Disusun oleh :
Nama : Noor Dyah Permata Sari
NIM : J2A018016
Prodi : S-1 Kedokteran Gigi
Fakultas : Kedokteran Gigi
1
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum dapat selesai dengan tepat waktu.
Laporan praktikum ini saya susun demi memenuhi tugas yang telah diberikan
kepada saya. Pada kesempatan ini, saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, terutama kepada:
1. Bapak Arya Iswara, M.Si Med selaku dosen pada praktikum kali ini yang
senantiasa membantu dan membimbing.
2. Petugas Laboratorium yang membantu dan selalu sabar.
3. Orang tua yang telah mendo’akan.
4. Teman-teman yang sudah berkenan saling membantu menyelesaikan laporan
ini.
Laporan ini pula saya susun untuk memperluas dan menambah wawasan saya
serta berbagi informasi, ilmu, wawasan para pembaca khususnya mahasiswa. Untuk
menunjang pemahaman dan melatih keterampilan mahasiswa.
Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan praktikum ini, oleh
karenanya saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan laporan selanjutnya.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR…………………………………………….. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………. 2
PRAKTIKUM I
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………….. 4
BAB 3 METODOLOGI…………………………………………... 8
BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………….. 9
BAB 5 PENUTUP………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 15
PRAKTIKUM II
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………... 16
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………….. 18
BAB 3 METODOLOGI…………………………………………... 23
BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………….. 25
BAB 5 PENUTUP………………………………………………… 28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 29
PRAKTIKUM I
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………... 30
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………….. 31
BAB 3 METODOLOGI…………………………………………... 33
BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………….. 34
BAB 5 PENUTUP………………………………………………… 36
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 37
BAB I
3
PENDAHULUAN
Mikroskop merupakan sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil
untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan mikroskop disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat
kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan
mikroskop adalah Antonie Van Leeuwenhock (1632-1723). Tahun 1675 Antonie
membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih
banyak lensa sehingga ia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air
hujan yang menggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan
pengorekan gigi (Purba, 1999). Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-
masing mempunyai tujuan penggunaan tertentu dan dengan berbagai macam
kelengkapannya pula. Mikroskop yang sering digunakan dalam biologi adalah
mikroskop cahaya, Baik yang berlensa okuler tunggal atau dikenal dengan mikroskop
monokuler, maupun yang berlensa okoler ganda atau yang disebut mikroskop
binokuler (Krisno, 2011). Benda atau organisme yang akan diamati dengan
mikroskop cahaya harus berukuran kecil dan tipis, agar dapat ditembus oleh cahaya
(sinar matahari atau lampu).
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan alat optik modern ini tidak lepas dari seseorang pionir penemu
alat optic pada zaman keemasan islam, yaitu ibnu Al – Haytham orang barat
5
menyebut beliau Alchasan atau Alhazen. Ibnu Haytham lahir di Basra (irak) dan
meninggal di kairo.
Ibnu Haytham adalah yang pertama memikirkan, meneliti , dan menulis buku
tentang mikroskop. Hasil penelitian beliautentang optic dibukukan dalam buku yang
bernama “kitab al – Manazir “ atau dalam bahasa inggris “ Book of Optics.
Ibnu Haytham membuktikan bahwa cahaya bergerak atau memancar secara
lurus. Peneltian beliau dilaksana dengan menggunakan metode peneltian ilmiah. Ibnu
haytham merupakan sarjana sains muslim yang memperkenalkan metode ilmiah
dalam penelitian ilmu alam. Cara atau metode penelitian ilmiah yang belum pernah
dilakukan oleh orang barat. Muslim menemukan kerja optic pada abad ke 10.
Sedangkan orang barat melanjutkan penelitian optiknya pada abad ke 17 (subandi
2010).
