PENDAHULUAN
Salah satu prosedur awal dalam mendiagnosa adalah dengan menganalisa hubungan
dentofasial pasien dengan pembuatan radiografi sefalometri yang berkualitas baik dan analisa
sefalometrik yang sesuai dengan strandar yang ada. Standar normal itu sendiri sulit didapat
dikarenakan oleh perbedaan berbagai sudut pandang khususnya yang berhubungan dengan
kompleks dentofasial.
Bolton telah menganalisa melalui penelitian yang panjang dan dengan jumlah sampel
yang banyak untuk menghasilkan suatu standar yang dapat diakui secara umum. Teknik
radiografi, standar, dan analisa Bolton pun dihasilkan melalui penelitian ini dan pada
akhirnya digunakan dalam bidang ilmu kedokteran gigi sebagai sarana untuk menentukan
rencana perawatan orthodonti.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai teknik radiografi sefalometri Bolton dan
juga mengenai standar Bolton yang sering dan umum digunakan dalam keseharian kita
sebagai praktisi dokter gigi.
BAB II
1
Gambar. 2.1 Bidang lantai sefalometri Bolton. A. Hubungan anode, sinar sentral dan pusat
alat. B. Hubungan pusat alat ke film lateral dan frontal serta skala ML dan P+.
Radiografi sefalometer Broadbent-Bolton ini digunakan pada Studi Bolton, alat dan
2
sumber x-ray diatur dalam posisi yang tetap satu sama lain. Target anoda dari tiap tabung
sinar-x diletakkan tepat 5 kaki (1.524 mm) dari pusat sefalometer, sinar sentral tiap
tabung berada pada sudut yang tepat satu sama lain (Gambar 2.1, A).
Jarak tersebut pada awalnya diperoleh dengan menggambar posisi tabung dan alat
pada lantai dengan menyamakan tinggi sefalometer serta menyesuaikan tinggi tabung.
Selanjutnya jarak tiap tabung terhadap pusat alat diatur dan hypotenuse segitiga yang
dibentuk dari kedua anode dan pusat alat dicek untuk memastikan bahwa sinar sentral
tegak lurus satu sama lain.
Saat peralatan x-ray tersebut sudah dapat dioperasikan, perlu dilakukan "targeting"
yaitu paparan pada film uji coba untuk memastikan susunan sumber x-ray dengan alatalat lainnya. Pengujian posteroanterior (P-A) dibuat dengan meletakkan cross hair di
belakang sefalometer. Pancaran x-ray membentuk bayangan cross hair pada bayangan
ear rod untuk koreksi vertikal dan horisontal. Pancaran dari lateral membentuk bayangan
dua cincin yang diletakkan pada ear rod kiri dan kanan. Konsentrisitas cincin tersebut
tampak pada radiografi uji coba menunjukkan apakah susunan sudah tepat atau perlu
penyesuaian. Setelah film uji coba terakhir, cross hair dan cincin dicopot untuk
selanjutnya dapat digunakan kembali secara periodik untuk memastikan susunan alat
tabung tetap konstan. Seperti telah dijelaskan, jarak sefalometer-tabung x-ray harus tetap,
sedangkan jarak pusat alat (objek) ke film dapat berubah.
Jarak ini dapat juga dipertahankan agar tetap konstan, sehingga menghasilkan
radiografi dengan perbesaran yang sama, tapi hal ini membutuhkan jarak objek-film yang
cukup besar untuk memungkinkan ukuran terbesar dari kepala dapat tercakup. Maka
walaupun sama, prosentase perbesarannya secara signifikan akan lebih besar daripada
seharusnya atau yang diharapkan.
Alat Broadbent-Bolton menahan kepala pada pertengahan alat dan film sedemikian
rupa diletakkan sedekat mungkin sehingga ukuran kepala dapat tercakup. Dengan
demikian pembesarannya dijaga agar tetap minimum.
Karena faktor pembesaran ini, perbandingan langsung tidak dapat dilakukan antara
sefalogram yang diambil dengan jarak objek-film tetap dan sefalogram dengan jarak
objek-film bervariasi. Perbedaan tersebut dapat terlihat pada Gambar 2.2, dua gambar
superposed dari seorang wanita pada usia 21 dan 24 tahun, yang mana secara logika pada
usia tersebut dianggap tidak ada perubahan ukuran. Seperti terlihat pada tracing
radiografi tersebut, terjadi perubahan ukuran yang sangat signifikan antara gambar yang
diambil dengan alat dengan jarak objek-film tetap dan gambar kedua yaitu dengan jarak
3
Gambar 2.2 Tracing superposisi. Terjadi perbedaan perbesaran akibat adanya jarak yang
bervariasi objek-film
Pada tiap pengaturan, jarak film yang ditunjukkan pada skala alat dicatat pada lembar
pemeriksaan. ML adalah jarak midline-film lateral, P+ adalah jarak dari sumbu porion ke
film frontal (P-A) (lihat Gambar 2.l, B).
Ukuran bayangan radiografi berhubungan dengan besarnya objek, sedangkan jarak
anoda-film berhubungan dengan jarak anoda-objek. Untuk meminimalkan pembesaran
bayangan radiografi, digunakan jarak maksimum anoda-objek dan jarak minimum objekfilm (Gambar 2.3). Dengan demikian standar jarak anoda-objek (5 kaki) dirangkai dengan
jarak minimum film-objek terbukti paling bagus.
Gambar. 2.3 Pembesaran bayangan. A. Tengkorak yang terletak jauh dari anoda dan dekat ke
film menghasilkan bayangan dengan perbesaran minimum dan bayangan yang tajam. B.
Tengkorak diletakkan mendekati anoda dan menjauhi film menghasilkan bayangan dengan
perbesaran yang tidak diharapkan serta bayangan yang kurang tajam. C. Tengkorak terletak
jauh dari anoda dan juga jauh dari film menghasilkan bayangan dengan perbesaran yang tidak
diharapkan serta bayangan yang kurang tajam
2.2
Teknik prosesing x-ray harus benar-benar dipahami oleh semua yang berkecimpung
dalam prosedur radiografi, tapi ada beberapa aturan yang perlu diingat kembali:
1. Film dipegang dengan hati-hati dan dilindungi dari kabut, listrik statis, goresan
dan teraan jari.
2. Saat pemprosesan, pastikan seluruh langkah pencucian film dilakukan dengan
adekuat sebelum pengeringan akhir. Agar film dapat digunakan dalam jangka
panjang, pencucian film harus seksama sehingga perubahan kimia atau
"yellowing" tidak terjadi seiring dengan bertambahnya waktu.
