan atau batang-
batang dalam sitoplasma.

2. Plasmodium vivax

Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria tertiana.


Plasmodium vivax diberi nama oleh Grassi dan Fletti pada tahun
1890. Masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam.Warna eritrosit yang
dihinggapi oleh Plasmodium vivax menjadi pucat, karena kekurangan
hemoglobin dan membesar. Oleh karena Plasmodium vivax
mempunyai afinitas untuk retikulosit besar, maka pembesarannya pun
tampak lebih nyata daripada sebenarnya. Tropozoit muda tampak
sebagai cakram dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin
stempel.Bila tropozoit tumbuh, maka bentuknya menjadi tidak teratur,
berpigmen halus dan menunjukkan gerakan emeboid yang jelas.
Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah merah yang
membesar itu. Intinya membelah dan menjadi sizon.Gerakannya
menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak, dan
mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah
hampir 48 jam sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron
dan mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang
membelah dengan bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel,
berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron yang
disebut merozoit.

Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna merah


muda pucat dan sitoplasma berwarna biru pucat.Mikrogametosit
mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti yang padat dan
letaknya biasanya di bagian pinggir dari parasit.Dengan pewarnaan,
butir-butir halus, bulat, uniform, merah muda atau kemerah-merahan
(titik schuffner) sering tampak di dalam sel yang diinfeksi
oleh Plasmodium vivax.

28
3. Plasmodium malariae

Plasmodium malariae penyebab penyakit Malaria kuartana.


Plasmodium malariae telah dilukiskan pada tahun 1880 oleh Laveran.
Masa sporulasinya 3 x 24 jam.Plasmodium malariae berukuran lebih
kecil, kurang aktif, jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih
sedikit hemoglobin dibandingkan dengan Plasmodium vivax.
Bentuknya seperti cincin, mirip dengan cincin Plasmodium vivax hanya
saja sitoplasma Plasmodium malariae lebih biru dan parasitnya lebih
kecil, lebih teratur dan lebih padat.

Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir-butir kasar


berwarna tengguli tua atau hitam.Parasit ini dapat berbentuk seperti pita
yang melintang pada sel, mengandung kromatin seperti benang dan
kadang-kadang ada vakuolanya.Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya.
Dalam 72 jam sizon menjadi matang dan bersegmentasi, hampir
mengisi seluruh sel darah merah yang tidak membesar. Parasit
menyerupai bunga serunai atau roset dengan pigen hijau tengguli yang
padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong, masing-masing dengan
kromatin berwarna merah dan sitoplasma biru.Di dalam sel yang
mengandung Plasmodium malariaebutir-butir kecil merah muda (titik
zemann) kadang-kadang dapat diperlihatkan.Gametositnya mirip
dengan gametosit Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil dan pigmennya
kurang.

4. Plasmodium ovale

Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale.


Plasmodium ovale ditemukan oleh Stephens pada tahun 1922. Masa
sporulasinya setiap 48 jam dan tidak terdapat di Indonesia. Sel darah
merah yang dihinggapi sedikit membesar, berbentuk lonjong,
mempunyai titik-titik schuffner yang besar pada stadium dini.Sel
darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur dan bergigi adalah
khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale.Pigmen

29
tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir
tengguli kehijauan dan mempunyai corak jelas. Pada sizonmatang
yang hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-
tengah.Plasmodium ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam
bentuk sizon muda dantropozoit yang sedang tumbuh, walaupun ia
tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan
biasanya mengandung 8 merozoit.Pada sediaan darah tebal, sangat
sukar untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium
malariae kecuali bila titik schuffnernya kelihatan.

II. Alat dan Bahan


A. Alat B. Bahan
1. Mikroskop 1. Larutan giemsa 10%
2. Objek Glass 2. Aquadest
3. Botol semprot 3. Alkohol
4. Pipet tetes
5. Larutan Giemsa
6. Buku kerja
7. Pensil warna
8. Auto click

30
I. Prosedur kerja
1. Cara kerja: Pada tepi tetesan darah, diletakan tepi kaca objek lain yang
bersih dengan membentuk sudut 300 - 400 sehingga darah akan menyebar
di tepi kaca objek lain tersebut,
2. Bila darah telah menyebar rata, maka kaca objek yang digunakan untuk
membuat apusan di dorong perlahan membentuk apusan darah yang tipis
dan rata dengan ujung bentuk lidah,
3. Apusan darah di keringkan.

A. Pengambilan sampel darah kapiler


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Kaca objek diberi label (nama,tgl pembuatan),
3. Kaca objek diberi alcohol 70%,
4. Jari tengah atau jari manis pasien diberi desinfeksi dengan
alcohol,
5. Ujung jari di bendung dengan cara di tekan,
6. Bagian ujung tepi jari pasien ditusuk dengan lanset steril dengan
bantuan auto click,
7. Darah yang pertama keluar di hapus dengan tissue,
8. Darah yang keluar berikutnya diteteskan pada objek glass secara
terpisah untuk sediaan darah tebal (12µm) dan sediaan darah tipis
(6µm).

B. Pembuatan sediaan tetes tebal


1. Tetesan darah dilebarkan dari luar ke dalam menggunakan salah
satu ujung kaca objek lain yang bersih,
2. Dibiarkan sampai mongering.

C. Pembuatan sedian tetes tipis


1. Pada tepi tetesan darah, diletakan objek glass lain lalu tarik dari
dalam keluar, sehingga darah akan menyebar ditepi kaca objek,
2. Tunggu sampai mengering.

31
D. Pembuatan cat giemsa
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Genangi tetesan tebal dan tipis dengan menggunakan larutan
giemsa,
3. Diamkan selama 5 menit,
4. Setelah 15 menit siram dengan aquadest, keringkan.

E. Pemeriksaan malaria
1. Siapkan mikroskop yang telah diketahui kelengkapannya dan
keadaan steril,
2. Letakkan mikroskop pada meja tanpa alas buku,
3. Aturlah pencahayaan dengan lensa objektif,
4. Letakkan preparat di bawah lensa objektif,
5. Carilah bayangan benda pada preparat, dengan memutar
makrometer sampai lensa objektif mendekati preparat kurang lebih
dari 2 mm diatasnya (lihatlah dari samping), kemudian putar
kembali makrometer keatas secara pelan-pelan sampai terlihat
bayangannya,
6. Apabila terlihat bayangan benda tersebut, tunjukanlah pada bagian
yang akan diamati, perjelas dengan cara memutar micrometer
perlahan-lahan,
7. Menentukan benda yang diamati dengan ukuran yang
sesungguhnya dapat dilakukan dengan menggunakan micrometer.

32
IV. Hasil pengamatan

Apusan darah tebal Apusan Darah Tipis

V. Pembahasan

Sebelum pemeriksaan dilakukan terlebih dahulu pengambilan sampel


darah tepi .pengambilan darah tepi dilakukan pada jari tengah, sebelum
pengambilan darah, jari yang akan ditusuk harus di desnfeksi menggunakan
alkohol 70%. Hal ini bertujuan agar kotoran yang sudah dibersihkan tidak
kembali kebagian yang sudah dibersihkan.Percobaan praktikum kali ini
bertujuan untuk mengamati dan memahami cat giemsa yang baik
menggunakan sediaan darah tebal dan darah tipis.Pewarnaan ini di gunakan
untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit.Pewarnaan giemsa adalah pewarnaan yang paling
bagus digunakan untuk identifikasi parasite yang ada di dalam darah (blood
borneparasite).