6
a. Lensa monokuler
Letaknya dibagian atas tabung, oleh karena jumlahnya satu maka
disebut monokuler dan yang kita gunakan pada praktikum memiliki ukuran
10x. Pada lensa okuler sering tampak garis hitam menuju pusat pandangan,
ini merupakan tambahan yang dimaksud sebagai petunjuk objek.
b. Lensa obyektif
Letaknya dibawah tabung dekat dengan meja benda, biasanya pada
satu mikroskop terdapat 3 atau 4 buah lensa obyektif yang dipasang pada
revolver yang dapat diputar bila ingin mengubah posisi lensa. Lensa obyektif
tersebut biasanya memiliki perbesaran 4x,10x, 40x dan 100x.
c. Revolver
Dibagian bawah tabung terdapat alat yang disebut revolver. Pada
revolver tersebut terdapat lensa obyektif.
d. Meja preparat
Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang
akan dilihat. Objek diletakkan di meja dengan dijepit menggunakan penjepit.
Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk dilewati sinar. Pada jenis
mikroskop tertentu, kedudukan meja tidak dapat dinaik turunkan.
e. Tangan/lengan
Dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat
ditegakkan atau direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk memegang
mikroskop pada saat memindah mikroskop.
f. Diafragma
Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan
mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian
bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa kondensor.
g. Sekrup – sekrup penggeser preparat
Untuk menggeser preparat, ada 2 macam :
1. Menggeser ke muka dan ke belakang
2. Menggeser ke kanan dan kekiri
7
h. Penjepit preparat
Sebagai pegangan untuk memegang atau memperkokoh objek gelas,
sekarang istilah ini dikenal dengan nama specimen holder.
i. Pengatur kasar (makrometer) dan pengatur halus (micrometer)
Komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk
mengatur kedudukan lensa obyektif terhadap obyek yang akan dilihat. Pada
mikroskop dengan tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus untuk
menaikturunkan tabung sekaligus lensa obyektif. Pada mikroskop dengan
tabung miring, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan meja
preparat.
j. Cermin
Untuk menangkap cahaya :
Cermin mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung,
berfungsi untuk memantulkan sinar dan sumber sinar cermin digunakan bila
sumber sinar cukup terang dan cermin cekung digunakan bila sumber sinar
kurang. Cermin dapat dilepas dan diganti dengan sumber sinar dari lampu.
Pada mikroskop model baru sudah tidak lagi dipasang cermin, karena sudah
ada sumber cahaya yang terpasang pada bagian bawah (kaki).
k. Kaki (basis)
Dapat berbentuk tapak kuda atau bentuk lainnya.
BAB III
METODOLOGI
8
3.1. Alat dan Bahan
Mikroskop monokuler
Gunting
Pipet penetes
Gelas penutup
Gelas piala
Lap flane/tissue halus
Penggaris plastic bening berskala mm
Potongan kertsa berhuruf
Preparat kering
Menyiapkan mikroskop
Keluarkan mikroskop dari tempatnya atau kotak penyimpanan di
dalam lemari. Peganglah mikroskop ini dengan erat pada lengannya yaitu
bagian yang melengkung, dengan satu tangan, sedang tangan yang lain
pakailah untuk menyangga kaki mikroskop gunakan selalu cara ini apabila
mengangkat mikroskop. Letakkan mikroskop dengan hati-hati diatas meja
laboratorium, sedemikian sehingga lengannya mengarah ke tempat duduk
kita, sedangkan meja obyek menghadap ke arah yang berlawanan. Letak
kakinya jangan terlalu ke tepi meja, supaya mikroskop tidak jatuh.
BAB IV
PEMBAHASAN
9
1. Prinsip penggunaan mikroskop
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan mikroskop :
a) Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan.
b) Bila menggunakan preparat basah, tabung mikroskop selalu dalam
keadaan tegak, berarti meja dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi
mikroskop dengan tabung tegak, tidak berlaku untuk mikroskop
dengan tabung miring.
c) Preparat basah selalu ditutup dengan gelas penutup saat dilihat
dibawah mikroskop.
d) Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin.
e) Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera
laporkan kepada laboran.
f) Tidak dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya.
g) Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa obyektif
perbesaran paling rendah pada kedudukan lurus ke bawah.