3. Film di jaga dari kerusakan mekanis. Begitu juga dengan proteksi terhadap panas
yang berlebihan selama prosedur tracing yang dapat menyebabkan melengkung
dan proteksi terhadap lubang atau teraan pensil yang menyebabkan kerusakan
permanen.
4. Proteksi terhadap x-ray harus dilakukan untuk pasien maupun personil radiologi.
5. Catatan pemaparan seperti miliampere second, kilovoltase dan lain-lain harus
disimpan karena berguna tidak saja untuk koreksi pemaparan jika diperlukan di
kemudian hari tapi juga untuk dokumentasi riwayat paparan pasien. Dengan
adanya alat-alat dan metoda seperti intensifying screen, diafragma, double
emulsion film dan kVp relatif tinggi, radiografi sefalometri merupakan prosedur
yang relatif "aman".
2.3
catatan individu yang sama dan dapat pula dengan gambaran standar, grids ataupun film
sefalometri yang belum ditracing. Antara film dengan film tidak dapat superimposed
karena densitas tiap film akan mengaburkan film lainnya. Selain itu tumpukan bayangan
yang tidak penting pada sebuah film kadang-kadang mengaburkan struktur yang lebih
penting.
Kualitas film sefalometri dapat memberikan banyak informasi yang dibutuhkan. Hal
ini tergantung ketelitian dan keterampilan teknisi sefalometri, pengaturan posisi kepala
pasien pada sefalometer, menjaga agar pasien tidak bergerak saat pengambilan gambar
6
lateral dan P-A, pencahayaan yang sesuai dan pencatatan jarak film ke pusat alat.
Pentingnya hal yang terakhir ini dapat dinilai sekali lagi dengan membandingkan hasil
tracing pada Gambar 2.2. Faktor jarak objek-film yang digunakan pada pembuatan
radiografi sefalometri lateral dan frontal harus diketahui sehingga dapat dilakukan
pembetulan matematis dan jarak secara langsung.
Sebagian besar peralatan sefalometri mengharuskan posisi pasien dapat diputar atau
dirotasi 90 derajat saat tracing lateral dan frontal. Prosedur ini harus dilatih dengan
cermat karena jika kepala relatif bergerak terhadap bidang film, orientasi kedua film akan
lebih sulit. Gambar film lateral yang dua dimensi tidak cukup memberi informasi kepala
yang tiga dimensi. Untuk itu diperlukan gambar P-A yang penting sebagai alat bantu
interpretasi bagi gambar tampak lateral. Gigi-gigi frontal dan akarnya dapat lebih jelas
terlihat pada gambar P-A, informasi ini dapat diaplikasikan pada gambar lateral dengan
cara orientasi.
Mahasiswa yang belajar tracing harus memiliki pengetahuan anatomi kepala
khususnya tengkorak, serta mempunyai kemampuan dasar artistik dan pemahaman
perspektif. Latihan tracing film sefalometri dilakukan secara bertahap bagi pemula
dimulai dengan pengenalan struktur unit-unit gigi dan fasial sebelum dihadapkan pada
bentuk-bentuk yang kompleks. Pendekatan mendasar yang bagus adalah dengan memulai
tracing film dental periapikal untuk mengenal gambaran gigi-geligi. Tahap selanjutnya
adalah tracing gambaran tengkorak yang di dapat dari pemotongan di bidang
midsagital, hal ini akan menghasilkan gambar unilateral yang jelas (supaya detil, gunakan
film non screen). Film 3 dimensi juga dapat dibuat untuk digunakan pada viewer x-ray
stereo untuk mengetahui struktur-struktur unilateral yang sangat halus. Belahan tengkorak
tadi harus ada saat tracing untuk menghubungkan bayangan x-ray secara langsung
terhadap struktur tulang tengkorak.
2.4
pandangan tracing meniru posisi anoda. Film kemudian dilekatkan dengan selotip pada 4
sudutnya. Selanjutnya kertas asetat 3/1.000 inci diletakkan pada film dengan tepi atas
berada inci di bawah tepi atas film dan tepi kiri asetat menjorok ke kanan sejauh
inci dari tepi kiri (posterior) film. Kertas asetat dilekatkan dengan selotip hanya pada tiga
sudutnya, pojok kanan bawah dibiarkan bebas agar gambar struktur dentofasial tengkorak
tidak tertutup. Selotip harus melekatkan kertas asetat, film dan permukaan kaca. Metode
engsel dalam melekatkan asetat dan film jangan digunakan karena terlalu longgar
sehingga hasil tracing akan tidak baik.
Walaupun pelaksanaannya relatif simpel dan jelas, pada saat tracing telah selesai
sebagian, outline pensil dari unit-unit gigi cenderung mengaburkan unit-unit lainnya.
Supaya lebih jelas, lembar asetat diselotipkan pada daerah dentofasial film di bawah
kertas aset induk. Bagian dari unit-unit gigi yang tersembunyi oleh bagian lain yang
kompleks saat tracing dapat mudah ditelusuri pada setengah lembar yang kemudian
dapat dipindahkan pada tracing akhir. Metode ini diharapkan akan menyingkirkan
keinginan untuk menggambar langsung pada film.
2.5
2.6
Gambar 2.5 Orientasi Bolton pada posisi tracing lateral dan frontal.
2.7
Bolton Orientator
Orientator adalah lembaran segi empat transparan, lebarnya kira-kira 20 inci dan
tinggi 8 inci. Pada tiap ujungnya terdapat garis vertikal yang mewakili pertengahan
sefalometer (Gambar 2.5). Orientator dibagi dua bagian oleh garis vertikal, yaitu untuk
film lateral dan P-A (garis orientasi). Kira-kira pada pertengahan tingginya melintang
garis horizontal yang mewakili sinar sentral. Sepanjang tepi lembaran terdapat garis-garis
dengan interval 5 mm di atas maupun di bawah sinar sentral yang merupakan simulasi
garis-garis sinar yang melebar ketika mendekati garis orientasi. Divergensi atau angulasi
10
garis-garis ini dimulai pada jarak 5 kaki dari tepi akhiran lembaran yang mewakili pusat
alat. Garis-garis tersebut sesuai dengan arah pancaran x-ray yang menghasilkan gambaran
kepala atau tengkorak pada film.