33
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasite dari genus
plasmodium.Ada 4 jenis plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu
plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari.Plasmodium vivak
dengan masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14
hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 7-30 hari.Untuk
mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada
tidaknya plasmodium pada sampel darah.Namun sering kali ditemu dalam
kasus penyakit malaria adalah plasmodium falcifarum dan plasmodium vivak.

Kriteria preparat sampel yang baik ialah :

1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga


masih ada tempat untuk pemberian label nama dan tanggal pembuatan
2. Penebalannya Nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke ekor
3. Tidak berlubang-lubang karena bekas lemak
4. Tidak terputus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu
5. Tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis.

34
VI. Kesimpulan
1. Pemeriksaan malaria dapat menggunakan sediaan darah tebal atau tipis
2. Preparat malaria dapat dilihat menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 100 lapang pandang
3. Sebelum menggunakan auto click maka harus dipastikan dahulu bahwa
jarum suntiknya baru atau belum pernah terpakai oleh siapapun
4. Jari yang akan di suntik harus di desifenkan menggunakan alcohol 70%.

35
Daftar pustaka

Soedarto, 2011, malaria referensi akhir epidemologi global plasmodium


anopheles, Jakarta

Menkes RI (2009) Elimensi malaria di indonesia.

Agung nugroho,.Malaria dari molekuk ke klinis.2012.penerbit egc.

36
PRAKTIKUM V

Judul : Pemeriksaan telur cacing pada feces

Hari / tanggal : Kamis , 6 februari 2020

Waktu : 13:00 -14:00

Tempat : Laboratorium jurusan kesehatan lingkungan

Tujuan : 1. Mengetahui pemeriksaan feses dengan metode apung

2.Mengetahi adanya telur dan larva cacing parasit dalam sempel


feses

3.Mendiagnosa infeksi cacing parasit dalam tubuh orang yang


diperiksa Fecesnya.

I. TINJAUAN PUSTAKA

Cacing merupakan salah satu parasit yang menghinggapi manusia.


Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih
tinggi prevalensinya, terutama di daerah yang beriklim tropis seperti
Indonesia. Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih
perlu ditangani. Penyakit infeksi yang disebabkan cacing itu dapat di
karenakan di daerah tropis khususnya Indonesia berada dalam posisi
geografis dengan temperatur serta kelembaban yang cocok untuk
berkembangnya cacing dengan baik (Kadarsan,2005).

Penyakit kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena


masuknya parasit (berupa cacing) ke dalam tubuh manusia. Jenis cacing
yang sering ditemukan menimbulkan infeksi adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang

37
(Necator americanus) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted
Helminthiasis).

Penyakit kecacingan masih merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi cacing dapat ditemukan pada
berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak
balita dan usia SD. Dari penelitian didapatkan prevalensi penyakit
cacingan sebesar 60–70%. Penelitian di beberapa kota besar di Indonesia
menunjukkan, kasus infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) sekitar
25–35% dan cacing cambuk (Trichuris trichiura) 65–75%. Risiko tertinggi
terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran
air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain -
main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki (Rusmanto,
2012).

Dalam identifikasi infeksi penyakit cacing perlu adanya


pemeriksaan, baik dalam keadaan cacing yang masih hidup ataupun yang
telah dipulas. Cacing yang akan diperiksa tergantung dari jenis parasitnya.
Untuk cacing atau protozoa usus akan dilakukan pemeriksaan melalui
feses atau tinja (Kadarsan,2005).

Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya


telur cacing ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di
maksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada
orang yang di periksa fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi
parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik
merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi
penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan
mengenal stadium parasit yang ditemukan. Sebagian besar infeksi dengan
parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan. Oleh
sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis
yang hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan
(Gandahusada, 2000).

38
II. ALAT DAN BAHAN

1) Alat 2) Bahan

a. Mikroskop a.Larutan Nacl (33%)


b. Beaker glass
b. Tinja 10 gram
c. Objek glass
d. Sendok/ lidi
e. Deg glass
f. Penyaring
g. Pipet tetes
h. Jarum ose
i. Tabung reaksi

III. PROSEDUR KERJA

1.Pengambilan sampel

a. Ambil kira-kira 20 g feses dalam wadah yang bersih dan kering tanpa
pengawet,
b. Wadah yang paling cocok,yaitu wadah bertutup ulir,
c. Hal-hal yang harus di perhatikan.
- Jangan sekali-kali membiarkan specimen feces yang terpapar
udara dalam wadah tanpa tutup.
- Jangan sekali-kali menerima specimen feces yang tercampur
urine.
- Jangan sekali-kali memeriksa specimen feces tanpa
menggunakan sarung tangan
- Periksa selalu specimen tinja dalam 1-4 jam setelah
pengambilan.

39
2. Pemeriksaan visual

a.Warna

Warna dapat dilaporkan sebagai: hitam (dasar samar,occult


blood),eokelat,kuning pucat(lemak),putih (icterus
obstruktif,obstructive jaundice).

b.Konsisten

Konsisten dapat dilaporkan sebagai konsisten padat (konsisten


feces yang normal),konsisten lunak,konsisten air (encer).

3.Pemeriksaan mikroskopik

a. 10 gram tinja dicampur dengan 200 ml Nacl jenuh (33%), kemudian


diaduk sehingga larut. Bila terdapat serat serat selulosa disaring
menggunakan penyaring teh.
b. .Diamkan selama 5-10 menit kemudian dengan lidi diambil larutan
permukaan dan ditaruh di atas gelas obyek,kemudian ditutup dengan
cover glass
c. Di tuangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh,yaitu rata dengan
permukaan tabung.diamkan selama 5-10 menit dan di tutup/ di
letakkan gelas obyek dan segera di angkat.selanjutnya diletakkan di
atas gelas preparat dengan cairan berada di antara gelas preparat dan
gelas penutup,kemudian di periksa di bawah mikroskop dengan
obyektif X10.

40
SKEMA KERJA

Pengambilan Letakkan di atas


Amati dengan
sampel gelas preparat
mikroskop

Masukkan ke
dalam wadah Tuangkan ke dalam
yang tertutup tabung reaksi
rapat

periksa setiap 1-4 Diam kan selama


jam sekali 5-10 menit

Campurkan 10 gr
Sterilisasi alat yang
tinja dengan
akan di gunakan
larutan Nacl 33%

41
IV. HASIL PENGAMATAN

Nama : dion pratama

Jenis kelamin : laki laki

Umur : 5 bulan

Alamat : JL.catur tunggal, kemiling.

Gambar hasil pemeriksaan.

Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode


apung seperti pada gambar diatas, dapat diketahui bahwa hasil
pemeriksaan tidak ditemukan telur cacing seperti Ascaris lumbricoides,
Trichuris trichiura, Cacing tambang, dan Strongyloides stercoralis.

42
V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini melalukukan pemeriksaan telur cacing


feces. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengertahui telur dan larva cacing
parasit dalam sampel feces.selain itu,untuk mengetahui atau mendiagnosa
adanya infeksi pada penderita yang diperiksa fecesnya. Pemeriksaan feces
balita ini menggunakan metode apung.

Prinsip kerja metode apung adalah : sampel feces dicampur dengan


nacl. Berat telur dalam larutan tersebut menjadi lebih ringan,sehingga telur
mengapung ke permukaan larutan dan dapat dikumpulkan

. Kelebihan metode apung tanpa sentrifugasi adalah dapat


digunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat dengan jelas.
Sedangkan kekurangan metode apung tanpa sentrifugasi adalah
menggunakan banyak feses, membutuhkan waktu yang lama, dan
membutuhkaan ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak
turun lagi.

