Anda di halaman 1dari 49

Manajemen bencana

(operasi dvi)
IDENTIFIKASI MANUSIA
Upaya pengenalan kembali jati diri seorang
manusia, baik mati maupun hidup, melalui
methode Identifikasi ilmu kedokteran
forensik dan medikolegal.
IDENTIFIKASI MASSAL
Proses mengenal kembali jati diri
korban, akibat bencana massal.
BENCANA MASSAL

NATURAL DISASTER MAN MADE DISASTER


(FAKTOR ALAM) (FAKTOR MANUSIA)
Tsunami, gempa bumi dan Terjadi tidak direncanakan :
tanah longsor. Kecelakaan udara, laut, darat
dan kebakaran hutan.
Terjadi direncanakan :
Terorisme.
TRAGEDI GEMPA
(BENCANA ALAM)
DI PADANG
OKTOBER 2009
TRAGEDI Pesawat TRAGEDI Pesawat
Garuda Mandala
DI MEDAN
DI JOGJAKARTA 05 SEPTEMBER 2005
07 MARET 2007
DISASSTER VICTIM
IDENTIFICATION (DVI)
Prosedur untuk mengidentifikasi korban,
akibat bencana massal yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan
mengacu kepada standar baku
(INTERPOL)
Tujuan Prosedur DVI
 Dalam rangka mencapai identifikasi yang
dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum, sempurna dan paripurna dengan
semaksimal mungkin sebagai wujud dari
kebutuhan dasar hak asasi manusia,dimana
seorang mayat pempunyai hak untuk dikenali
 Start of point dari penyidikan
 Kepentingan civillian legal aspect seseorang
(asuransi,warisan)
DASAR HUKUM KEGIATAN DVI
Norma Dan Doktrin Kesehatan Universal WHO :
“ The Right to Health Care (1994) dan
Declaration Health for All (2000) “.
Pasal 53 UU Kesehatan No 23/ 1992 dan PP No. 32/
1996 :
“Jaminan nilai norma yang terkandung dalam aspek
keadaan terpaksa (necessity) dan imunitas kerelaan/
kebaikan (charitable immunity)“.
Kep. MenKes RI no. 783/ Menkes/ SK/ X/ 2006 :
“Regionalisasi Pusat Bantuan Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana”.
Kep. Menkes RI no. 679/ Menkes/ SK/ VI/ 2007 :
”Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Regional“.
TATALAKSANA DVI
•PRA KEJADIAN :
1.Kesiapsiagaan
2.Pelatihan

•SAAT KEJADIAN :
• Komunikasi dan koordinasi
• Operasi penyelamatan
• Penatalaksanaan korban hidup
• Penatalaksanaan korban mati
TAHAPAN (FASE-FASE) PENANGANAN DVI :
1. THE SCENE (TKP)
2. POSTMORTEM
3. ANTE MORTEM
4. RECONCILIATION
FASE I
TKP / The Scene
Rincian yang harus dilakukan pada saat di TKP adalah sebagai
berikut:
Membuat sektor‐sektor atau zona pada TKP
Memberikan tanda pada setiap sektor
Memberikan label orange (human remains label) pada jenazah dan
potongan jenazah, label diikatkan pada bagian tubuh / ibu jari kiri
jenazah
Memberikan label hijau (property label) pada barang‐barang
pemilik yang tercecer
Membuat sketsa dan foto setiap sektor
Foto mayat dari jarak jauh, sedang dan dekat beserta label
jenazahnya
Pencarian di Kendaraan
 Fase kedua dari DVI adalah fase pengumpulan
data postmortem  atau data yang diperoleh dari
korban atau jenazah

 Pada fase ini, dilakukan pemeriksaan dan


pencatatan menyeluruh untuk memperoleh
data yang lengkap mengenai korban atau
jenazah. (Interpol, 2014 ; ICPO, 2011)
Prosedur umum Fase PM
(Interpol.2014):
1. Menerima jenazah dan sisa jenazah dan barang bukti
(properti) dari tim TKP
2. Mengelompokkan jenazah berdasarkan keutuhan
jenazah beserta propertinya
3. Mengambil foto jenazah
4. Mengambil sidik jari jenazah dan golongan darah
5. Melakukan pemeriksaan fisik jenazah berdasarkan
formulir DVI Interpol PM
6. Melakukan pemeriksaan properti yg melekat pd jenazah