Garis sinar sentral mempunyai skala sentimeter dan milimeter sehingga film dapat
diletakkan pada jarak objek-film yang tepat. Untuk prosedur ini, pencatatan jarak yang
akurat saat paparan film sefalometri sangat penting. Bila film telah diletakkan dengan
benar pada orientator dan hubungannnya satu sama lain juga sudah benar, tinggi
sebenarnya dari objek pada gambar lateral maupun P-A dapat diproyeksikan pada film
komplementer. Orientator Bolton dan penggunaannya akan dijelaskan lebih menyeluruh
selanjutnya.
2.8
objek transparan pada jarak 5 kaki dalam hal ukuran, lokasi dan relasi struktur kanan dan
kiri. Bidang kepala lateral dengan pembesaran yang ada padanya terlihat sebagai gambar
dua dimensi yang mengandung perspektif linear.
Pada salah satu aspek perbandingan, gambaran fim x-ray dengan pandangan secara
langsung akan berbeda dalam hal kejelasan gambar atau keunikan gambar dari sisi yang
berlawanan. Ketika memandang langsung, sisi yang lebih dekat akan lebih jelas dan detil
kecuali pada orang yang hipermetropi. Pada radiografi, sisi yang lebih jauh akan terlihat
lebih tajam karena lebih dekat ke film pada saat terpapar sinar (Gambar 2.6,B).
dalam derajat yang sama tanpa memperhatikan kedekatannya atau jarak dari sinar sentral.
Sebagai contoh, diasumsikan pada tiga titik yang berada di bawah bidang Frankfort.
Titik ini adalah gonion kanan, gonion kiri dan gnathion. Gonion kanan yang merupakan
titik paling jauh dari film akan berada lebih jauh di bawah bidang Frankfort karena terjadi
pembesaran dalam prosentase paling besar. Gnathion, yang terletak pada bidang sagital,
akan berubah tempat agak ke bawah karena prosentase perbesaran yang lebih kecil.
Gonion kiri, yang terletak paling dekat ke film, akan berubah tempat dengan prosentase
paling kecil. Dengan demikian, jarak vertikal tiap titik tersebut dari bidang Frankfort
berubah dengan derajat yang berbeda-beda. Jika sudut bidang Frankfort-mandibula
diukur, maka hasilnya juga akan berubah. Bidang mandibula, yang digambar dari
gnathion ke gonion kanan dan kiri, akan mempunyai hubungan sudut yang berbeda
terhadap bidang Frankfort akibat perpindahan kedudukan ketiga titik tersebut yang tidak
sama.
Metode yang paling bijaksana untuk mengatasi perbedaan tersebut adalah dengan
membuat rata-rata semua struktur bilateral pada saat tracing. Tracing rata-rata dapat
digambarkan sebagai struktur midline sehingga menjadi satu bidang dan pembesaran akan
sama secara keseluruhan.
Kesalahan yang terjadi pada metode ini adalah kecil (tidak berarti), misalnya pada
Gambar 2.7, dengan jarak anoda-film 60 inci, jarak objek-film 90 mm dan dua titik
panduan (gonion kanan dan kiri) terletak 60 mm di bawah sinar sentral dan satu sama lain
berjarak 80 mm; kesalahan dalam merata-ratakan kedua titik tersebut adalah 0,044 mm.
Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan ketebalan garis pensil halus dan tidak
mempengaruhi keakuratan tracing.
Teknik merata-ratakan struktur bilateral relatif sederhana penggunaannnya. Orang
yang melakukan tracing harus merata-ratakan bagian-bagian anatomi yang sama titik
demi titik, bukan menyederhanakan bagian-bagian yang berdekatan.
Untuk latihan merata-ratakan struktur-struktur bilateral, beberapa struktur tidak
teratur ditracing pada kertas asetat, misalnya gambar lateral orbita, satu sisi mandibula
dan key ridge. Setelah outline pertama selesai, ulangi tracing pada lembar asetat yang
lain.
13
Gambar. 2.7 Rata-rata dan garis tengah. Diagram menggambarkan adanya selisih yang tidak
bermakna antara titik rata-rata dengan titik garis tengah yang sebenarnya
A, kita dapat memproyeksikan tinggi objek yang terlihat pada satu film ke film lainnya,
yang mana lokasinya meragukan. Prosedur ini sangat membantu bagi pemula dalam
14
16
garis terluarnya mulai mengaburkan gigi-gigi lainnya, baliklah master tracing dan
gambar gigi tersebut pada lembar kertas kerja. Kemudian pindahkan ke tracing akhir.
Gigi geligi pada pandangan lateral dapat digambar dengan cara yang sama seperti
struktur bilateral lainnya. Gigi-gigi yang terpisah dari lainnya ditiru secara berpasangan
pada kertas kerja. Rata-rata tiap pasangan ditapaki pada tracing akhir.
Bila dilakukan dengan benar, teknik tracing ini tidak akan mengurangi ukuran gigi
juga tidak mengurangi bayangan unit-unit berdekatan yang tumpang tindih. Akibat
paparan yang berlebihan atau kurang serta tumpukan bayangan, lokasi gigi dapat menjadi
kabur; sehingga dari pada melokasikan bayangan gigi secara menyeluruh lebih baik
sedikit demi sedikit.
Pada pandangan P-A, kita dapat mulai dari permukaan mesial insisif dan permukaan
lingual kaninus, premolar dan molar, sedangkan pada gigi yang diragukan , lokasinya
diberi tanda. Melalui cara yang sama, lakukan untuk permukaan distal insisif sentral dan
permukaan bukal kaninus, premolar dan molar. Lokasi vertikal mahkota, bonjol dan apeks
dapat diproyeksikan dari pandangan lateral melalui garis-garis orientasi. Kombinasi
kedua cara ini akan dapat menentukan lokasi gigi yang meragukan.
2.11
diproduksi terutama seperti namanya, untuk orientasi satu film dengan yang lain. Hal ini
dimaksudkan untuk menghubungkan dua film sefalometri yang berpasangan yang
memiliki jarak anode-ebjek sebesar 5 kaki. Sefalometri yang berpasangan secara umum
terdiri dari film lateral dan frontal tetapi mungkin berupa bidang pada sudut kanan satu
sama lain. Koreksi akurat dari bayangan dimensi film dapat dicapat dengan orientator.
Nilai terbesar adalah secara akurat terkait dua gambaran dari objek yang sama dan dengan
demikian membantu dalam penempatan yang tepat, interpretasi dan identifikasi
bayangan.