Pada feces bayi berumur 5 bulan, dalam preparat yang kami


periksa tidak ditemukan cacing maupun telur cacing sedikit pun. Akan
tetapi kami memiliki contoh dari universitas gajah mada preparat yang di
duga telur Hookworm.

Hookworm adalah cacing tambang. Cacing ini bias masuk ke tubuh


melalui kulit. Kondisi ini umunya terjadi di Negara- Negara yang beriklim
lembab dan panas. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan cacing
ini bias juga berkembang di Negara lain dan menginfeksi orang segala
usia. Gejala infeksi cacing tambang umumnya di awali dengan rasa gatal
dan kemerahan.respon ini di sebabkan oleh reaksi alergi akibat masuknya
larva cacing tersebut ke kulit. Mucul segala gejala Hookworm infection :

1. Nyeri diperut 4. Nafsu makan berkurang


2. Mual 5. Terdapat darah pada tinja
3. Demam

43
Hookworm disebabkan oleh cacing berjenis Ancylostoma
duodenale dan necator americanus. Saat seseorang yang terinfeksi buang
air besar di area terbuka, telur cacing yang terdapat di dalam fecesnya akan
berpindah ke tanah.Di tanah, telur cacing kemudian berkembang dan
menetas.setelah menetas akan muncul larva. Larva inilah yang bias masuk
ke dalam tubuh manusia dengan menembus kulit.setelah masuk ke
kulit,larva kemudian menuju aliran darah dan masuk ke paru-paru. Saat
batuk cacing tersebut akan keluar dari paru-pari dan kemudian
tertelan.setelah tertelan,cacing akan masuk ke usus kecil.setelah tumbuh
sempurna,cacing tambang dapat tinggal di usus kecil hingga satu tahun
atau lebih sebelum keluar melalui tinja.

Oleh karna itu,pemberian obbat secara rutin setiap 6 bulan. Cara


hidup sehat untuk mencegah cacingan :

1. Biasakan anak-anak untuk mencuci tangan sebelum makan

2. Pakailah alas kaki jika menginjak tanah

3. Gunting dan bersihkan kuku secara teratur

4. Jangan buang air sembarangan.

44
VI. KESIMPULAN

Bedasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil yang di dapat dari pemeriksaan metode apung adalah negatif,yang


artinya tidak ditemukan cacing dalam feces yang telah di periksa,sehingga
di duga balita tersebut tidak terinfeksi cacing.
2. Prinsip kerja metode apung adalah dengan menggunakan berat jenis telur.
Dimana larutan jenuh memiliki berat jenis yang lebih tinggi sehingga
menyebabkan telur cacing terapung.

45
DAFTAR PUSTAKA

Kadarsan,S. 2005. Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Rusmanto, Dwi, J Mukono. 2012. Hubungan Personal Higyene Siswa Sekolah


Dasar dengan Kejadian Kecacingan. The Indonesian Journal of Publick
Health. Vol. 8: 105-111.

Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran.


Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

46
PRAKTIKUM VI

Judul praktikum : Pemeriksaan Parasit pada Air Bersih

Hari /Tanggal : Kamis, 13 Februari 2020

Waktu Praktikum : 14:00 – 16:00 WIB

Tempat Praktikum : Laboratorium Parasitologi Jurusan kesehatan


Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Tujuan Praktikum : 1.Agar dapat melakukan pengujian air bersih


2.Agar dapat mengetahui jenis parasit pada air bersih

I. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan bahkan air adalah sumber
dari kehidupan itu sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap
mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik stabil
menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat
seluler (Roman 2002)
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup,karena
makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Kelompok bakteri kloroform antara lain esechercta col, hetero
bakteri, aerogenes dan citrobacter Freundrkeberadaan bakteri ini dalam air
minum juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain misalnya
sheglla,yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber (pelezer dan Chan
2006).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestional, yaitu hidup
dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah kuman batang
pendek gram negatif yang dapat membentuk rantai. Adanya
mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang juga
berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat dibedakan menjadi 2

47
macam, yaitu:

1. Coliform fekal yang merupakan jenis bakteri yang tumbuh dari tinja
manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Contohnya: Eschericia
coli.

2. Coliform non fekal yaitu merupakan jenis bakteri coliform yang


ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati. Contohnya:
Enterobacter Aerogenes (Pracoyo, 2006)

Uji penduga (persumptive test) merupakan tes pendahuluan tentang


ada atau tidaknya kehadiran bakteri coliform berdasarkan terbentuknya
asam dan gas disebabkan oleh fermentasi laktosa oleh bakteri golongan
coli. Terbentuknya asam dilihat dari kekruhan pada media laktosa dan gas
yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung durham berupa gelembung
udara. Uji penegasan (comfirmed test) bertujuan untuk menegaskan hasil
positif dari tes uji penduga. Media yang umum digunakan yaitu BGLB.
Pembacaan hasil dilakukan setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam. Hasil
koloni akan tampak berwarna keruh dan juga terdapat gas pada tabung
durham. Hasil koloni akan disesuaikan dengan tabel Thomas. Uji
pelengkap (completed test) bertujuan untuk menentukan jenis parasit pada
air yang dilakukan dengan pewarnaan gram. Bakteri atau parasit yang
terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif (Doyle, 2006).

Pewarnaan gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies


parasit berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel. Dalam pewarnaan
gram diperlukan 4 larutan yaitu zat warna utama (kristal violet), mordan
iogol iodine yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna
zat utama, larutan aseton alkohol untuk melunturkan zat warna utama dan
zat pewarna safranin untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan cst utama setelah perlakuan dengan alkohol. Bentuk parasit
yang dapat terlihat memiliki 2 bentuk, yaitu bacillus (batang) dan coccus
(bulat) (Hajna, 1943).

48
II. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT A. BAHAN
1. Batang Pegaduk
2. Lampu Bunsen 1. Sampel Air
3. Batang OSe 2. Media LB (Lactose Broth)
4. Sendok Reagen 3. Media BGLB (Brilliant Green Lactose
5. Tabung Reaksi Broth)
6. Botol Semprot 4. Aquades
7. Tabung Durham 5. Alkohol 70%
8. Oven 6. Kertas Buram
9. Beaker Glass 7. Label
10. Inkubator
11. Kertas Buram
12. Autoclave
13. Rak Tabung
14. Kapas
15. Cawan Arloji
16. Neraca Analitik
17. Kompor Listrik
18. Bulb
19. Korek Api
20. Pipet Ukur
21. Botol Reagen

49
III. PROSEDUR KERJA
A. Sterilisasi Alat

1. Menyiapkan alat dan bahan,

2. Mencuci bersih pipet ukur dan botol reagent yang akan disterilkan,

3. Membungkus pipet ukur dan botol reagent masing-masing


dengan kertas buram,
4. Mensterilkan pipet ukur dan botol reagent yang telah dibungkus
ke dalam oven dengan suhu 170-1800C selama 1-2 jam,
5. Mengeluarkan pipet ukur dan botol reagen dari dalam oven.