.
7. Pemeriksaan antropologi forensik :
pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dari
bentuk tubuh, tinggi badan, berat
badan, tattoo, hingga cacat tubuh dan bekas
luka yang terdapat di tubuh korban/jenazah.
8. Pemeriksaan odontologi forensik : pemeriksaan
bentuk gigi dan rahang yang merupakan ciri
khusus pada setiap manusia
9. Membuat rontgen foto jika diperlukan.
10. Mengambil sampel DNA.
11. Menyimpan jenazah yang sudah diperiksa.
12. Melakukan pemeriksaan barang-barang
kepemilikan yang tidak melekat di jenazah
yang ditemukan di TKP.
13. Mengirimkan data-data yang telah diperoleh
kepada tim rekonsiliasi.
MORTUARY
 Yg dimaksud mortuary adl tempat/ruang layaknya
kamar jenazah utk dilakukan pemeriksaan jenazah
 Mortuary dpt berupa kamar jenazah di RS/klinik
terdekat atau mortuary sementara/temporer/darurat
 Pemeriksaan pd mortuary termasuk fotografi, sidik
jari, radiologi, odontologi, pengambilan sampel DNA,
pemeriksaan post mortem (dalam/otopsi dan luar)
 Memeriksa, mencatat, membersihkan, kemudian
menyimpan properti jenazah
 Mencatat data PM pada formulir PM DVI warna pink
PEMERIKSAAN FASE PM

Pemeriksaan fase PM (Interpol DVI Guide 2018)


digolongkan mjd 2 identifier:
1.Primer identifier
o Fiction Ridge Analysis (Finger Print)
o Forensic Odontology
o DNA Analysis

2. Secondary identifier
o Medical Information
o Anthropology
o Evidence (Property/Cloth/Photography)
o Friction Ridge Analysis (Finger Print)
 Unik, spesifik, tidak ada yg sama antar individu
 Pola sidik jari tdk berubah dari lahir-akhir hayat,
hanya mengalami peningkatan volume dan
ukuran, dpt berubah jika injure shg timbul scar
 Pola sidik jari dpt diklasifikasikan dan
ditera/cetak
o Forensic Odontology
 Kolaborasi dan komparasi tim AM dg tim PM
odontologi
 Hasil dari komparasi data AM dan PM
odontologi adl....
1. Teridentifikasi
Tdp kecocokan yg pasti pd data AM dan PM
2. Potensial Teridentifikasi (Identification Probable)
Tdp ciri spesifik tetapi salah satu/ kedua data AM dan
PM minimum
3. Kemungkinan Teridentifikasi (Identification Possible)
Tdk tdp ciri spesifik tetapi salah satu/ kedua data AM
dan PM minimum
4. Tidak Teridentifikasi (Identification Excluded)
Data AM dg PM dari orang yg berbeda
5. Kurang Bukti (Insufficient Evidence)
Data AM dg Pm tdk dpt dibandingkan
o DNA Analysis
 Tdp informasi genetik seseorang
 Kasus dg jenazah yg sudah dekomposisi
 Kasus yg ditemukan hanya potongan2 tubuh
 Hasil analisa berkualitas/bernilai tinggi
o Medical Information
 Mengandung informasi kesehatan dan fisik yg
mencakup umur, riwayat peny, bekas luka,
bekas operasi, tato, tindik, implan dll
o Anthropology
 Antropologi ragawi, spt ras, suku, skeletal dll
MAMBIS
 Identification Board DVI Indonesia menyatakan
identitas korban adl benar/tepat apabila didukung
minimal satu identifier primer positif atau minimal dua
identifier sekunder positif.
 Tiap identifier/sarana identifikasi dikategorikan
kedalam positif, meragukan (dugaan), negatif (kurang
bukti), eksklusi (pengecualian) berdasarkan komparasi
data AM dg PM
 Pada fase ini juga dilakukan tindakan untuk
mencegah perubahan-perubahan paska
kematian pada jenazah, misalnya dengan
meletakan jenazah pada lingkungan dingin
untuk memperlambat pembusukan. (Interpol,
2014)