Separuh orientator dirancang untuk menerima film lateral dan frontal, bagian ini pada
gilirannya mengindikasikan kiri dan kanan untuk frontal dan anterior posterior untuk
lateral (Gambar 2.5). Garis ray sentral (CR) membawa skala milimiter pada setengah
lateral, mewakili jarak film midline-lateral (ML) yang terekam dan bagian frontal
mewakili jarak film porion yang terekam (P+), dimensi keduanya telah tercatat saat film
terpapar.
Skala vertikal di kanan dan ujung kiri orientator mewakili garis tegak lurus terhadap
pusat sinar dan terletak persis 5 meter dari titik asal garis yang memancar. Skala vertikal
17
di pusat orientator ini merupakan garis persimpangan atau orientasi untuk dua film.
Bayangan sefalogram lateral ear rod ditempatkan pada CR di ML dengan jarak yang
sesuai pada skala karena sefalogram lateral telah diperbesar dalam proyeksi jarak jauh
atau sampai ke derajat tertentu.
Pada P-A sefalogram, pusat gambar nasion rest support ditempatkan pada CR di jarak
P+, semenjak bayangan terlalu besar. Penempatan posisi film, yang berpusat pada vertikal
dari bayangan ear rod pada CR ini juga dipertahankan.
Bagian posterior dari tengkorak sangat dekat dengan sumber radiasi dan sangat jauh
dari film selama terpapar P-A dan oleh sebab itu terjadi pembesaran hingga derajat yang
besar. Sisi kanan dari tengkorak sangat dekat dengan sumber radiasi dan sangat jauh dari
film selama pemaparan lateral dan karena itu terjadi pembesaran hingga derajat yang
besar.
Penempatan sefalogram pada orientator serta pandangan tengkorak posterior lateral
hubungan ini harus dipertahankan dan sisi kanan dari P-A film masing-masing diarahkan
menuju sumber sinar.
2.12
CR horizontal.
Posisi film frontal pada orientator seakan-akan melihat kepala dari belakang dengan
sisi kanan di sebelah kanan dan pusat sumbu ear rod yang terdapat di CR. Pusat midline
instrumen yang ditentukan oleh bayangan x-rays pada nasion rest. Menggeser film ke
kanan atau ke kiri sampai pusat instrumen terletak di P+ sesuai lokasi di skala metrik dari
Orientator. Perbaiki di tempat dengan selotip.
Menempatkan pandangan lateral komplementer pada setengah bagian kiri orientator
dengan profil wajah ke arah pandangan frontal dan pusat pencitraan ear rod yang tercatat
pada titik CR di skala metrik yang sesuai dengan jarak ML di mana catatan ini dibuat.
Perbaiki posisi sementara dengan selotip. Sekarang catat relasi dari satu atau dua
anatomi midline atau landmark gigi (contoh: dasar pituitari atau insisif edge) hingga jarah
terdekat dengan garis orientator x-ray. Jika perlu, film lateral diputar sekeliling sumbu ear
rod sampai hubungan garis relasi hingga frontal tersimpan. Memproyeksikan titik anterior
beberapa yang dapat benar-benar didirikan di kedua film untuk memastikan bahwa
mereka berorientasi dengan benar.
Tinggi vertikal dari objek yang terlihat pada tiap film dapat diproyeksikan pada garis
orientator dengan film lain. Selain itu grafis titik yang dibangun atau mereka yang
terlihat hanya satu tampilan dapat diproyeksikan satu sama lain. Beberapa konstruksi titik
yaitu R (registrasion), S (pusat sella), S (S prime), Gn (gnation), dan Bo (titik bolton).
18
Beberapa anatomi titik hanya terlihat pada satu sisi termasuk zygion, Na (nasion), ANS,
PNS, inion, A, B dan Pgo.
2.13
bertempat pada sudut kanan sinar pusat yang membesar pada film dengan derajat yan g
sama. Dengan demikian semua bayangan benda pada bidang midsagital telah diperbesar
dalam film lateral pada derajat yang sama.
Sepasang film sefalometri ditempatkan pada orientator dengan cara yang biasa dengan
kertas asetat ditempelkan untuk tracing. Garis digambar pada lateral, tegak lurus CR pada
pusat ear rod (LC). Garis ini, disebut sebagai L, mewakili pinggiran gambar dari film
bidang lateral dan memiliki jarak yang sama dari skala orientator kiri sebagai bidang film
dari bidang sagital pada tengkorak. Titik LC pada lateral film mewakili titik yang melalui
dimana CR terlewati dan karena itu semua pembesaran berlanjut keluar dari titik ini,
sebaliknya semua pengurangan hingga ukuran normal merupakan arah yang berlawanan
menuju titik ini. Titik FC mewakili lokasi yang hampir sama di frontal. Garis vertikal F
digambar tegak lurus dan melalui CR pada tengah-tengah instrumen (FC) yang terlihat
pada pandangan frontal. Garis F mewakili bidang film frontal dimana sisi kanan dan kiri
titik mungkin diproyeksikan dari lokasi frontal dan kemudian ditangani sebagai titik
midline.
19
1. Garis digambar dari titik LC di lateral dan FC di frontal ke lokasi titik yang dapat
dikoreksi pada tiap film- dalam hal ini Gn. Lokasi yang dikoreksi dari Gn
akhirnya akan jatuh pada garis ini (l).
2. Titik Gn di lateral yang ditarik secara horisontal, menjaga jarak CR.
3. Titik baru ini ditarik sepanjang garis orientator lateral sehingga kembali ke skala
normal. Lokasi ini pada skala mewakili jarak yang sebenarnya CR.
4. Titik ini pada skala akhirnya ditarik horisontal dan paralel ke CR menyilang
orientator hingga berpotongan dengan garis l di lateral dan pandangan P-A.
Perpotongan ini merupakan lokasi titik yang dikoreksi pada kedua pandangan.
Titik yang bertempat di kiri atau kanan dari bidang midsagital (Gambar 3.11)
1. Langkah awal adalah sama seperti membuat midline dan termasuk langkah 1
2. Titik R Go dari film frontal diproyeksikan horisontal ke garis F pada midline.
3. Titik midline ini ditarik sepanjang garis orientator ke titik pertemuan dengan garis
l pada pandangan lateral.
4. Titik lateral ditarik horisontal dengan garis L.
5. Dari pertemuan dengan garis orientator yang diikuti dengan skala normal. Garis
ini merupakan jarak sebenarnya CR.