B. Prosedur Pengambilan Air Kran

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,

2. Mensterilkan diri dan area kerja,

3. Menyiapkan botol dan dibungkus dengan kertas buram


menggunakan oven dengan suhu 110-1200C Selama 15 menit,
4. Menghidupkan bunsen dan flambir pinggir kran agar bakteri
dibibir kran mati,
5. Kran dibuka selama ± 2 menit,

6. Flambir mulut atau pinggir botol reagen,

7. Masukkan air sebanyak ¾ volum botol, agar sisa tabung botol


masih ada udara, dan mikroorganisme tetap hidup,
8. Flambir bibir atau pinggir botol lalu tutup dan membungkusnya
kembali menggunakan kertas buram,
9. Mematikan Bunsen,

10. Lalu botol reagen diberi label atau keterangan.

50
C. Tes pendugaan
Pendugaan dengan menggunakan LB ( Lactose Broth)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,

2. Menyiapkan 9 tabung reaksi 3 DS (5 ml), 3 SS (9 ml), 3 SS (9,9


ml),

3. Memasukkan tabung durham ke masing-masing tabung reaksi


dengan posisi terbalik,
4. Membuat larutan LB (Lactose Broth) untuk SS sebanyak 6 tabung,

Dengan perhitungan :

3 tabung SS 9 ml = 3 × 9 ml = 27 ml

3 tabung SS 9,9 ml = 3 × 9,9 ml =


29,7 ml Jumlahnya menjadi 56,7
ml

56,7 ml ditambahkan menjadi 70 ml karena dikhawatirkan ada


yang tumpah ataupun menguap saat dipanaskan

Kebutuhan LB 13 gr dalam 1000 ml

Jadi, 13/1000 × 70 = 0,91 gr LB yang dibutuhkan dalam


70 ml
5. Membuat larutan LB untuk tabung DS sebanyak 3
tabung, Dengan perhitungan :
5 ml × 3 tabung = 15 ml
(15 ml ditambahkan menjadi 25 ml dikhawatirkan terjadi
hal yang tidak diinginkan seperti tumpah dan menguap
terlalu banyak. Jadi, 13/1000 × 25 ml × 2 = 0,65 gr)

6. Memanaskan larutan LB dengan kompor listrik sampai


mendidih,
7. Mengangkat larutan LB yang telah mendidih,

51
8. Memipet larutan LB kedalam masing-masing tabung
reaksi yang telah di label 0,1 ml, 1 ml, 5 ml,

0,1 ml 1 ml 5 ml

SS DS

9,9 ml 9 ml 5 ml

9. Memposisikan tabung durham terendam larutan dan tidak ada


gelembung yang terperangkap di dalam tabung durham, tutup
dengan kapas,
10. Mensterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121 0C tekanan
1 atm selama 15 menit,
11. Mengeluarkan tabung reaksi berisi media LB yang telah
disterilkan,
12. Memasukkan sampel air kedalam tabung reaksi berisi LB dengan
memipet sampel air menggunakan pipet ukur yang telah
disterilkan,
13. Memipet sampel air sebanyak 5 ml dan memasukannya ke dalam
tabung reaksi berisi LB yang berlabel 5 ml, memipet sampel air

52
sebanyak 1 ml dan memasukannya kedalam tabung reaksi berisi
LB yang berlabel 9 ml dan memipet sampel air sebanyak 0,1 ml
dan memasukannya kedalam tabung reaksi berisi LB yang berlabel
9,9 ml (tahap ini dilakukan didekat bunsen agar steril),
14. Menginkubasi tabung reaksi didalam incubator selama 1 × 24 jam
dengan suhu 370C,
15. Mengamati tabung yang terbentuk gelembung, berkeruh, dan
naiknya tabung durham karena hasil tersebut menunjukan hasil
reaksi positif sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya.

D. Uji Penegasan
Penegasan dengan menggunakan BGLB

1. Menyiapkan alat dan bahan,

2. Menyiapkan tabung reaksi dan tabung durham sebanyak 2 kali


hasil tabung positif pada tes pendugaan yaitu 18 tabung,
3. Memasukan tabung durham kedalam tabung reaksi dengan
posisi terbalik,
4. Membuat larutan BGLB dengan perhitungan: Untuk tabung
reaksi (e-coli dan coliform),
5 ml × 18 tabung = 90 ml = 100 ml

(90 ml ditambah menjadi 100 ml dikhawatirkan


tumpah dan menguap).
 Ketentuan media BGLB (40 gram/1000 ml)

40/1000 × 100 ml = 4 gram BGLB yang dibutuhkan


dalam 100 ml

5. Memanaskan hingga mendidih larutan BGLB dengan kompor


listrik,
6. Mengangkat larutan BGLB dan memipet ke dalam 14 tabung
sebanyak masing-masing 9 ml dengan pipet ukur,
7. Mensterilisasi tabung berisi larutan BGLB menggunakan

53
autoclave dengan suhu 1210C tekanan 1 atm selama 15 menit,
8. Memindahkan hasil biakan pada media LB ke dalam tabung
reaksi BGLB dengan jarum ose sebanyak masing-masing 3 kali,
9. Melakukan sterilisasi ose dengan bunsen setiap ingin
memindahkan media serta flambir tabung dan tutup kembali
dengan kapas,
10. Menginkubasi didalam inkubator pada suhu 370C selama 1×24
jam untuk coliform,
11. Menginkubasi didalam inkubator pada suhu 400C selama 1×24
jam untuk E-coli,
12. Mengamati hasil tabung apakah bergelembung, berkeruh atau
pun naik tidaknya tabung durham,
13. Mencatat hasil pengamatan,

14. Membandingkan hasil pengamatan yang didapat dengan tabel


MPN untuk mengetahui jumlah koloni keseluruhan.

E. Uji Penegasan

Penegasan dengan menggunakan BGLB

1. Menyiapkan alat dan bahan,

2. Mengambil sampel tabung positif dengan ose steril dan


meletakkan di atas permukaan kaca objek yang sudah disterilkan,
3. Melakukan fiksasi yaitu dengan cara melewatkan preparat di atas
nyala api Bunsen,
4. Membubuhi preparat sampel dengan larutan cat gram A (larutan
cat kristal violet) 2-3 tetes pada permukaan sampel, diamkan 2
menit, bilas dengan air mengalir dan keringkan,
5. Membubuhi preparat sampel dengan larutan cat gram B (larutan
mordan iogol iodine) 2-3 tetes pada permukaan sampel, diamkan 1
menit, bilas dengan air mengalir dan keringkan,
6. Membubuhi preparat sampel dengan larutan cat gram C (larutan
pelarut aseton alkohol) 2-3 tetes pada permukaan sampel, diamkan

54
30 detik, bilas dengan air mengalir dan keringkan
7. Membubuhi preparat sampel dengan larutan cat gram D (larutan
cat safranin) 2-3 tetes pada permukaan sampel, diamkan 30 detik,
bilas dengan air mengalir dan keringkan,
8. Mengamati preparat sampel di bawah mikroskop dengan
perbesaran 1000 dan dilapisi dengan emersi oil,
9. Mencatat hasil pengamatan.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Hasil pengamatan uji penduga

 9 tabung positif, yaitu: 3 tabung berlabel 5 ml

3 tabung berlabel 1 ml

3 tabung berlabel 0,1 ml

B. Hasil pengamatan uji penegas

1. Bakteri Coliform :

1. 0,1 ml = +3 positif

2. 1 ml = +3 positif >2400 CFU / 100 ml

3. 5 ml = +3 positif

2. Bakteri E-coli :

1. 0,1 ml = +3 positif

2. 1 ml = +3 positif > 2400 CFU / 100 ml

3. 5 ml = +3 positif

55
C. Hasil pengamatan uji pelengkap

1. Pengamatan pada Preparat E-coli

Parasit e-coli berbentuk bacillus (batang)

2. Pengamatan pada Preparat Coliform

Parasit coliform berbentuk coccus (bulat)

48
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini pada pemeriksaan parasit pada air bersih,
dilakukan dengan uji pendugaan yang bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya mikroorganisme pada airdengan indikator ada atau tidaknya
Google gelembung padamedia dalam waktu 1×24 jam. Tahap kedua yaitu
uji penegasan yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif dan dan meningkatkan pertumbuhan gram negatif. Tahap ketiga uji
pelengkap bertujuan untuk mengetahui bentuk pada parasit yang akan di
teliti.

