Anda di halaman 1dari 5

DVI

Definisi DVI
DVI atau Disaster Victim Identification adalah suatu prosedur untuk
mengidentifikasikan korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mengacu kepada standar baku Interpol. Adapun proses DVI
meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya,
yang terdiri dari ‘The Scene’, ‘The Mortuary’, ‘Ante Mortem Information Retrieval’,
‘Reconciliation’ and ‘Debriefing’. Pada Interpol Guideline Tahun 2014, jumlah fase berubah
menjadi 4 fase dimana fase 5 Debriefing dilebur ke dalam masing-masing fase 1 sampai 4,
akan tetapi secara keseluruhan fase 5 statusnya ditingkatkan menjadi bagian prioritas dan
perhatian utama dalam operasi DVI .

Pelaksanaan DVI
a. Fase 1: Fase TKP / The Scene Dilaksanakan oleh Tim DVI Unit TKP
1) Aturan umum :
a) tidak diperkenankan seorangpun korban meninggal yang dapat dipindahkan
dari lokasi, sebelum dilakukan olah TKP aspek DVI;
b) pada kesempatan pertama label anti air dan anti robek harus diikat pada
setiap tubuh korban atau korban yang tidak dikenal untuk mencegah kemungkinan
tercampur atau hilang;
c) semua perlengkapan pribadi yang melekat di
tubuh korban tidak boleh dipisahkan dan yang terpisah tidak boleh digabung
dengan jenazah ;
d) untuk barang-barang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada tubuh
korban yang ditemukan di TKP, dikumpulkan dan dicatat ;
e) identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan yakni
masuk dalam fase kedua dan seterusnya;
f) setiap selesai melaksanakan kegiatan, maka Katim melakukan analisa dan
evaluasi terhadap keseluruhan proses pelaksanaan fase 1 dari awal hingga akhir ;
g) masing jenazah mendapat nomor jenazah yang dibuat unik, sehingga tidak
ada satupun nomor jenazah yang sama walaupun berbeda Tim ;
h) demikian pula untuk barang kepemilikan lainnya yang terpisah akan
mendapat nomor properti yang unik dan masing-masing berbeda dan tidak akan sama
dengan nomor jenazah ;
2) Rincian yang harus dilakukan pada saat di TKP adalah sebagai berikut:
a) membuat sektor-sektor atau zona pada TKP ;
b) memberikan tanda pada setiap sektor ;
c) memberikan label orange (human remains
label) pada jenazah dan potongan jenazah, label diikatkan pada bagian tubuh /
ibu jari kiri jenazah yang tidak mudah terlepas saat transportasi ataupun penyimpanan
dan pengawetan hingga jenazah teridentifikasi ;
d) memberikan label hijau (property label) pada barang-barang pemilik yang
tercecer ;
e) membuat sketsa dan foto setiap sektor ;
f) foto mayat dari jarak jauh, sedang dan dekat beserta label jenazahnya;
g) isi dan lengkapi pada formulir Interpol DVIPM halaman B dengan
keterangan sebagai berikut:
(1) pada setiap jenazah yang ditemukan,
maka tentukan perkiraan umur, tanggal dan tempat tubuh ditemukan, akan
lebih baik apabila di foto pada lokasi dengan referensi koordinat dan sector TKP.
(2) selanjutnya tentukan apakah jenazah lengkap/tidak lengkap, dapat dikenali
atau tidak, atau hanya bagian tubuh saja yang ditemukan ;
(3) diskripsikan keadaannya apakah rusak, terbelah,dekomposisi/membusuk,
menulang, hilang atau terlepas ;
(4) keterangan informasi lainnya sesuai dengan isi dari formulir Interpol DVI
PM halaman B;
(5) beri nomor sesuai dengan nomorjenazah yang tertera pada labeljenazah ;
h) masukkan jenazah atau potongan jenazah dalam
kantong jenazah dan diberi label jenazah ;
i) formulir Interpol DVI PM turut dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang
sebelumnya dimasukkan ke dalam plastik agar terlindung dari basah dan robek. Pada
kantong jenazah standar Interpol biasanya sudah tersedia kantong khusus yang
terlindung
untuk menyimpan formulir post mortem ;
j) masukkan barang-barang yang terlepas dari tubuh korban ke dalam kantong
plastik sesuai peruntukannya dan diberi label nomor properti ;
k) evakuasi jenazah dan barang kepemilikan ke tempat pemeriksaan dan
penyim panan jenazah kemudian dibuatkan berita acara penyerahankolektif.

B. Fase 2 : Fase Post Mortem / Mortuary/ (Post: Sesudah Mortem : meninggal)


Kegiatan:
a) menerima jenazah/potongan jenazah dan barang bukti dari Unit TKP ;
b) mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh,
potongan jenazah dan barang-barang ;
c) membuat foto jenazah secara keseluruhan beserta barang yang melekat di
tubuh ;
d) melakukan pemeriksaan korban sesuai formulir Interpol DVI PM yang
tersedia ;
e) melakukan pemeriksaan terhadap property yang melekat pada mayat ;
f) melakukan pemeriksaan gigi-geligi korban sesuai dengan standar Panduan
Teknis pemeriksaan kedokteran gigi forensik guna kepentingan identifikasi terbitan
Pusdokkes Polri tahun 2006 ;
g) membuat rontgen foto jika perlu ;
h) mengambil sampel biologis untuk pemeriksaan/pembuatan profil DNA ;
i) menyimpan jenazah yang sudah diperiksa ;
j) melakukan pemeriksaan barang-barang kepemilikan yang tidak melekat di
mayat yang ditemukan di TKP ;
k) mengirimkan data-data yang telah diperoleh ke Unit Pembanding Data ;
l) setiap selesai melaksanakan kegiatan, maka Katimmelakukan analisa dan
evaluasi terhadap keseluruhan proses pelaksanaan fase 2 dari awal hingga akhir ;

c. Fase 3: Fase Ante Mortem (ante: Sebelum, mortem :meninggal)