2. Cara penggunaan
10
Berikut ini cara menggunakan mikroskop yang benar.
a) Letakkan mikroskop di atas meja dengan cara memegang lengan
mikroskop sedemikian rupa sehingga mikroskop berada persisi di
hadapan pemakai.
b) Putar revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah
berada pada posisi satu poros dengan lensa okuler yang ditandai bunyi
“klik” pada revolver.
c) Aturlah cermin diafragma untuk melihat kekuatan cahaya masuk,
hingga dari lensa okuler nempak terang berbentuk bulat (lapang
pandang)
d) Tempatkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan
jepit dengan penjepit obyek/benda.
e) Aturlahfokus untuk memperjelas gambar obyek dengan cara memutar
pemutar kasar, sambil dilihat dari lensa okuler. Untuk
mempertajam/memfokuskan putarlah pemutar halus.
f) Apabila bayangan obyek sudah ditemukan, maka untuk memperbesar
gantilah lensa obyektif dengan ukuran dari 10x, 40x atau 100x dengan
cara memutar revolver hingga bunyi klik.
Apabila telah selesai menggunakan, bersihkan mikroskop dan simpan
kembali ke dalam lemari atau pada tempat yang tidak lembab.
3. Mempersiapkan bahan yang diamati melalui mikroskop
Pada praktikum yang sudah dilakukan obyek yang diamati berupa
preparat kering yang sudah jadi.
4. Mengatur fokus mikroskop
Naikkan tabung mikroskop dengan menggunakan pengatur kasar,
sehingga jarak antara obyektif lemah dan permukaan meja obyek kira-kira ada
2 cm. Kemudian tempatkanlah preparat di meja obyek. Gunakanlah jepitan
obyek untuk menjaga agar preparat tidak bergeser. Sambil mengamati
mikroskop dari samping, turunkanlah tabung mikroskop dengan
menggunakan pengatur kasar dengan hati-hati sehingga jarak antara ujung
11
obyektif dengan gelas penutup kira-kira hanya 1 mm, jagalah agar obyektif
tidak menyentuh gelas penutup.
5. Pembesaran
Dalam mikroskop sangat penting mengetahui berapa kali alat ini
membesarkan bayangan obyek yang diamati. Apakah suatu mikroskop
membesarkan suatu obyek sebanyak sebanyak 50 diameter (50x), maka
bayangan yang terlihat akan 50x lebih panjang dan lebih lebar daripada
bayangan yang dilihat dengan mata telanjang dari jarak 25,4 cm. Andaikata
bilangan pada okuler adalah bilangan pada okuler adalah adalah 5x sedang
pada obyektif lemah 12x, maka perbesaran keseluruhannya adalah 5x12 atau
60 diameter. Dengan menggunakan okuler yang sama dan obyektif kuat
dengan daya pembesaran 45x akan dicapai suatu pembesaran sebesar 5x45
ialah 225 diameter.
6. Pengukuran dengan mikroskop
Karena benda-benda mati yang diamati dibawah mikroskop biasanya
berukuran kecil, untuk ukuran-ukuran yang mikroskopik para ahli biologi
merasa perlu menggunakan satuan panjang yang lebih kecil dari centimeter
atau milimeter. Salah satu diantara satuan panjang yang biasa digunakan
adalah micron (1/1000mm) yang ditulis dengan lambang (m) ialah huruf
yunani. Ukuran benda dibidang suatu mikroskop dapat dikira-kira dengan
membandingkannya terhadap suatu ukuran bidang penglihatan berbentuk
lingkaran.
7. Pemeliharaan mikroskop
Mikroskop juga memerlukan pemeliharaan yang cermat, mikroskop
harus selalu diangkat dan dibawa dengan keadaan tegak, dengan satu tangan
memegang erat-erat lengan mikroskop dan tangan lainyya menyangga
mikroskop pada kakinya. Apabila tabung mikroskop perlu dicondongkan
letaknya, maka hal ini dilakukan dengan menggerakkan lengannya pada
12
engsel inklinasi sebagai titik putar. Setelah pekerjaan selesai maka mikroskop
itu harus segera ditegakkan kembali.
Pada akhir praktikum, usahakan agar obyektif lemah dibawah okuler.
