DPJP:
drg. Aris Aji Kurniawan, M.H.
Disusun Oleh:
Fadhila Nurin Shabrina
G4B018015
Komponen
Resume Diskusi
Pembelajaran Daring
Nilai
2020
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Radiografi Sefalometri
Radiografi sefalometri adalah radiografi standar yang digunakan untuk
melihat gambaran radiografi tulang tengkorak. Standarisasi sangat penting
untuk pengembangan pengukuran sefalometri dan perbandingan poin yang
spesifik, jarak dan garis pada kerangka wajah, dan merupakan bagian dari
penilaian ortodonti. Rontgen sefalometri sangat dibutuhkan oleh dokter gigi
untuk dapat mendiagnosis maloklusi dan keaadaan dentofasial secara lebih
detail dan lebih teliti tentang pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan
kraniofasial, tipe muka baik jaringan keras maupun jaringan lunak, posisi gigi,
hubungan rahang atas dan rahang bawah (Hausamen, 2004).
B. Prinsip Asepsis
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (2003), prinsip
asepsis dalam radiologi kedokteran gigi adalah sebagai berikut:
1. Asepsis Radiologi
a. Penggunaan Personal Protective Equipment (PPE) yang sesuai untuk
mengurangi paparan radiasi
b. Penggunaan film intraoral yang disimpan dalam kantung pelindung
bersertifikat FDA (Food and Drug Administration)
c. Penggunaan holder yang tahan terhadap panas atau bahan sekali pakai
d. Mensterilkan semua alat yang berkontak dengan mukosa
2. Asepsis di Ruang Pemrosesan Film
a. Film dibuka dengan menggunakan paper towel
b. Membuka handscoon setelah semua film terbuka dan tangan dalam
keadaan bersih
c. Memakai kembali handscoon saat memindahkan film ke ruang
pemrosesan film
d. Melepaskan handscoon dan mencuci tangan
e. Memproses film
C. Prinsip KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Menurut Iannuci dan Howerton (2012), prinsip komunikasi, informasi, dan
edukasi dalam radiologi adalah sebagai berikut:
1. Dapat dilakukan baik melalui lisan, video atau dari beberapa literatur
(tulisan) atau kombinasi dari ketiganya
2. Mengkomunikasikan kepada pasien tentang pentingnya foto rontgen untuk
kelangsungan perawatan gigi
3. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan jika dilakukan dan tidak
dilakukannya foto rontgen
4. Menjelaskan paparan radiasinya yang tidak membahayakan
5. Menjelaskan prosedur pengambilan foto rontgen, alat pelindung yang
digunakan dan apa saja yang tidak boleh dipergunakan saat pengambilan
foto rontgen, seperti larangan mengenakan perhiasan atau alat-alat berbahan
logam
6. Menginformasikan waktu-waktu yang tepat dilakukan rontgen, seperti
selama kehamilan terutama trimester pertama dilarang melakukan foto
rontgen
3. Oblique sefalogram
a. Oblique sefalogram sering digunakan untuk analisis pada periode mix
dentition
b. Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 450 dan 135o terhadap
proyeksi lateral
c. Arah sinar X dari belakang
d. FHP sejajar lantai
Bidang ramus dibentuk antara garis singing melalui titik inferior dan
titik posterior terus sampai articulare dari tepi ramus.
BAB II
LAPORAN KASUS
¨ Periapikal
87654321 12345678
87654321 12345678
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
¨ Bitewing
¨ Oklusal
√
¨ Chepalometri
¨ Panoramik
¨ TMJ
¨ CBCT
D. Prosesing Film
1. Matikan lampu penerangan dan nyalakan safe lamp
2. Film dimasukkan kedalam larutan developer selama 8-10 detik hingga
gambaran anatomi mulai terlihat
3. Bilas film dengan air mengalir selama 5 detik
4. Memasukkan film dalam larutan fixer selama 4-15 menit hingga gambar
terlihat kontras, detail, dan ketajaman terlihat jelas
5. Nyalakan kembali lampu
6. Cuci film dibawah air yang mengalir selama 10 menit atau hingga tidak ada
lagi fixer yang menempel pada film (tidak licin)
7. Keringkan dengan udara panas
8. Evaluasi mutu dengan viewer
E. Evaluasi Mutu
Pada kasus ini secara umum kualitas film masih kurang baik apabila dilihat
berdasarkan 8 protokol penilaian kualitas radiografi yang dapat dijabarkan sebagai
berikut.