49
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan

1. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan air bersih adalah metode


MPN (mus problem number) karena metode ini dapat mendeteksi koliform
dalam jumlah yang rendah. Metode MPN ini terdiri dari tiga tahap yaitu
uji pendugaan, penegasan dan pelengkap.
2. Kualitas air. Air yang diuji tidak layak untuk dikonsumsi sebagai air
minum sebab jumlah bakteri coliform sangat banyak pada jenis air sampel
sehingga akan berbahaya jika dikonsumsi.

50
DAFTAR PUSTAKA

Doyle, 2006, uji penduga pada pemeriksaan mikrobiologi air, Gramedia,


Jakarta.

Hajna, AA, 1943, bakteri coliform dan colitinja, hal 550-556, Dunia
Kedokteran, Jabodetabek.

Pracaya, 2006, penuntun praktikum parasitologi, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, IPB

51
PRAKTKUM VII

Judul Praktikum : Pemeriksaan Parasit pada Makanan

Hari/Tanggal : Kamis,27 Februari- Jumat, 28 Februari 2020

Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan

Waktu : 14.00-16.50, 09.00-11.00 WIB

Tujuan : Untuk memeriksa apakah terdapat salmonella pada


makanan yang diuji

I. TINJAUAN PUSTAKA
Makanan merupakan sumber energi manusia untuk dapat
melakukan berbagai aktivitas setiap harinya. Tanpa mengkonsumsi
makanan tubuh manusia akan menjadi lemah. Makanan dibutuhkan
manusia untuk melangsungkan hidup dan melakukan berbagai aktivitas.
Makanan tidak hanya dituntut cukup dari segi jumlah dan zat gizi, tetapi
juga harus aman dikonsumsi. Apabila aspek keamanan tidak diperhatikan,
maka makanan dapat menjadi sumber penyakit dan kematian bagi
manusia. Keamanan pangan di Indonesia menempati posisi yang penting
bagi kesehatan dan pembangunan (Hatta dkk, 2014).

Makanan yang sehat yaitu makanan yang higienis dan bergizi.


Makanan yang higienis adalah makanan yang tidak mengandung kuman
penyakit dan tidak mengandung racun yang dapat membahayakan
kesehatan. Bahan makanan yang akan kita makan harus mengandung
komposisi gizi yang lengkap, yaitu terdiri atas karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air (Sinta, 2011). Makanan yang mengandung zat
gizi kemudian dikonsumsi dan diserap untuk menggantikan zat-zat yang
hilang dari tubuh manusia sehingga dapat memberikan kekuatan dalam
bekerja dan beraktivitas, serta memperkuat peran imunitas yang ada di
dalamnya yang berfungsi untuk melawan virus dan penyakit (Abdul,
2006).

52
Pangan (makanan) adalah bahan-bahan yang dimakan setiap
hariuntuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja
dan penggantian sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau
makanan sangatdibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga
sumber energi. Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu
kesehatan bagi manusiakarena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran
fisik, kimia maupunmikroba.Hampir semua bahan pangan tercemar oleh
berbagai mikroorganismedari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis
mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli,kapang, khamir serta mikroba
patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan
hasil kontaminasi langsung atau tidak langsungdengan sumber–sumber
pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu,saluran pencernaan
dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagiansaja dari berbagai
sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikrobaawal yang
selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah
tertentu.
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk
batangfakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi
hewanAmerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namunTheobald
Smithadalah penemu sebenarnya dari jenis bakteri(Salmonella enterica
var.choleraesuis) pada 1885, yang menyebabkan penyakit enterik pada
babi.

53
II. ALAT & BAHAN
Alat Bahan
1. Cawan petri 1. Medium SSA (Salmonella Shigella Agar)
2. Tabung reaksi 2. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
3. Pipet ukur 3. Alumunium foil
4. Bulp 4. Tisu
5. Jarum ose 5. Kapas
6. Gelas beaker 50ml 6. Alcohol
7. Neraca analitik 7. Sampel makanan (daging, telur, sawi,
cumi)
8. Batang pengaduk
9. Gelas beaker 250ml
10. Api Bunsen
11. Spirtus
12. Oven
13. Kompor listrik
14. Sendok ragen

54
III. PROSEDUR KERJA
Sterilisasi alat
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Bungkus alat menggunakan kertas buram
3. Setelah itu, masukkan kedalam oven selama 15 menit pada suhu
370c,
4. Kemudian keluarkan dari oven lalu dinginkan.

Tahap persiapan sampel makanan


1. Siapkan alat dan bahan,
2. Timbang sampel makanan yaitu sawi, cumi, daging, dan telur
sebanyak 5 gram,
3. Setelah ditimbang, masukkan sampel makanan kedalam mortar dan
menumbuk sampel makanan hingga halus. Lakukan pada setiap
sampel makanan kecuali telur,
4. Setelah halus masukkan kedalam beaker glass,
5. Tambahkan dengan 45ml Aquadest, lalu aduk sampai rata
menggunakan batang pengaduk.

Pembuatan media TSIA

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,


2. Hitung TSIA yang akan digunakan,
30
TSIA (gr) = x 30ml = 1,95gr
1000

3. Timbang TSIA sebanyak 1,95gr,


4. Masukkan TSIA ke dalam beaker glass lalu tambahkan 30ml
aquadest lalu aduk,
5. Panaskan media TSIA hingga media larut sempurna,
6. Dingnkan media hingga sesuai dengan suhu ruangan.

55
Penanaman sampel di media TSIA

1. Pindahkan media TSIA ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 buah


masing-masing 5ml TSIA,
2. Miringkan tabung reaksi yang berisi media TSIA dan tunggu
hingga media menjadi agar,
3. Menanam sampel makanan di atas permukaan media TSIA dengan
menggoreskan permukaan media TSIA yang sudah menjadi agar
menggunakan jarum ose dengan membentuk zig zag,
4. Tutup tabung reaksi dengan kapas,
5. Inkubasi media di dalam ingkubator dengan suhu 37oc selama 1x24
jam.

Pembuatan media SSA dan penanaman sampel

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,


2. Hitung SSA yang akan digunakan:
63
SSA (gr) = x 80ml = 5,04gr
1000

3. Timbang bubuk SSA sebanyak 5,04 gram dengan neraca analitik.


Alat-alat yang digunakan harus steril,
4. Larutkan dengan menggunakan aquadest sebanyak 80ml di dalam
beaker glass sambal diaduk,
5. Panaskan menggunakan kompor listrik hingga media larut
sempurna,
6. Dinginkan media hingga suhu normal ruangan,
7. Tuangkan media ke dalam petridisk steril sebanyak 15ml
8. Biarkan hingga media memadat
9. Menanam sampel makan di permukaan media SSA yang sudah
menjadi agar dengan menggoreskan sampel makanan
menngunakan jarum ose dengan bentuk zig zag,
10. Ingkubasi media di dalam ingkubator dengan suhu 37oc selama
1x24 jam.