Kegiatan :
1) menerima keluarga korban ;
2) mengumpulkan data-data korban semasa hidup
seperti foto dan lain-lainnya yang dikumpulkan dari keluarga terdekat yang
kehilangan anggota keluarganya dalam bencana tersebut ;
3) mengumpulkan data-data korban dari instansi tempat korban bekerja,
RS/Puskesmas/Klinik, dokter pribadi, dokter yang merawat, dokter-dokter gigi
pribadi, polisi (sidik jari), catatan sipil, dll ;
4) data-data Ante Mortem Gigi Geligi
a) data-data Ante Mortem Gigi geligi adalah
keterangan tertulis atau gambaran dalam kartu perawatan gigi yang bisa
diperoleh dari dokter gigi atau sumber resmi sedangkan keterangan dari keluarga atau
orang yang terdekat hanya sebagai pengarah dan catatan saja ;
b) sumber data-data Ante Mortem tentang kesehatan gigi diperoleh dari :
(1) Klinik gigi RS Pemerintah, TNI/Polri
dan Swasta ;
(2) Lembaga-lembaga pendidikan Pemerintah/TNI/Polri/Swasta ;
(3) Praktek pribadi dokter gigi.
5) mengambil sampel biologis untuk dibuatkan profil DNA pembanding yang
akan diperbandingkan dengan profil DNA para korban bencana ;
6) apabila diantara korban ada warga Negara asing maka Data-data Ante
Mortem dapat diperoleh melalui perantara Set NCB Interpol Indonesia dan
perwakilan Negara asing (kedutaan/konsulat) ;
7) memasukkan data-data yang ada dalam formulir Interpol DVI AM ;
8) mengirimkan data-data yang telah diperoleh ke Unit Pembanding Data ;
9) setiap selesai melaksanakan kegiatan, maka Katim melakukan analisa dan
evaluasi terhadap keseluruhan proses pelaksanaan fase 3 dari awal hingga akhir ;
Catatan : lihat lampiran formulir Interpol Ante Mortem

d. Fase 4: Fase Rekonsiliasi Kegiatan :


1) mengkoordinasikan rapat-rapat penentuan identitas korban mati antara Unit
TKP, Unit Post Mortem dan Unit Ante Mortem ;
2) mengumpulkan data-data korban yang dikenal untuk dikirim ke Rapat
Rekonsiliasi ;
3) mengumpulkan data-data tambahan dari Unit TKP, Unit Post Mortem dan
Unit Ante Mortem untuk korban yang belum dikenal ;
4) membandingkan data Ante Mortem dan Post Mortem ;
5) check and recheck hasil Unit Pembanding Data ;
6) mengumpulkan hasil identifikasi korban ;
7) membuat sertifikat identifikasi, surat keterangan
kematian untuk korban yang dikenal dan surat-surat
lainnya yang diperlukan ;
8) publikasi yang benar dan terarah oleh Unit
Rekonsiliasi sangat membantu masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang terbaru dan akurat;
9) setiap selesai melaksanakan kegiatan, maka Katim melakukan analisa dan
evaluasi terhadap keseluruhan proses pelaksanaan fase 4 dari awal
hingga akhir ;
e. Proses Debriefing
Proses Debriefing sebelum berlakunya Interpol DVI Guide 2014 berdiri
sendiri yang disebut Fase 5 dan setelah berlakunya Interpol DVI Guide 2014, maka
Fase Debriefing melebur ke dalam masing-masing fase dalam pelaksanaan Operasi
DVI.

Prinsip Kerja
1) unit-unit yang terdapat di dalam suatu kegiatan Operasi DVI
harus bekerja sebagai suatu kesatuan yang kompak dan terkoordinir ;
2) Tim DVI bekerja setelah daerah TKP dinyatakan aman oleh
penguasa TKP/Penyidik dan setelah Tim Medis melakukan pertolongan dan evakuasi
korban hidup, dengan catatan bahwa korban mati dan benda-benda yang ada di TKP harus
tetap dipertahankan seperti apa adanya (status quo) ;
3) prinsip identifikasi dalam DVI adalah membandingkan data Ante Mortem dan Post
Mortem, semakin banyak yang cocok maka semakin baik. Ketentuan tentang pinsip
identifikasi ini lebih detail akan dibahas dalam bab selanjutnya ;
4) informasi hasil identifikasi hanya dapat disampaikan oleh Div Humas
Polri/Bidhumas Polda atau pejabat Polri yang telah ditunjuk atau ditetapkan.

Hambatan Dalam Proses DVI


Di dalam penyelenggaraan proses operasi DVI tentu saja terdapat berbagai kendala,
beberapa main issues yang sering ditemukan adalah komunikasi, kontrol dan koordinasi,
manajemen, tekanan dari pihak luar (masyarakat, mass media, politik), manejemen stress
serta dalam perencanaannya, sedangkan kendala yang sering terjadi di lapangan adalah
apabila menemukan korban yang sangat banyak yang meliputi wilayah yang luas (tsunami
dan gempa bumi).

Referensi : kedokteran forensic dan laboratorium forensic, oleh Hanjar Pendidikan


Polri
Sekolah Pembentukan Perwira

Anda mungkin juga menyukai