6. Garis horisontal merupakan proyeksi lanjutan dari skala pada lokasi ini ke garis l
pada kedua pandangan. Pertemuan akhir garis 6 dan l merupakan posisi yang tepat
dari titik R Go yang tampak di film lateral dan frontal.
Lokasi titik kiri atau kanan dari bidang midsagital dan dekat dengan pusat sinar
(Gambar 2.12). Titik yang tepat sejauh ini telah dicapai dengan mengoreksi dimensi
vertikal dan memasukkan koreksi pada garis l, dimana memancarkan bayangan titik.
Ketika titik ini berlokasi dekat CR, garis yang memancar pada bayangan titik dan sinar
pusat hampir sama. Titik ini harus sementara ditempatkan, digeser, diperbaiki dan diganti.
Titik orbita kiri (L Or) dapat digunakan untuk tanda, karena titik ini berada dekat
dengan pusat sinar:
1. Garis digambar pertama kali dari LC ke L Or pada film lateral dan kemudian dari
FC ke titik yang sama di frontal. Titik yang benar dapat berlokasi pada garis dari
berbagai pandangan
2. Lokasi titik frontal dan lateral dipindahkan ke atas dank e bawah dengan rata-rata
gari perpendicular ke CR untuk lokasi nyaman pada satu garis orientator.
3. Garis radiasi dari LC dan FC digambar mengikuti lokasi ini
4. Lokasi ini, atau titik, dari pandangan frontal ditarik secara horizontal ke bidang
midsagital.
5. Dari sana, garis tersebut ditarik melalui garis Orientator ke pertemuan dengan
garis 3 pada film lateral.
6. Dari pertemuan tersebut, ditarik secara horizontal ke garis L
7. Dari sana, dipindahkan sepanjang garis Orientator ke skala
20
Gambar 2.11 Petunjuk untuk Mengkoreksi Lokasi dari Titik Kiri atau Kanan pada
Bidang Midsagital
Gambar 2.12 Orientator. Petunjuk untuk Mengkoreksi dari Titik Kiri atau Kanan
pada Bidang Midsagital dan yang Dekat dengan Pusat Sinar
21
Gambar 2.13 (Kiri) Setengah Bagian dari Orientator. Petunjuk untuk Mengkoreksi Titik
pada Rata-rata Tracing Lateral
Gambar 2. 14 (Kanan) Rata-rata Tracing Lateral. Koreksi Dimensi secara Matematis
2.14
rangkaian dari sepasang sefalometrik memberikan dimensi lain, yaitu waktu. Individu
tersebut dilihat, tidak hanya pada masa sekarang ini, tapi juga pada beberapa tahapan
perkembangan progres pertumbuhan yang berbeda.
Tujuan dari pembahasan ini bukan untuk menggambarkan penerapan atau penggunaan
potensial dari rangkaian ini, tapi lebih berhubungan dengan beberapa interpretasi mereka.
Sepintas film dari individu hidup akan muncul agak lebih rumit dan kurang tajam
dibandingkan dengan film dari tengkorak kering. Kesan ini wajar dan tepat. Dalam kepala
hidup, detil jaringan lunak ditumpangkan pada bentuk tulang yang memang sudah rumit.
Selain itu, film non screen digunakan dalam peradiografian tengkorak, karena
kuantitas radiasi tidak menjadi pertimbangan penting dalam individu yang hidup, dosis
radiasi yang paling penting dan harus dijaga minimal. Untuk mencapai hal ini " screen
film dengan mengintensifkan layar yang digunakan. Karakteristik dari film layar adalah
bahwa hal itu memerlukan sebuah fraksi radiasi (perkiraan 1/25 dengan par kecepatan
layar) yang dibutuhkan oleh nonscrcen, tapi pada saat yang sama, hal ini kekurangan
detail yang halus yang mampu diperoleh dengan film non screen.
Namun detail yang berlebihan mungkin bisa agak menyesatkan karena seseorang
mungkin melacak banyak objek yang tidak ada dengan menghubungkan bayangan yang
tumpang tindih dari berbagai struktur yang tidak berhubungan.
Dalam penelusuran/tracing sefalometrik ambilah manfaat dari setiap bantuan yang
tersedia. Pelajarilah semua dental, lateral, rahang, oblik/kemiringan, atau film panorama.
22
Juga tinjaulah foto intraoral dan wajah, model studi, dan grafik gigi, serta setiap film
sefalometrik yang mungkin telah diambil sebelumnya atau setelah pasangan tersebut di
tracing.
Dalam menelusuri film serial, orang dapat memulai dengan pasangan termuda dan,
melalui tracings. mengikuti anak menuju kedewasaan atau pada tahap paling matang dan
bekerja menelusuri waktu si anak sebelumnya. Bekerja melalui ke depan atau ke belakang
memberi pelacak kesempatan untuk mengamati morfologi perubahan yang bertahap.
Keuntungan dari regresi perkembangan sekuensial adalah penebusan jika pasangan tidak
ditelusuri dalam urutan.
Radiograf menyimpan apa yang tampaknya menjadi citra objek transparan, dan hal
ini, bagi mata yang tak terlatih, mungkin sumber dari banyak kebingungan karena jumlah
struktur yang terlibat seperti halnya beberapa aspek masing-masing. Pelacak mungkin,
dengan pilihan outline bayangan, memilih dari susunan aspek yang paling berguna dalam
situasi tertentu Salah satu nilai penting dari tracing yang bijaksana adalah menenpatkan
ouline
yang
berkepeningan
dengan
tepat
dan
untuk
menghilangkan
detail
Gambar 2.15 Kubus, Tabung, dan Gigi. A. Gambaran mengenai seluruh informasi
yang tersedia pada gambaran radiografi. B. Objek ditracing jelas dan tampak pada satu
sisi. C. Objek digambar jelas dan tampak dari sisi lain
Gambar. 2.15 / 4. menunjukkan bayangan lengkap; B. hanya detail dilihat dari satu
sisi telah menjadi objek buram; dan C. hanya detail dilihat dari sisi lain. Beberapa
outlines dari A telah dihapus di B. dan lain-lain telah dihilangkan di C. tetapi tidak ada
yangditambahakan.
23
Ketika semua film sefolometrik yang diperlukan dalam saturangkaian telah dilacak,
mereka kemudian dapat ditumpangkan untuk memberikan informasi pertumbuhan atau
perubahan ortodontik atau bedah yang cukup baik sertasebagai demonstrasi yang sangat
baik untuk menelusuri ketepatan atau kesalahan.