56
Pewarnaan gram

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,


2. Ambil sampel yang positif terdapat parasit dengan ose steril dan
letakkan ke permukaan preparat yang sudah steril
3. Lakukan fiksasi dengan melewatkan preparat di atas api Bunsen,
4. Lalu beri larutan cat gram A (larutan cat Kristal violet) 2-3 tetes
pada permukaan preparat, diamkan selama 2 menit, setelah itu cuci
menggunakan aquadest dan keringkan,
5. Setelah itu beri larutan cat gram B (larutan mordan logol odin) 2-3
tetes pada permukaan preparat, diamkan selama 1 menit, setelah itu
cuci menggunakan aquadest dan keringkan,
6. Setelah itu beri larutan cat gram C 2-3 tetes pada permukaan
preparat, diamkan selama 30 detik, setelah itu cuci menggunakan
aquadest dan keringkan,
7. Amati sampel pada mikroskop perbesaran 1000,
8. Lalu catat hasil pengamatan.

Alur Kerja

Sampel Masukkan kedalam


Haluskan
makanan beaker glass + 45ml
dengan mortar
aquadest

Pembuatan
media SSA dan Pembuatan
Pewarnaan gram
penanaman mesia TSIA dan
sampel penanaman
sampel

57
IV. HASIL
Hasil yang positif terdapat salmonella sp. :
1. Sawi
 Pada media TSIA, media berwana hitam keruh yang
menandakan sawi positif terdapat salmonella.
 Pada media SSA, terdapat goresan sampel yang berubah
warna menandaka positif salmonella.
2. Cumi
 Pada media TSIA, media berubah warna menjadi warna
merah dengan dasar berwarna kuning yang menandakan
positif salmonella.
3. Daging dan telur
 Media negates salmonella sp.

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum pemeriksaan parasit pada makanan menggunakan media
SSA (Salmonella Shigella Agar) untuk tempat tumbuh kembangnya
bakteri salmonella dan shigella. Media ini tergolong media selektif untuk
pengisolasian bakteri salmonella dan shigella. Media ini mengandung bile
salt, brilliant green, sitrat, dan thiosulfate yang bersifat selektif untuk
mencegah pertumbuhan bakteri gram lainnya sehingga diharapkan bakteri
yang tumbuh hanya salmonella.
Pada sampel makanan daging dan telur didapatkan hasil negatif. Hal ini
bias terjadi karna beberapa faktor diantaranya, kondisi suhu incubator
tidak sesuai dengan suhu hidupnya dan pada proses penanaman sampel
tidak tergores sempurna sehingga sampel dan media sulit untuk diamati.
Dari praktikum yang terdapat hasil posistif terdapat salmonella yatu sawi
dan cumi sehingga dalam pengolahan bahan makanan tersebut harus
dengan benar untuk menghindari terkena penyakit akibat parasite tersebut.

58
VI. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari paktkum pemeriksaan parasite pada makanan,
menghasilkan bahwa terdapat hasil positif terdapat salmonella sp pada
sampel makanan sawi dan cumi.

59
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, M., 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas, 1-2, Depkes RI, Jakarta.
Arisandi, Muhammad Hatta, dkk. 2014.“Eksternalitas Penambangan Pasir
Pantai Secara Tradisional Terhadap Ekosistem Mangrove dan
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Merauke.”Jurnal
Manajemen Perikanan dan Kelautan, 1 (1), Hlm. 3.
Arnitasari, Ni Luh. 2013. https://id.scribd.com/doc/144429796/Laporan-
Pemeriksaan-Salmonella (diakses pada tanggal 15 April 2020
pukul 13.35 WIB)
Fitriani, sinta. 2011. Promosi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

60
LAMPIRAN

61
PRAKTIKUM VIII

Judul Praktikum : Pemeriksaan parasit pada tanah

Hari/Tanggal : Kamis, 20 Februari 2020

Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan

Waktu : 14.00 – 16.50 WIB

Tujuan : Untuk mengetahui jenis parasit yang ada di dalam tanah

I. Tinjauan Pustaka
Tanah merupakan suatu campuran bahan-bahan organik yang padat,
misalnya: batu-batuan , mineral, air ,udara dan jasad hidup beserta produk dari
hasil pembusukan. Tanah yang subur mengandung sejumlah binatang-binatang
mulai dari bentuk mikroskopis, nematoda, serangga, sampai hewan mamalia
seperti tikus.

Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris,


mempunyai saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris
serta panjangnya bervariasi dari beberapa milimeter hingga lebih dari satu
meter. Semua Nematoda yang menginfeksi manusia mempunyai jenis kelamin
terpisah, yang jantan biasanya lebih kecil daripada yang betina. Nematoda
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Nematoda jaringan dan Nematoda usus.
Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan
melalui tanah (Soil Transmitted Helminths), diantaranya adalah Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma
duodenale dan Strongyloides stercoralis (Ganda husada,1998).
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides.
Penyakitnya disebut askariasis. Cacing dewasa bebentuk silinder dengan ujung
yang meruncing. Stadium dewasa hidup di rongga usus halus. Betina memiliki
panjang 20-35 cm dan tebal 3-6 mm. Jantan lebih kecil, panjang 12-31 cm dan

62
tebal 2-4 mm dengan ujung melengkung. Seekor cacing betina dapat bertelur
sebanyak 100.000-200.000 butir sehari terdiri atas telur yang dibuahi dan yang
tidak dibuahi. Ukuran telur cacing dengan panjang 60-70 μm dan lebar 40-50
μm . Dalam lingkungan yang sesuai. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia,
akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding
usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan di alirkan ke jantung lalu
mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu
melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea
melalui bronchiolus dan bronchus. Dari trachea larva menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses
tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi
cacing dewasa (Sandy S, & Irmanto M, 2014).
Cacing tambang dapat berkembang secara optimal pada tanah berpasir
yang hangat dan lembab, telur di tanah tumbuh dan berkembang menjadi
embrio dalam 24-48 jam pada suhu 23ºC-30°C dan menetas menjadi larva.
Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1
cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau
infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer. Cacing tambang biasanya
tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan kognitif
menurun (Didik, 2012).
Manusia merupakan hospes cacing Trichuris trichiura. Penyakit yang
disebabkannya disebut trikiuriasis. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan
yang jantan sekitar 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya
kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih
gemuk, pada cacing 11 betina bentuknya membulat tumpul. Satu ekor cacing
betina dapat menghasilkan telur sehari 3.000-5.000 butir (Chadijah, 2013).
Trichuris trichiura lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karena
secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Infeksi dengan cacing cambuk
(trichuriasis) lebih sering terjadi di daerah panas, lembab dan sering bersama-
sama dengan infeksi Ascaris. Sampai saat ini dikenal lebih dari 20 spesies
Trichuris spp, namun yang menginfeksi manusia hanya Trichuris trichiura dan

63
Trichuris vu/pis. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak. Apabila jumlahnya
sedikit, pasien biasanya tidak akan terpengaruh dengan adanya cacing ini.
Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan trichuriasis atau
trichocephaliasis. Pcnyakit ini terutama terjadi di daerah subtropis dan tropis ,
dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab
memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah (Slamet,2002).

II. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Auger 11. Cawan petridish
2. Tabung Reaksi 12. Batang pengaduk
3. Rak tabung 13. Cawan arloji
4. Gelas ukur 14. Inkubator
5. Pipet ukur 15. Sendok reagen
6. Oven 16. Neraca analitik
7. Botol semprot 17. Kompor listrik
8. Bulb 18. Beaker glass
9. Bunsen 19. Label
10. Autoclave 20. Objek glass

B. Bahan
1. Media PDA
2. Media NA
3. Aquades
4. Plastik sampel
5. Alkohol
6. Aluminium foil
7. Kertas buram
8. Cat gram A

64
III. Prosedur Kerja
A. Pengambilan Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengambil
sampel tanah,
2. Mengambil sampel tanah menggunakan auger dengan cara diputar
searah jarum jam agar membentuk lubang,
3. Menggali hingga ke dalaman 0-30 cm,
4. Mengambil secukupnya tanah yang akan diteliti lalu memasukkannya
ke dalam plastic sampel yang steril.