Aturlah kedudukan tabung sedemikian hingga ujung obyektif lemah terdapat
kira-kira 1 cm diatas meja obyek. Begitu pula jepitan harus disusun diatas
meja obyek sehingga tidak ada bagian yang menonjol keluar dari sisi meja.
Kembalikan mikroskop ke dalam tempat penyimpanannya. Bersihkan semua
gelas obyek dan gelas penutup.
BAB V
PENUTUP
13
4.1. Kesimpulan
Lensa okuler
Lensa obyektif
Revolver
Meja preparat
Tangan/lengan
Diafragma
Sekrup-sekrup penggeser preparat
Penjepit preparat
Pengatur kasar (makrometer) dan pengatur halus (micrometer)
Cermin
Kaki atau basis
14
Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera laporkan
kepada laboran.
Tidak dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya.
Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa obyektif perbesaran
paling rendah pada kedudukan lurus ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA
15
Campbell,N.A.2000,Biologi Edisi Kelima Jilid I.Jakarta : Erlangga
Modul Praktikum. Sistem Sel dan Genetika. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Muhammadiyah Semarang. 2018
BAB I
PENDAHULUAN
16
1.1. Latar Belakang
Bakteri adalah organisme yang sangat kecil (berukuran mikrskopis).
Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron
(1 mikron = 10-3mm). Itu berarti pula bahwa jasad renik ini tipis sekali
sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan
sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Untuk melihat bakteri dengan jelas,
tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan
bakteri. Salah satu klasifikasi bakteri adalah pembagian menurut morfologi
sel dan sifat pewarnaan. Morfologis sel bisa dilihat di bawah mikroskop
cahaya, yang akan lebih mudah diidentifikasi pada preparat yang diwarnai.
Dengan melihat sifat pewarnaan satu bakteri, juga dapat dibedakan antara
bakteri yang gram positif, gram negatif, atau basil tahan asam. Oleh karena
itu, diadakanlah praktikum ini guna memberi pemahaman dan memberi
pengetahuan kepada kita tentang pengecatan bakteri.
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pengecatan gram dari bahan
pemeriksaan
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi beberapa spesies kuman
Staphylococcus
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi beberapa spesies kuman
Streptococcus
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengecatan gram dari bahan
pemeriksaan
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi beberapa spesies kuman
Staphylococcus
17
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi beberapa spesies kuman
Streptococcus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
18
2.1. STAPHYLOCOCCUS
Staphylococcus adalah kuman berbentuk bulat, Gram positif biasanya
tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur. Kuman ini mudah tumbuh
pada berbagai media, meragi beberapa karbohidrat, membentuk pigmen yang
bervariasi dari putih sampai kuning tua kadang-kadang ungu. Beberapa
diantaranya tergolong flora normal kulit dan selaput lender manusia, tapi ada
yang dapat menyebabkan pernanahan abses bahkan septikimia yang fatal.
Staphylococcus pathogen sering menghemolisa darah, mengkoagulasi plasma
dan menghasilkan enzim dan toksin. Beberapa spesies menyebabkan
keracunan makanan dengan memproduksi enterotoksin yang bersifat tahan
panas. Staphlococcus cepat resisten terhadap banyak anti mikrobia dan
menyebabkan kesulitan dalam pengobatan.
A. Mortologi
Morfologi Staphylococcus yang khas
Bentuk : bulat, diameter 1 mm
Sifat pengecatan : Gram positif, makin tua makin kearah
Gram negative
Susunan : Biasanya mempunyai susunan yang
khas yang menggerombol seperti buah anggur. Tapi dapat
juga berpasangan, membentuk rantai pendek (3-4 sel) atau
berempat. Susunan yang tidak khas tersebut terutama bila
preparat dibuat dari media cair.
B. Penanaman
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan
bakteriologik dalam keadaan aerob atau mikroaerofilik.
Staphylococcus tumbuh paling cepat pada 37˚C. Koloni pada
19
perbenihan berbentuk bulat, halus, dan mengkilat, berbentuk berbagai
pigmen. Diameter koloni antara 1-3 mm.