Pendaftaran/registrasi seri harus bervariasi, karena banyak hubungan adalah nilai:
sella-nasion (S-Na), Bolton-nasion (Bo-Na), porion-orbitale (Po-Or), spinal posterior
hidung - tulang hidung Antenor (PNS-ANS), Gonion-gnathion (Go-Gn), hubungan
Bolton, atau yang hanya berkaitan dari kontur tulang kraniofasial atau tunggal. Beberapa
registrasi harus digunakan dalam memeriksa tracing Cephalometri serial. Jika pendaftaran
tunggal yang digunakan, kesalahan dalam satu atau lebih landmark cephalometri bisa
merugikan seluruh morfologi penilaian.
Ketika mengalami berbagai metode regulsi, serangkaian sefalometrik umumnya akan
menunjukkan pola pertumbuhan yang cukup teratur dan konsisten dalam arah, meskipun
arah ini kadang-kadang menggambarkan kurva sebagai titik individu yang diplot swecara
serial. Sebuah pola yang lebih tidak menentu biasanya menunjukkan penelusuran
inkonsistensi.
2.15
dan interpretasi morfologi yang mungkin di gunakan dapat dihasilkan dari tracing
sefalometri. Selanjutnya kita dapat mencoba untuk menyaring bahan ini dan
mempresentasikan dasar landmark dan gambaran anatomi sebagai fundamental untuk
tehnik tracing. Bila tidak ada kesepakatan umum pada prioritas trasing, daftar ini
menawarkan dasar untuk sefalomtris untuk membuatnya. Gambar 3-16 menampilkan
grafik garis lateral dan trasing sefalometrik frontal yang menyebutkan banyak
antropometrik dan landmark sefalometri. Dicatat bahwa gambaran ini berorientasi
sebagai radiografi sefalometri yang ditempatkan pada Bolton Orientator. Garis tersebut,
seperti di catat pada pojok bawah tangan kanan dari diagram, mungkin sedikit
membingungkan, dalam gigi geligi telah di lacak sebagai radiograf
aspek P-A. Akibatnya titik kiri orbital terletak pada diagram di sebelah kiri. Unsur yang
membingungkan muncul dalam gigi geligi yang telah di trasing dengan cara yang ketat
pada anteroposterior untuk reprentasi diagramatik, sejak gigi telah terlihat dari labial
bukan permukaan lingual pada observasi rutin.
Daftar definisi landamark tertentu dan area anatomi yang sering di gunakan
ditemukan pada Apendiks. Pemahaman bahwa definisi ini mungkin sangat sedikit karena
24
banyak variasi telah berkembang baik dengan niat atau tidak sengaja melalui tulisan dan
interpretasi dari banyak penulis yang berbeda. Poin yang harus diingat adalah setiap kali
landmark yang digunakan, diidentifikasi dengan benar dengan definisi, sehingga viewer
atau lebih tepatnya menegetahui dengan pasti apa maksud dari pendeskripsi termasuk
gambar anatomi pertengahan wajah dan basis kranial yang akan membuktikan bantuan
dalam menafsirkan banyak bayangan dan garis superposisi di daerah ini dari sefalometri.
Gambar 2.16 Tracing P-A Lateral dari Catatan Bolton 18 Tahun. Struktur garis dan titik yang
sering ditracing nantinya ditandai.
25
BAB III
STANDAR BOLTON
Normal dalam lingkungan atau siklus biologis, telah lama menjadi konsep yang
sulit dipahami dan menghasilkan pertanyaan atau diskusi aktif dilihat dari berbagai sudut
26
pandang yang berbeda, khususnya definisi yang berhubungan dengan kompleks dentofasial.
Webster memberikan beberapa batasan normal, mencakup suatu keadaan atau bentuk yang
sesuai dengan norma, suatu standar pola dasar yang sesuai secara individual, atau suatu
kondisi yang lazim atau biasa, kuantitas atau mayoritas, atau rata-rata yang ada. Gould juga
memberikan definisi yang hampir sama dalam literatur medis, seperti "kesesuaian dengan
bentuk yang alami atau sesuai hukum yang berlaku dan memiliki struktur tersendiri".
Keadaan umum ini menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak spesifik bisa dianggap
menjadi suatu hal yang normal, disebabkan karena perbedaan dimensi dan morfologi pada
semua struktur dentofasial baik secara anatomi maupun fungsinya, dimana dalam melakukan
pengkategorian tidak bisa diterapkan melalui cara yang baku.
Berdasarkan penelitian selama bertahun-tahun tentang hubungan gigi geligi,
dihasilkan banyak perbedaan konsep kenormalan yang telah dijelaskan. Konsep normal
individu yang dikemukakan oleh Johnsons yaitu setiap orang memiliki keunikan dan
kompleksitas tersendiri dimana tidak ada standar yang baku, di satu sisi untuk melihat
hubungan sederhana seperti inklinasi axial insisif sentral mandibula dengan mandibular plane
yang normal, di sisi lain bertujuan untuk melihat hasil dari perawatan ortodonti.
Perlu adanya batasan yang harus dipertimbangkan pada diskusi mengenai kenormalan
yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan dentofasial yang disebabkan banyaknya
variabel yang terlibat, tapi kita juga harus yakin dengan jenis ukuran dan alat pengukur yang
dipakai (gambar 4-1) sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang secara logika dan ilmiah
dapat dibenarkan. Standar Bolton akhirnya dipakai setelah melalui aplikasi klinis serta
perbandingan dan revisi selama bertahun-tahun hingga mendapat kesimpulan yang diyakini
secara klinis dan menjadi alat penelitian yang penting.
27
Gambar 3.1 Standar Bolton yang Digunakan sebagai Alat Ukur yang Dapat Digunakan
dalam Menghasilkan Pola Komparatif dan Morfologis pada Periode Erupsi Dental
Salah satu kualifikasi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa standar Bolton
sangat berhubungan dengan konsep umum mengenai kenormalan karena standar Bolton
bukanlah alat ukur buatan, tetapi berasal dari kasus-kasus nyata yang menunjukkan kondisi
morfologi normal dentofasial, seperti lengkung rahang. Satu hal yang yang perlu dijelaskan
adalah gambaran rata-rata statistik populasi secara random menunjukkan nilai optimum atau
seperti yang Webster kemukakan kuantitas, jumlah dan lainnya yang terbaik atau yang
paling disukai, dan yang paling berperan dalam memberikan hasil tetap dalam kondisi
tertentu.