B. Sterilisasi Alat dan Bahan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakn yaitu 8 cawan
petridish , 8 pipet ukur bervolume 1 ml dan 5 ml , gelas ukur 5 ml dan
1 ml,
2. Membungkus alat – alat tersebut menggunakan kertas buram,
3. Memanaskan alat dan bahan yang akan digunakan untuk ke dalam
oven dengan suhu 180°𝐶 selama 1-2 jam,
4. Mengeluarkan alat alat dari oven dan mendinginkannya ,
5. Mengambil aquades sebanyak 60 ml lalu pipet aquades sebanyak 9 ml
dan masukkannya ke dalamtabung reaksi,
6. Menutup masing masing tabung reaksi yang berisi aquades dengan
kapas,
7. Mensterilisasi tabung reaksi berisi aquades ke dalam auto clave dengan
suhu 121°𝐶 tekanan 1 atm selama 15 menit,
8. Mensterilisasi aquades sebanyak 99 ml di dalam beaker glass dengan
perlakuan yang sama seperti diatas,
9. Mengeluarkan aquades steril dan autoclave dan mendinginkannya.

65
C. Membuat media NA dan Media PDA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Membuat media NA dan PDA dengan perhitungan :
39
Gr PDA = x 240ml = 9,36 gr
1000

20
Gr NA = x 240ml = 4,8 gr
1000

3. Menimbang media PDA dan NA sebanyak 9,36 gr PDA dan 4,8 gr


NA,
4. Melarutkan sampel media NA dan PDA masing – masing dengan
penambahan 240 ml aquades hingga larut sempurna,
5. Memanaskan media PDA dan NA diatas kompor listrik hingga
mendidih,
6. Mengangkat media setelah mendidih dan menutup media dengan
aluminium foil,
7. Mensterilkan media didalam autoclave dengan suhu 121°C tekanan 1
atm selama 15 menit,
8. Mengeluarkan media dan mendinginkan nya hingga suhu ruangan.

D. Preparasi Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Menimbang sampel tanah sebanyak 1 gr dengan menggunakan neraca
analitik,
3. Melarutkan sampel tanah ke dalam beaker glass dengan penambahan
aquades steril sebanyak 99 ml,
4. Menunggu hingga tanah mengendap,
5. Mengecek PH indicator universal (kertas PH) dengan cara
mencelupkan kertas PH ke dalam larutan sampel tanah dan
mencocokkan warna nya , apabila PH <7 , maka sampel ditambahkan
larutan basa ( NaOH ) , apabila PH >7 , maka sampel ditambahkan
larutan asam ( 𝐶𝐻3 3𝐶𝑂𝑂𝐻 ) hingga PH larutan netral,
6. Jika PH larutan sampel sudah netral , maka larutan sampel siap
digunakan.

66
E. Pengenceran dan Penanaman Sampel
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Menyiapkan 8 cawan petridish yang sudah di sterilkan,
3. Memipet 1 ml larutan sampel dan memasukkan nyakedalam tabung
rekasi berlabel 10−2 , lalu homogenkan,
4. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−2 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−3 , lalu homogenkan,
5. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−3 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−4 , lalu homogenkan,
6. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−4 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−5 , lalu homogenkan,
7. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−5 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−6 , lalu homogenkan,
8. Memipet 1 ml larutan sampel dari tabung reaksi 10−6 lalu
memasukkan ke tabung rekasi 10−7 , lalu homogenkan,
9. Melakukan semua tahapan di dekat api Bunsen,
10. Memipet 1 ml dari 3 seri tabung reaksi pengenceran terakhir yaitu
10−5 ,10−6 ,10−7 . dan masukkan ke masing – masing 8 cawan petridish,
11. Menuangkan media NA ke masing – masing 4 cawan petridish
sebanyak 15 ml,
12. Menuangkan media PDA ke masing masing 4 cawan petridish
sebanyak 15 ml,
13. Melakukan flambir dan menghomogenkan membentuk angka 8,
14. Menunggu hingga media NAdan PDA dingin dan meng-agar lalu
membungkus masing – masing cawan petridish dengan kertas buram,
15. Menginkubasi cawan ke dalam inkubator dengan suhu 37°𝐶 selama 1
x 24 jam.

67
F. Pewarnaan Gram
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Mengambil sampel tabung positif dengan ose steril dan meletakkan
diatas permukaan objek glass yang sudah disterilkan,
3. Melakukan fiksasi yaitu dengan cara melewatkan olesan sampel
diatas nyala api bunsen,
4. Membubuhi larutan garam cat gram A (larutan cat kristal violet) 2-
3 tetes pada permukaan preparat, lalu diamkan 2 menit kemudian
cuci dengan air mengalir dan keringkan.

Skema kerja

Pengambilan sampel tanah Sterilisasi alat yg akan digunakan Membuat media NA dan Media PDA

Pengenceran dan Penanaman Sampel

Preparasi Sampel

Pengambilan sampel positif menggunakan


ose steril
68
IV. Hasil Praktikum

Kelompok Jumlah koloni Jumlah koloni Jumlah jamur


NA PDA PDA

IA 10¯⁴ : 33 10¯⁴ : 17 10¯⁴ : 10


10¯⁵ : 32 10¯⁵ : 80 10¯⁵ :7
10¯⁶ :6 10¯⁶ : 26 10¯⁶ :8
BLANKO : 30 BLANKO : 1 BLANKO : 20

IB 10¯⁴ : 260 10¯⁴ : 84 10¯⁴ : 25


10¯⁵ : 171 10¯⁵ : 29 10¯⁵ : 32
10¯⁶ : 704 10¯⁶ :0 10¯⁶ : 28
BLANKO : 10 BLANKO : 110 BLANKO : 8

II A 10¯⁴ : 258 10¯⁴ : 107 10¯⁴ : 266


10¯⁵ : 353 10¯⁵ : 40 10¯⁵ : 51
10¯⁶ : 154 10¯⁶ : 37 10¯⁶ : 22
BLANKO : 100 BLANKO : 0 BLANKO : 15

II B 10¯⁴ : 261 10¯⁴ : 93 10¯⁴ :1


10¯⁵ : 79 10¯⁵ : 318 10¯⁵ : 93
10¯⁶ : 346 10¯⁶ : 110 10¯⁶ :6
BLANKO : 103 BLANKO : 209 BLANKO : 8

69
Hasil pengamatan parasit yang ada di dalam tanah :

Gambar Cacing Jenis cacing

Diphyllobothorium latum

Ascaris lumbricoides

70
V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini pengambilan sampel tanah dilakukan pada
kedalaman 15 meter karena tanah dengan kedalaman tersebut kemungkinan
besar lebih sedikit terkontaminasi dibandingkan pada permukaan tanah.