C. Sifat-sifat pertumbuhan
Staphylococcus menghasilkan enzim katalase, sifat ini dapat
membedakannya dengan Streptococcus. Meragikan banyak
karbohidrat secara lambat, menghasilkan asam laktat tetapi tidak
menghasilkan gas. Staphylococcus relatif resisten terhadap
pengeringan, panas (kuman ini tahan 50˚C selama 30 menit), dan
terhadap 9% NaCl, tetapi dihambat oleh zat-zat kimia seperti
heksaklorofen 3%. Enzim katalase akan menguraikan hydrogen
peroksida menjadi air dan oksigen.
D. Struktur antigen
Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein
yang memungkinkan penggolongan strain-strain dalam batas tertentu.
Asam telikoat (polimer gliserol atau ribitol fosfat) yang berikatan
dengan peptidoglikan akan bersifat antigenik.
E. Produk-produk ekstraseluler
Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena
kemampuan berbiak, menyebar luas dalam jaringan dan juga
pembentukan banyak zat ekstraseluler. Beberapa diantara zat-zat
ekstrasel tersebut adalah enzim dan toksin.
2.2. SREPTOCOCCUS
A. Bentuk
Kuman berbentuk bulat atau bulat telur, kadang menyerupai
batang tersusun berderet seperti rantai. Panjang rantai bervariasi dan
sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Pada pertumbuhan
tua atau kuman yang mati sifat Gram positifnya akan hilang menjadi
Gram negative.
20
Sebagian besar strain group A, B dan C menghasilkan kapsul
yang terdiri dari asam hialuronat. Kapsul paling nyata pada biakan
yang sangat muda. Kapsul ini menghalangi fagositosis. Dinding sel
streptococcus mengandung protein (antigen M, T, R), karbohidrat
(spesifik group), dan peptidoglikan. Pili seperti rambut menonjol
melalui kapsul streptococcus group A. Pili tersebut sebagian besar
terdiri dari protein M dan ditutupi asam lipotheikoat. Asam
lipotheikoat sangat penting untuk membantu perlekatan streptococcus
pada sel epitel.
B. Penanaman
Kebanyakan streptococcus tumbuh pada media padat sebagai
koloni discoid, biasanya berdiameter 0,1-1 mm. Streptococcus group
A yang mempunyai kapsul, koloidnya biasanya mukoid.
C. Sifat-sifat pertumbuhan
Pertumbuhan streptococcus cenderung menjadi kurang subur
pada perbenihan padat atau dalam kaldu, kecuali diperkaya darah atau
cairan jaringan. Kuman pathogen bagi manusia memerlukan
bermacam-macam factor pertumbuhan pada inkubasi dengan CO2
10%, pertumbuhan dan hemolisa terjadi lebih sempurna.
D. Struktur antigen
Streptococcus hemolitik dapat dibagi dalam group-group
serologic (A-U) dan group-group tertentu dapat dibagi lagi menjadi
berbagai tipe. Beberapa zat antigen yeng ditemukan :
a. Karbohidrat C : terdapat dalam dinding sel dan banyak
streptococcus serta merupakan dasar pembagian pada group serologic
(Lancefield group A-U).
b. Protein M : erat hubungannya dengan virulensi streptococcus group
A, terutama terdapat pada organisme yang menghasilkan koloni
suram atau mukoid.
E. Produk-produk ekstraseluler
21
Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang bersifat antigen
dihasilkan oleh streptococcus group A. Beberapa produk ekstraseluler
tersebut adalah toksin dan enzim, diantaranya yang penting adalah :
a. Streptokinase (fibrinolisin).
b. Streptodornase (deoksiribonuklease dan streptococcus).
c. Hialuronidase enzimyang memecah asam hialuronat.
d. Toksin eritrogenik.
e. Hemolisin.