Salah satu tujuan melihat perbandingan antara kenormalan dengan optimum lebih
mendalam, adalah untuk mengetahui apa saja yang sebenarnya terkait. Sebagai contoh
pendekatan yang diambil dalam mendefinisikan suatu kenormalan dentofasial, Krogman dan
Sassoni secara jelas dan sederhana membaginya ke dalam 4 kategori umum. Mereka
beranggapan bahwa kenormalan dapat didefinsikan secara statistik, anatomis, fungsional atau
secara estetik, dan pada umumnya semua pendekatan tersebut telah dikembangkan secara
luas berdasarkan 4 kategori. Secara statistik dapat dilihat hubungannya dengan populasi
sampel, dimana setiap orang akan menyadari bahwa populasi yang mempunyai wajah muka
skeletal kelas III jumlahnya terbatas. Sebaliknya yang memiliki hubungan kelas I atau kelas
II jumlahnya lebih banyak. Pada nilai rata-rata statistik populasi, salah satu yang ditemukan
adalah pengaruh kelas II, karena besar / ukurannya, sesuai dengan normal pola morfologi
28
kelas II. Contohnya pada gambar 4-2, yang menunjukkan perbandingan standar Bolton antara
anak perempuan umur 10 tahun dengan rata-rata anak perempuan hasil laporan Walker dan
Krogman dari Pusat Penelitian Perkembangan anak di Philadelphia. Bila diperhatikan,
struktur wajah tengah dan atas, baik bentuk maupun ukurannya adalah sama. Perbedaannya
adalah pada ujung dagu, dimana pengaruh kelas II pada sampel populasi menunjukkan
perbedaan yang nyata dalam besar atau ukuran mandibula. Hal ini tidak mengecilkan hasil
penelitian Krogman dan Walker mengenai penelitian sefalometri, tetapi untuk mendapatkan
standar yang normal harus berpatokan pada kondisi yang optimal dibandingkan dengan
populasi rata-rata secara statistik.
Gambar 3.2 Perbandingan Gambaran Standar Bolton dengan Gambaran Walker dan
Krogman untuk Mengilustrasikan Perbedaan antara Pola Fasial dan Rata-rata Statistik Crosssectional
3.1
Bolton (optimum)
Kriteria berikut ini ditetapkan sebagai kerangka kerja untuk proses seleksi Bolton
Faces:
1. Oklusi statis sangat baik sesuai dengan yang terlihat pada model studi yang dibuat
bersamaan dengan catatan serial sefalometri
2. Riwayat kesehatan yang baik, dimana penderita penyakit atau yang bertubuh lemah
tidak dimasukkan ke dalam kelompok
3. Wajah yang cocok sesuai rara-rata statistik pengukuran kraniofasial seperti terlihat
pada gambar 1-2
4. Wajah yang tampak estetik
5. Adanya kemungkinan untuk pencatatan jangka panjang, artinya tiap kasus individual
dicatat secara longitudinal setiap tahun dari usia 1 tahun hingga 18 tahun (beberapa
kasus yang tidak mempunyai catatan individual tahunan memerlukan kualifikasi,
untuk itu diisi dengan kasus-kasus yang ukuran dan bentuknya serupa, sesuai dasar
seleksi untuk melengkapi susunan longitudinal).
Untuk meminimalisir penyimpangan, telah dikemukakan bahwa tidak semua pasien
mempunyai riwayat kesehatan yang baik, atau wajah estetik yang menarik dan tidak
semua memiliki oklusi yang baik. Harus disadari pula bahwa kita tidak mencoba untuk
mendefinisikan rata-rata populasi seperti yang ada tetapi lebih kepada alat pengukuran
yang secara rutin menunjukkan variasi-variasi kasus ketika dibandingkan.
3.2
31
Gambar 3.4 Tampak Lateral dan Frontal Superposisi dalam Relasi Bolton
3.3
Kecepatan Pertumbuhan
Telah diketahui bahwa terdapat periode percepatan dan perlambatan pada
pertumbuhan / perkembangan individual, terutama yang berhubungan dengan kecepatan
pertumbuhan saat pubertas. Namun perubahan-perubahan yang terjadi berbeda pada usiausia kronologis pada tiap individu. Bagaimanapun juga, terjadinya perbedaan kecepatan
pertumbuhan ini tergantung pada perbedaan umur kronologis tiap individu. Akibatnya
rata-rata metode tracing yang digunakan untuk menetapkan standar dalam suatu
gambaran tracing, terhapus oleh adanya variasi secara individual, sehingga standar ini
pada dasarnya memperlihatkan pertambahan pola yang seragam. Meskipun standar
Bolton tidak selalu memperhatikan keseragaman kemajuan pertumbuhan secara lengkap,
tetapi kita selalu mengacu kepada standar Bolton ini. Adanya individu yang bervariasi
menyebabkan adanya perubahan yang besar dalam waktu berbeda selama proses
pertumbuhan dan perkembangan.
3.4
Simetri Frontal
Tracing frontal akhir yang membentuk standar Bolton tahunan pada proyeksi P-A
telah ditracing dengan metode rata-rata yang sama atau interpolasi Untuk mengurangi
terjadinya minor asimetri kiri dan kanan, setiap tracing tahunan diletakkan di atas tracing
frontal akhir, berikut dengan data-data lengkap. Kemudian dibuat struktur kanan-kiri yang
simetris.
Masalah lain yang memerlukan koreksi pada standar frontal adalah selisih dalam
32
arah vertikal, saat kepala mengenai sedikit bagian atas maupun bawah sinar saat
penyinaran. Koreksi ini dilakukan dengan menggunakan orientator, sehingga semua
struktur terkoreksi sesuai hubungannya dengan bidang horizontal.
3.5
oleh
antropologis,
merupakan
suatu
perbandingan ukuran kranial pada bidang horizontal. Rasio ini menghubungkan dimensi
lateral kranium dengan ukuran P-A, dan terdiri atas 3 kategori umum.
Seperti yang terlihat pada gambar 4-5, indeks fasial menggambarkan hubungan antara
tinggi dan lebar wajah dan menunjukkan tipenya yaitu leptoprosopic, mesoprosopic dan
euryprosopic. Tracing frontal sefalometri standar Bolton mengambil bentuk pola morfologi
mesoprosopic dan digunakan secara konsekuen sebagai acuan lateral ketika dilakukan
penggabungan pada bidang midsagital untuk menentukan beberapa pengukuran.