 Kendala yg dihadapi pd fase PM adl mortuary,


properti, korban/jenazah, dokumentasi, stress
dan kelelahan tim, budaya dan kearifan lokal
Kamar Mayat

Masalah yang dihadapi:


 Fasilitas
 Penyimpanan
 Properti
 Sample
 Bukti Forensic
 Dokumentasi
 Stress dan kelelahan
FASE III
Ante Mortem
Kegiatan yang dilakukan:
 Menerima keluarga korban
 Mengumpulkan data‐data korban semasa
hidup seperti foto dan lain-lainnya yang
dikumpulkan dari keluarga terdekat
 Mengumpulkan data‐data korban dari
instansi tempat korban bekerja,
RS/Puskesmas/Klinik, dokter pribadi, dokter
yang merawat, dokter‐dokter gigi pribadi,
polisi (sidik jari), catatan sipil, dll
 Data‐data Ante Mortem gigi‐geligi :
1. Data‐data Ante Mortem gigi‐geligi adalah
keterangan tertulis atau gambaran dalam kartu
perawatan gigi atau keterangan dari keluarga
atau orang yang terdekat
2. Sumber data‐data Ante Mortem tentang
kesehatan gigi diperoleh dari :
3. Klinik gigi RS Pemerintah, TNI/Polri dan Swasta
4. Lembaga‐lebaga pendidikan
Pemerintah/TNI/Polri/Swasta
5. Praktek pribadi dokter gigi
 Mengambil sampel DNA pembanding
 Apabila diantara korban ada warga Negara
asing maka Data‐data Ante Mortem dapat
diperoleh melalui perantara Set NCB Interpol
Indonesia dan perwakilan Negara asing
(kedutaan/konsulat)
 Memasukkan data‐data yang ada dalam
formulir Interpol DVI AM
 Mengirimkan data‐data yang telah diperoleh
ke Unit Pembanding Data
 Fase Rekonsiliasi adalah fase
membandingan data antermortem
dengan postmortem untuk identifikasi
 Secara umum proses rekonsiliasi dilakukan
secara manual walaupun saat ini sudah ada
program software yang dpt melakukan
perbandingan dan pencocokan data AM
dan PM
Struktur organisasi rekonsiliasi
 Terbagi dalam beberapa seksi keahlian yg
beranggotakan para ahli sidik jari, odontologi
forensik, DNA, secondary identifiers (ahli pat
forensik, properti/tim TKP)
 Ahli Sidik Jari
 Materi data statistik sidik jari sbg materi
pencocokan
 Membandingkan dan mencocokkan melalui AFIS
 Persiapan Key Markers utk disampaikan dlm
rapat
 Memberikan data pendukung ke Kepala
Rekonsiliasi saat sidang rekonsiliasi
 Odontologi Forensik
 Membandingkan setiap data
 Persiapan Key Markers utk disampaikan dlm
rapat
 Memberikan data pendukung ke Kepala
Rekonsiliasi saat sidang rekonsiliasi
 DNA
 Melakukan Quality Assurance thd data AM dan
PM
 Persiapan Key Markers utk disampaikan dlm
rapat
 Memberikan data pendukung ke Kepala
Rekonsiliasi saat sidang rekonsiliasi
 Secondary Identifiers
 Dilakukan oleh ahli patologi forensik dan
atau personel TKP
 Melakukan Quality Assurance thd data AM
dan PM
 Persiapan Key Markers utk disampaikan
dlm rapat
 Memberikan data pendukung ke Kepala
Rekonsiliasi saat sidang rekonsiliasi
Key Markers

 Key markers berupa daftar data dalam


subgrup AM dan PM kemudian dicocokkan
Fungsi fase rekonsiliasi

 Membandingkan data ante mortem dengan


post mortem
 Penetapan suatu identifikasi
 Mengkonfirmasi apakah hasil yang
ditetapkan sesuai standar dan data AM-PM
serta dapat diterima oleh tim
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai