Penatalaksanaan korban mati mengacu pada Surat Keputusan Bersama menteri kesehatan Dan
Identifikasi Korban mati pada bencana massal (Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, 2011).
dapat bekerjasama dengan berbagai pihak lintas institusi, sektoral dan fungsi. Ketua tim dan
koordinator fase berasal pihak kepolisian. Pada kasus yang lebih mementingkan aspek
penyidikan, kecepatan dan hot issues seperti pada man madei disaster, ketua tim DVI lebih
mengedepankan timnya sesuai dengan keahlian dan pengalaman, sedangkan pada kasus
yang lebih mengedepankan aspek kemanusiaan pada natural disaster maka ketua DVI dapat
Prinsip dalarm / bekerja bagi tim DVI adalah team work sesuai dengan
masing fase mempunyal tanggung jawab, keahlian dan pengalaman yang berbeda yang
menjadi pertimbangan bagi seorang ketua tim DVI. Misalnya tim DVI fase I diperuntukkan
bagi tim yang telah terlatih dan mempunyai pengalaman di TKP dibandingkan dengan
seorang dokter forensik/dokter gigi, forensik yang lebih berkompeten di DVI fase 2 untuk
Dilaksanakan oleh tim DVI unit TKP dengan aturan umum sebagal berikut:
a. Tidak diperkenankan seorang pun korban meninggal yang dapat dipindahkan darl
korban atau korban yang tidak dikenal untuk mencegah kemungkinan tercampur atau
hilang:
c. Semua perlengkapan pribadi yang melekat di tubuh korban tidak boleh dipisahkan:
d. Untuk barang-barang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada tubuh korban
e. Identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan vaknl masuk dalam
Data-data post mortem diperoleh dari tubuh jenazah berdasarkan pemeriksaan dari
berbagai keahlian antara lain dokter ahli forenslk, dokter umum, dokter gigi forensik,
b. Mengumpulkan data-data korban semasa hidup seperti foto dan lain lainnya yang
bencana tersebut;
1) Data-data Ante Mortem gig-geligi adalah keterangan tertulis atau gambaran dalam
kartu perawatan gigi atau keterangan dari keluarga atau orang yang terdekat;
4) Apablla diantara korban ada warga Negara asing maka Data-data Ante Mortem
dapat diperoleh melalul perantara Set NCB Interpol Indonesia dan perwakilan
a. Mengkoordinasikan rapat-rapat penentuan identitas korban mati antara Unit TKP, Unit
c. Mengumpulkan data-data tambahan dari Unit TKP, Unit Post Mortem dan Unit Ante
h. Publikast yang benar dan terarah oleh Unit Rekonsiliasi sangat membantu masyarakat
a. Melakukan analisa dan evaluasi terhadap keseluruhan proses identifikasi dari awal
hingka akhir;
b. Mencari hal yang kurang yang menjadi kendala dalam operasi DVI untuk i diperbaik
pada masa mendatang sehingga penanganan DVI selanjutnya dapat menjadi lebih
baik;
c. Mencari hal yang positif selama dalam proses identifikasi untuk tetap dipertahankan
Kubur Massal
Penandaan
Jenazah ditanam 1,5 -3 meter sudah cukup aman apa pun jenis tanahnya Adapun
lokasi pemakaman harus setidaknya 30 meter dari mata air atau anak sungai dan 200 m dari
sumur atau sumber air minum lainnya. Menurut Islam jenazah korban bencana massal boleh tidak
dimandikan dan langsung di kuburkan. Pakaian yang melekat pada mayat atau kantong mayat dapat
menjadi kafan bagi jenazah sekalipun terkena najis. Jika terdapat halangan untuk memandikan
jenazah, misalnya tidak ada air atau kondisi jenazah sudah tercabik atau gosong, maka cukup
ditayamumkan saja. Yaitu salah seorang diantara kita menepuk tanah dengan kedua tangannya
lalu mengusapkannya pada wajah dan kedua punggung telapak tangan si mayat. Jika tidak
mudah mendapatkan kain kafan yang menutupi seluruh badannya, maka kepala dan badannya
yang panjang ditutupi dengan kain kafan dan badannya yang masih terbuka ditutup dengan
idzkhir (sejenis rumput yang bau harumnya) atau rumput jerami lainnya. Mayat boleh dishalati
sesudah dikuburkan walaupun dari jarak jauh (shalat ghaib). Dalam keadaan darurat,
menguburkan jenazah korban massal wajib segera dikuburkan. Jenazah boleh dikuburkan secara
massal dalam jumlah yang tidak terbatas, baik dalam satu atau beberapa liang kubur.
