Anda di halaman 1dari 5

Metode Identifikasi Korban Bencana Massal

Identifikasi merupakan upaya pengenalan kembali jati diri seorang manusia baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sedangkan identifikasi massal merupakan
proses pengenalan jati diri korban massal yang terjadi akibat bencana.

Dalam identifikasi bencana massal menggunakan metode Disaster Victim


Identification (DVI) yang telah direkomendasikan oleh Interpol.

Keterlibatan Interpol dalam DVI dimulai pada tahun 1978, ketika terjadi ledakan di
spanyol yang menewaskan 150 orang.

DVI merupakan prosedur yang telah ditentukan untuk mengidentifikasi korban dalam
sebuah insidens atau bencana yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan kepala masyarakat
serta merupakan bagian dari invstigasi, rekonstruksi tentang sebab bencana.

Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan 1
dengan yang lainnya, yang terdiri dari The Scene, The Mortuary, Antemortem Information
Retrieval, Reconciliation, dan Debriefing.

The Scene atau tempat kejadian perkara (TKP) merupakan tempat terjadinya
peristiwa dan akibat yang ditimbulkan peristiwa tersebut, atau tempat-tempat lain
ditemukannya korban dan barang-barang bukti yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. The
Mortuary merupakan pengumpulan data-data post-mortem, yang data-data hasil pemeriksaan
forensik yang ditemukan pada jenazah korban. Antemortem Information Retrieval merupakan
pengumpulan data-data yang penting dari korban sebelum kejadian atau pada waktu korban
masih hidup, yang termasuk disini data vital tubuh, data gigi, data sidik jari dan data
kepemilikan yang dipakai atau dibawah. Reconciliation merupakan pencocokan data-data
dengan berbagai metode identifikasi berupa:

1. Identifikasi Primer
a. Sidik jari
b. Catatan gigi
c. DNA
2. Identifikasi Sekunder
a. Medical
b. Property
c. Photography
d. Visual

Sedangkan tahap Debriefing merupakan evaluasi dari pelaksanaan DVI.


Tatalaksana Disaster Victim Identification (DVI)

Struktur Operasional DVI

Coroner ( Ketua )

Investigasi

Komandan DVI

Staff Administrasi

Kanit DVI TKP Kanit DVI Post-mortem Kanit DVI Ante-mortem Kanit
DVI Rekonsiliasi

Penangan di TKP (Fase 1)

Kegiatan:

1. Memberi tanda dan label di TKP


a. Membuat sektor-sektor atau zona pada TKP dengan ukuran 5x5m yang sesuai
dengan situasi dan kondisi geografis
b. Memberikan tanda pada setiap sektor
c. Memberikan label orange pada jenazah dan potongan jenazah, label diikat pada
tubuh/ibu jari tangan jenazah
d. Menentukan label putih pada barang-barang pemilik yang tercecer
e. Membuat skesta dan foto tiap sektor
2. Evakuasi dan Transportasi Jenazah dan Barang
a. Memasukkan jenazah dan potongan jenazah dalam kantong jenazah, dan diberi
label sesuai label jenazah
b. Memasukkan barang-barang yang terlepas dari tubuh korban dan diberi label
sesaui nama jenazah
c. Diangkut ketempat pemeriksaan dan penyimpanan jenazah dan dibuat berita acara
penyerahan kolektif
Penanganan Di Unit Post-Mortem (Fase 2)

Fungsi:

1. Menampung dan menyimpan sisa tubuh


2. Mencatat dan menyimpan properti
3. Tempat melaksanakan pengujian terhadap sisa tubuh
4. Tempat koordinasi untuk pemisahan sisa tubuh

Kegiatan:

1. Menerima jenazah atau potongan dan barang dari unit TKP


2. Registrasi ulang dan mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh,
tidak utuh, potongan jenazah dan barang-barang
3. Membuat foto jenazah
4. Mencatat ciri-ciri korban sesuai formulir yang tersedia
5. Mengambil sidik jari korban dan golongan darah
6. Mencatat gigi geligi korban
7. Membuat foto rontgen jika perlu
8. Melakukan autopsi
9. Mengambil data ke unit pembanding data

Penanganan Unit Ante-Mortem (Fase 3)

Fungsi:

1. Mendapatkan, menganalisa, serta mencocokkan data orang


2. Mengetahui data orang hilang
3. Mendapatkan informasi DNA
4. Mendapatkan informasi properti dalam formulir ante-mortem

Kegiatan:

1. Mengumpulkan data-data ante-mortem yang berupa:


a. Umum: Nama, Umur, BB/TB, Pakaian, Perhiasan, kepemilikan lainnya
b. Medis: Warna kulit, Warna/Jenis rambut, Mata, Cacat, Tatto, Tanda Khusus
Lainnya, Golongan darah, serta catatan medis lainnya
2. Memasukkan data-data yang ada/masuk dalam formulir yang tersedia
3. Mengelompokkan data-data ante-mortem berdasarkan: Jenis Kelamin dan Umur
4. Mengirimkan data-data yang telah diperoleh ke unit pembanding data

Penanganan Unit Pembanding Data (Fase 4)

Fungsi:

1. Membandingkan data ante-mortem dan data post-mortem


2. Penetapan dari suatu identifikasi
Kegiatan:

1. Mengkoordinasikan rapat-rapat penentuan identitas korban antara unit TKP, unit data
Ante-mortem dan Unit Post-mortem
2. Mengumpulkan data-data korban yang dikenal untuk dikirim ke tim identifikasi
3. Mengumpulkan data-data tambahan dari unit TKP, post-mortem dan ante-mortem
untuk korban yang belum dikenal

Debriefing (Fase 5)

Fungsi:

1. Meninjau kembali pelaksanaan DVI


2. Mengenali dampak positif dan negatif operasi DVI
3. Menentukan keefektivan persiapan tim DVI secara psikologi
4. Melaporkan temuan serta memberikan masukkan untuk meningkatkan operasi
berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

Interpol, Disaster Victim Identification Guidline 2008.


http://www.interpol.int/public/ICPO/PressReleases/PR2008/PR200831.asp

Slamet Poenomo, Identifikasi Medik. Lembaga Kedokteran Kepolisian. Jakarta 1996.

DEPKES RI-POLRI, Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada


Bencana Massal, Disaster Victim Identification Cetakan kedua. Jakarta, Depkes,
2006.

Disaster Victim Identification Workshop, Bandung, Nopember 25-27 Th. 2006.


Pemeriksaan Sidik Jari

Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan sidik jari ante-
mortem. Sampai saat ini pemeriksaan sidik jari, merupakan pemeriksaan yang diakui paling
tinggi ketepatannya untuk menentukkan identitas seseorang.

Sidik jari merupakan jejas yang ditimbulkan oleh impressi dari tonjolan papiler jari-
jari. Secara teknis disebut, dactyloscopy. Sidik jari dipakai sebagai identifikasi dengan sidiik
jari baru secara praktis dimulai tahun 1880 oleh Hendri F. Dan F. Gulton dalam
penelitiannyam meletakkan 2 dasar dari identifikasi dengan sidik jari, yaitu:

1. Susunan dari tonjolan-tonjolan papiler pada setiap jari orang adalah berlainan

2. Susuanan tersebut tetap, tidak berubah sepanjang hidup seseorang

Meskipun sidik jari seseorang tidak berubah sepanjang hidupnya, tetapi dapata terganggu
oleh adanya jaringan parut akibat suatu penyakit atau oleh karena trauma. Meskipun kulit ari
sudah hilang karena pembusukkan, sidik jari masih didapat dari garis-garis yang ada di
dermis.

Anda mungkin juga menyukai