3.6
secara umum mungkin tepat, karena semakin lama ukuran wajah terus-menerus tumbuh
sebelum erupsi gigi tetap dewasa, dan semakin besar kemungkinan keadaan secara alami
33
3.8
34
36
Gambar 3.9 A. Tracing Lateral Menunjukkan 6 Dasar Pengukran Linear yang Digunakan
untuk Membandingkan Ukuran Fasial pada Standar Bolton Pria dan Wanita. B. Grafik
Persamaan Ukuran Linear Pria dan Wanita. Terdapat Overlapping Ukuran Pria dan Wanita
3.9
Dimorfisme Seksual
37
Fenomena laju pertumbuhan ke usia dewasa biasanya terjadi dari usia 10 sampai 12
tahun untuk perempuan dan 12 sampai 14 tahun untuk laki-laki. Meskipun begitu,
pertumbuhan minimal berlanjut hingga usia 18 tahun, dimana laki-laki diamati tumbuh
secara aktif saat menuju usia 18 dan 19 tahun. Sesungguhnya dimofisme seksual ini
adalah karakteristik seksual sekunder yang muncul setelah pubertas dan selama tahuntahun usia dewasa. Hal ini penting untuk menentukan rencana perawatan setiap individu,
tetapi hal ini tidak selalu terjadi pada hubungan skeletal spatial, juga dihubungkan dengan
struktur bentuk lengkung gigi-geligi. Perbedaaan yang paling sering terlihat adalah
perbedaan besarnya ukuran sinus frontalis dan ridge supra orbital dari pria daripada
wanita dan hidung yang lebih besar serta titik dagu yang lebih dominan dari pada pria jika
dibandingkan dengan wanita. Hal yang penting lainnya adalah kemiringan dari sudut
gonial dari pria. Hal lain yang sedikit berbeda adalah kondilus occipitalis dan
protuberance occipital.
38
Perbedaan Rasial
Tiga ras utama pada manusia antara lain Kaukasia, Negro, dan Oriental, atau kategori
yang lebih besar dibagi menjadi lima, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid, Australoid,
dan Kapoid. Perbedaan rasial memberi variasi pada ukuran kranial, indeks sefalik,
proporsi nasal, ukuran rahang dan gigi, jenis rambut, warna mata, dan faktor-faktor lain.
Standar Bolton adalah standar untuk ras Kaukasia, namun dapat digunakan sebagai alat
pengukur untuk menunjukkan daerah variasi rasial dentofasial.
Penggunaan Standar Bolton dalam perbandingan rasial ditunjukkan pada Gambar
3.11. Anak laki-laki Negro berusia 11 tahun dengan bimaxillary protrusion, kondisi yang
berhubungan dengan ras negro. Dengan superposisi standar 11 tahun dengan tracing anak
tersebut dalam relasi Bolton, dapat diamati basis kranial yang lebih panjang, posisi lebih
anterior dari tengah wajah, dan penonjolan yang jelas dari prosesus alveolar dan gigi
geligi mandibula. Reorientasi dari standar pada nasion dan pogonion memberi gambaran
bimaxillary protrusion dan akibatnya pada posisi bibir.
39
hubungan individual dengan pola normal atau proses maturasi dihubungkan dengan
teman sebayanya. Grafik 3.12 menunjukkan nilai tengah dan rentang perkembangan
dalam populasi wajah Bolton. Kelompok yang digunakan dalam standar Bolton
menunjukkan nilai tengah dan rentang untuk perempuan dan laki-laki terpisah. Kenaikan
tinggi dan berat untuk perempuan kira-kira terjadi pada usia 14 tahun, sedangkan pada
laki-laki akan meningkat pada usia 18 tahun.
Grafik 3.12 C, menunjukkan rentang maturasi skeletal yang signifikan untuk setiap
tahun kronologis tapi menempatkan nilai tengah untuk laki-laki dan perempuan dan
kelompoknya, pada posisi hingga usia 17 tahun. Pada usia tersebut, perempuan sudah
mencapai usia dewasa sedangkan kelompok laki-laki melanjutkan menyelesaikan proses
maturasinya.
40
Gambar 3.12 A. Grafik Pertumbuhan dan Perkembangan Populasi Bolton pada Pria dan
Wanita Ditinjau dari Berat Badan; B. Grafik Pertumbuhan dan Perkembangan Populasi
41
Bolton pada Pria dan Wanita Ditinjau dari Umur Tulang Grafik usia skeletal
3.12
adalah hal yang sangat sulit dan membutuhkan waktu yang banyak. Sehingga terdapat
beberapa metoda komputerisasi yang diperlukan untuk penelitian ini. Berkat bantuan Dr.
Geoffery Walker dan laboratorium Biometrik Universitas Michigan memberikan solusi
untuk mengatasi masalah ini.
Dr. Walker bersama grupnya yaitu Dr. Wilton M. Krogman dari pusat studi
perkembangan di Philadelphia mengembangkan 177 program untuk digitalisasi outline
skeletal dari tracing sefalometri lateral. Data disimpan dalam Computer sehingga dapat
dilakukan pengukuran secara linier dan anguler untuk titik-titik tertentu.
BAB IV
PENUTUP
Penelitian Bolton dengan jumlah sampel yang banyak, panjangnya waktu penelitian,
dan alat-alat yang digunakan menjadikan hasil penelitian tersebut menjadi suatu standar yang
disebut standar Bolton, yang kemudian dinyatakan atau disamakan dengan gambaran kondisi
42
normal dalam kompleks dentofasial. Teknik radiografi yang digunakan pun dianggap ideal
dalam sefalometrik, sehingga dapat dilakukan analisa sefalometrik yang baik. Dengan
demikian, Bolton memiliki peran yang sangat penting dalam dunia orthodonti kedokteran
gigi.
Teknik radiografi sefalometri Bolton dan standar Bolton yang telah dibahas pada
makalah ini merupakan teknik dan standar yang sering digunakan dalam menentukan rencana
perawatan orthodonti dalam bidang ilmu kedokteran gigi. Seorang praktisi dokter gigi
hendaknya memahami materi Bolton ini dengan baik, agar saat akan menentukan rencana
perawatan orthodonti, dapat menghasilkan rencana perawatan yang baik dan hasil akhirnya
berada dalam kondisi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Broadbent, Sr. B. Holly, B. Holly Broadbent, Jr., dan William H. Golden. 19.75. Bolton
Standards of Dentofacial Developmental Growth. Saint Louis: Mosby Company. Pg:
25-81.
43