1. Lengkap Anatomis
Berdasarkan lengkap anatomis pada film ini cukup lengkap dimana objek
yang ingin diamati yaitu keadaan dental dan skeletal terlihat semua area
anatomisnya secara utuh.
2. Kontras
Tingkat kontras pada film ini cukup baik sehingga perbedaan kepadatan
antara dua area pada radiograf masih terlihat walaupun tidak terlalu tegas
batasnya. Hal ini bisa saja disebabkan karena terjadi under developer atau
kekurangan sinar pada film.
3. Detail
Perbedaan dari setiap anatomi kurang begitu jelas terutama di area sekitar
gigi geligi.
4. Ketajaman
Garis batas terluar objek masih kurang jelas. Kurangnya ketajaman ini
dapat disebabkan oleh komposisi film yang kurang baik atau adanya
pergerakan yang tidak diinginkan dari pasien atau film saat proses
pengambilan gambar.
5. Densitas
Gradasi kehitaman pada radiograf masih kurang baik sehingga area email,
dentin, tulang dan jaringan lunak masih sulit dibedakan. Hal ini bisa
disebabkan oleh miliamper yang rendah, puncak kilovoltage yang rendah atau
kurangnya waktu exposure.
6. Resolusi
Resolusi cukup baik karena objek masih dapat dibedakan antara satu
dengan yang lainnya.
7. Kecerahan
Tingkat kecerahan baik.
8. Distorsi
Distorsi pada film ini sedikit terjadi akibat saat pengambilan pasien
bergerak atau operator memposisikan pasien kurang tepat
F. Interpretasi, Gambaran Radioanatomi, Gambaran Radiografi
2
1
Radiografi
5
Kasus 3 4
8
8 6
8
8
7
8
8
8
8
1. Sela8 tursica 5. Meatus Acusticus Externus
Keterangan 8
2. Sinus
8 frontalis 6. Gigi geligi
Gambar 3. Kondilus mandibula
8 7. Menton
8
4. Sinus
8 maksilaris 8. Atlas
8
Diagnostically acceptable
Kualitas 8
8
Gambar 8
8
8 Rerata SD Pasien Simpulan
Sudut8SNA 82º 2 80o Normal
8 o
Sudut8SNB 80º 2 78 Normal
Analisis Sudut8fasial 87,8º 3 89o Normal
8
8
Skeletal
Sudut88FHP-Man 26º 3 29o Normal
8
Sudut88convexity 0º 8 2o Normal
8
8
8
8 Rerata SD Pasien Simpulan
a. 8Jarak I atas-NA 4 mm 2 5 mm Normal
b. 88Sudut I atas-NA 22º 2 24o Normal
Analisis Dental c. 8Jarak I bawah-NB 4 mm 2 3 mm Normal
d. 88Sudut I bawah-NB 25º - 290 I RB sedikit
8 protrusi
e. 8Sudut antarinsisivi 135º 15º 1210 Normal
8
8
8
Radiodiognosis Maloklusi
8 klas 1 tipe 1
8
8
Differential 8
Maloklusi
8 klas II tipe 2
diagnosis 8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
SIMPULAN
Boel, T., 2009, Dental Radiologi: Prinsip dan Teknik, USU Press, Medan. Centers of
Control Diseases Prevention, 2003, “Dental Radiology”,
Guidelines for Infection Control in Dental Health-Care Settings, 52(RR17): 1-61.
Hausamen, E., 2004, Three Dimentional Cephalometry: A Color Atlas and Manual, Flip
Schutyser, Jang.
Iannuci. J., Howerton, L.J., 2012, Dental Radigraphy: Principles and Techniques 5th
Edition, Elsevier, Canada.
Langland, O.E., Langlais, R.P., Preece, J.W., 2002, Principles of Dental Imaging,
Lippincott Williams & Wilkins, USA.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif.
Raharjo, P., 2012, Diagnosis Ortodontik, Airlangga University Press, Surabaya.
Robinson, D.S, Bird, .L., 2013, Essentials of Dental Asisting 5th Ed., Elsevier, Missouri.
Supriyadi, 2012, “Pedoman Interpretasi Radiografi Lesi-Lesi di Rongga Mulut”,
Stomatognatic: JKG Unej, 9(3): 134-139.