TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
D. Tahap DVI
d. Fase IV – Rekonsiliasi
Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data
ante mortem. Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses
identifikasi menentukan apakah temuan post mortem pada jenazah sesuai
dengan data ante mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah.
Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi
positif atau telah tegak. Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak
cocok maka identifikasi dianggap negatif dan data post mortem jenazah
tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan
temuan post mortem jenazah.
e. Fase V – Debriefing
1) pencocokan bagian tubuh yang terpisah harus dilakukan hanya oleh ahli
medis forensik berwenang, dan bukan oleh personil
pemulihan/rekoveri. Lebih umum, itu harus dihindari dansetiap bagian
tubuh harus diberi label. Ahli medis dan gigi harus di tempat untuk
membantu polisi dalam mengumpulkan bagian-bagian tubuh dan
khususnya tulang dan gigi.
2) selama operasi pemulihan, personil seharusnya tidak mencari bukti
identitas atau menghilangkan objek-objek dari pakaian korban
(pengecualian: tim koleksi bukti, di sinidokumentasi menyeluruh harus
dilakukan) atau tempat benda-benda tersebut dalam korban pakaian.
3) seharusnya jelas selama operasi pemulihan bahwa kondisi tubuh dapat
berubah dengan cepatkarena pengaruh eksternal (cuaca, dll); sampel
DNA (dari seluruh darah) harus diperoleh darikorban sebelum
dimulainya operasi pemulihan. (Sebuah perintah yang sesuai harus
dikeluarkanoleh komandan Tim Pemulihan dan Koleksi Bukti.)
Ada banyak lembaga spesialis yang terlibat dalam tanggap bencana dan
oleh karena itu penting untuk mengakui dan menghargai bahwa masing-masing
memiliki fungsi dan area tanggung jawab yang sangat penting. DVI merupakan
bagian dari tanggap darurat tersebut dan untuk memastikan bahwa manajemen
DVI secara efektif memaksimalkan keahlian, saran dan sumber daya yang ada
dari lembaga penyumbang tersebut, struktur, rencana dan pengaturan
hubungan yang efektif perlu diciptakan dan dilaksanakan.
Bagan 2. disiplin utama yang terlibat dalam aspek teknis proses DVI
G. Identifikasi Korban
H. Metode Identifikasi
3. Dokumentasi, foto diri, foto keluarga, foto sekolah, KTP atau SIM dan
lain sebagainya.
b. Metode ilmiah
1. Sidik jari,
2. Serologi,
3. Odontologi,
4. Antropologi
5. Biologi.
Cara-cara ini sekarang berkembang dengan pesat berbagai
disiplin ilmu ternyata dapat dimanfaatkan untuk identifikasi korban tidak
dikenal. Dengan metode ilmiah ini didapatkan akurasi yang sangat tinggi
dan juga dapat dipertanggung-jawabkan secara hukum. Metode ilmiah
yang paling mutakhir saat ini adalah DNA Profiling (Sidik DNA). Cara
ini mempunyai banyak keunggulan tetapi memerlukan pengetahuan dan
sarana yang canggih dan mahal. Dalam melakukan identifikasi selalu
diusahakan cara-cara yang mudah dan tidak rumit. Apabila dengan cara
yang mudah tidak bisa, baru meningkat ke cara yang lebih rumit.
Selanjutnya dalam identifikasi tidak hanya menggunakan satu cara saja,
segala cara yang mungkin harus dilakukan, hal ini penting oleh karena
semakin banyak kesamaan yang ditemukan akan semakin akurat.
Identifikasi tersebut minimal harus menggunakan 2 cara yang digunakan
memberikan hasil yang positif (tidak meragukan). Prinsip dari proses
identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan datadata
tersangka korban dengan data dari korban yang tak dikenal, semakin
banyak kecocokan semakin tinggi nilainya. Data gigi, sidik jari, atau
DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan
primer, sedangkan data medis, property dan ciri fisik harus
dikombinasikan setidaknya dua jenis untuk dianggap sebagai ciri
identitas yang pasti.
Gigi merupakan suatu cara identifikasi yang dapat dipercaya,
khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang pernah
dibuat masih tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat
penting apabila mayat sudah dalam keadaan membusuk atau rusak,
seperti halnya kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA
G, Lau, W.F. Tan, P-H. Tan, 2005, After the India Ocean Tsunami: Singapore ’s
Contribution to the international Disaster Victim Identification Effort in Thailand:
Ann Acad Med Singapore; 34:341-51, Access on 11 december 2011
https://www.polri.go.id/pustaka/pdf/PERATURAN%20KAPOLRI%20NO
MOR%207%20TAHUN%202009%20TENTANG%20SISTEM%20LAP
ORAN%20GANGGUAN%20KEAMANAN%20DAN%20KETERTIBA
N%20MASYARAKAT.pdf
Interpl Disaster Victim Identification Guide. 2014. Hlm. 15-18 Diunduh dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjK05OyueXVAhXGpY8KHf_rDoEQF
gg1MAI&url=https%3A%2F%2Fwww.interpol.int%2FMedia%2FFiles%
2FINTERPOL-Expertise%2FDVI%2FDVI-Guide-
20082&usg=AFQjCNEdMVldpcx8zP6_4C--XQ8oEtHepQ
Singh, S. Penatalaksanaan Identifikasi Korban: Majalah Kedokteran Nusantara
Volume 41 No. 4, Desember 2008. Hlm. 254-25