Dari hasil pemeriksaan dengan mikroskop didapatkan hasil sampel tanah


mengandung cacing Diphyllobottorium latum. Diphyllobothrium latum disebut
juga dengan Difilobatriasis atau cacing pita . Bentuk cacingnya pipih seperti
pita, bisa mencapai panjang 3 – 10 meter dan hebatnya walau dipotong-potong,
cacing ini masih bisa hidup. Bibit cacing terutama banyak ditemukan didalam
daging babi dan daging sapi. Ditemukan pada usus halus manusia, anjing,
kucing, babi, beruang, mamalia pemakan ikan. Cacing memiliki ukuran 2-12 m
warna abu-abu kekuningan dengan bagian tengah berwarna gelap (berisi uterus
dan telur). Testis dan gld. Vitellaria terletak di lateral, ovarium di tengah
berlobus 2. Uterus berbentuk bunga di tengah dan membuka di ventral. Porus
uterus terletak disebelah porus genitalis. Telur keluar terus menerus di tinja
dengan ukuran 67-71 x 40-51 μ.
Cacing dewasa memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung
telur) dan panjangnya sampai 450-900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid
di dalam usus dan dibuang melalui tinja. Telur akan mengeram dalam air tawar
dan menghasilkan embrio, yang akan termakan oleh krustasea (binatang
berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya krustasea dimakan oleh
ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar terinfeksi yang mentah
atau yang dimasak belum sampai matang.
Ciri-ciri
1. Merupakan jenis cacing pita yang hidup sebagai parasit pada manusia,
anjing, kucing dan serigala.
2. Sebagai inang perantaranya adalah katak sawah (Rana
cancrivora), ikan dan Cyclops.
3. Menyebabkan Diphyllobothriasis.
Cacing Ascaris lumbricoides mempunyai bentuk tubuh silindris dengan
ujung anterior lancip. Bagian anteriornya dilengkapi tiga bibir (triplet) yang
tumbuh dengan sempurna. Cacing betina panjangnya 20-35 cm, sedangkan

71
cacing jantan panjangnya 15-31 cm. Pada cacing jantan, ujung posteriornya
lancip dan melengkung ke arah ventral dan dilengkapipepil kecil serta dua
buah spekulum berukuran 2 mm. Cacing betina posteriornya membulat dan
lurus, dan sepertiga bagian anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi,
tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh
lapisan kutikula bergaris halus.

Telur cacing ini memiliki empat bentuk, yaitu tipe dibuahi (fertrilized),
tidak dibuahi (afertilized), matang, dan dekortikasi. Telur yang dibuahi
berukuran 60 x 45 mikron dengan dua lapis dinding tebal. Lapisan luar terdiri
dari jaringan albuminoid, sedangkan lapisan dalam jernih. Isi telur berupa
massa sel telur. Sel telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong dan lebih
panjang daripada tipe yang dibuahi ukurannya 90 x 40 mikron, dengan dinding
luar yang lebih tipis. Isi telur berupa massa granula refraktil. Telur matang
berisi larva (embrio), tipe ini menjadi infelatif setelah berada di tanah ±3
minggu. Telur yang dekortikasi tidak dibuahi, namun lapisan luar yaitu
albuminoid sudah hilang.

Daur hidup Ascaris lumbricoides yaitu, cacing betina dapat menghasilkan


200 ribu butir per hari. Telur Ascaris lumbricoides berkembang dengan baik
pada tanah liat dengan kelembaban tinggi pada suhu 25°-30° C. Pada kondisi
ini, telur tumbuh menjadi bentuk infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3
minggu. Telur yang infektif bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva
di usus halus. Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah
atau saluran limpa, kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung dan
menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding alveolus dan masuk
ke rongga alveolus dan naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring dan
menimbulkan iritasi. Penderita akan batuk karena rangsangan larva ini. Larva
di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, sampai di usus halus, dan menjadi
dewasa. Dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa
membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan.

Ciri- ciri telur fertil cacing Ascaris lumbricoides :

72
1. Bentuk oval, ukuran : panjang 45-75 µm dan diameternya 35-50 µm.
2. Mempunyai 3 dinding lapis yaitu: lapisan luar yang tebal barkelok-
kelok( lapisan albumin) dan lapisan kedua dan ketiga yang halus
(lapisan hialin dan vitelin).
3. Telur berisi embrio, berwarna kuning kecoklatan.
Ciri- ciri telur infertil Ascaris lumbricoides :
1. Bentuk oval memanjang, ukuran : panjang 88-94 µm,diamternya 40-45
µm.
2. Dinding hanya 2 lapis yaitu lapisan albumn dan hialin.
3. Telur berisi granula refraktil.

Cacing Ancylostoma duodenale, cacing dewasa hidup di rongga usus halus


manusia, dengan mulut yang melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma
duodenale ukurannya lebih besar dari Necator americanus. Yang betina
ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya
menyerupai huruf C, Necator americanus berbentuk huruf S, yang betina 9 – 11
x 0,4 mm dan yang jantan 7 – 9 x 0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale
mempunyai dua pasang gigi, N.americanus mempunyai sepasang benda kitin.
Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut bursa copalatrix. A.duodenale
betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir, sedang N.americanus 9.000
butir. Telur dari kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40 – 60
mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang
baru dikeluarkan tidak bersegmen. Di tanah dengan suhu optimum23oC -
33oC, ovum akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus. Seekor cacing
tambang dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,2 ml setiap harinya.
Cacing dewasa dapat hidup di usus selama satu hingga lima tahun di mana
cacing betina memproduksi telur. Pada infeksi ringan hanya sedikit sekali
kehilangan darahnya tetapi pada infeksi berat dapat menimbulkan pendarahan
hebat, kekurangan zat besi dan berat badan turun drastis.

Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur antara 10.000-30.000 telur


per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama di tanah yang lembab, sejuk dan di
sekitar pohon yang rindang yang biasanya terdapat di daerah perkebunan.

73
Untuk telur cacing tambang akan dikeluarkan bersama feses. Ketika berada di
dalam tanah akan menetas dalam waktu 1-2 hari dan kemudian akan menjadi
larva “Rabditiiti Form”. Pada hari ke-3 “Rabeniti Forem” akan menjadi “Filari
Form”. Dalam bentuk ini dapat hidup di tanah selama 8 minggu. Dalam waktu
kisaran tersebut akan terinjak kaki dan akan menembus kulit dan menuju
ke kapiler darah. Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan
berubah menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan
temperatur yang optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23ºC – 300º C. Larva
rabditiform makan zat organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari
membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat tahan diluar
sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera menemukan host,
maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh host melalui
pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke
jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru – paru, kemudian alveoli ke
bronkus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke
oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam
waktu dua minggu).

74
VI. Kesimpulan

Jadi, pada praktikum tentang pemeriksaan parasit pada tanah dapat


disimpulankan bahwa :

Tanah mengandung parasit yang dapat menginfeksi manusia dan menimbulkan


penyakit. Jenis parasit tersebut diantaranya adalah parasit telur
Diphyllobottorium latum, parasit telur Ascaris lumbricoides, parasit telur
Ancylostoma duodenale.

75
DAFTAR PUSTAKA

Chadijah. 2013. Kejadian penyakit cacing usus di Kota Palu dan Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit
Bersumber Binatang. ISSN.Vol.4 (4) : 181-187.

Didik Sumanto.2012. Uji paparan telur cacing tambang pada tanah halaman
rumah. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS. ISBN : 978-
602-18809-0-6.

Gandahusada.1998. Parasitologi kedokteran. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

Sandy, S. dan Irmanto, M. Analisis model faktor risiko infeksi cacing gelang
(Ascaris lumbricoides) pada murid SD di Distrik Arso Kabupaten
KeeromPapua. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber
Binatang. ISSN. Vol.5 (1) : 35-42.

Slamet.2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

76

Anda mungkin juga menyukai