F. Klasifikasi streptococcus
Klasifikasi treptococcus secara praktis dalam kategori-kategori
utama dapat didasarkan pada :
1) Morfologi koloni dan hemolisa pada agar darah
2) Tes-tes biokimia dan resistensi terhadap factor-faktor fisik dan
kimia
3) Sifat-sifat imunologik
4) Gambaran ekologik
Dengan kombinasi dari ke-4 hal tersebut diatas dapatlah
disusun klasifikasi sebagai berikut :
1. Streptococcus Beta-hemolitik
Kuman ini menghasilkan hemolisin yang dapat dikenal pada
agar darah dan juga menghasilkan karbohidrat C. Kuman-kuman
dibawah ini adalah beberapa group Streptococcus beta-hemolitik
yang ada hubungan dengan kedokteran :
a) Group A
Streptococcus pyogenes, paling patogen dibandingkan
streptococcus yang lain. Dapat menyebabkan infeksi local atau
sistemik dapat berakibat kelainan paskastreptococcus. Kuman
ini biasanya sensitif terhadap basitrasin. Pada agar darah
kambing kloningnya khas dengan adanya daerah hemolisa
beta yang lebar.
22
b) Group B
Streptococcus agalactica, flora normal dan saluran kelamin
wanita. Dapat menjadi penyebab yang penting pada sepsis dan
meningitis neonatal. Kuman ini menghidrolisa natrium
hipurat, jarang pecan terhadap basitrasin dan memberikan
respon yang positif terhadap tes CAMP (Christie, Atkins,
Munch-Petersen). Pada agar darah (kambig), kloningnya
dikelilingi daerah hemolisabeta yang sempit.
c) Group D
Termasuk enterococcus (misalnya Streptococcus faecalis,
Streptococcus faecium) dan non-enterokokus (misalnya
Streptococcus bovis, Streptococcus aquinus). Pada agar darah
kambing hamper semua Streptococcus group D menunjukkan
hemolisa alfa atau tidak menghemolisa eritrosit.
2. Streptococcus Alfa-hemolitik
Kuman ini bisa menunjukkan hemolisa alfa pada biakan agar
darah atau tanpa hemolisa. Beberapa streptococcus alfa-hemolitik
yang utama adlah :
a) Streptococcus pneumoniae (pneumokokus), larut dalam
empedu dan pertumbuhannya dihambat oleh cakram optokhin
(etil hidrikuprein hidroklorida).
b) Streptococcus viridans, termasuk Streptococcus salivarius,
Streptococcus mitis, Streptococcus mutans, Streptococcus
sanguis (group H), dan lain-lain. Tidak larut dalam empedu
dan pertumbuhannya tidak dihambat oleh cakram optokhin.
23
BAB III
METODOLOGI
Alat :
1. Mikroskop
2. Jarum Ose
3. Bunsen
4. Botol semprot alkohol
5. Stopwatch
6. Pipet Tetes
7. Kaca Objek
Bahan :
1. Bakteri dari media biakkan
2. Aquades
3. Kristal Violet
4. Lugol
5. Safranin
6. Minyak Imersi
7. Tissue
8. Alkohol 70% dan 95%
9. Spritus
24
Teteskan 2-3 tetes kristal violet pada objek, biarkan +1 menit, lalu cuci
dengan aquades mengalir dan keringkan.
Kemudian, teteskan lugol, diamkan +1 menit. Lalu cuci dengan aquades
mengalir dan kering anginkan.
Setelah itu teteskan alkohol 95% pada objek tunggu selama 10-20 detik. Lalu,
cuci dengan aquades mengalir dan kering anginkan.
Teteskan safrani, tunggu selama 10-20 detik. Lalu, cuci dengan aquades
mengalir dan keringkan dengan meletakkan tissue diatas preparat dengan
tidak menggores tissue.
Teteskan minyak inersi pada objek.
Amati objek menggunakan mikroskop.
25
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Gambar 2.
26
4.2. Pembahasan
27
Selanjutnya untuk hasil pengamatan bakteri dengan penataan diduga
jenis staphylococcus. Dan bakteri tersebut termasuk gram positif. Hal ini karena pada
saat tahap pewarnaan gram setelah diberi larutan kristal violet,lugol,safranin dan
dilakukan pencucian dengan alkohol bakteri yang terlihat berwarna ungu. Kemudian
untuk hasil pengamatan bakteri dengan penataan diduga jenis streptococcus. Dan
bakteri tersebut termasuk gram negatif. Hal ini karena pada saat tahap pewarnaan
gram setelah diberi larutan kristal violet,lugol,safranin dan dilakukan pencucian
dengan alkohol bakteri yang terlihat berwarna merah muda.