C. LAST OFFICE (Care Of Deceased Patient Protokol, May 10)
1. Pengertian
2. Indikasi
Perawatan jenasah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien. Jika pasien
3. Tujuan
4. Sasaran
5. Tenaga
6. Kelengkapan Sarana
Kasa/Verban secukupnya
Kapas secukupnya
Pads/bantalan
Gunting
Bengkok 1 buah
Pengganjal dagu
Celemek (gaun, kacamata dan masker bila pasien ada penyakit menular)
Sabun
Handuk
Selimut mandi
Kain kafan
Peniti
Sisir
e. Perawatan jenasah
b. Bila menggunakan baju lengan panjang maka lengan baju dilipat sampai di atas siku.
Menyingsingkan lengan baju yang panjang sampai atas mata siku lengan.
Jika menggunakan cincin, jam tangan lepaskan cincin dan jam tangan ke dalam saku.
9. Perawatan Jenasah
b. Atur lingkungan sekitar tempat tidur. Bila kematian terjadi pada unit multi bed, jaga
c. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan atur dalam posisi
datar
tidak dapat tertutup letakkan kapas yang dibasahi pada kelopak mata sampai tertutp
sendiri.
f. Luruskan badan, dengan lengan menyilang tubuh pada pergelangan tangan dan
menyilang abdomen atau telapak tangan menghadap ke bawah. Ambil gigi palsu
jika diperlukan, bersihkan mulut dan gigi dan tutup mulut. Jika mulut tetap tidak
mau tertutup, tempatkan gulungan handuk di bawah dagu agar mulut tertutup.
menyetujui)
umumnya, semua cincin, gelang, kalung dll di lepas dan ditempatkan pada tas plastic
tempat barang berharga. Termasuk kaca mata, kartu, surat, kunci, barang religi. Beri
label identitas.
dikantor perawat sampai dapat disimpan ditempat yang lebih aman atau
k. Jika perlu bersihkan kandung kemih dengan menekan lembut pada daerah atas perut.
yang terdapat kotoran seperti darah, feces, atau muntahan. Jika kotoran terjadi
pada area rectum, uretra atau vagina, letakan kassa untuk menutup tiap
lubang dan rekatkan dengan plester untuk mencegah pengeluaran lebih
dan urin.
n. Rawat drainage dan tube yang lain. Jika akan dilakukan autopsy, tube pada umumnya
dibiarkan pada badan, ambil botol drainage atau bag dari tube dan tekuk tube,
o. Ganti balutan bila ada balutan. Balutan yang kotor harus diganti dengan
yang bersih. Bekas plester dihilangkan dengan bensin atau larutan yang lain
yang sesuai dengan peraturan RS. Bila ada cairan abdomen yang keluar di balut
p. Pakaikan pakaian yang bersih untuk diperlihatkan pada keluarga. Jika keluarga
meminta untuk melihat jenasah, tempatkan pada posisi tidur, supinasi, mata
q. Beri label identifikasi pada jenasah. Label identitas dengan nama, umur,
dan jenis kelamin, tanggal, no RS, nomor kamar dan nama dokter.
Ikatkan di pergelangan atau ibu jari kaki atau sesuai dengan peraturan RS.
s. Ikatkan kasa/verban atau pengikat yang lain dibawah dagu dan sekitar kepala untuk
menjaga agar dagu tetap tertutup. Kemudian, ikat pergelangan tangan bersama
menyilangkan diatas abdomen untuk menjaga lengan dari jatuh dari brankar
u. Letakan jenasah pada kain kafan. Lipat bagian 1 sudut kebawah menutup
v. Lipat bagian sudut 3 dan 4. Peniti atau plester diperlukan untuk menjaga kain kafan
pada tempatnya.
w. Beri label pada bagian luar. Tandai identifikasi di penitikan pada bagian
y. Tutup jenasah dengan kain. Kemudian ikat dengan pengikat brankar pada
bagian dada dan lutut. Pengikat untuk mencegah jenasah jatuh, tapi tidak boleh
aa. Dokumentasikan prosedur. Pada catatan perawatan, catat waktu dan tanggal jenasah
diantar kekamar jenasah. Lakukan pencatatan apakah barang berharga disimpan atau
Berikan barang-barang milik klien pada keluarga klien atau bawa barang tersebut
kekamar jenasah.
Jika perhiasan atau uang diberikan pada keluarga, pastikan ada petugas/ perawat
Minta tanda tangan dari anggota keluarga yang sudah dewasa untuk verifikasi
penerimaan barang-barang berharga atau status dimana perhiasan masih ada pasien.
Berikan support emosional kepada keluarga yang ditinggalkan dan teman dan kepada
Mengangkat jenasah dilakukan secara perlahan untuk mencegah lecet dan kerusakan
kulit.
DAFTAR PUSTAKA
National Nurse Consultant Group (Palliative care), 2014. Guidance for Staff Responsible For
Of, C., Patient, D., & May, P. (N.D.). University Hospitals Division.