28
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
29
Fitria, Bayu.2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram
Negatif).http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-
positif-dan-gram-negatif. 9 Mei 2017
http://andri-madani.blogspot.com/2017/05/laporan-praktikum-pewarnaan-
gram.html
30
BAB I
PENDAHULUAN
Kromosom merupakan struktur benang dalam inti sel yang bertanggung jawab
dalam hal sifat keturunan (hereditas). Kromosom khas bagi makhluk hidup. Tiap sel
somatik pada organisme tingkat tinggi mempunyai jumlah kromosom dasar, yaitu
satu set diwariskan dari induk dan satu sel dari ayah. Masing-masing kromosom
mempunyai pasangan yang identic yaitu kromosom homolog. Dua set kromosom ini
disebut (2n) (Crowder, 1998).
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromosom berasal dari bahasa Yunani : chroma yang artinya warna dan soma yang
berarti badan. Kromosom merupakan struktur di dalam sel berupa deret panjang
molekul yang terdiri dari satu molekul DNA dan berbagai protein. Kromosom berisi
informasi genetik suatu organisme, seperti molekul kelima jenis histon dan faktor
transkripsi yang terdapat pada beberapa deret, dan termasuk gen unsur regulator dan
sekuens nukleotida.
Kromosom pertama kali diamati oleh Karl Wilhelm von Nageli pada tahun 1842 dan
ciri-cirinya dijelaskan dengan detail oleh Walther Flemming (1882). Sedangkan
prinsip-prinsip klasik genetika yang merupakan pemikiran deduksi dari Gregor
Johann Mendel pada tahun 1865 banyak diabaikan orang. Hingga pada tahun 1902,
Walter Sutton dan Theodor Boveri menemukan kesamaan antara perilaku kromosom
saat meiosis dengan hukum Mendel dan menarik kesimpulan bahwa kromosom
merupakan pembawa gen.
Hasil penelitian keduanya dikenal sebagai teori Sutton-Boveri atau teori hereditas
kromosom, yang menjadi kontroversi dan perdebatan para pakar genetika kala itu.
Pada tahun 1910, Thomas Hunt Morgan berhasil membuktikan bahwa kromosom
merupakan pembawa gen. Morgan juga menemukan fungsi dari kromosom dalam
pemindahan sifat-sifat genetik.
32
Ukuran dan Bentuk Kromosom
Ukuran kromosom bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya.
Panjang kromosom berkisar antara 0,2-50 µ dengan diameter antara
0,2-20 µ. Misalnya kromosom manusia memiliki panjang sampai 6
µ.Setiap kromosom mempunyai bagian yang menyempit dan tampak
lebih terang, disebut sentromer, yang membagi kromosom menjadi
dua lengan.
Dengan demikian, kromosom normal orang tua bisa diturunkan sebagai kromoson
normal pada anaknya, namun bisa pula diturunkan abnormal jika pada proses
penurunannya ada kelainan atau gangguan.
33
BAB III
METODOLOGI
Alat tulis
Gunting
Lem kertas
Kertas HVS
Gambar fotocopy kromosom manusia
34
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kariotip laki-laki normal secara genetic memiliki satu kromosom X dan satu
kromosm Y (46,XY)
2. Kariotip perempuan normal secara genetic memiliki dua kromosom X,
(46,XX)
35
3. Kariotip dari sindrom Klinefelter, kelainan ini terjadi pada laki-laki yang
disebabkan kelebihan kromosom X, pada laki-laki normal memiliki
kromosom seks berupa XY, namun penderita pada sindrom ini memiliki
kromosom seks XXY. Formula sindrom ini adalah 47+XXY, kelainan
kromosom ini terbentuk karena nondisjungsi meiosis (kegagalan sepasang
kromosom seks untuk memisah selama proses meiosis).
36
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
37
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/34817351/LAPORAN_PRAKTIKUM_KARIOTIPE.docx
Modul Praktikum. Sistem Sel dan Genetika. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Muhammadiyah Semarang. 2018
38